Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hampir semua proses kimia berlangsung dalam larutan sehingga penting
untuk memahami sifat-sifatnya. Larutan adalah sesuatu yang penting bagi manusia
dan makhluk hidup pada umumnya. Reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung
antara dua campuran zat, bukannya antara zat murni. Banyak reaksi kimia yang
dikenal, baik di dalam laboratorium atau di industri terjadi di dalam larutan.
Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu
komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau
solvent. Sedangkan komponen dalam jumlah sedikit disebut zat terlarut atau solute.
Konsentrasi dalam suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada
dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa
cara. Antara lain adalah molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya.
Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam
kebanyakan reaksi berlangsung di dalam larutan air. Tubuh manusia menyerap
mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk larutan . Obat-obatan bisanya
merupakan larutan air atau alkohol dari senyawa fisiologis aktif. Larutan biasanya
terdiri dari dua zat atau lebih yang merupakan campuran homogen.
Media tumbuh merupakan media yang dipersiapkan untuk digunakan
sebagai media penumbuh mikroba. Komposisi media tumbuh disesuaikan dengan
mikroba yang akan ditumbuhkan. Berdasarkan bentuknya, media tumbuh dapat
dibagi menjadi cair (broth) dan media padat (agar). Perbedaan dari kedua media ini
yaitu penambahan tepung adalah untuk memadatkan media. Sedangkan media padat
dibagi menjadi tiga macam, yaitu media agar tegak (deep agar), agar miring (slants
agar), dan lempeng agar (plate agar).

1
Pada media cair prinsip utama dalam menginokulasikan mikroba atau biakan
adalah menumbuhkan mikroba tersebut dan mengamati pola pertumbuhannya.
Media cair merupakan media yang tidak mengandung agar, contohnya LB dan NB.
Pada media padat prinsip utama dalam menginokulasikan mikroba atau
biakan adalah menumbuhkan mikroba yang sudah ditentukan dalam praktikum dan
mengamati karakteristik morfologisnya. Inokulasi pada media padat dilakukan
dengan teknik agar miring, teknik agar tegak, dan teknik lempeng agar. Media padat
merupakan media yang mengandung 15 % agar, sehingga setelah dingin kemudian
menjadi padat.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui media pertumbuhan bakteri;
2. Mengetahui reagensia dalam identifikasi bekteri.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa media yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri?
2. Apa reagensia yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri?

1.4 Manfaat Penulisan


1. Dapat mengetahui media pertumbuhan bakteri;
2. Dapat mengetahui reagensia dalam identifikasi bakteri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Media Pertumbuhan Bakteri


Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas
campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk
tumbuh dan berkembang biak pada media tersebut. Mikroorganisme memanfaatkan
nutrisi pada media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun
komponen selnya. Dengan media pertumbuhan juga bisa digunakan untuk mengisolasi
mikroorganisme, identifikasi, dan membuat kultur murni. Komposisi media
pertumbuhan dapat dimanipulasi untuk tujuan isolasi dan identifikasi
mikroorganisme tertentu sesuai dengan tujuan masing-masing pembuatan suatu
media (Sutedjo,1996).
Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia
nutrisi bagi mikroorganisme yang akan dibiakkan pada media, selain itu media juga
berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan
mikroorganisme dalam waktu yang lama di laboratorium. Media juga dapat
digunakan untuk mempelajari sifat-sifat koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta
sifat-sifat biokimiawinya. Di dalam laboratorium mikrobiologi kedokteran media
juga dapat digunakan untuk pembuatan antigen, toksin dan untuk pasasi kuman
dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.

2.2 Komponen Penyusun Media


1. Bahan Dasar
a. Air (H2O) sebagai pelarut.
b. Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit
didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu
45oC.
3
c. Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah
polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya
adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya
dibanding agar.
d. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga
sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan
media bagi mikroorganisme autotrof obligat.

2. Nutrisi atau Zat Makanan


Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel
yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan
unsur pelikan/trace element.
a. Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik
atau anorganik sesuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof
memerlukan sumber karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak,
protein dan asam organik.
b. Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen
lain. Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti
urea.
c. Vitamin-vitamin.

3. Bahan Tambahan
a. Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan
tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan
untuk indikator perubahan pH akibat produksi asam organik hasil
metabolisme.
b. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
nontarget/kontaminan.

4. Bahan yang Sering digunakan dalam Pembuatan Media


a. Agar
Agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan
terbuat dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat

4
(gelling) yang pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk
membuat media.
b. Peptone
Peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot,
liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya
tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
c. Meat extract
Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta
dan daging sapi.
d. Yeast extract
Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alkohol.
Yeast extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex).
e. Karbohidrat
Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino
dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunakan dalam
amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang
ditambahkan untuk analisis fermentasi adalah 0,5-1%.

