FakultasTeknikGeologiUniversitasPadjadjaran
“PeranGeologidalamPengembanganPengelolaanSumberDayaAlamdanKebencanaan”
Seminar NasionalKe – III
FakultasTeknikGeologiUniversitasPadjadjaran
dari air tanah wilayah tersebut ataukah berasal II. TINJAUAN PUSTAKA
dari daerah lain di luar daerah Sidoarjo
2.1. Kondisi Geologi Regional Daerah
(Gambar 1).
Porong
Daerah Porong, Sidoarjo di Propinsi Jawa
Timur, dalam katalog peta geologi Indonesia
termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar
Malang, Jawa yang dikeluarkan oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G)
pada tahun 1992. Berdasarkan peta tersebut
dapat diketahui bahwa permukaan bumi
wilayah Porong ditempati oleh tiga jenis
batuan yang berbeda. Wilayah sebelah utara,
dimulai dari sekitar aliran sungai Porong terus
Gambar 1. Foto genangan lumpur panas Sidoarjo yang
ke utara ditutupi oleh batuan aluvial sungai,
menenggelamkan kawasan pemukiman penduduk yakni batuan-batuan lepas yang merupakan
(sumber:http://img210.imageshack.us/img210/9894/lapindos produk melalui mekanisme pengendapan
z8.jpg)
sungai. Wilayah ke arah selatan sungai
Tetapi yang jelas, agar semburan lumpur Porong didominasi oleh batuan gunungapi
tersebut dapat terus berlangsung seperti saat atau volkanik berumur Kuarter Atas yang
ini, maka diperlukan suatu sumber air yang terdiri dari breksi gunungapi, lava, tuf, breksi
memasok secara kontinyu wilayah semburan tufaan, agglomerat dan lahar. Semua produk
tersebut. Terdapat dua kemungkinan sumber volkanik ini membentuk morfologi tinggian
air yang dapat berperan dalam memasok air yang dikenal dengan nama Gunung
ke wilayah Porong, yaitu air tanah dari Penanggungan. Di dalam dominasi batuan
wilayah sekitarnya, terutama dari daerah volkanik berumur Kuarter Atas tersebut,
selatan yang lebih luas dan air laut yang terdapat juga batuan volkanik berumur
berasal dari Selat Madura. Namun demikian, Kuarter Bawah, yakni di sebelah timur
untuk kedua kemungkinan tersebut diperlukan Gunung Gajah Mungkur.
adanya suatu zona berpori atau lapisan batuan Secara stratigrafi atau dalam penampang
di bawah permukaan yang bersifat permeable vertikal, wilayah Porong ini termasuk ke
yang menghubungkan sumber air tersebut dalam Cekungan Jawa Timur, dan lebih
dengan daerah semburan atau lokasi danau spesifik lagi Cekungan Jawa Timur Utara
lumpur. Oleh karena itu, untuk mengetahui (CJTU). Wilayah CJTU dibagi menjadi dua
sumber air yang berperan dalam menjaga mandala geologi, yakni Mandala Rembang
kontinyuitas semburan di wilayah ini, yang mencakup daerah dalam zona tektono-
diperlukan informasi geologi bawah fisiografi Rembang serta zona tektono
permukaan untuk wilayah di sekitar daerah fisiografi Randublatung, dan Mandala
semburan sehingga dapat diketahui dari mana Kendeng yang meliputi daerah dalam zona
sumber air tersebut berasal. Dalam konteks tektonofisiografi Kendeng.Mandala Rembang
inilah penelitian ini menekankan pada yang berumur Eosen hingga Pleistosen Awal,
pendekatan geofisika untuk dapat umumnya mencerminkan karakter lingkungan
memperoleh gambaran bawah permukaan paparan hingga daratan dengan litologi berupa
wilayah Porong ini sehingga dapat diketahui batupasir kuarsa, batulempung karbonat,
apakah terdapat suatu channel aliran air tanah batugamping pasiran, batugamping terumbu,
yang memasok air ke pusat semburan lumpur. napal pasiran, batupasir gampingan, dan
batubara. Ketebalan formasi ini mencapai
“PeranGeologidalamPengembanganPengelolaanSumberDayaAlamdanKebencanaan”
Seminar NasionalKe – III
FakultasTeknikGeologiUniversitasPadjadjaran
5.000 meter. Sementara itu, Mandala Pembahasan detil tentang cekungan ini yang
Kendeng yang berumur lebih muda menyangkut revisi stratigrafi karena
(Oligosen-Akhir sampai Pleistosen) dibentuk penemuan sejumlah stratigrafi baru dan
oleh litologi napal pasiran, batulempung, berujung pada pengusulan tata nama baru
batupasir gampingan, batulanau, batugamping telah dilakukan oleh Pringgoprawiro (2008).
