PENDAHULUAN
1
Pada media cair prinsip utama dalam menginokulasikan mikroba atau biakan
adalah menumbuhkan mikroba tersebut dan mengamati pola pertumbuhannya.
Media cair merupakan media yang tidak mengandung agar, contohnya LB dan NB.
Pada media padat prinsip utama dalam menginokulasikan mikroba atau
biakan adalah menumbuhkan mikroba yang sudah ditentukan dalam praktikum dan
mengamati karakteristik morfologisnya. Inokulasi pada media padat dilakukan
dengan teknik agar miring, teknik agar tegak, dan teknik lempeng agar. Media padat
merupakan media yang mengandung 15 % agar, sehingga setelah dingin kemudian
menjadi padat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3. Bahan Tambahan
a. Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan
tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan
untuk indikator perubahan pH akibat produksi asam organik hasil
metabolisme.
b. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
nontarget/kontaminan.
4
(gelling) yang pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk
membuat media.
b. Peptone
Peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot,
liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya
tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
c. Meat extract
Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta
dan daging sapi.
d. Yeast extract
Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alkohol.
Yeast extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex).
e. Karbohidrat
Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino
dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunakan dalam
amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang
ditambahkan untuk analisis fermentasi adalah 0,5-1%.
5
media tegak, media miring, dan media lempeng. Media tegak menggunakan
tabung reaksi yang ditegakkan sebagai wadahnya, media miring menggunakan
tabung reaksi yang dimiringkan, sedangkan media lempeng menggunakan
petridish (plate) sebagai wadahnya. Media ini umumnya digunakan untuk
pertumbuhan koloni bakteri atau kapang.
c. Media Cair
Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat,
umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroalga.
2. Berdasarkan Komposisi/susunannya
a. Media Alami/non sintetis
Media alami merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami
dimana komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya
langsung diekstrak dari bahan dasarnya seperti kentang, tepung, daging, telur,
ikan sayur, dsb. Contohnya: Tomato juice agar.
6
c. Media Sintesis
Media sintesis yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang jenis
dan takarannya diketahui secara pasti. Contohnya: Mac Conkey Agar.
3. Berdasarkan Fungsinya
a. Media Basal (media dasar)
Media basal adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk
membuat media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat mendukung
pertumbuhan hampir semua jenis mikrobia, contohnya adalah nutrient broth,
kaldu pepton, dsb.
b. Media Diferensial
Media diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba yang
berbeda, mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus sehingga dapat
dibedakan. Contohnya Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Sulfit Indol
Motility (SIM), dsb.
c. Media Selektif
Media selektif adalah adalah media yang memungkinkan suatu jenis
mikroba tumbuh dengan pesat, sementara jenis mikroba yang lain terhambat.
Contohnya Media Salmonella Shigella Agar (SSA), Thiosulphate Citrate Bile
Salt (TCBS), dsb.
7
atau kaldu tetrationat untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari
tinja.
e. Media Uji
Media uji adalah media yang digunakan untuk identifikasi mikroba,
umumnya ditambah dengan substansi tertentu yang menjadi indikator,
misalnya medium litmus milk.
2. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu
optimum tertentu untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga
kelompok sebagai berikut:
a. Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan
pada suhu 0-20o C.
b. Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20-
45o C.
c. Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.
Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil,
yaitu tumbuh baik pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen
umumnya mempunyai suhu optimum pertumbuhan sekitar 37 o C, yang juga
adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena itu, suhu tubuh manusia merupakan
suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri pathogen. Mikroba
perusak dan pathogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4–66oC.
8
3. Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai
nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar
tersebut adalah karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi
dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-
sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak bersih dan higinis pada
lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di
lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan
lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir
sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
4. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba
dibedakan atas 4 kelompok sebagai berikut:
a. Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya.
b. Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
c. Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa
adanya oksigen.
d. Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada
konsentrasi yang lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal
di udara. Mikroba perusak pangan sebagian besar tergolong aerob, yaitu
membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali bakteri yang
dapat tumbuh pada saluran pencernaan manusia yang tergolong anaerob
fakultatif.
5. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan
osmose lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis.
Sebaliknya tekanan osmose lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan
sel membengkak dan juga dapat mengakibatkan rusaknya sel. Olah karena
9
itu dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat
tekanan osmose yang sesuai walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi,
perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh terlalu besar.
6. Sterilitas
Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami bakteri
yang dimaksud tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.
10
dengan AC, ruangan harus punya sirkulasi udara yg baik Karena ada
beberapa reagen yg penyimpananya dibawah suhu 25 C, pantau suhu
ruangan maksimal 30 C.
e. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas
atau kena sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan
harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar
ruangan. Pada penataan bahan kimiapun diperlukan sumber literatur
untuk mengetahui spesifikasi masing-masing bahan kimia tersebut.
Spesifikasi bahan kimia akan dijumpai pada buku katalog bahan.
f. Jika terjadi tumpahan yang paling baik mengatasinya dengan pasir atau
dengan air kran.
g. Buat sistem administrasi nya: daftar isi, jumlah stock, ED bahan,
memasang perhatian APD yg sesuai dg peruntukannya, dll.
h. Salah satu informasi penting yang harus selalu disertakan adalah lembar
data keselamatan data (Material Safety Data Sheet – MSDS). Informasi
MSDS disamping harus tercantum pada produksi, juga harus
munculpada dokumen pengangkutan, penyimpanan, pengedaran dan
juga pada kemasan bahan tersebut.
Penyimpanan Reagen yang bersifat berbahaya memerlukan perlakuan khusus,
antara lain:
a. Lokasi dan konstruksi tempat penyimpanan reagen yang bersifat berbahaya
dan beracun membutuhkan pengaturan tersendiri, agar tidakterjadi kecelakaan
akibat kesalahan dalam penyimpanan tersebut. Salah satupersyaratan
kelengkapan pada tempat penyimpanan tersebut adalah sistem tanggap darurat
dan prosedur penanganannya.
b. Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah
tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses
pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila
bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya
terutama tingkat kebahayaannya.
c. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus
disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain
11
seperti api, gas beracun, dan ledakan. Penyimpanan bahan kimia tersebut
harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya
benzene memiliki sifat flammable dan toxic.
d. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada
timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus
ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada
disimpan pada cabinet bahan toxic.
e. Reagen berbahaya dan beracun yang dianggap kadaluwarsa, atau tidak
memenuhi spesifikasi, atau bekas kemasan, yang tidak dapat digunakan tidak
boleh dibuang sembarangan, tetapi harus dikelola sebagai limbah berbahaya
dan beracun. Kadaluwarsa adalah bahan yang karena kesalahan dalam
penanganannya menyebabkan terjadinya perubahan komposisi dan atau
karakteristik sehingga bahan tersebut tidak sesuai lagi dengan spesifikasinya.
f. Salah satu langkah yang wajib dilakukan adalah kewajiban uji kesehatan
secara berkala bagi pekerja, sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun,
denganmaksud untuk mengetahui sedini mungkin terjadinya kontaminasi oleh
zat/senyawa kimia berbahaya dan beracun terhadap pekerja atau pengawas
lokasi tersebut.
g. Salah satu kehawatiran utama dalam penanganan berbahaya dan beracun
adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan baik pada saat masih dalam
penyimpanan maupun kecelakaan pada saat dalam pengangkutannya.
Kecelakaan ini adalah lepasnya atau tumpahnya reagen kelingkungan, yang
memerlukan penanggulangan cepat dan tepat. Bila terjadi kecelakaan, maka
kondisi awalnya adalah berstatus keadaan darurat (emergency).
