Anda di halaman 1dari 15

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

KETERAMPILAN YANG DI BUTUHKAN MANAJER


PELAYANAN KESEHATAN

Oleh :

Asterlita Ryane Wenas


19202111002
Crifianny Praysilia Wenas
19202111006
Irma Febrie Tulungen
19202111010

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PASCASARJANA
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Keberadaan layanan kesehatan sebagai salah satu sarana penting bagi manusia
terutama dalam pelayanan kuratif dan rehabilitasi sering menemui permasalahan karena
kurang maksimalnya manajemen layanan kesehatan yang disebabkan kurangnya
keterampilan yang dimiliki dalam mengelola dan meningkatkan pelayanan mutu layanan
kesehatan. Dari sisi eksternal, layanan kesehatan dihadapkan pada tuntutan dari
masyarakat yang semakin kritis atas jasa yang diterimanya. Layanan kesehatan
(Puskesmas, Rumah sakit) di tuntut untuk lebih meningkatkan pelayanan medis dan
pelayanan admiistratifnya. Sedangkan disisi internalnya, rumah sakit dihadapkan pada
kemampuan personalia yang dituntut dapat mengikuti perkembangan teknologi di
bidang kesehatan.
Seorang manajer kesehatan secara umum harus dapat memiliki kriteria kompetensi
tertentu baik dari segi personal mauoun dari segi kemampuan teknisnya. Ia harus
memiliki kemampuan memimpin staff, mengorganisasi layanan kesehatan yang
memiliki kompleksitas tinggi, serta mengetahui pengetahuan kesehatan dasar.
Kompetensi sering diartikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seseorang yang
memampukannya untuk mencapai kinerja yang leih baik. Kompetensi akan
mengarahkan tingkah laku dan akan menghasilkan kinerja. Keterampilan manajer
layanan kesehatan adalah modal strategis yang wajib dimiliki oleh pengelola layanan
kesehatan.

II. TUJUAN
1. Mengetahui peran dan fungsi manajer pelayanan kesehatan
2. Mengetahui kompetensi manajer pelayanan kesehatan
3. Mengetahui tahapan Manajemen Pelayaanan Kesehatan yang dilaksanakan oleh
Manajer Pelayanan Pasien
III. MASALAH
1. Belum memahami mengenai peran dan fungsi manajer pelayanan kesehatan.
2. Kompetensi manajer pelayanan kesehatan yang tidak diketahui
3. Tahapan Manajemen Pelayaanan Kesehatan yang dilaksanakan oleh Manajer
Pelayanan Pasien yang tidak diketahui.

PEMBAHASAN

I. PERAN DAN FUNGSI MANAJER PELAYANAN KESEHATAN


Berbicara mengenai pelayanan di rumah sakit, tidak bisa lepas dari berbagai bagian di
Rumah Sakit yang saling berhubungan antara lain :
Admission , Gawat Darurat,Rawat Jalan,Rawat Inap,Kamar Bedah
,Keperawatan,Dokter,
Keuangan,Laboratorium,Radiologi
,Farmasi,Gizi,Linen,Kebersihan,Keamanan,Kantin parkir. Saat ini pasien semakin
menyadari hak-haknya ,hubungan dengan dokter dan pasien
merupakan pelayanansecara utuh dengan interaksi personal bukan melulu
pengobatan.

Paradigma yang berkembang adalah Customer Focus,Dokter di Rumah Sakit bekerja


sebagai satu tim dengan pasien .
Pasien dan keluarga membutuhkan informasi dan berharap dapat berkonsultasi
dengan dokter sewaktu waktu.
Dengan perubahan sikap pasien ini maka mutu layanan RS perlu ditingkatkan dan
kepuasan pasien perlu diutamakan.