pasiran dan batupasir konglomeratan. Litologi Sementara itu, struktur bawah permukaan di
yang mengisi stratigrafi Cekungan Jawa daerah Bojonegoro-Tuban telah diungkap
Timur Utara ini terdiri dari: batuan dasar melalui pengukuran geofisika dengan metoda
(basalt), Formasi Ngimbang, Kujung, Prupuh, gaya berat oleh Kamtono dkk.
Tuban, Tawun, Ngrayong, Bulu, Wonocolo, Mengingat daerah (CJTU) mempunyai
Ledok, Mundu, Selorejo dan Lidah. endapan prospek hidrokaron yang luas, maka
Keberadaan jenis litologi di atas dengan penelitian untuk mendapatkan informasi
ketebalan yang signifikan telah membuat struktur geologi bawah permukaan
wilayah ini memiliki potensi hidrokarbon (subsurface) terus dilakukan. Namun
yang cukup signifikan. keterbatasan kemampuan di kalangan industri
Ditinjau dari aspek potensi hidrokarbon perminyakan untuk mengungkap informasi
tersebut, Cekungan Jawa Timur Utara telah geologi, terutama geologi bawah permukaan
terbukti sebagai suatu wilayah yang kaya dan khususnya dalam teknik pengeboran,
akan cekungan hidrokarbon. Sejak masih merupakan kendala yang cukup berarti.
ditemukannya lapangan-lapangan minyak di Pada tahun 2006, pemboran dalam upaya
lokasi yang lama maupun baru di wilayah menemukan cadangan hidrokarbon yang baru,
Cepu dan Surabaya maka pencarian ladang- dilakukan di Porong Sidoarjo. Disinyalir
ladang minyak baru terus berlanjut. Saat ini, akibat kesalahan teknis pemboran yang juga
di Jawa Timur terdapat 34 wilayah kerja aktif, kemungkinan besar dipengaruhi oleh berbagai
atau 15% dari jumlah seluruh wilayah kerja faktor lainnya telah memicu datangnya
perminyakan di Indonesia, yang dioperasikan musibah dengan meluapnya lumpur panas
oleh berbagai kontraktor, baik perusahaan dari perut bumi melalui sumur pemboran
nasional maupun multinasional. Dari 34 Banjar Panji 1.
wilayah kerja tersebut, 13 di antaranya
2.2. Faktor Pemicu Semburan Lumpur
merupakan wilayah kerja berstatus eksploitasi
atau sedang dalam tahapan produksi migas. Besarnya jumlah lumpur yang keluar dari
Luas wilayah kerja aktif ini meliputi 52% luas ratusan ribu titik semburan (informasi terakhir
wilayah Cekungan Jawa Timur, sehingga berjumlah 180 ribu titik) di danau lumpur
masih terdapat peluang 48% wilayah tersebut, mengisyaratkan bahwa bagian
cekungan ini yang belum tereksplorasi. bawah dari lokasi tersebut kemungkinan besar
disusun oleh formasi batuan sedimen dengan
Seiring semakin meningkatnya kebutuhan ketebalan yang cukup signifikan. Interpretasi
energi dalam negeri maupun dunia, pencarian tersebut selaras dengan hasil penelitian Hasan
ladang-ladang minyak di lokasi lama maupun (2008) yang menyatakan bahwa pemodelan
baru terus di upayakan. Pada Akhir dasawarsa yang dilakukannya menunjukkan bahwa Jawa
1990 dan awal tahun 2000 penemuan Timur memiliki cekungan sedimen Tersier
lapangan minyak baru di sekitar Surabaya yang tebalnya mencapai 6 km. Pusat
(Lidah,Kruka, dsb) masih terus berlanjut. cekungan terletak di tengah – tengah Jawa
Dengan penemuan lokasi-lokasi yang baru, Timur berarah barat – timur, dan di antara
maka kegiatan yang berkaitan dengan bagian timur Jawa Timur dan selat Madura
kegiatan pemboran-pemboran ladang minyak berarah barat laut – tenggara.