Penyimpanan reagen yang bersifat anhidrat, disimpan di dalam oven pada
suhu 100-110oC, selama 1-2 jam dan sebaiknya semalam, sedangkan
penyimpanan reagen yang bersifat hidrat disimpan pada eksikator.
12
1. Nutrien Agar (NA)
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak
selektif, dalam artian mikroorgsnisme heterotof. Media ini merupakan media
sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar.
Komposisi :
Bacto ekstar NaCl
Bacto pepton Aquadest
Bacto agar
Cara pembuatan:
Timbang nutrien agar 4 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan aquadest 200 ml dan homogenkan.
Panaskan di atas pemanas air sambil diaduk hingga larut sempurna
(jangan sampai mendidih) .
Turunkan dari pemanas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas
kering dan diberi label.
Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
Keluarkan dari autoclave kemudian tuangkan dalam cawan petri
secara aseptis.
Biarkan dingin, isolasi dan masukkan ke dalam lemari pendingin.
13
Endo agar adalah media padat (solid plating media). Digunakan untuk
menumbuhkan bakteri yang hidup di usus, misalnya Escherichia Coli. Media
ini mengandung natrium sulfat dan “basic fuchsin” yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif. Asam yang dihasilkan dari perombakan
laktosa dapat dideteksi dengan asetaldehida dan natrium sulfit.
Komposisi:
Bacti ekstrak daging Na2SO3
Bacto pepton Bacto agar
NaCl Basic Fucsin 10%
Bacto lactosa Aquadest
14
NaCl
15
Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang sulit
untuk dibiakan dan juga untuk membedakan kelompok mikroorganisme yang
melisis atau tidak melisiskan butir darah merah. Lisis butir darah merah
terlihat sebagai wilayah jernih di sekitar koloni. Bila proses lisis sempurna
akan terlihat di wilayah yang benar-benar jernih dan jenis hemolisisnya
disebut Beta Hemolisis. Bila proses lisis tidak sempurna dan media berwarna
kehijauan maka jenis hemolisisnya disebut Alpha Hemolisis. Bakteri yang
tidak mampu melisiskan butir darah dan tidak menyebabkan perubahan nyata
pada media tersebut disebut Gamma Hemolisis. Kelompok mikroorganisme
yang sering dibedakan berdasarkan kemampuan melisiskan butir darah
merah adalah streptococcus dan staphylococcus, proses hemolisis disebabkan
oleh enzim yang dilepas mikroorganisme.
Komposisi:
Ekstrak daging Basic fuchsin
Bacto pepton Na2CO3
NaCl Aquadest
Laktosa Darah “O”
Bacto agar
6. Agar Coklat
16
Kegunaannya adalah untuk menumbuhkan bakteri yang sulit tumbuh pada
perbenihan sederhana dan biasanya dipakai untuk menumbuhkan golongan Neisseriae
dan Hemorhylus influenza. Prosedur kerjanya sama dengan pembuatan Blood Agar,
hanya setelah penambahan darah dipanaskan kembali sampai 80-90% selama 5-15
menit sampai berwarna coklat. Semua ini di kerjakan dalam water bath.
Bahan dari coklat agar sama dengan bahan pada media Blood Agar. Media ini
berwarna coklat disebabkan oleh suhu yang lebih tinggi saat pemanasan.
Komposisi:
Proteose Peptone Corn Starch
Sodium Chloride Hemoglobin, Bovine
Dipotassium Phosphate KoEnzyme Enrichment
Monopotassium Phosphate Agar
Perbenihan ini mirip MCA, hanya penggunaanya lebih khusus lagi untuk basil
gram negative pathogen enteric, sehingga dipakai untuk isolasi dari specimen tinja
terutama salmonella shigella yang keduanya memperlihatkan pertumbuhan koloni
yang tidak berwarna. Sebagai bahan penghambat utama adalah garam empedu dan
brilliant green yang tidak hanya menghambat bakteri asam positif saja tetapi menekan
pertumbuhan basil pathogen non enteric lainnya.
