Tugas Akk
Tugas Akk
Oleh :
I. LATAR BELAKANG
Keberadaan layanan kesehatan sebagai salah satu sarana penting bagi manusia
terutama dalam pelayanan kuratif dan rehabilitasi sering menemui permasalahan karena
kurang maksimalnya manajemen layanan kesehatan yang disebabkan kurangnya
keterampilan yang dimiliki dalam mengelola dan meningkatkan pelayanan mutu layanan
kesehatan. Dari sisi eksternal, layanan kesehatan dihadapkan pada tuntutan dari
masyarakat yang semakin kritis atas jasa yang diterimanya. Layanan kesehatan
(Puskesmas, Rumah sakit) di tuntut untuk lebih meningkatkan pelayanan medis dan
pelayanan admiistratifnya. Sedangkan disisi internalnya, rumah sakit dihadapkan pada
kemampuan personalia yang dituntut dapat mengikuti perkembangan teknologi di
bidang kesehatan.
Seorang manajer kesehatan secara umum harus dapat memiliki kriteria kompetensi
tertentu baik dari segi personal mauoun dari segi kemampuan teknisnya. Ia harus
memiliki kemampuan memimpin staff, mengorganisasi layanan kesehatan yang
memiliki kompleksitas tinggi, serta mengetahui pengetahuan kesehatan dasar.
Kompetensi sering diartikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seseorang yang
memampukannya untuk mencapai kinerja yang leih baik. Kompetensi akan
mengarahkan tingkah laku dan akan menghasilkan kinerja. Keterampilan manajer
layanan kesehatan adalah modal strategis yang wajib dimiliki oleh pengelola layanan
kesehatan.
II. TUJUAN
1. Mengetahui peran dan fungsi manajer pelayanan kesehatan
2. Mengetahui kompetensi manajer pelayanan kesehatan
3. Mengetahui tahapan Manajemen Pelayaanan Kesehatan yang dilaksanakan oleh
Manajer Pelayanan Pasien
III. MASALAH
1. Belum memahami mengenai peran dan fungsi manajer pelayanan kesehatan.
2. Kompetensi manajer pelayanan kesehatan yang tidak diketahui
3. Tahapan Manajemen Pelayaanan Kesehatan yang dilaksanakan oleh Manajer
Pelayanan Pasien yang tidak diketahui.
PEMBAHASAN
Panduan Praktik Manajer Pelayanan Pasien - MPP di Rumah Sakit (Case Manager)
Fungsi MPP :
Manajer Pelayanan Pasien menjalankan fungsi asesmen,
perencanaan, fasilitasi dan advokasi, melalui kolaborasi
dengan pasien, keluarga, professional pemberi asuhan, sehingga
menghasilkan outcome / hasil asuhan yang diharapkan.
1. Melakukan asesmen tentang kebutuhan kesehatan dan
aspek psiko-sosio-kultural-nya, termasuk status health
literacy (kurang pengetahuan tentang kesehatan)
2. Menyusun perencanaan manajemen pelayanan pasien (case
management plan) berkolaborasi dengan pasien, keluarga dan
pemberi asuhan di rumah sakit, pembayar, PPA di fasilitas pelayanan primer, untuk
memaksimalkan hasil asuhan yang
berkualitas, aman, dan efektif-biaya. Perencanaan termasuk
discharge planning terintegrasi dengan PPA.
3. Memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antar PPA dalam
konteks keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan,
sehingga meminimalkan fragmentasi pelayanan.
4. Memberikan edukasi dan advokasi kepada pasien dan
keluarga atau pemberi asuhan untuk memaksimalkan
kemampuan pasien dan keluarga dalam pengambilan
keputusan terkait pelayanan yang diterimanya. Memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga atau pemberi asuhan,
PPA, terkait alternatif pelayanan, sumber daya di komunitas
/ lingkungan rumahnya, manfaat asuransi, aspek psikososio-
kultural sehingga keputusan tepat waktu dengan
dasar informasi lengkap
5. Memberikan advokasi sehingga meningkatkan kemampuan
pasien dan keluarga mengatasi masalah dengan mencari
opsi pelayanan yang tersedia, rencana alternatif sesuai
kebutuhan, agar tercapai hasil asuhan yang diharapkan.
