Oleh:
Tri Putriningsari (1810055)
Ahmad Fahor U’lumuddin
Manajemen 4/C
1. Perusahaan Jasa
Sistem produksi dan operasi dalam industri jasa menggunakan bauran yang
berbeda dari masukan yang dipergunakan dalam industri manufaktur.
Sistem produksi mempunyai masukan yang dapat berupa, bahan baku, komponen
atau bagian dari produk, barang setengah jadi, formulir-formulir, para pemesan atau
langganan dari para pasien. Keluaran dari sistem produksi dapat berupa barang jadi,
barang setengah jadi, bahan-bahan kimia, pelayanan kepada pembeli dan pasien,
formulir-formulir yang telah selesai diisi dan diproses.
Sistem produksi yang sering dipergunakan dapat dibedakan atas 2 macam yaitu :
Proses Produksi
Kegiatan utama yang bersangkutan dengan manajemen produksi adalah proses
produksi. Sebelum membahas proses produksi, ada baiknya kita perlu mengetahui arti
dari proses dan produksi.
Jenis-jenis proses produksi itu sangatlah banyak. Tetapi yang umum terdapat 2
jenis proses produksi yaitu :
1) Produksi dalam jumlah besar (produksi massa), variasi produk sangat kecil dan
sudah distandardisir.
2) Menggunakan product lay out atau departementation by product.
3) Mesin bersifat khusus (special purpose machines)
4) Operator tidak mempunyai keahlian/skill yang tinggi.
5) Salah satu mesin /peralatan rusak atau terhenti, seluruh proses produksi terhenti.
6) Tenaga kerja sedikit
7) Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses kecil
8) Dibutuhkan maintenance specialist yang berpengetahuan dan pengalaman yang
banyak
9) Pemindahan bahan dengan peralatan handling yang fixed ( fixed path equipment )
menggunakan ban berjalan ( conveyor ).
Kebaikan proses produksi terus-menerus adalah :
1) Biaya per unit rendahbila produk dalam volume yang besar dan distandardisir.
2) Pemborosan dapat diperkecil, karena menggunakan tenga mesin.
3) Biaya tenaga kerja rendah.
4) Biaya pemindahan bahan di pabrik rendah karena jaraknya lebih pendek.
1) Produk yang dihasilkan dalam jumlah kecil, variasi sangat besar dan
berdasarkan pesanan.
2) Menggunakan process lay out (departementation by equipment).
3) Menggunakan mesin-mesin bersifat umum (general purpose machines) dan
kurang otomatis.
4) Operator mempunyai keahlian yang tinggi.
5) Proses produksi tidak mudah berhenti walaupun terjadi kerusakan di salah satu
mesin.
6) Menimbulkan pengawasan yang lebih sukar.
7) Persediaan bahan mentah tinggi
8) Pemindahan bahan dengan peralatan handling yang flexible (varied path
equipment) menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong (forklift).
9) Membutuhkan tempat yang besar.
2. Perusahaan Manufaktur
TPS bermula dari temuan Sakichi Toyoda terhadap mesin tenun miliknya.
Sederhana temuannya. Yaitu, ketika terjadi suatu masalah pada mesin tenun,
dampaknya akan selalu mengakibatkan produk gagal atau No Good Product/Reject
Product.
Ia memasang sensor otomatis pada mesin tenunnya. Dengan begitu, ketika terjadi
proses produksi yang tidak normal, abnormality, maka mesin tenun akan berhenti
secara otomatis. Hasilnya? Jelas luar biasa! Karena, tidak ada lagi produk gagal. Ya,
bagaimana mau gagal, lantaran setiap terjadi abnormality, mesin tenun akan terhenti.
Mesin tenun akan kembali dioperasikan, setelah keadaan tidak normal seperti
misalnya benang putus, benang kusut, bandul jatuh, berhasil diperbaiki.
Temuan Sakichi Toyoda yang pada 1902 melakukan otonomisasi mesin atau
proses produksi yang berhenti bila terjadi abnormality inilah yang dinamakan
konsep JIDOKA.
Secara lengkap, JIDOKA dalam TPS adalah suatu alat atau sistem yang
dipergunakan untuk mengetahui atau mendeteksi
ketidaknormalan (abnormality) proses. Sistem atau alat ini kemudian diberi
wewenang untuk menghentikan proses produksi dengan alasan adanya
ketidakberesan. Contoh, pada lini produksi yang menggunakan conveyor, operator
dianjurkan untuk menarik tuas ‘line stop’ untuk menghentikan produksi,
hingga leader datang mengecek dan mengurai abnormality menjadi normal kembali.