Panduan Praktik Manajer Pelayanan Pasien - MPP di Rumah Sakit (Case Manager)

Peran MPP mencakup :


1. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien,
termasuk keluarga dan pemberi asuhannya, baik akut,
dalam proses rehabilitasi di rumah sakit maupun pasca
rawat, mendorong keterlibatan dan pemberdayaan pasien.
2. Mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pada
pasien (patient centered care) dan asuhan pasien terintegrasi,
serta membantu meningkatkan kolaborasi interprofesional
3. Mengoptimalkan proses reimbursemen

Fungsi MPP :
Manajer Pelayanan Pasien menjalankan fungsi asesmen,
perencanaan, fasilitasi dan advokasi, melalui kolaborasi
dengan pasien, keluarga, professional pemberi asuhan, sehingga
menghasilkan outcome / hasil asuhan yang diharapkan.
1. Melakukan asesmen tentang kebutuhan kesehatan dan
aspek psiko-sosio-kultural-nya, termasuk status health
literacy (kurang pengetahuan tentang kesehatan)
2. Menyusun perencanaan manajemen pelayanan pasien (case
management plan) berkolaborasi dengan pasien, keluarga dan
pemberi asuhan di rumah sakit, pembayar, PPA di fasilitas pelayanan primer, untuk
memaksimalkan hasil asuhan yang
berkualitas, aman, dan efektif-biaya. Perencanaan termasuk
discharge planning terintegrasi dengan PPA.
3. Memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antar PPA dalam
konteks keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan,
sehingga meminimalkan fragmentasi pelayanan.
4. Memberikan edukasi dan advokasi kepada pasien dan
keluarga atau pemberi asuhan untuk memaksimalkan
kemampuan pasien dan keluarga dalam pengambilan
keputusan terkait pelayanan yang diterimanya. Memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga atau pemberi asuhan,
PPA, terkait alternatif pelayanan, sumber daya di komunitas
/ lingkungan rumahnya, manfaat asuransi, aspek psikososio-
kultural sehingga keputusan tepat waktu dengan
dasar informasi lengkap
5. Memberikan advokasi sehingga meningkatkan kemampuan
pasien dan keluarga mengatasi masalah dengan mencari
opsi pelayanan yang tersedia, rencana alternatif sesuai
kebutuhan, agar tercapai hasil asuhan yang diharapkan.
6. Mendorong pemberian pelayanan yang memadai untuk
kendali mutu dan biaya dengan basis kasus per kasus.
7. Membantu pasien untuk transisi pelayanan yang aman ke
tingkat pelayanan berikutnya yang memadai.
8. Berusaha meningkatkan kemandirian advokasi dan
kemandirian pengambilan keputusan pasien
9. Memberikan advokasi kepada pasien dan pembayar untuk
memfasilitasi hasil yang positif bagi pasien, bagi PPA dan
pembayar. Namun bila ada perbedaan kepentingan maka
kebutuhan pasien lebih menjadi prioritas.
II. KOMPETENSI MANAJER PELAYANAN KESEHATAN
Pengertian kompetensi
Kompetensi melibatkan karakteristik individual, seperti ketepatan, kreatifitas dan intuisi yang
tidak mudah diamati, serta menyangkut keinginan untuk belajar terus menerus. Kompetensi
adalah konsep umum dan model untuk mengukur pengetahuan, keahlian, kemampuan, sikap
dan karakteristik lainnya. Ini berkaitan erat dengan kinerja seseorang.5
Menurut Boyatzis (1982), yang dimaksud dengan kompetensi adalah karakteristik seseorang
yang berhubungan dengan kinerjanya, yaitu meliputi pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skills), kemampuan (abilities) dan karakteristik atau sifat (traits/attitudes).6 Pengetahuan
berarti memahami fakta dan prosedur. Sifat berarti karakteristik/kepribadian seseorang yang
mempengaruhi tingkah lakunya serta dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi dan sosial
(pengendalian diri, kepercayaan diri dan sebagainya). Keterampilan yaitu kapasitas untuk
melakukan suatu tindakan tertentu, dimana keterampilan seseorang merupakan gabungan dari
pengetahuan dan strategi yang digunakan untuk menerapkannya. Sedangkan kemampuan
adalah suatu sifat yang diwarisi/diperoleh seseorang melalui pengalaman terdahulu dan
terbawa hingga sekarang (Landy, 1985), dimana sifat ini bersifat lebih mendasar dan stabil
dibandingkan pengetahuan dan keterampilan (Fleishman & Bartlett, 1969).