6. Mendorong pemberian pelayanan yang memadai untuk
kendali mutu dan biaya dengan basis kasus per kasus.
7. Membantu pasien untuk transisi pelayanan yang aman ke
tingkat pelayanan berikutnya yang memadai.
8. Berusaha meningkatkan kemandirian advokasi dan
kemandirian pengambilan keputusan pasien
9. Memberikan advokasi kepada pasien dan pembayar untuk
memfasilitasi hasil yang positif bagi pasien, bagi PPA dan
pembayar. Namun bila ada perbedaan kepentingan maka
kebutuhan pasien lebih menjadi prioritas.
II. KOMPETENSI MANAJER PELAYANAN KESEHATAN
Pengertian kompetensi
Kompetensi melibatkan karakteristik individual, seperti ketepatan, kreatifitas dan intuisi yang
tidak mudah diamati, serta menyangkut keinginan untuk belajar terus menerus. Kompetensi
adalah konsep umum dan model untuk mengukur pengetahuan, keahlian, kemampuan, sikap
dan karakteristik lainnya. Ini berkaitan erat dengan kinerja seseorang.5
Menurut Boyatzis (1982), yang dimaksud dengan kompetensi adalah karakteristik seseorang
yang berhubungan dengan kinerjanya, yaitu meliputi pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skills), kemampuan (abilities) dan karakteristik atau sifat (traits/attitudes).6 Pengetahuan
berarti memahami fakta dan prosedur. Sifat berarti karakteristik/kepribadian seseorang yang
mempengaruhi tingkah lakunya serta dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi dan sosial
(pengendalian diri, kepercayaan diri dan sebagainya). Keterampilan yaitu kapasitas untuk
melakukan suatu tindakan tertentu, dimana keterampilan seseorang merupakan gabungan dari
pengetahuan dan strategi yang digunakan untuk menerapkannya. Sedangkan kemampuan
adalah suatu sifat yang diwarisi/diperoleh seseorang melalui pengalaman terdahulu dan
terbawa hingga sekarang (Landy, 1985), dimana sifat ini bersifat lebih mendasar dan stabil
dibandingkan pengetahuan dan keterampilan (Fleishman & Bartlett, 1969).
Lyle M. Spencer dan Signe M Spencer menulis dalam bukunya Competence at work, Models
for Superior performance , kompetensi adalah karakteristik dasar dari seseorang yang terkait
dengan kinerja efektif menurut kriteria tertentu dan/ atau kinerja superior dalam sebuah
pekerjaan atau situasi. Ada lima karakteristik kompetensi yaitu motives, traits, self concept,
knowledge dan Skills. Dari kelima karakteristik ini, knowledge dan skills cenderung lebih
nyata dan relative berada di permukaan sebagai salah satu karakteristik manusia.
Menurut pendapat Ari Wibowo dalam Sailah membagi Skills menjadi dua besar yaitu Hard
Skills dan soft skills. Soft skills terbagi menjadi Intrapersonal Skills dan Interpersonal Skills.
Atribut Intrapersonal Skills adalah transforming character, transforming beliefs, change
management, stress management, time management, creative thinking processes, goal setting
dan life purpose, accelerate learning techniques. Atribut Interpersonal skills
adalahcommunication skills, relationship bilding, motivations skills, leadership skills, self
marketing skill, negotiation skills, public speaking skills.
• Komunikasi. Kemampuan untuk berbagi ide dan temuan dengan jelas secara tertulis dan
lisan, termasuk tulisan, presentasi, memberi atau menerima umpan balik, dan penggunaan
teknologi.