2.3 Jenis-jenis Media


Media untuk kultur bakteri dalam mikrobiologi ada banyak jenisnya dan dapat
menjadi tiga kelompok besar berdasarkan bentuk, komposisi/susunannya, dan
fungsinya.
1. Berdasarkan Bentuknya
Bentuk media ada tiga macam yang dapat dibedakan dari ada atau tidaknya
bahan tambahan berupa bahan pemadat seperti agar-agar atau gelatin. Bentuk media
tersebut yaitu:
a. Media Padat
Media padat merupakan media yang mengandung banyak agar atau zat
pemadat kurang lebih 15% agar sehingga media menjadi padat. Media ini
dapat dibedakan menjadi tiga jenis menurut bentuk dan wadahnya yaitu,

5
media tegak, media miring, dan media lempeng. Media tegak menggunakan
tabung reaksi yang ditegakkan sebagai wadahnya, media miring menggunakan
tabung reaksi yang dimiringkan, sedangkan media lempeng menggunakan
petridish (plate) sebagai wadahnya. Media ini umumnya digunakan untuk
pertumbuhan koloni bakteri atau kapang.

b. Media Semi Padat atau Semi Cair


Media semi padat merupakan media yang mengandung agar kurang dari
yang seharusnya kurang lebih 0,3% - 0,4% sehingga media menjadi kenyal,
tidak padat, dan tidak begitu cair. Umumnya digunakan untuk pertumbuhan
mikroba yang banyak memerlukan air dan hidup anerobik dan untuk melihat
pergerakan mikroba.

c. Media Cair
Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat,
umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroalga.

2. Berdasarkan Komposisi/susunannya
a. Media Alami/non sintetis
Media alami merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami
dimana komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya
langsung diekstrak dari bahan dasarnya seperti kentang, tepung, daging, telur,
ikan sayur, dsb. Contohnya: Tomato juice agar.

b. Media Semi Sintesis


Media semi sintesis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan
alami dan bahan-bahan sintesis. Contohnya: kaldu nutrisi.

6
c. Media Sintesis
Media sintesis yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang jenis
dan takarannya diketahui secara pasti. Contohnya: Mac Conkey Agar.

3. Berdasarkan Fungsinya
a. Media Basal (media dasar)
Media basal adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk
membuat media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat mendukung
pertumbuhan hampir semua jenis mikrobia, contohnya adalah nutrient broth,
kaldu pepton, dsb.

b. Media Diferensial
Media diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba yang
berbeda, mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus sehingga dapat
dibedakan. Contohnya Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Sulfit Indol
Motility (SIM), dsb.

c. Media Selektif
Media selektif adalah adalah media yang memungkinkan suatu jenis
mikroba tumbuh dengan pesat, sementara jenis mikroba yang lain terhambat.
Contohnya Media Salmonella Shigella Agar (SSA), Thiosulphate Citrate Bile
Salt (TCBS), dsb.

d. Media Diperkaya (enrichment)


Media diperkaya adalah media yang dirancang untuk mendukung
pertumbuhan mikroorganisme. Media tersebut memiliki konstituen nutrisi
yang mendorong pertumbuhan mikroba tertentu. Contohnya kaldu selenit,

7
atau kaldu tetrationat untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari
tinja.

e. Media Uji
Media uji adalah media yang digunakan untuk identifikasi mikroba,
umumnya ditambah dengan substansi tertentu yang menjadi indikator,
misalnya medium litmus milk.

2.4 Persyaratan Media


1. Tingkat Keasaman (pH)
Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral dan pH 4,6 – 7,0
merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang dan
khamir tumbuh pada pH yang lebih rendah.

2. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu
optimum tertentu untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga
kelompok sebagai berikut:
a. Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan
pada suhu 0-20o C.
b. Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20-
45o C.
c. Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.
Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil,
yaitu tumbuh baik pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen
umumnya mempunyai suhu optimum pertumbuhan sekitar 37 o C, yang juga
adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena itu, suhu tubuh manusia merupakan
suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri pathogen. Mikroba
perusak dan pathogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4–66oC.

8
3. Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai
nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar
tersebut adalah karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi
dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-
sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak bersih dan higinis pada
lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di
lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan
lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir
sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.

4. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba
dibedakan atas 4 kelompok sebagai berikut:
a. Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya.
b. Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
c. Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa
adanya oksigen.
d. Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada
konsentrasi yang lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal
di udara. Mikroba perusak pangan sebagian besar tergolong aerob, yaitu
membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali bakteri yang
dapat tumbuh pada saluran pencernaan manusia yang tergolong anaerob
fakultatif.

5. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan
osmose lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis.
Sebaliknya tekanan osmose lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan
sel membengkak dan juga dapat mengakibatkan rusaknya sel. Olah karena
9
itu dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat
tekanan osmose yang sesuai walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi,
perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh terlalu besar.