17
Komposisi:
Ekstrak sapi Ferri sitrat
Proteose peptone Agar
Laktosa Merah netral
Garam bile no.3 Hijau brilliant
Natrium sitrat Aquadest
.
8. Bismuth Sulfit Agar (BSA)
(TCBS) adalah media selektif untuk Vibrio Cholera. Medium TCBS Oxid
sempurna dan tidak membutuhkan bahan tambahan atau tambahan darah steril
18
dan media ini lebih menguntungkan dari media lanryl sulphate tellurite agar yang
membutuhkan tambahan lebih lanjut setelah pensterilisasian penampakan koloni
dari organisme. Pada media TCBS setelah 24 jam inkubasi pada suhu 35 0 C.
Komposisi :
Yeast Extract Sodium Chloride
Bacteriological Peptone Bromothymol Blue
Sodium thiosulphate Thymol Blue
Sodium Citrate Agar
Ox bile Aquadest
Sucrose PH 8,6
19
Media ini mengandung kadar NaCl tinggi, sehingga akan menghambat
pertumbuhan bakteri, namun staphylococcus tidak dihambat
pertumbuhannya. Staphylococcus aureus akan membentuk zona kuning.
Sedangkan S.epidermis akan membentuk zona merah. Warna kuning
disebabkan oleh fermentasi mannitol disertai permukaan asam, sedangkan
warna merah disebabkan oleh mennitol yang tidak difermentasikan. Merah
fenol merupakan indikator untuk melihat adanya pembentukan asam.
Komposisi:
Ekstark sapi Proteose peptone no.3
NaCl D-Mannitol
Agar Merah fenol
Aquadest
Media Violet Red Bile Agar merupakan media padat berwarna merah
yang digunakan untuk deteksi dan penentuan coliform dalam
makanan, air susu, dan bahan sanitasi lainnya.
Komposisi:
Pankreas Digest of Gelatin Lactose
Ragi Extract Sodium Chloride
Garam empedu NetralMerah
Agar KristalViolet
20
Medium ini merupakan modifikasi dari Tryptone Empedu Agar.
Tryptone Bile Agar dikembangkan untuk meningkatkan deteksi E. coli pada
makanan. TBX Medium ditingkatkan dengan penambahan agen kromogenik,
X-glukuronida, mendeteksi aktivitas glucuronidase. Kehadiran enzim D-
glucuronidase membedakan E. coli spp. dari coliform lain, dan enzim yang
sama digunakan dalam MUG reaction.
Komposisi:
Tryptone
Bile Salts
X-Glucuronide
Agar
14. KF Streptococccus
21
Komposisi:
Enzymatic Digest of Animal Sodium Glycerophosphate
Maltose
Tissue
Lactose
Triphenlytetrazolium Chloride
Sodium Azide
(TTC) Bromcresol Purple
Yeast Extract Agar
Sodium Chloride
16. Cetrimide
22
Cetrimide digunakan untuk isolasi dan difrensiasi pseudomonas
aerogenosa dari berbagai jenis bakteri lainya. Cetrimide sebagian besar
menghambat pertumbuhan bakteri yang mengiringi pertumbuhan Ps. Aerogenosa
dan meminimalkan gangguan terhadap pertumbuhan Ps. Aerogenosa. Produksi
pigmen tidak dihambat sewaktu tumbuh pada media ini. Warna pigmen kuning-
hijau.
Komposisi:
Enzymatic Digest of Gelatin Potassium Chloride
Glycerol Cetyltrimethyl Ammonium
Magnesium Chloride Bromide
Agar
23
Agar
SCA adalah media selektif yang berwarna hijau karena mengandung zat
warna bromthymol blue. Simmons citrate positif berwarna biru setelah ditumbuhi
kuman. Kegunaannya yaitu untuk menderterminasi kemampuan bakteri yang
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dengan produk akhir basa.