• Teamwork. Kemampuan untuk bekerja efektif sebagai anggota tim dan pemimpin tim,
meliputi kontribusi dalam tim, kepemimpinan dalam tim, manajemen konflik, negosiasi, dan
membangun kesepakatan.
• Self-management. Kemampuan untuk mengevaluasi diri sendiri, mengubah sikap dan
memenuhi kewajiban kinerja.
• Professionalism. Kemampuan untuk menjaga citra positif, percaya diri dan peningkatan
karir secara terus menerus. Meliputi keterlibatan dan inisiatif personal, serta manajemen
karir.
Menurut Hadari Nawawi (2006), kompetensi dibagi menjadi8 :
1. Kompetensi Umum adalah unjuk kerja atau kinerja maksimum sebagai Standar Kualifikasi
atau Standar Kompetensi dalam proses pelaksanaan suatu pekerjaan.
4. Kompetensi Vokasional berarti kemampuan kerja yang dituntut oleh suatu pekerjaan pada
pekerja yang melaksanakannya.
Manager harus memiliki kompetensi tertentu agar dapat menjadi manager yang baik. Hal ini
disebut managerial competency. Managerial competency adalah kemampuan atau karakter
personal yang memberikan kontribusi terhadap tingginya kinerja dalam suatu posisi
manajemen.3 Kompetensi ini juga menyangkut kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi
manajemen yang telah dibahas sebelumnya, yaitu perencanaan (Planning), pengorganisasian
(organizing), memimpin (leading) dan pengawasan (controlling). Selain itu, kompetensi lain
yang harus dimiliki berkaitan dengan kemampuan mendapatkan informasi, interpersonal
skill, dan kemampuan dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan peran manager,
termasuk pembuatan jadwal/ agenda dan networking.
Pada bagian di atas telah dijelaskan mengenai kompetensi inti yang dirumuskan oleh WHO.
WHO ternyata merumuskan juga model kompetensi manajemen, antara lain:
• Menciptakan lingkungan yang memotivasi; membimbing dan memotivasi staf untuk
mengadapi tantangan dan mencapai tujuan.
1.
- Memberikan petunjuk yang jelas pada staf dan mendukungnya untuk mencapai tujuan
- Memastikan tugas dan tanggung jawab masing-masing staf dimengerti
- Mendelegasikan tugas dengan baik pada staf dan mendukung mereka untuk mencapai
tujuan
- Menunjukkan kepercayaan diri terhadap staf dan membuat inisiatif
- Memberikan staf umpan balik
- Memotivasi staf untuk mencapai tujuan individu dan tim
• Memastikan penggunaan sumber daya yang efektif; mengidentifikasi prioritas tujuan
organisasi. Mengembangkan dan mengimplementasikan rencana kerja,
mengorganisasikan sumber daya yang diperlukan dan memonitor hasil.
- Mengembangkan rencana menjadi tujuan yang jelas dan memperhitungkan perubahan
situasi
- Mengidentifikasi prioritas dan mendefinisikan tujuan yang memiliki jangka waktu
- Mengidentifikasi, mengorganisasikan, dan mengelola sumber daya dengan efektif
- Mampu merelokasi sumber daya dan mengatur prioritas untuk mengatasi keadaan tak
terduga
- Mengembangkan ukuran untuk mengawasi sumber daya dan perkembangan sesuai
rencana
- Mengawasi biaya dan menggunakan metode cost-effective
• Membangun partnership internal dan eksternal; mengembangkan dan menguatkan
hubungan internal dan eksternal. Mengidentifikasi dan mensinergikan di dalam organisasi
dan dengan partner luar.