6. Sterilitas
Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami bakteri
yang dimaksud tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.

2.7 Cara Penyimpanan Reagen dan Media


1. Penyimpanan Media
a. Seteleh media dingin simpan sesuai dengan jenis media yang dibuat , bisa
disimpan dalam almari es, suhu ruang maupun tempat gelap.
Untuk penyimpanan media ada hal –hal yang harus diperhatikan antara lain:
- Jangan terkena sinar matahari secara langsung atau terkena panas
secara langsung.
- Untuk media-media yang diperkaya dengan darah, antibiotic maupun
serum harus disimpan dalam lemari es.
- Media yang ditempatkan dicawan petri harus dijaga jangan sampai
kering sebaiknya simpan didalam lemari es dan ditempatkan dalam
plastik tertutup.

2. Cara penyimpanan Reagen


a. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan
penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan
(segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan
(labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder
(secondary containment), bahan kadaluarsa (outdatechemicals),
inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard
information).
b. Pisahkan antara sediaan liquid dan solid dan klasifikasikan berdasarkan
sifatnya flamable, mudah meledak, toxic, oksidator, korosif, infeksi, dll.
c. Disimpan dalam suatu lemari hindari bahan dari kayu.
d. Kondisi ruangan harus dingin/ber ac atau dengan dilengkapi exhaust
fan, lampu ruangan pilih yang fire proof, dan kalau tidak dilengkapi

10
dengan AC, ruangan harus punya sirkulasi udara yg baik Karena ada
beberapa reagen yg penyimpananya dibawah suhu 25 C, pantau suhu
ruangan maksimal 30 C.
e. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas
atau kena sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan
harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar
ruangan. Pada penataan bahan kimiapun diperlukan sumber literatur
untuk mengetahui spesifikasi masing-masing bahan kimia tersebut.
Spesifikasi bahan kimia akan dijumpai pada buku katalog bahan.
f. Jika terjadi tumpahan yang paling baik mengatasinya dengan pasir atau
dengan air kran.
g. Buat sistem administrasi nya: daftar isi, jumlah stock, ED bahan,
memasang perhatian APD yg sesuai dg peruntukannya, dll.
h. Salah satu informasi penting yang harus selalu disertakan adalah lembar
data keselamatan data (Material Safety Data Sheet – MSDS). Informasi
MSDS disamping harus tercantum pada produksi, juga harus
munculpada dokumen pengangkutan, penyimpanan, pengedaran dan
juga pada kemasan bahan tersebut.
Penyimpanan Reagen yang bersifat berbahaya memerlukan perlakuan khusus,
antara lain:
a. Lokasi dan konstruksi tempat penyimpanan reagen yang bersifat berbahaya
dan beracun membutuhkan pengaturan tersendiri, agar tidakterjadi kecelakaan
akibat kesalahan dalam penyimpanan tersebut. Salah satupersyaratan
kelengkapan pada tempat penyimpanan tersebut adalah sistem tanggap darurat
dan prosedur penanganannya.
b. Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah
tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses
pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila
bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya
terutama tingkat kebahayaannya.
c. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus
disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain
11
seperti api, gas beracun, dan ledakan. Penyimpanan bahan kimia tersebut
harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya
benzene memiliki sifat flammable dan toxic.
d. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada
timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus
ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada
disimpan pada cabinet bahan toxic.
e. Reagen berbahaya dan beracun yang dianggap kadaluwarsa, atau tidak
memenuhi spesifikasi, atau bekas kemasan, yang tidak dapat digunakan tidak
boleh dibuang sembarangan, tetapi harus dikelola sebagai limbah berbahaya
dan beracun. Kadaluwarsa adalah bahan yang karena kesalahan dalam
penanganannya menyebabkan terjadinya perubahan komposisi dan atau
karakteristik sehingga bahan tersebut tidak sesuai lagi dengan spesifikasinya.
f. Salah satu langkah yang wajib dilakukan adalah kewajiban uji kesehatan
secara berkala bagi pekerja, sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun,
denganmaksud untuk mengetahui sedini mungkin terjadinya kontaminasi oleh
zat/senyawa kimia berbahaya dan beracun terhadap pekerja atau pengawas
lokasi tersebut.
g. Salah satu kehawatiran utama dalam penanganan berbahaya dan beracun
adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan baik pada saat masih dalam
penyimpanan maupun kecelakaan pada saat dalam pengangkutannya.
Kecelakaan ini adalah lepasnya atau tumpahnya reagen kelingkungan, yang
memerlukan penanggulangan cepat dan tepat. Bila terjadi kecelakaan, maka
kondisi awalnya adalah berstatus keadaan darurat (emergency).
Penyimpanan reagen yang bersifat anhidrat, disimpan di dalam oven pada
suhu 100-110oC, selama 1-2 jam dan sebaiknya semalam, sedangkan
penyimpanan reagen yang bersifat hidrat disimpan pada eksikator.