baru terus bertambah.
“PeranGeologidalamPengembanganPengelolaanSumberDayaAlamdanKebencanaan”
Seminar NasionalKe – III
FakultasTeknikGeologiUniversitasPadjadjaran
“PeranGeologidalamPengembanganPengelolaanSumberDayaAlamdanKebencanaan”
Seminar NasionalKe – III
FakultasTeknikGeologiUniversitasPadjadjaran
Mud diapir dan Gunungapi lumpur umumnya dilihat sebagai fenomena Gunungapi Lumpur
terjadi pada cekungan “elisional” yang yang mendapatkan pasokan material dan air
memenuhi sejumlah kriteria seperti yang kontinyu sehingga semburan tersebut
penurunan tektonik yang stabil, pengendapan berlangsung dalam waktu yang lama. Namun
sedimen muda yang tebal dan berlangsung demikian, secara teoritis bila pasokan air yang
cepat, hadirnya lapisan batuan yang bersifat menyebabkan terjadinya material plastis di
plastis di bawah permukaan, tekanan fluida bawah permukaan dapat dihambat atau
yang berlebihan yang berada di bawah dihentikan maka semburan akan dapat
sedimen yang kompak/padat, potensi minyak dihentikan karena massa lumpur yang ada
bumi dan pasokan gas yang cukup, adanya akan kehilangan gaya bouyancy yang
produksi air dari suatu sekuen batu lempung dimilikinya.
yang terkubur, patahan dengan seismisitas Hasil penelitian berdasarkan data seismik di
yang tinggi dan kemungkinan gradien wilayah Porong mengungkap, bahwa, (i)
panasbumi/geothermal yang tinggi. Semua terdapat patahan yg memotong puncak dari
kriteria tersebut sepertinya terpenuhi oleh batugamping Formasi Kujung; (ii) adanya
wilayah CJTU. Oleh karena itu, fenomena indikasi SLUMP (bisa jadi mewakili adanya
semburan lumpur panas Sidoarjo ini dapat mobile shale) dan (iii) terdapatnya collapse
1.1. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menghasilkan suatu solusi alternatif dalam
usaha menghentikan semburan lumpur panas
di Sidoarjo. Pendekatan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah dengan mencari sumber
air yang memasok air sebagai komponen
pembentuk lumpur panas tersebut.
Pendekatan ini dipilih karena air merupakan
komponen terbesar pembentuk lumpur
tersebut (sekitar 70%), sehingga bila sumber
air tersebut dapat ditemukan dan dihentikan
Gambar 2. 2. Penampang seismik bawah permukaan wilayah
Porong,diunduhdarialamat:http://rovicky.blogspot.com/2006/
maka semburan lumpur tersebut diharapkan
06/ada-apa-dengan-mud-flow-di-jawa-timur.html juga akan berhenti.