Lyle M. Spencer dan Signe M Spencer menulis dalam bukunya Competence at work, Models
for Superior performance , kompetensi adalah karakteristik dasar dari seseorang yang terkait
dengan kinerja efektif menurut kriteria tertentu dan/ atau kinerja superior dalam sebuah
pekerjaan atau situasi. Ada lima karakteristik kompetensi yaitu motives, traits, self concept,
knowledge dan Skills. Dari kelima karakteristik ini, knowledge dan skills cenderung lebih
nyata dan relative berada di permukaan sebagai salah satu karakteristik manusia.

Menurut pendapat Ari Wibowo dalam Sailah membagi Skills menjadi dua besar yaitu Hard
Skills dan soft skills. Soft skills terbagi menjadi Intrapersonal Skills dan Interpersonal Skills.
Atribut Intrapersonal Skills adalah transforming character, transforming beliefs, change
management, stress management, time management, creative thinking processes, goal setting
dan life purpose, accelerate learning techniques. Atribut Interpersonal skills
adalahcommunication skills, relationship bilding, motivations skills, leadership skills, self
marketing skill, negotiation skills, public speaking skills.

Kemampuan Soft skills yang dicerminkan oleh aspek entrepreneurship (kewirausahaan),


aspek leadership (kepemimpinan) aspek change management dan conflict management (
mengelola dan perubahan konflik).
Keterampilan enterpreunership adalah kemampuan seseorang untuk menemukan dan menilai
kesempatan, berorientasi pada tindakan dan hasil, berani menambil resiko dalam mengejar
tujuan, suka pada tantangan, kepercayaan diri, mudah bergaul dengan orang lain dan
berpandangan perpektif dan inovatif. Kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak dan
ciri pengusaha semata, karena sifat ini dimiliki juga oleh yang bukan pengusaha. Menurut
pandangan Soeparman, bahwa dalam wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan baik
sebagai karyawan swasta maupun pemerintah.
Pada aspek leadership dengan atributnya kemampuan direktif, suportif, partisipatif dan
orientasi prestasi. Keit Davis yang dikutip dari Handoko10 berpendapat bahwa ada empat sifat
utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan adalah 1) kecerdasan
2)kedewasaan; 3)motivasi diri, dan dorongan untuk perprestasi; 4) sikap-sikap hubungan
manusiawi.
Aspek manajerial meliputi mengelola perubahan dan konflik. Konflik biasanya timbul dalam
organisasi yang disebabkan oleh berbagai hal, termasuk struktur organisasi, perbedaan tujuan
yang tak dapat dihindarkan, persepsi dan nilai-nilai pribadi. Tiga metode penyelesaian
konflik yang sering digunakan yaitu dominasi atau penekanan, kompromi dan pemecahan
masalah. Dominasi dan penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : (1)
kekerasan (forcing), yang bersifat penekanan otokratif, (2) penenangan(smoothing),
merupakan cara yang lebih diplomatis; (3) penghindaran (avoidance) bahwa manajer
menghindar untk mengambil posisi yang tegas (4) aturan mayoritas (mayority rule),
mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan voting melalui prosedur yang
adil. Melalui kompromi, manajer menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah yang
dapat diselesaikan melalui teknik-teknik pemecahan masalah. Ada tiga jenis metode
pemecahan masalah integrative, yaitu consensus, konfrontasi, dan penggunaan tujuan-tujuan
yang lebih tinggi (superordinate goals). 10