2.6 Contoh Media dan Reagen Pertumbuhan Bakteri

12
1. Nutrien Agar (NA)

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak
selektif, dalam artian mikroorgsnisme heterotof. Media ini merupakan media
sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar.
Komposisi :
 Bacto ekstar  NaCl
 Bacto pepton  Aquadest
 Bacto agar

Cara pembuatan:
 Timbang nutrien agar 4 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquadest 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan di atas pemanas air sambil diaduk hingga larut sempurna
(jangan sampai mendidih) .
 Turunkan dari pemanas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas
kering dan diberi label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
 Keluarkan dari autoclave kemudian tuangkan dalam cawan petri
secara aseptis.
 Biarkan dingin, isolasi dan masukkan ke dalam lemari pendingin.

2. Endo Agar (EA)

13
Endo agar adalah media padat (solid plating media). Digunakan untuk
menumbuhkan bakteri yang hidup di usus, misalnya Escherichia Coli. Media
ini mengandung natrium sulfat dan “basic fuchsin” yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif. Asam yang dihasilkan dari perombakan
laktosa dapat dideteksi dengan asetaldehida dan natrium sulfit.
Komposisi:
 Bacti ekstrak daging  Na2SO3
 Bacto pepton  Bacto agar
 NaCl  Basic Fucsin 10%
 Bacto lactosa  Aquadest

3. Mac Conkey Agar (MCA)

Media ini merupakan media padat dan media alfferensial digunakan


untuk seleksi dan pertumbuhan Enterobacteriacede dan bakteri gram negatif
yang berbentuk batang seperti Escherichia coli. Garam-garam empedu dan
kristal violet di dalam media ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif.
Komposisi :
 Bacto pepton  Bacto Aga
 Proteosa pepton  Bacto nectral rea
 Bacto lactosa  Bacto kristal read
 Garam empedu  Aquadest

14
 NaCl

4. Eosolin Methylene Blue Agar (EMBA)

Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung


laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan
laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang
memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap
dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya
tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam
perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap
awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella
sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik
untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli.
Komposisi:
 Bacto pepton  Bscto agar
 Bacto lactosa  Bacto eosin
 Sukrosa  Bacto methylene blue
 K2HPO4  Aquadest

5. Blood Agar Plate (BAP)

15
Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang sulit
untuk dibiakan dan juga untuk membedakan kelompok mikroorganisme yang
melisis atau tidak melisiskan butir darah merah. Lisis butir darah merah
terlihat sebagai wilayah jernih di sekitar koloni. Bila proses lisis sempurna
akan terlihat di wilayah yang benar-benar jernih dan jenis hemolisisnya
disebut Beta Hemolisis. Bila proses lisis tidak sempurna dan media berwarna
kehijauan maka jenis hemolisisnya disebut Alpha Hemolisis. Bakteri yang
tidak mampu melisiskan butir darah dan tidak menyebabkan perubahan nyata
pada media tersebut disebut Gamma Hemolisis. Kelompok mikroorganisme
yang sering dibedakan berdasarkan kemampuan melisiskan butir darah
merah adalah streptococcus dan staphylococcus, proses hemolisis disebabkan
oleh enzim yang dilepas mikroorganisme.

Komposisi:
 Ekstrak daging  Basic fuchsin
 Bacto pepton  Na2CO3
 NaCl  Aquadest
 Laktosa  Darah “O”
 Bacto agar

6. Agar Coklat

16
Kegunaannya adalah untuk menumbuhkan bakteri yang sulit tumbuh pada
perbenihan sederhana dan biasanya dipakai untuk menumbuhkan golongan Neisseriae
dan Hemorhylus influenza. Prosedur kerjanya sama dengan pembuatan Blood Agar,
hanya setelah penambahan darah dipanaskan kembali sampai 80-90% selama 5-15
menit sampai berwarna coklat. Semua ini di kerjakan dalam water bath.
Bahan dari coklat agar sama dengan bahan pada media Blood Agar. Media ini
berwarna coklat disebabkan oleh suhu yang lebih tinggi saat pemanasan.
Komposisi:
 Proteose Peptone  Corn Starch
 Sodium Chloride  Hemoglobin, Bovine
 Dipotassium Phosphate  KoEnzyme Enrichment
 Monopotassium Phosphate  Agar

7. Salmonella Shigella Agar (SSA)

Perbenihan ini mirip MCA, hanya penggunaanya lebih khusus lagi untuk basil
gram negative pathogen enteric, sehingga dipakai untuk isolasi dari specimen tinja
terutama salmonella shigella yang keduanya memperlihatkan pertumbuhan koloni
yang tidak berwarna. Sebagai bahan penghambat utama adalah garam empedu dan
brilliant green yang tidak hanya menghambat bakteri asam positif saja tetapi menekan
pertumbuhan basil pathogen non enteric lainnya.