Komposisi:
MgSO4 Bacto Agar
(NH4)3PO4 Bromthymol Blue
K2HPO4 Aquadest
C6H5Na3O7.2H2O NaCl
24
Media TSIA memberikan informasi fermentasi mengenai glukosa,
pemanfaatan gula laktosa dan sukrosa, dan proses pernapasan anaerobik. Proses
pernapasan yang menggunakan belerang sebagai penerima elektron terakhir
untuk menghasilkan hidrogen sulfida. Informasi ini berguna dalam identifikasi
basil gram negatif.
Komposisi:
Bacto ekstrak daging Bacto dekstrosa
Bacto pepton FeSO4
Bacto ekstrak ragi Na2S3O3
Preteosa pepton Bacto agar
Bacto laktosa Bacto merah fenol
Bacto sukrosa Aquadest
25
berbau seperti aroma buah. Pemberian gliserol juga bisa merangsang
pertumbuhan M.tuberculosis.
Komposisi:
Komposisi media Lowenstein Jansen dalam 600 ml air mengandung:
a) Lowenstein Jensen menengah
Asparagin Kentang tepung
Monopotasium fosfat Malasit hijau
Magnesium sitrat Telur (segar, utuh)
Magnesium sulfat Gliserol
b) Lowenstein Jensen dengan 5% sodium cloride, sama dengan prosedur
no 1 hanya ditambah dengan 80,0 gr sodium chloride.
c) Lowenstein Jensen dengan micobacterium selective, sama dengan
prosedur no 1 hanya ditambah dengan Cycloheximide 0,64 gr,
Lincomicin 3,2 mg, dan asam nalidixic 56,0 mg.
d) Lowenstein Jensen Gruft modification, sama dengan prosedur no 1
hanya ditambah dengan 56,0 mg asam nalidixic dan 80 mg RNA.
26
adanya sebaran kabut putih keluar dari tusukan. Untuk bakteri yang tidak motil
hanya ditunjukkan garis putih sepanjang tusukan. Produksi indol ditunjukkan
dengan pembentukan cincin warna merah pada bagian atas tabung setelah
penambahan reagen Kovac’s for indol. Untuk reaksi indol negatif tidak terbentuk
cincin merah, namun berwarna kuning. Reaksi bakteri terhadap ornitin ditunjukkan
dengan perubahan warna pada tiga perempat bagian bawah media. Untuk reaksi
dekarboksilasi ornitin positif ditunjukkan dengan warna ungu pada tiga perempat
bagian bawahnya, sedangkan reaksi dekarboksilasi ornitin negatif ditunjukkan
dengan warna kuning pada tiga perempat bagian bawah media.
Komposisi:
Approximate Formula Per Liter Dextrose
L-Omitthine Monohychloride
Purified Water
Bromcresol Purple
Pancreatic Digest of Casein
Agar
Pancreatic Digest of Gelatin
Yeaast Extract
Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan dasar
adalah ekstrak beef dan peptone. Perbedaan konsentris antara Nutrient Agar dengan
Nutrient Broth yaitu nutrient agar berbentuk padat dan Nutrient Broth berbentuk
cair. Susunan kimia sama-sama sintetik. Fungsi kimia dari nutrient agar dan nutrient
broth sebagai medium umum. Medium Nutrient Broth (NB) merupakan medium
yang berwarna coklat yang memiliki konsistensi yang cair dimana medium ini
27
berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan
bakteri sama seperti medium NA.
Komposisi:
Bacto ekstra
Bacto pepton
28
mengetahui bakteri memfermentasi karbohidrat. Pada uji gula-gula hanya terjadi
perubahan warna pada media gula-gula yang berubah menjadi warna kuning, artinya
bakteri ini membentuk asam dari fermentasi glukosa. Pada media gula-gula juga
terbentuk gelembung pada tabung durham yang diletakkan terbalik didalam tabung
media, artinya hasil fermentasi berbentuk gas.
Komposisi:
Pepton Indikator fenol read
NaCl Karbohidrat
Aquadest
29
dapat digunakan untuk menumbuhkan banyak bakteri seperti streptococcus,
staphylococcus, dll.
Komposisi:
Calf brain infusion Na2HPO4.12H2O
Beef heart infusion Dextrose
Proteose peptone atau gelysate Aquadest
NaCl
30
SCB (Salenite Cystein Broth) adalah media pengaya untuk
bakteri Salmonella sp. Media ini mengandung pepton, laktosa, natrium fosfat buffer
medium, sodium selenite, dan L-sistin. Masing-masing bahan memiliki perannya
sendiri. Pepton menyediakan asam amino dan nitrogen. Laktosa menyediakan
sumber energi, dan natrium fosfat buffer medium untuk mempertahankan pH.
Sodium Selenite menghambat bakteri gram positif dan menekan pertumbuhan
enterics gram-negatif yang paling lain selain Salmonella. L-sistin didirikan untuk
meningkatkan pemulihan Salmonella. Selenite cystine Broth digunakan sebagai
pengayaan selektif media untuk isolasi Salmonella dari kotoran, makanan, air dan
bahan lainnya.
Komposisi:
Pankreas Intisari dari Kasein
Laktosa
Natrium Fosfat
Sodium Selenite
L-sistin
31
BAB IV
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Reagen adalah suatu zat atau senyawa atau larutan dalam konsentrasi tertentu
yang digunakan untuk mengetahui penjelasan dari suatu analisa dari laboratorium.
Zat atau bahan-bahan yang dipakai tersebut kebanyakan megandung bahaya. Oleh
karena itu perlu untuk mengetahui bahan-bahan kimia yang ada didalam
laboratorium beserta sifat dari bahan-bahan tersebut.
Untuk membuat suatu reagen yang terlebih dahulu seorang praktikan harus
menghitung dulu gram dari zat yang akan dilarutkan atau diencerkan. Kemudian
harus bisa menggunakan neraca analitik sebaik dan seefisien mungkin. Neraca
analitik memiliki tingkat ketelitian yang sangat tinggi, karena itu bekerja dengan
neraca ini harus secara halus dan hati-hati. Biasanya digunakan aquadest sebagai
pelarut, namun ada beberapa zat tertentu yang tidak dapat dilarutkan dengan
aquadest sehingga harus dilarutkan menggunakan pelarut tertentu.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas
campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk
tumbuh dan berkembang biak pada media tersebut.
Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia nutrisi
bagi mikroorganisme yang akan dibiakkan pada media, selain itu media juga
berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan
mikroorganisme dalam waktu yang lama di laboratorium. Media juga dapat
digunakan untuk mempelajari sifat-sifat koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta
sifat-sifat biokimiawinya. Di dalam laboratorium mikrobiologi kedokteran, media
juga dapat digunakan untuk pembuatan antigen, toksin dan untuk pasasi kuman
dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.
Bahan dasar pembuatan media yaitu:
Air (H2O) sebagai pelarut
32
Agar (dari rumput laut) yang berfungsi sebagai pemadat media. Agar sulit
didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu
45oC.
Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer
asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih
banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga
sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan
media bagi mikroorganisme autotrof obligat.
1.2 SARAN
Hendaknya selalu menggunakan APD pada saat praktikum sehingga dapat
terhindar dari kecelakaan kerja di dalam laboratorium.
Dalam melakukan perhitungan maupun penimbangan harus dilakukan dengan
teliti sehingga didapat konsentrasi larutan yang dibutuhkan.
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan media hendaknya disterilkan
dahulu sebelum digunakan sehingga media yang dibuat tidak terkontaminasi.
Reagen dan media harus disimpan pada tempat yang sesuai untuk
menghindari kerusakan media dan reagen yang telah dibuat.
33
DAFTAR PUSTAKA
34