Selain kemampuan-kemampuan tersebut, karakteristik personal yang sebaiknya dimiliki


untuk mencapai kesuksesan seorang manajer, diantaranya

• Komunikasi. Kemampuan untuk berbagi ide dan temuan dengan jelas secara tertulis dan
lisan, termasuk tulisan, presentasi, memberi atau menerima umpan balik, dan penggunaan
teknologi.
• Teamwork. Kemampuan untuk bekerja efektif sebagai anggota tim dan pemimpin tim,
meliputi kontribusi dalam tim, kepemimpinan dalam tim, manajemen konflik, negosiasi, dan
membangun kesepakatan.
• Self-management. Kemampuan untuk mengevaluasi diri sendiri, mengubah sikap dan
memenuhi kewajiban kinerja.

• Leadership. Kemampuan untuk mempengaruhi dan mendukung pekerja lain untuk


menyelesaikan pekerjaan yang kompleks dan sulit dimengerti. Meliputi kesadaran tentang
perbedaan, pengetahuan yang luas, manajemen proyek dan tindakan strategis.

• Critical thinking. Kemampuan untuk mendapat dan menganalisis informasi dengan


pemecahan masalah yang kreatif. Meliputi pemecahan masalah, penilaian dan pembuatan
keputusan, pengumpulan dan interpretasi informasi, kreatifitas serta inovasi.

• Professionalism. Kemampuan untuk menjaga citra positif, percaya diri dan peningkatan
karir secara terus menerus. Meliputi keterlibatan dan inisiatif personal, serta manajemen
karir.
Menurut Hadari Nawawi (2006), kompetensi dibagi menjadi8 :

1. Kompetensi Umum adalah unjuk kerja atau kinerja maksimum sebagai Standar Kualifikasi
atau Standar Kompetensi dalam proses pelaksanaan suatu pekerjaan.

2. Kompetensi Tradisional berarti kondisi kemampuan seseorang yang dinyatakan didalam


ijasah yang dimiliki sebagai jaminan bahwa pemiliknya sudah mempelajari dan memiliki
kemampuan dalam bidang tertentu
3. Kompetensi Individual adalah kemampuan nyata dalam merealisasi kompetensi yang telah
dipelajari sebagai dinyatakan didalam ijasah.

4. Kompetensi Vokasional berarti kemampuan kerja yang dituntut oleh suatu pekerjaan pada
pekerja yang melaksanakannya.

KOMPETENSI MANAJER PELAYANAN KESEHATAN

Manager harus memiliki kompetensi tertentu agar dapat menjadi manager yang baik. Hal ini
disebut managerial competency. Managerial competency adalah kemampuan atau karakter
personal yang memberikan kontribusi terhadap tingginya kinerja dalam suatu posisi
manajemen.3 Kompetensi ini juga menyangkut kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi
manajemen yang telah dibahas sebelumnya, yaitu perencanaan (Planning), pengorganisasian
(organizing), memimpin (leading) dan pengawasan (controlling). Selain itu, kompetensi lain
yang harus dimiliki berkaitan dengan kemampuan mendapatkan informasi, interpersonal
skill, dan kemampuan dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan peran manager,
termasuk pembuatan jadwal/ agenda dan networking.