17
Komposisi:
 Ekstrak sapi  Ferri sitrat
 Proteose peptone  Agar
 Laktosa  Merah netral
 Garam bile no.3  Hijau brilliant
 Natrium sitrat  Aquadest
.
8. Bismuth Sulfit Agar (BSA)

Bismut Sulfite Agar merupakan jenis media agar yang digunakan


untuk mengisolasi Salmonella spesies. Menggunakan glukosa sebagai
sumber utama karbon. BLBG dan berhenti bismut gram
positif pertumbuhan. sulfit Bismuth agar-agar tes kemampuan untuk
memanfaatkan ferro sulfat dan mengubahnya menjadi hidrogen sulfida.
Komposisi:
 Enzimatik Digest of Casein  Disodium fosfat
 Enzimatis Intisari dari jaringan  Ferrous Sulfat
 Bismuth Sulfit Indikator
hewan
 Brilliant Hijau
 Beef Extract
 Agar
 Dextrose

9. Taurocholate Citrate Broom Thymul, Blue Suchrose Salt Agar (TCBS)

(TCBS) adalah media selektif untuk Vibrio Cholera. Medium TCBS Oxid
sempurna dan tidak membutuhkan bahan tambahan atau tambahan darah steril
18
dan media ini lebih menguntungkan dari media lanryl sulphate tellurite agar yang
membutuhkan tambahan lebih lanjut setelah pensterilisasian penampakan koloni
dari organisme. Pada media TCBS setelah 24 jam inkubasi pada suhu 35 0 C.
Komposisi :
 Yeast Extract  Sodium Chloride
 Bacteriological Peptone  Bromothymol Blue
 Sodium thiosulphate  Thymol Blue
 Sodium Citrate  Agar
 Ox bile  Aquadest
 Sucrose  PH 8,6

10. Blood Tellurit Agar

Digunakan untuk isolasi bakteri bergranula volutin (Corynebacterium


diphtheriae) yang selanjutnya ditanam pada gula-gula untuk difteri. Berwarna
transparan. tidak mengandung indikator tetapi mengandung darah dengan
kadar 5-10% dan Kalium Telurit 1% 37,5 ml.
Komposisi:
 Meat Extract  Pottasium Tellurite
 Peptone  Horse Blood, defibrinated, lysed
 Sodium Chloride  Agar

11. Manitol Salt Agar (MSA)

19
Media ini mengandung kadar NaCl tinggi, sehingga akan menghambat
pertumbuhan bakteri, namun staphylococcus tidak dihambat
pertumbuhannya. Staphylococcus aureus akan membentuk zona kuning.
Sedangkan S.epidermis akan membentuk zona merah. Warna kuning
disebabkan oleh fermentasi mannitol disertai permukaan asam, sedangkan
warna merah disebabkan oleh mennitol yang tidak difermentasikan. Merah
fenol merupakan indikator untuk melihat adanya pembentukan asam.
Komposisi:
 Ekstark sapi  Proteose peptone no.3
 NaCl  D-Mannitol
 Agar  Merah fenol
 Aquadest

12. Media Violet Red Bile Agar

Media Violet Red Bile Agar merupakan media padat berwarna merah
yang digunakan untuk deteksi dan penentuan coliform dalam
makanan, air susu, dan bahan sanitasi lainnya.
Komposisi:
 Pankreas Digest of Gelatin  Lactose
 Ragi Extract  Sodium Chloride
 Garam empedu  NetralMerah
 Agar  KristalViolet

13. Tryptone Bile Glucoronic Medium (TBX)

20
Medium ini merupakan modifikasi dari Tryptone Empedu Agar.
Tryptone Bile Agar dikembangkan untuk meningkatkan deteksi E. coli pada
makanan. TBX Medium ditingkatkan dengan penambahan agen kromogenik,
X-glukuronida, mendeteksi aktivitas glucuronidase. Kehadiran enzim D-
glucuronidase membedakan E. coli spp. dari coliform lain, dan enzim yang
sama digunakan dalam MUG reaction.
Komposisi:
 Tryptone
 Bile Salts
 X-Glucuronide
 Agar

14. KF Streptococccus

KF Steptococcus merupakan media selektif Sterptococcus spesies


Enterococci. Maltosa dan dan laktosa dimetabolisme sebagian besar
enterococci dengan produksi asam dan jadi meningkatkan pertumbuhan
bakteri ini, mikroorganisme yang tidak diinginkan sebagian besar ditekan
sodium acid. Bentuk asam dideteksi oleh bromcresoll ungu dengan perubahan
warna ke warna media menjadi kuning. Enterococci menurunkan TTC
memberi fomazan merah dan jadi terlihat sebagai koloni yang berwarna
merah.