zone yang mengindikasikan bahwa di lokasi 1.2. Manfaat
tersebut pernah terjadi runtuhan pada masa Penelitian ini memiliki manfaat yang besar
lalu atau paleo-collapse (lihat Gambar 2.2.). bagi semua pemangku kepentingan, baik bagi
Walaupun belum diketahui faktor penyebab pemerintah maupun masyarakat, karena bila
terjadinya runtuhan purba tersebut, namun semburan lumpur panas di Sidoarjo tersebut
setidaknya hal itu menunjukkan bahwa dapat dihentikan, maka biaya penanggulangan
batuan-batuan di bawah permukaan wilayah yang harus dikeluarkan pemerintah akan
Porong relatif dinamis atau memiliki peluang dapat dihemat dan dipergunakan untuk
pergerakan yang tinggi. Dengan demikian, kepentingan umum lainnya. Di samping itu,
kemungkinan terjadinya mekanisme diapir wilayah tersebut akan dapat dikembalikan
untuk membentuk gunungapi lumpur di menjadi daerah produktif dan masyarakat
permukaan semakin besar. akan dapat kembali memanfaatkan lahan
III TUJUAN DAN MANFAAT tersebut.
“PeranGeologidalamPengembanganPengelolaanSumberDayaAlamdanKebencanaan”
Seminar NasionalKe – III
FakultasTeknikGeologiUniversitasPadjadjaran
“PeranGeologidalamPengembanganPengelolaanSumberDayaAlamdanKebencanaan”
Seminar NasionalKe – III
FakultasTeknikGeologiUniversitasPadjadjaran
hidrokarbon, panasbumi, mineral, airtanah 6000 meter lebih.Pengukuran data AMT dan
sampai kepada studi struktur kerak bumi. MT dilakukan dengan jarak antar titik ukur
Prinsip metode ini berdasarkan kepada 1000 meter yang dibuat dalam lintasan
anomali gayaberat yang muncul karena terpilih. Perkiraan jumlah titik ukur AMT dan
adanya keanekaragaman kerapatan batuan MT masing-masing sekitar 1 titik ukur/hari.
(rock density inhomogeneity) di bawah
4.1.3.Teknik Pelaksanaan Pengumpulan
permukaan. Keanekaragaman kerapatan
Data
batuan tersebut boleh jadi mencirikan adanya
suatu struktur geologi atau batas lapisan, serta Metode pengumpulan data yang dipilih dalam
bahan-bahan penyusun lapisan tersebut, penelitian ini adalah survey lapangan, analisis
termasuk kehadiran fluida di dalamnya. di laboratorium dan studio. Survey lapangan
Kerapatan batuan yang belum terkompaksi berupa pengukuran geofisika dengan metoda
akan lebih kecil nilainya dibandingkan gayaberat, AMT dan MT. Sedangkan
dengan batuan yang terkompaksi dengan baik pekerjaan studio di lakukan berupa
(well compacted). Dengan kata lain, anomali pengolahan data, pembuatan peta kontur
gayaberat batuan sedimen tebal yang tidak anomali Bouguer, peta anomali sisa orde 1, 2
terkompaksi akan lebih kecil daripada batuan dan 3, model penampang 2-D bawah
sedimen tipis yang kompak. Perbedaan nilai permukaan, model dekonvolusi kedalam
kerapatan tersebut berkisar antara 0.3 sampai struktur gayaberat, model tahanan jenis
0.7 g/cm3. AMT/MT 2-D. Studi pemetaan bawah
permukaan dan model bawah permukaan
4.1.2. Audio Magnetotelluric (AMT) dan dimaksudkan untuk memperoleh data berupa
Magnetotellurik penampang geologi yang menggambarkan
Metoda AMT dan MT adalah metoda struktur bawah permukaan wilayah
sounding elektromagnetik (EM) untuk penelitian. Kriteria dan lokasi penelitian
mengetahui struktur tahanan jenis bawah adalah untuk mendapatkan gambaran yang
permukaan dengan cara melakukan dibutuhkan agar tercapai sasaran, maka dicari
pengukuran pasif komponen medan listrik (E) lokasi penelitian yang tepat sasaran. Lokasi
dan medan magnet (H) alam yang berubah pengambilan data dipilih pada lintasan yang
terhadap waktu. Medan EM mempunyai berhadapan dengan arah lokasi semburan
kawasan frekuensi dengan rentang band lumpur agar data yang diperoleh memiliki
frekuensi panjang yang mampu untuk validitas yang layak (Gambar 4.2.).