Pada bagian di atas telah dijelaskan mengenai kompetensi inti yang dirumuskan oleh WHO.
WHO ternyata merumuskan juga model kompetensi manajemen, antara lain:
• Menciptakan lingkungan yang memotivasi; membimbing dan memotivasi staf untuk
mengadapi tantangan dan mencapai tujuan.
1.
- Memberikan petunjuk yang jelas pada staf dan mendukungnya untuk mencapai tujuan
- Memastikan tugas dan tanggung jawab masing-masing staf dimengerti
- Mendelegasikan tugas dengan baik pada staf dan mendukung mereka untuk mencapai
tujuan
- Menunjukkan kepercayaan diri terhadap staf dan membuat inisiatif
- Memberikan staf umpan balik
- Memotivasi staf untuk mencapai tujuan individu dan tim
• Memastikan penggunaan sumber daya yang efektif; mengidentifikasi prioritas tujuan
organisasi. Mengembangkan dan mengimplementasikan rencana kerja,
mengorganisasikan sumber daya yang diperlukan dan memonitor hasil.
- Mengembangkan rencana menjadi tujuan yang jelas dan memperhitungkan perubahan
situasi
- Mengidentifikasi prioritas dan mendefinisikan tujuan yang memiliki jangka waktu
- Mengidentifikasi, mengorganisasikan, dan mengelola sumber daya dengan efektif
- Mampu merelokasi sumber daya dan mengatur prioritas untuk mengatasi keadaan tak
terduga
- Mengembangkan ukuran untuk mengawasi sumber daya dan perkembangan sesuai
rencana
- Mengawasi biaya dan menggunakan metode cost-effective
• Membangun partnership internal dan eksternal; mengembangkan dan menguatkan
hubungan internal dan eksternal. Mengidentifikasi dan mensinergikan di dalam organisasi
dan dengan partner luar.
- Mengembangkan hubungan kerja di dalam organisasi dan di luar untuk meningkatkan
kesuksesan organisasi
- Membangun dan mempertahankan hubungan kerja yang menguntungkan di dalam dan di
luar organisasi
- Mendukung anggotanya membangun jejaring kerja untuk meningkatkan hasil
- Menciptakan kesempatan untuk meningkatkan sinergi kerja di dalam dan di luar
organisasi
- Mendukung orang dari bagian yang berbeda untuk bekerja bersama
Masing-masing kompetensi tersebut memiliki level hierarki yang disebut proficiency level
yaitu menggambarkan tingkatan sejauh mana seorang manajer senior telah menguasai
kriteria kompetensi tertentu atau merupakan hierarki penguasaan knowledge, skills,
behaviours, atau outcomes berdasarkan level berikut:8
- Basic: dapat mengaplikasikan konsep dan metode dasar namun masih memerlukan
supervisi dan pelatihan
- Competent: dapat membuat dan menerapkan konsep dan metode yang lebih lanjut secara
mandiri, merencanakan dan membimbing pekerjaan orang lain serta melakukan analisis
- Advanced: dapat memahami dan menerapkan konsep dan metode yang lebih kompleks,
memimpin dan mengarahkan individu/kelompok yang memiliki spesialisasi tertentu, serta
dapat melakukan analisis yang lebih mendalam
- Expert: memiliki keahlian spesialisasi yang lebih mendalam, dapat memimpin arah dari
organisasi, serta menjabarkan/mengembangkan suatu model atau teori organisasi.

Dalam setiap organisasi kebutuhan akan kompetensi manajer ini akan berbeda satu dengan
lainnya. Dengan perbedaan kondisi organisasi ini, maka perlu dibuat standar kompetensi.
Penyusunan standar kompetensi ini dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut (M.
Noedjiman):
1. Disusun dengan pendekatan bidang pekerjaan, bukan jabatan
2. Setiap pekerjaan diurai tugas tugasnya
3. Setiap tugas distandarkan unit kompetensinya
4. Standar Kompetensi Kerja adalah Standar Industri berlaku umum untuk perusahaan
sejenis
5. Standar Kompetensi kerja dapat dikemas dengan pendekatan okupasi atau kualifikasi
6. Setiap perusahaan dapat mengemas Standar Kompetensi kerja sesuai dengan
kebutuhannya

Standar Kompetensi kerja menjadi acuan untuk perancangan program pendidikan dan
pelatihan.Kompetensi manajemen RS Indonesia dipengaruhi oleh perilaku, sikap, inovasi,
pengetahuan dan keterampilan manajemen. Dengan adanya aspek – aspek ini seorang
manajer yang berkompeten dapat terbentuk. Aspek – aspek ini menjadi beberapa kompetensi
dasar yang harus dimiliki seorang Manajer Rumah Sakit.
III. Tahapan Manajemen Pelayaanan Kesehatan yang dilaksanakan
oleh Manajer Pelayanan Pasien.