Dari lima kerja yang dilakukan tangan, hanya ada satu proses yang memiliki nilai
tambah, yaitu proses nomor 4. Nah, bagaimana mengeliminasi waste adalah berarti
bagaimana me-reduce proses urutan kerja dari tangan pada nomor 1, 2, 3, dan 5.
Mengapa ini penting? Sekali lagi, lihat apabila ini dituangkan dalam prosentase.
Dari 5 pekerjaan, hanya ada 1 yang memiliki nilai tambah. Maka, perbandingan
antara [Pekerjaan yang Punya Nilai Tambah] vs [Pekerjaan yang Tak Punya
Nilai Tambah] adalah: 1/5, atau mencapai 20 persen!
Sungguh, angka seperlima, atau 20 persen ini, akan menjadi sangat berarti dan
semakin banyak, apabila dijumlahkan dengan proses produksi pada bagian-bagian
kerja, atau pada line kerja lainnya. Terbayang ‘kan, betapa hebat TPS yang sejak dua
abad silam, sudah memperhitungkan hal-hal yang saklek alias zakelijk seperti ini. Luar
biasa!
Dari perkara menutup pulpen saja, kita bisa belajar, bahwa selalu terjadi,
kondisi muda atau waste itu lebih banyak daripada kerja (work) itu sendiri. Inilah
yang membuat TPS menerapkan filosofi KAIZEN, atau improvement.
Karakter huruf Kanji asli dari kata KAIZEN terdiri dari dua suku kata. KAI yang
artinya ‘perubahan’ atau ‘kegiatan untuk memperbaiki’, dan ZEN yang berarti
‘kebaikan’ atau ‘tindakan yang bermanfaat’. Sehingga secara harfiah, KAIZEN bisa
dimaknai dengan ‘untuk menjadi baik melalui perubahan’. Atau, sesuai
arti improvement itu sendiri, yaitu perbaikan secara berkesinambungan.
Ketika semakin memasuki area pabrik, Rosid yang penuh sabar memandu
rombongan Kompasianer menjelaskan tentang AGV atau Automated Guided Vehicle.
Apa itu? Ya, inilah satu penciptaan teknologi---dalam rangka Kaizen---, yang
berfungsi menggantikan tenaga atau pekerjaan manusia.
“AGV untuk mengganti tenaga orang, dulu pekerjaa ini memerlukan dorong dari
member, atau operator. Padahal, kalau didorong akan mengakibatkan ergonomic yang
tidak bagus bagi tubuh seseorang. AGV ini murni hasil pemikiran dan ide-ide
cemerlang dari level bawah. Inilah bukti hasil positif Kaizen yang berlangsung di
Toyota Way, dan dilaksanakan di Pabrik Toyota Sunter 1 ini,” ujar Rosid bangga.
Menurut Rosid, bisa dibayangkan betapa akan penuh sesaknya area pabrik
dengan komponen produk yang dibuat, apabila tidak ada sistem Kanban. “Dalam hal
ini, kami mempergunakan sistem Kanban (dari supplier, dan internal produksi).
Sehingga, dengan pengaturan tersebut, space ruangan menjadi tidak terlalu besar,
karena mempergunakan sistem Just In Time. Kalau tidak menggunakan Just In Time,
bisa-bisa produk barang menumpuk sampai ke atap pabrik, dan dipenuhi
dengan cylinder block.,” ujarnya sembari terkekeh.
Bisa dibayangkan, dengan volume produksi sebanyak itu, dan dengan space area
pabrik yang ada, menjadikan sistem Kanban sangat penting dalam
memperlancar flow proses dan mengendalikan Inventory in Process.
Dengan menerapkan sistem Kanban pula, imbuh Rosid, kondisi di area pabrik
menjadi semakin mudah terlihat perkembangannya, tidak saja dari sisi ‘5R’,
kualitas, Standard Operation and Procedure (SOP), serta dari penegakan atas aturan-
aturan yang berlaku.
Inilah pakem kerja dalam sistem produksi yang berlaku juga di Pabrik Toyota
Sunter 1. Ada yang menyebut ‘5R’, tapi ada juga yang bilang ‘5S’. Lengkapnya,
begini:
Kedua, SEITON alias Rapi. Bila tidak memenuhi unsur Seiton, maka saat proses
produksi dimulai, operator dipastikan bingung mencari dimana letak barang yang
diinginkan, sehingga operator harus lebih dulu mencari-cari. Bisa juga terjadi salah
menggunakan jig, tool dan lainnya, karena tidak ada identifikasi atau pelabelan. Ekses
buruk lainnya adalah pengontrolan area kerja menjadi lebih sulit akibat barang tidak
kelihatan jelas.
Inilah sistem yang dirintis Toyota Motor Corporation, dan dikenal sebagai TPS,
untuk kemudian semakin moncer gaungnya dengan istilah Lean
Production atau Lean Manufacturing.