investigasi dari kedalaman beberapa puluh
meter hingga ribuan meter di bawah muka
bumi. Makin rendah frekuensi yang dipilih
makin dalam jangkauan penetrasi. Sumber
energi gelombang EM yang digunakan dalam
pengukuran AMT adalah sumber dari alam
dengan frekuensi yang diambil berada pada
frekuensi audio (30.000 - 1Hz), yang
diperhitungkan dapat menembus kedalaman
<1000 meter. Sedangkan sumber energi
gelombang EM yang digunakan dalam
pengukuran MT pada prinsipnya sama, hanya
perbedaan frekuensi yang digunakan pada Gambar 4. 1. Peta yang menunjukkan lokasi-lokasi lintasan
pengukuran dengan metoda Gravity, AMT dan MT di
frekuensi audio antara ( 0,001 – 10KHz) yang wilayah yang berhadapan dengan danau lumpur.
diperhitungkan dapat menembus kedalaman >
“PeranGeologidalamPengembanganPengelolaanSumberDayaAlamdanKebencanaan”
Seminar NasionalKe – III
FakultasTeknikGeologiUniversitasPadjadjaran
“PeranGeologidalamPengembanganPengelolaanSumberDayaAlamdanKebencanaan”
Seminar NasionalKe – III
FakultasTeknikGeologiUniversitasPadjadjaran
“PeranGeologidalamPengembanganPengelolaanSumberDayaAlamdanKebencanaan”
Seminar NasionalKe – III
FakultasTeknikGeologiUniversitasPadjadjaran
pendekatan dari pengukuran anomali memiliki arah dan pola yang sama juga
gayaberat maupun medan magnetik dalam terdapat di tengah dan di sebelah barat daerah
suatu jendela bergerak. Dalam jendela penelitian dengan kedalaman serta panjang
tersebut, anomali diasumsikan sebagai struktur yang bervariasi. Sesar-sesar tersebut
refleksi dari satu sumber anomali dengan tampak jelas dari kelurusan titik-titik
kerapatan atau kemagnetan yang seragam kedalaman yang dibuat dari solusi
dengan karakteristik posisi dan kedalaman
dekonvolusi Euler.
dari sumber anomali yang lebih dekat atau
yang memberikan efek lebih besar. 5.2. Data Magnetotellurik
Dalam metode ini, harga kerapatan batuan Pengukuran data magnetotellurik (MT)
maupun kerentanan magnetik tidak perlu menghasilkan sebanyak 9 titik ukur yang
diketahui atau dihitung. Karena itu, metode dibuat berbentuk penampang tahanan jenis
dekonvolusi ini sangat bermanfaat untuk MT, dengan interval antar titik ukur kira-kira
memperoleh informasi yang cepat pada 1km. Lintasan ini dibuat pada arah dari
daerah yang kurang data atau informasi baratdaya ke timurlaut, atau sepanjang
lainnya. penampang dari Desa Watukosek di kaki
Hasil dari dekonvolusi Euler (Gambar 5.4.) Gunung Penanggungan sampai dengan daerah
memperlihatkan beberapa kelurusan dari Porong (Gambar 5.5.)
struktur yang berarah baratdaya - timurlaut,
yaitu di sebelah timur kaki Gunung
Penanggungan dengan kedalaman 0.2 - 0.7
km. Pola yang mirip diidentifikasi juga lebih
kearah timur lagi yaitu disekitar pemboran
sumur Lapindo Brantas daerah Porong dengan
kedalaman 1,5 – 3 km.
“PeranGeologidalamPengembanganPengelolaanSumberDayaAlamdanKebencanaan”
Seminar NasionalKe – III
FakultasTeknikGeologiUniversitasPadjadjaran
kembali agak menipis dengan kisaran struktur patahan yang teridentifikasi pada
ketebalan 0-100 meter pada titik MT-7 metode dekonvolusi, di kaki Gunung
kemudian agak menebal kembali, mulai dari 0 Penanggungan (lihat Gambar 5.4 ).
- 400 meter pada titik MT-8. Dari titik MT-8
VI KESIMPULAN
ke arah titik MT-9, lapisan ini kembali agak
menipis dengan ketebalan mulai dari 0 - 200 Berdasarkan pembahasan dan analisis dari
meter. Lapisan kedua tersebar mulai dari titik semua data yang sudah dikumpulkan di
ukur MT-2 sampai dengan titik ukur MT-9. lapangan dan pemodelan yang dilakukan
Pada umumnya ketebalan lapisan ini hampir dengan simulasi komputer maka dapat
homogen di bawah lapisan pertama serta disimpulkan:
menunjukkan pola yang menerus sampai titik a) Terdapat tiga pola kelurusan struktur yang
ukur MT-9. Tebal lapisan kedua ini berarah NE-SW di wilayah Porong,
diperkirakan rata-rata 200 meter. Lapisan Sidoarjo, yang salah satunya membentang
ketiga terdistribusi mulai dari titik ukur MT-1 dari daerah desa Watukosek di kaki
sampai dengan MT-9. Pada titik ukur MT-1 Gunung Penanggungan ke arah danau
dan 2 lapisan ini tampak muncul di dekat lumpur di Sidoarjo. Kelurusan struktur ini
permukaan, kemudian menerus dibawah yang ditafsirkan sebagai zona patahan
lapisan pertama dan kedua sampai titik ukur dengan kedalaman antara 0.2 hingga 0.7km
MT-9. Antara titik ukur MT-2 dan MT-3, di daerah desa Watukosek dan semakin
pada lapisan ini dijumpai zona tahanan jenis dalam di daerah danau lumpur (1.5 hingga
yang melemah yang menerus mulai dari 3 km), merupakan zona permeable yang
kedalaman 250 meter sampai kedalaman 1500 dapat berperan sebagai saluran air bawah
meter lebih. Kemudian, mulai dari titik MT-4 permukaan (subsurface water channel).
sampai dengan titik MT-9 diperkirakan rata- Saluran inilah yang diinterpretasikan
rata ketebalan lapisan batuan ini adalah 300 sebagai jalan pasokan air ke danau lumpur
meter dengan kedalaman bervariasi mulai dari sehingga semburan lumpur terus
600 meter pada titik MT-4 sampai 1200 meter berlangsung hingga saat ini.
pada MT-5 dan pada titik MT-7 kembali lebih b) Walaupun data pada peta dekonvolusi
dangkal sampai kedalaman 400 meter dari menunjukkan kedalaman struktur patahan
permukaan. Pola ini mengalami perulangan yang lebih dangkal (antara 0.2 hingga
yang sama sampai titik MT-9 mengikuti pola 0.7km), namun besar kemungkinan
lapisan di atasnya. Lapisan keempat dijumpai struktur ini menerus hingga kedalaman
pada titk MT-1 mulai kedalaman 400 meter yang lebih dalam, seperti yang terlihat
dari permukaan sampai kedalaman lebih dari pada penampang tahanan jenis 2-D MT
1500 meter. Kemudian, pada titik MT-4 (Gambar 5.7). Hal ini berarti bahwa
lapisan ini terdapat mulai pada kedalaman saluran pasokan air dari daerah Watukosek
1000 meter dari permukaan menerus naik ke lokasi danau lumpur dapat berlangsung
sampai kedalaman 600 meter pada titik MT-7 dari kedalaman 200 meter hingga 1500
dan terus mengalami perulangan mengikuti meter.
lapisan di atasnya sampai titik MT-9.