Panduan Praktik Manajer Pelayanan Pasien - MPP di Rumah Sakit (Case Manager)

Dibawah ini digambarkan hubungan integrasi antara MPP dengan


PPA dalam pelaksanaan manajemen pelayanan pasien di rumah
sakit.

Manajemen Pelayaanan Pasien yang dilaksanakan oleh Manajer


Pelayanan Pasien dilakukan melalui bebarapa tahapan atau aktivitas
sebagai berikut dibawah ini:
1. Identifikasi, Seleksi / Skrining Pasien untuk manajemen
pelayanan pasien
Kriteria yang digunakan a.l. namun tidak terbatas pada :
• Usia
• Pasien dengan fungsi kognitif rendah
• Pasien dengan risiko tinggi
• Potensi komplain tinggi
• Kasus dengan penyakit kronis, katastropik, terminal
• Status fungsional rendah, kebutuhan bantuan ADL (Activity
Daily Living) yang tinggi
• Pasien dengan riwayat penggunaan peralatan medis dimasa
lalu
• Riwayat gangguan mental, upaya bunuh diri, krisis
keluarga, isu sosial a.l. terlantar, tinggal sendiri, narkoba.
• Sering masuk IGD, readmisi rumah sakit
• Perkiraan asuhan dengan biaya tinggi
• Kemungkinan sistem pembiayaan yang komplek, adanya
masalah finansial
• Kasus yang melebihi rata-rata lama dirawat
• Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya penting/
berisiko atau yang membutuhkan kontinuitas pelayanan
2. Asesmen untuk manajemen pelayanan pasien
Komponen asesmen a.l. namun tidak terbatas pada :
• Fisik, fungsional, kognitif, kekuatan-kemampuan,
kemandirian
• Riwayat kesehatan
Perilaku psiko-spiritual-sosio-kultural
• Kesehatan mental dan kognitif
• Lingkungan dan tempat tinggal
• Tersedianya dukungan keluarga, kemampuan merawatdari
pemberi asuhan
• Finansial
• Status asuransi
• Riwayat penggunaan obat, alternatif
• Riwayat trauma, kekerasan
• Pemahaman tentang kesehatan (health literacy)
• Harapan terhadap hasil asuhan, kemampuan untuk
menerima perubahan
• Discharge plan
• Perencanaan lanjutan
• Aspek legal
Data asesmen diperoleh melalui, namun tidak terbatas pada:
• Wawancara pasien, keluarga, pemberi asuhan
• Asesmen awal saat admisi rawat inap, asesmen secara
intermiten “ongoing” selama dirawat
• Komunikasi dengan dokter, PPA lainnya
• Rekam medis
• Data klaim, asuransi
3. Identifikasi masalah dan kesempatan
Lakukan kegiatan Identifikasi masalah dan kesempatan a.l.
• Tingkat asuhan yang tidak sesuai panduan, norma yang
digunakan
• Over/under utilization pelayanan dengan dasar panduan,
norma yang digunakan
Ketidak patuhan pasien
• Edukasi kurang memadai, atau pemahamannya yang
belum memadai tentang proses penyakit, kondisi terkini,
daftar obat
• Kurangnya dukungan keluarga
• Penurunan determinasi pasien (ketika tingkat keparahan /
komplikasi meningkat)
• Kendala keuangan ketika keparahan / komplikasi
meningkat
• Pemulangan / rujukan yang belum memenuhi kriteria, atau
sebaliknya pemulangan/ rujukan yang ditunda
4. Perencanaan manajemen pelayanan pasien
MPP harus segera mengidentifikasi kebutuhan jangka pendek,
jangka panjang, maupun kebutuhan berjalan / ongoing,
sehingga dapat menyusun strategi dan sasaran manajemen
pelayanan pasien untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tsb.