- Mengembangkan hubungan kerja di dalam organisasi dan di luar untuk meningkatkan
kesuksesan organisasi
- Membangun dan mempertahankan hubungan kerja yang menguntungkan di dalam dan di
luar organisasi
- Mendukung anggotanya membangun jejaring kerja untuk meningkatkan hasil
- Menciptakan kesempatan untuk meningkatkan sinergi kerja di dalam dan di luar
organisasi
- Mendukung orang dari bagian yang berbeda untuk bekerja bersama
Masing-masing kompetensi tersebut memiliki level hierarki yang disebut proficiency level
yaitu menggambarkan tingkatan sejauh mana seorang manajer senior telah menguasai
kriteria kompetensi tertentu atau merupakan hierarki penguasaan knowledge, skills,
behaviours, atau outcomes berdasarkan level berikut:8
- Basic: dapat mengaplikasikan konsep dan metode dasar namun masih memerlukan
supervisi dan pelatihan
- Competent: dapat membuat dan menerapkan konsep dan metode yang lebih lanjut secara
mandiri, merencanakan dan membimbing pekerjaan orang lain serta melakukan analisis
- Advanced: dapat memahami dan menerapkan konsep dan metode yang lebih kompleks,
memimpin dan mengarahkan individu/kelompok yang memiliki spesialisasi tertentu, serta
dapat melakukan analisis yang lebih mendalam
- Expert: memiliki keahlian spesialisasi yang lebih mendalam, dapat memimpin arah dari
organisasi, serta menjabarkan/mengembangkan suatu model atau teori organisasi.
Dalam setiap organisasi kebutuhan akan kompetensi manajer ini akan berbeda satu dengan
lainnya. Dengan perbedaan kondisi organisasi ini, maka perlu dibuat standar kompetensi.
Penyusunan standar kompetensi ini dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut (M.
Noedjiman):
1. Disusun dengan pendekatan bidang pekerjaan, bukan jabatan
2. Setiap pekerjaan diurai tugas tugasnya
3. Setiap tugas distandarkan unit kompetensinya
4. Standar Kompetensi Kerja adalah Standar Industri berlaku umum untuk perusahaan
sejenis
5. Standar Kompetensi kerja dapat dikemas dengan pendekatan okupasi atau kualifikasi
6. Setiap perusahaan dapat mengemas Standar Kompetensi kerja sesuai dengan
kebutuhannya
Standar Kompetensi kerja menjadi acuan untuk perancangan program pendidikan dan
pelatihan.Kompetensi manajemen RS Indonesia dipengaruhi oleh perilaku, sikap, inovasi,
pengetahuan dan keterampilan manajemen. Dengan adanya aspek – aspek ini seorang
manajer yang berkompeten dapat terbentuk. Aspek – aspek ini menjadi beberapa kompetensi
dasar yang harus dimiliki seorang Manajer Rumah Sakit.
III. Tahapan Manajemen Pelayaanan Kesehatan yang dilaksanakan
oleh Manajer Pelayanan Pasien.
Panduan Praktik Manajer Pelayanan Pasien - MPP di Rumah Sakit (Case Manager)
Kesimpulan
Kehadiran Manajer Pelayanan Pasien di rumah sakit adalah
penting sebagai bagian dari penerapan pelayanan berfokus pada
pasien (Patient Centered Care). MPP memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan asuhan pasien, termasuk keluarga dan pemberi
asuhannya, baik akut, maupun dalam proses rehabilitasi di rumah
sakit maupun pasca rawat.
MPPmeningkatkan keterlibatan dan pemberdayaan pasien serta
keluarga dalam asuhan pasien, dan menghasilkan outcome asuhan
yang lebih baik, termasuk kepuasan pasien.Selain itu perannya
akan mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pada
pasien (patient centered care) dan asuhan pasien terintegrasi, serta
membantu meningkatkan kolaborasi interprofesional.
Dalam standar akreditasi, pelayanan yang diberikan oleh MPP
minimal merupakan bagian dari penerapan standar HPK, PPK,
APK, AP dan PP.
Saran
.
DAFTAR PUSTAKA