21
Komposisi:
 Enzymatic Digest of Animal  Sodium Glycerophosphate
 Maltose
Tissue
 Lactose
 Triphenlytetrazolium Chloride
 Sodium Azide
(TTC)  Bromcresol Purple
 Yeast Extract  Agar
 Sodium Chloride

15. Vogel Johnson Agar (VJA)

Vogel Johnson Agar digunakan untuk deteksi dini Staphylococcus


aureus, dengan mengidentifikasi koagulase positif dan fermentasi manitol
strain. Medium yang sangat baik untuk
mendeteksi Staphylococci Staphylococcus pembawa serta studi kepedulian
sanitasi. S. aureus mengurangi tellurite kalium ke tellirium logam dan
menghasilkan pertumbuhan koloni hitam. Fermentasi manitol ini ditunjukkan
dengan zona kuning di sekitar koloni hitam dan mengubah warna merah
medium menjadi kuning.
Komposisi:
 Glycine  Manitol
 Trypton  Fosfat Dipotassium
 Lithium Klorida  Ekstrak Ragi
 Fenol Merah  Agar

16. Cetrimide

22
Cetrimide digunakan untuk isolasi dan difrensiasi pseudomonas
aerogenosa dari berbagai jenis bakteri lainya. Cetrimide sebagian besar
menghambat pertumbuhan bakteri yang mengiringi pertumbuhan Ps. Aerogenosa
dan meminimalkan gangguan terhadap pertumbuhan Ps. Aerogenosa. Produksi
pigmen tidak dihambat sewaktu tumbuh pada media ini. Warna pigmen kuning-
hijau.
Komposisi:
 Enzymatic Digest of Gelatin  Potassium Chloride
 Glycerol  Cetyltrimethyl Ammonium
 Magnesium Chloride Bromide
 Agar

17. Pseudomonas Isolation Agar

Media Selektif ini digunakan untuk isolasi Pseudomonas, bentuk putih


transparan dan menggunakan indikator karbohidrat bebas pepton dengan pH
indikator brom cresol ungu. Karbohidrat spesifik ditambahkan
dalam konsentrasi 0,5-1%.
Komposisi:
 Pankreas Digest of Gelatin  Magnesium Chloride
 Kalium Sulfat  Irgasan (triklosan)

23
 Agar

18. SIM Medium

Kegunaannya yaitu untuk membedakan golongan kuman enteric


berdasarkan produksi sulfide, indol, dan motilitas (gerak kuman).
Komposisi:
 Pepton from Cassein  Na2S2O3
 Pepton from Meat  Agar
 NH4 Iron (III) Citrat  Aquadest

19. Simmons Citrat Agar (SCA)

SCA adalah media selektif yang berwarna hijau karena mengandung zat
warna bromthymol blue. Simmons citrate positif berwarna biru setelah ditumbuhi
kuman. Kegunaannya yaitu untuk menderterminasi kemampuan bakteri yang
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dengan produk akhir basa.
Komposisi:
 MgSO4  Bacto Agar
 (NH4)3PO4  Bromthymol Blue
 K2HPO4  Aquadest
 C6H5Na3O7.2H2O  NaCl

20. Tripple Sugar Iron Agar (TSIA)

24
Media TSIA memberikan informasi fermentasi mengenai glukosa,
pemanfaatan gula laktosa dan sukrosa, dan proses pernapasan anaerobik. Proses
pernapasan yang menggunakan belerang sebagai penerima elektron terakhir
untuk menghasilkan hidrogen sulfida. Informasi ini berguna dalam identifikasi
basil gram negatif.
Komposisi:
 Bacto ekstrak daging  Bacto dekstrosa
 Bacto pepton  FeSO4
 Bacto ekstrak ragi  Na2S3O3
 Preteosa pepton  Bacto agar
 Bacto laktosa  Bacto merah fenol
 Bacto sukrosa  Aquadest

21. Lowenstein Jensen

Digunakan untuk menumbuhkan Mycobacterium tuberculos, untuk


diagnosis infeksi mikobakteri, untuk menguji kerentanan antibiotik isolate,
dan untuk membedakan berbagai jenis mycobacterium (morfologi koloni,
tingkat pertumbuhan, karakteristik biokimia, dan mikroskop). Koloni
M.tuberculosis berwarna krem, permukaannya tidak rata atau berdungkul-
dungkul seperti bunga kubis kering. Koloni mikrobacteria yang patogen akan

25
berbau seperti aroma buah. Pemberian gliserol juga bisa merangsang
pertumbuhan M.tuberculosis.
Komposisi:
Komposisi media Lowenstein Jansen dalam 600 ml air mengandung:
a) Lowenstein Jensen menengah
 Asparagin  Kentang tepung
 Monopotasium fosfat  Malasit hijau
 Magnesium sitrat  Telur (segar, utuh)
 Magnesium sulfat  Gliserol
b) Lowenstein Jensen dengan 5% sodium cloride, sama dengan prosedur
no 1 hanya ditambah dengan 80,0 gr sodium chloride.
c) Lowenstein Jensen dengan micobacterium selective, sama dengan
prosedur no 1 hanya ditambah dengan Cycloheximide 0,64 gr,
Lincomicin 3,2 mg, dan asam nalidixic 56,0 mg.
d) Lowenstein Jensen Gruft modification, sama dengan prosedur no 1
hanya ditambah dengan 56,0 mg asam nalidixic dan 80 mg RNA.

22. Motilitas Indole Ornithine (MIO) Medium

Media Motility Indol Ornithine (MIO) merupakan media yang digunakan


untuk mengetahui adanya pergerakan bakteri, kemampuan menghasilkan indol, serta
kemampuan bakteri bereaksi memecah ornitin. Motilitas bakteri ditunjukkan dengan

26
adanya sebaran kabut putih keluar dari tusukan. Untuk bakteri yang tidak motil
hanya ditunjukkan garis putih sepanjang tusukan. Produksi indol ditunjukkan
dengan pembentukan cincin warna merah pada bagian atas tabung setelah
penambahan reagen Kovac’s for indol. Untuk reaksi indol negatif tidak terbentuk
cincin merah, namun berwarna kuning. Reaksi bakteri terhadap ornitin ditunjukkan
dengan perubahan warna pada tiga perempat bagian bawah media. Untuk reaksi
dekarboksilasi ornitin positif ditunjukkan dengan warna ungu pada tiga perempat
bagian bawahnya, sedangkan reaksi dekarboksilasi ornitin negatif ditunjukkan
dengan warna kuning pada tiga perempat bagian bawah media.
Komposisi:
 Approximate Formula Per Liter  Dextrose
 L-Omitthine Monohychloride
Purified Water
 Bromcresol Purple
 Pancreatic Digest of Casein
 Agar
 Pancreatic Digest of Gelatin
 Yeaast Extract

23. Nutrient Broth

Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan dasar
adalah ekstrak beef dan peptone. Perbedaan konsentris antara Nutrient Agar dengan
Nutrient Broth yaitu nutrient agar berbentuk padat dan Nutrient Broth berbentuk
cair. Susunan kimia sama-sama sintetik. Fungsi kimia dari nutrient agar dan nutrient
broth sebagai medium umum. Medium Nutrient Broth (NB) merupakan medium
yang berwarna coklat yang memiliki konsistensi yang cair dimana medium ini

27
berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan
bakteri sama seperti medium NA.
Komposisi:
 Bacto ekstra
 Bacto pepton

24. Methyl Red/ Vogoes Prokauer (MR/VP) Broth

MR - VP Menengah ( Glukosa Phosphate Broth ) direkomendasikan untuk


kinerja tes Metil Merah dan Voges Proskauer dalam diferensiasi dari kelompok coli
– aerogenes.
Komposisi:
 Pepton from alent
 Glukosa
 Phosphate buffer

25. Media gula-gula

Media gula-gula termasuk media identifikasi. Media identifikasi adalah


perbenihan yang digunakan untuk menentukan jenis bakteri. Biasanya digunakan
beberapa media bersama-sama. Disebut media gula gula karena terbuat dari
beberapa gula seperti: glukosa, laktosa, mannosa, maltosa, sakarosa. Media gula-
gula adalah air pepton yang ditambah gula tertentu. Tujuannya adalah untuk

28
mengetahui bakteri memfermentasi karbohidrat. Pada uji gula-gula hanya terjadi
perubahan warna pada media gula-gula yang berubah menjadi warna kuning, artinya
bakteri ini membentuk asam dari fermentasi glukosa. Pada media gula-gula juga
terbentuk gelembung pada tabung durham yang diletakkan terbalik didalam tabung
media, artinya hasil fermentasi berbentuk gas.
Komposisi:
 Pepton  Indikator fenol read
 NaCl  Karbohidrat
 Aquadest

26. Pepton Water

Pepton water digunakan untuk membudidaya non pemilih mikroorganisme,


uji indol dan sebagai basal media untuk studi fermentasi karbohidrat.
Komposisi:
 Pepton
 Natrium klorida

27. Brain Heart Infusion (BHI) Broth

BHI digunakan untuk pertumbuhan bermacam-macam


mikroorganisme phatogenik (bakteri). Berisi irisan kecil dari jaringan otak dan

29
dapat digunakan untuk menumbuhkan banyak bakteri seperti streptococcus,
staphylococcus, dll.
Komposisi:
 Calf brain infusion  Na2HPO4.12H2O
 Beef heart infusion  Dextrose
 Proteose peptone atau gelysate  Aquadest
 NaCl