• Pahami dan pastikan diagnosis pasien, prognosis,
kebutuhan asuhan, sasaran hasil asuhan
• Validasi rencana asuhan konsisten dengan panduan, norma
yang digunakan
• Tentukan sasaran terukur dan indikator dalam kerangka
waktu yang spesifik, a.l. dalam akses ke pelayanan, asuhan
dengan biaya efektif, mutu asuhan
• Tentukan/rencanakan pemberian informasi kepada pasien
dan keluarga untuk pengambilan keputusan
• Tentukan/rencanakan juga partisipasi pasien dan keluarga
dalam asuhan, termasuk persetujuan akan kemungkinan
perubahan rencana
 Siapkan fasilitasi mengatasi masalah dan konflik
• Perhatikan harapan pembayar, frekuensi komunikasi
reevaluasi perkembangan pasien, revisi sasaran jangka
pendek dan atau panjang
5. Monitoring
MMP melakukan asesmen untuk menilai respons pasien
terhadap pemberian / pelaksanaan rencana asuhan
• Mencatat perjalanan / perkembangan kolaborasi dengan
pasien, keluarga, pemberi asuhan, tim PPA, dan pemangku
kepentingan lain yang terkait, sehingga dapat dinilai respons
pasien terhadap inetrvensi yang diberikan
• Verifikasi kelangsungan pelaksanaan rencana asuhan
memadai, dipahami dan diterima pasien serta keluarga
• Paham dan sadar akan kebutuhan revisi rencana asuhan,
termasuk preferensi perubahan, transisi pelayanan, kendala
pelayanan
• Kolaborasi dalam rangka perubahan rencana dan
pelaksanaannya
6. Fasilitasi, Koordinasi, Komunikasi dan Kolaborasi
MPP perlu memfasilitasi koordinasi, komunikasi dan kolaborasi
dengan pasien dan pemangku kepentingan lainnya untuk
mencapai sasaran dan memaksimalkan hasil positif asuhan pasien
• Pastikan peran MPP sesuai kebijakan yang ada dan
memadai, dalam pelayanan pasien, terhadap pemangku
kepentingan lain dalam rumah sakit
• Kembangkan dan pelihara secara proaktif pelayanan berfokus
pada pasien, membantu asuhan terintegrasi oleh PPA
• Transisi pelayanan yang memadai sesuai kebutuhan pasien
Jaga privasi pasien dalam kolaborasi
• Gunakan mediasi dan negosiasi untuk meningkatkan
komunikasi, koordinasi dan kolaborasi, termasuk mengatasi
perbedaan pandangan
• Koordinasi juga pada rencana pemulangan pasien dengan
pelayanan pasca rawat
7. Advokasi
MPP memberikan advokasi pada pelaksanaan pelayanan,
manfaat administrasi, pengambilan keputusan
• Menyampaikan, mendiskusikan dengan PPA dan staf lain
tentang kebutuhan pasien, kemampuannya dan sasaran
pasien
• Memfasilitasi akses ke pelayanan sesuai kebutuhan
pasien melalui koordinasi dengan PPA atau pemangku
kepentingan terkait
• Meningkatkan kemandirian menentukan pilihan dan
pengambilan keputusan
• Mengenali, mencegah dan menghindari disparitas untuk
mengakses mutu dan hasil pelayanan terkait dengan ras, etnik,
agama, gender, latar belakang budaya, status pernikahan,
umur, pandangan politik, disabilitas fisik-mental-kognitif
• Advokasi untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan yang
berkembang/bertambah karena perubahan kondisi.
8. Hasil Pelayanan
MPP perlu memaksimalkan kesehatan, wellness pasien, safety,
adaptasi terhadap perubahan, self-care, kepuasan dan efisiensi
biaya.
Lakukan pendokumentasian pencapaian sasaran