Pola tahanan jenis yang melemah ini
mengindikasikan bahwa zona tersebut adalah PUSTAKA
zona yang telah berkurang kekompakan Blakely, R.J., 1995. Potential Theory in
batuannya dan ini dapat diakibatkan oleh Gravity and Magnetic Applications,
gerakan atau deformasi yang terjadi Cambridge University Press, USA
disebabkan adanya struktur patahan. Patahan
ini sepertinya merupakan ujung selatan
“PeranGeologidalamPengembanganPengelolaanSumberDayaAlamdanKebencanaan”
Seminar NasionalKe – III
FakultasTeknikGeologiUniversitasPadjadjaran
Dahrin, D., Kadir, W.G.A. dan Fatkhan, 1995. Pringgoprawiro, H., (1983) Biostratigrafi dan
Analisa Metode Dekonvolusi Euler dan paleogeografi cekungan Jawa Timur
Analisa Spektral Untuk Penentuan Utara, suatu pendekatan baru,
Posisi Benda Anomali dari Medan Disertasi, ITB.
Gravitasi Studi Kasus Selat Sunda, Pringgoprawiro, H., (2008) Revisi Stratigrafi
OFP-Institut Teknologi Bandung Cekungan Jawa Timur Utara dan
Kamtono dkk., (2005) Penelitian geologi dan Paleogeografinya, Disertasi, ITB.
geofisika daerah Bojonegoro-Tuban http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=bro
Cekungan Jawa Timur Utara (CJTU), wse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-
Laporan Penelitian, Puslit Geoteknologi harsonopri-28536
LIPI, Bandung. Santosa dan T. Suwarti, (1992) Geologi
Kerugian Lumpur Lapindo Sangat Besar, Lembar Malang, Jawa, Pusat Penelitian
diunduh pada tanggal 8 Juni 2010 pada dan Pengembang Geologi, Bandung.
alamat: Satyana, A.H. dan Paju, J.A., (2010)
http://metrotvnews.com/index.php/metr Optimalisasi sumber daya migas
omain/newsvideo/2010/05/31/106282/K cekungan Jawa Timur, Blog IAGI,
erugian-Luapan-Lumpur-Lapindo- http://geologi.iagi.or.id/2010/06/29/opti
Sangat-Besar. malisasi-sumberdaya-migas-cekungan-
Kronologi Bencana Lumpur Lapindo, jawa-timur/
diunduhpadaalamat: http://www.media Satyana A.H. dan Satnidar, (2008) Mud
indonesia.com/read/2010/07/27/158098/ Diapirs and Mud Volcanoes in
89/14/Kronologi-Bencana-Lumpur- Depression of Java to Madura: Origins,
Lapindo Natures and Implications to Petroleum
Kusumastuti, A., P. Van Rensbergen and J. K. System, Prosiding IPA.
Warren, (2002) Seismic Sequence Telur Naga Meredam Semburan yang
Analysis and Reservoir Potential of diunduhdarialamat:
Drowned Miocene Carbonate Platforms http://www.gatra.com/2007-05-
in the Madura Strait, East Java, 21/artikel.php?id=102872
Indonesia, AAPG Bull, vol 86/2, p. Wardhana, D.D. dan Gaol, K. L., (2003)
220. Aplikasi Metode Dekonvolusi Euler
Mazzini, A., Svensen, H., Akhmanov, G.G., Terhadap Anomali Gayaberat Untuk
Aloisi, G., Planke, S., Malthe- Studi Struktur Regional Jawa Tengah.
Sorenssen, A. and Istadi,B. (2007) Jurnal Geofisika (HAGI), Ed.Tahun
Triggering and dynamic evolution of the 2003-No.2, p.2-7.
LUSI mud volcano, Indonesia, Earth
and Planetary Science Letters, vol.
261, Issues 3-4, p. 375-388.
Muhammad Adib Hasan, Pemodelan Model
Zona Subduksi dan Struktur Bawah
Permukaan Jawa Timur Berdasarkan
Kajian Anomali Gravitasi,
http://eprints.undip.ac.id/2663/1/
Penyebab Semburan Lumpur Sidoarjo,
diunduhdarialamat:
http://miningundana07.wordpress.com/2
009/10/08/penyebab-semburan-lumpur-
sidoarjo/
“PeranGeologidalamPengembanganPengelolaanSumberDayaAlamdanKebencanaan”