28. Lactose Broth

Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran


koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-
enrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa
oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial
untuk memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat
difermentasi untuk organisme koliform.
Komposisi:
 Peptone
 Ekstrak daging (sapi)
 Laktosa

29. Salenite Cystein Broth (SCB)

30
SCB (Salenite Cystein Broth) adalah media pengaya untuk
bakteri Salmonella sp. Media ini mengandung pepton, laktosa, natrium fosfat buffer
medium, sodium selenite, dan L-sistin. Masing-masing bahan memiliki perannya
sendiri. Pepton menyediakan asam amino dan nitrogen. Laktosa menyediakan
sumber energi, dan natrium fosfat buffer medium untuk mempertahankan pH.
Sodium Selenite menghambat bakteri gram positif dan menekan pertumbuhan
enterics gram-negatif yang paling lain selain Salmonella. L-sistin didirikan untuk
meningkatkan pemulihan Salmonella. Selenite cystine Broth digunakan sebagai
pengayaan selektif media untuk isolasi Salmonella dari kotoran, makanan, air dan
bahan lainnya.
Komposisi:
 Pankreas Intisari dari Kasein
 Laktosa
 Natrium Fosfat
 Sodium Selenite
 L-sistin

31
BAB IV
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Reagen adalah suatu zat atau senyawa atau larutan dalam konsentrasi tertentu
yang digunakan untuk mengetahui penjelasan dari suatu analisa dari laboratorium.
Zat atau bahan-bahan yang dipakai tersebut kebanyakan megandung bahaya. Oleh
karena itu perlu untuk mengetahui bahan-bahan kimia yang ada didalam
laboratorium beserta sifat dari bahan-bahan tersebut.
Untuk membuat suatu reagen yang terlebih dahulu seorang praktikan harus
menghitung dulu gram dari zat yang akan dilarutkan atau diencerkan. Kemudian
harus bisa menggunakan neraca analitik sebaik dan seefisien mungkin. Neraca
analitik memiliki tingkat ketelitian yang sangat tinggi, karena itu bekerja dengan
neraca ini harus secara halus dan hati-hati. Biasanya digunakan aquadest sebagai
pelarut, namun ada beberapa zat tertentu yang tidak dapat dilarutkan dengan
aquadest sehingga harus dilarutkan menggunakan pelarut tertentu.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas
campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk
tumbuh dan berkembang biak pada media tersebut.
Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia nutrisi
bagi mikroorganisme yang akan dibiakkan pada media, selain itu media juga
berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan
mikroorganisme dalam waktu yang lama di laboratorium. Media juga dapat
digunakan untuk mempelajari sifat-sifat koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta
sifat-sifat biokimiawinya. Di dalam laboratorium mikrobiologi kedokteran, media
juga dapat digunakan untuk pembuatan antigen, toksin dan untuk pasasi kuman
dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.
Bahan dasar pembuatan media yaitu:
 Air (H2O) sebagai pelarut

32
 Agar (dari rumput laut) yang berfungsi sebagai pemadat media. Agar sulit
didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu
45oC.
 Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer
asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih
banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
 Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga
sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan
media bagi mikroorganisme autotrof obligat.

1.2 SARAN
 Hendaknya selalu menggunakan APD pada saat praktikum sehingga dapat
terhindar dari kecelakaan kerja di dalam laboratorium.
 Dalam melakukan perhitungan maupun penimbangan harus dilakukan dengan
teliti sehingga didapat konsentrasi larutan yang dibutuhkan.
 Peralatan yang digunakan untuk pembuatan media hendaknya disterilkan
dahulu sebelum digunakan sehingga media yang dibuat tidak terkontaminasi.
 Reagen dan media harus disimpan pada tempat yang sesuai untuk
menghindari kerusakan media dan reagen yang telah dibuat.

33
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, 2008, Membuat Reagen Kimia di Laboratorium, Jakarta : Bumi Aksara

Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM,Tuntunan Praktikumkimia klinik i,Bagian Patologi Klinik


FK-UGM, Yogyakarta, 1995.

R. Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik , Dian Rakyat, Bandung,1992.

The Royal College of Pathologists of Australasia, Manual of Use and Interpr


etation of Pathology Tests, Griffin Press Ltd., Netley, Australia,1990

Bonang G. dan Koeswardono E.S. 1979. Mikrobiologi Kedokteran untuk


Laboratorium dan klinik. Jakarta : Gramedia

Misnadiarly., dan Husjain Djajaningrat. 2014. Mikrobiologi untuk Klinik dan


Laboratorium. Jakarta : Rineka Cipta

Gandasoebrata R. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat

34

Anda mungkin juga menyukai