• Catat keberhasilan, kualitas, kendali biaya-efektif dari
intervensi MPP dalam mencapai sasaran asuhan pasien
• Nilai dan laporan tentang dampak pelaksanaan rencana
asuhan pasien
• Catat utilisasi sesuai panduan / norma yang digunakan
• Catat kepuasan pasien, keluarga dengan manajemen
pelayanan pasien
9. Kompetensi Budaya – Cultural Competence MPP
MPP perlu memahami dan tanggap terhadap beragam budaya
populasi dimana pasien berasal, dan kekhasan profilnya.
• MPP memahami berbagai informasi tentang keberagaman
budaya, berkomunikasi secara efektif, bermartabat dan
sensitif dalam konteks budaya ybs
• Lakukan asesmen kebutuhan linguistiknya dan lakukan
komunikasi yang memadai
• Bila diperlukan jalani edukasi/ pelatihan untuk kompetensi
/ pemahaman budaya guna meningkatkan efektifitas dalam
melayani populasi yang multikultural
10. Manajemen Sumber Daya
MPP harus mengintegrasikan faktor-faktor terkait mutu,
keselamatan, akses, dan efektifitas biaya dalam proses asesmen,
monitoring, dan evaluasi sumber daya untuk asuhan pasien
• Catat pemeriksaan/ pelayanan yang akan dilakukan sesuai
kebutuhan pasien dan rencana pelayanan. Berikan informasi
berkenaan terkait waktu yang diperlukan, antisipasi
hasildan beban biaya
Catat komunikasi pasien dengan PPA dalam proses transisi
/ perpindahan secara internal maupun eksternal, juga pada
perubahan kondisi (penting) pasien
• Kumpulkan keterangan pelaksanaan pelayanan dalam
rangka memenuhi kebutuhan pasien, termasuk pemeriksaan
keluar /outsource, bandingkan dengan panduan / norma
• Pencatatanagar memperlihatkanbahwa intensitas pelayanan
dari MPP memang sesuai kebutuhan pasien.
11. Terminasi manajemen pelayanan pasien
MPP mengakhiri pelaksanaan manajemen pelayanan pasien
sesuai dengan regulasi rumah sakit yang berlaku
• Identifikasi alasan pengakhiran pelaksanaan manajemen
pelayanan pasien, a.l. :
o Telah tercapainya sasaran manajemen pelayanan pasien
o Telah terlaksana transisi ke fasilitas pelayanan lain
o Pasien menolak manajemen pelayanan pasien
• Tercapai persetujuan pengakhiran pelaksanaan manajemen
pelayanan pasien, dengan pasien maupun pemangku
kepentingan lain
• Dokumentasikan proses pengakhiran tsb
PENUTUP

Kesimpulan
Kehadiran Manajer Pelayanan Pasien di rumah sakit adalah
penting sebagai bagian dari penerapan pelayanan berfokus pada
pasien (Patient Centered Care). MPP memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan asuhan pasien, termasuk keluarga dan pemberi
asuhannya, baik akut, maupun dalam proses rehabilitasi di rumah
sakit maupun pasca rawat.
MPPmeningkatkan keterlibatan dan pemberdayaan pasien serta
keluarga dalam asuhan pasien, dan menghasilkan outcome asuhan
yang lebih baik, termasuk kepuasan pasien.Selain itu perannya
akan mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pada
pasien (patient centered care) dan asuhan pasien terintegrasi, serta
membantu meningkatkan kolaborasi interprofesional.
Dalam standar akreditasi, pelayanan yang diberikan oleh MPP
minimal merupakan bagian dari penerapan standar HPK, PPK,
APK, AP dan PP.
Saran
.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai