Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA”

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik


Dosen Penghimpu :

SUBHAN, Drs. M.Si

Disusun Oleh :

DARLIA
NIM. 190221034

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN AKADEMIK 2019/202
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan KasihkaruniaNya sehingga Makalah Pemilihan Umum di Indonesia ini dapat
saya selesaikan sebagaimana adanya.

Penyusunan makalah ini saya tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar ilmu Politik Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah
Cirebon, agar para mahasiswa dapat mengetahui dan memahami materi perkuliahan
tentang Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia.

Penulis menyadari akan kekurangan penyususnan makalah ini, untuk itu saya
mengharapkan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun demi penyempurnaan
makalah ini dikemudian hari. Akhirnya, semoga makalah ini dapat menjadi referensi
dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di dalam kelas.

Cirebon, 22 Pebruari 2020


Penyusun

DARLIA

Page | I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH 2

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PEMILIHAN UMUM 3
B. SISTEM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM 3
C. PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA 5
D. HARAPAN WARGA PADA PEMILU 19

BAB III KESIMPULAN 20


BAB IV PENUTUPAN 21
LAMPIRAN III
DAFTAR PUSTAKA IV

Page | II
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemilu dalam negara-negara demokrasi termasuk di Indonesia, merupakan suatu


proses yang meletakkan kedaulatan rakyat sepenuhnya ditangan rakyat itu sendiri
melalui sistim pergantian kekuasaan secara damai yang dilakukan secara berkala sesuai
dengan prinsip-prinsip yang digariskan oleh konstitusi. Prinsip-prinsip dalam pemilihan
umum yang sesuai dengan konstitusi antara lain prinsip kehidupan ketatanegaraan yang
berkedaulatan rakyat (demokrasi) ditandai bahwa setiap warga negara berhak ikut serta
dan aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan kenegaraan.

Sebuah negara berbentuk republik yang berarti kekuasaan dikembalikan ke


masyarakyat (publik) untuk menentukan arah dan substansi roda pemerintahan yang
tidak lepas dari pengawasan rakyat itu sendiri. Bentuk pemerintahan yang terbentuk
karena kemauan rakyat dan bertujuan untuk memenuhi kepentingan rakyat itu sendiri
disebut demokrasi. Demokrasi merupakan sebuah proses, artinya sebuah republik tidak
akan berhenti di satu bentuk pemerintahan selama rakyat negara tersebut memiliki
kemauan yang terus berubah. Ada kalanya rakyat menginginkan pengawasan yang
superketat terhadap pemerintah, tetapi ada pula saatnya rakyat bosan dengan para
wakilnya yang terus bertingkah karena kekuasaan yang seakan-akan tak ada batasnya.
Berbeda dengan bentuk pemerintah negara monarki yang menjadikan garis keturunan
sebagai landasan untuk memilih pemimpin, pada republik demokrasi diterapkan azas
kesamaan dan persamaan di mana setiap orang yang memiliki kemampuan untuk
memimpin dapat menjadi pemimpin apabila ia disukai oleh sebagian besar rakyat.

Melalui sistim demokrasi, pemerintah membuat kontrak atau perjanjian dengan


rakyat yang disebut dengan istilah kontrak sosial. Dalam sebuah republik demokrasi,
kontrak sosial atau perjanjian masyarakat ini diwujudkan dalam sebuah pemilihan
umum. Melalui pemilihan umum, rakyat dapat memilih secara langsung siapa yang
menjadi perwakilannya di lembaga legislatif dan memilih langsung atau melalui
perwakilannya untuk memilih pemerintah dilembaga eksekutif untuk penyaluran

Page | 1
aspirasi atau kehendak rakyat yang selanjutnya akan menentukan masa depan sebuah
negara.

B. RUMUSAN MASALAH
Pada makalah ini, penulis mengajukan rumusan masalah terbatas sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah gambaran umum pelaksanaan pemilu anggota legislatif (dewan
perwakilan rakyat)?
2. Bagaimana kondisi pemilu legislatif di Indonesia?
3. Harapan apa yang dimiliki warga pada penyelenggaraan pemilu di Indonesia?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan rumusan masalah sebagaimana
tersebut di atas yaitu :
1. Untuk mengetahui gambaran umum pelaksanaan pemilu anggota legislatif di
Indonesia baik tingkat pusat (DPR), daerah propinsi (DPRD Propinsi) dan daerah
kabupaten/Kota (DPRD Kabupaten/Kota).
2. Untuk mengetahui kondisi pemilu legislatif di Indonesia.
3. Untuk mengetahui harapan yang dimiliki warga pada penyelenggaraan pemilu di
Indonesia.

Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMILIHAN UMUM

Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan


kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam
konstitusi negara kita, pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 (UUD RI 1945) menyebutkan: “Kedaulatan adalah ditangan
rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”. Makna
kedaulatan rakyat yang dimaksud sama dengan makna kekuasaan tertinggi, yaitu
kekuasaan yang terakhir dalam wewenang untuk membuat keputusan. Tidak ada satu
pasalpun yang secara eksplisit menyebutkan bahwa negara Republik Indonesia adalah
negara demokrasi. Namun karena implementasi kedaulatan adalah ditangan rakyat, itu
berati tidak lain adalah demokrasi itu sendiri. Dengan demikian, secara implisit
dapatlah dikatakan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara demokrasi.

Permaknaan kedaulatan ditangan rakyat dalam perwujudannya manakala negara


atau pemerintah menghadapi masalah besar yang bersifat nasional, baik di bidang
ketatanegaraan, hukum, politik, ekonomi, agama dan sosial budaya, maka semua warga
negara diundang atau diwajibkan untuk ikut serta berpartisipasi membahas, merembuk,
menyatakan pendapat serta membuat suatu keputusan bersama. Keputusan bersama ini
dilakukan melalui pemilihan umum, inilah prinsip demokrasi yang esensial.

B. SISTEM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum, akan tetapi
umumnya berkisar pada 2 prinsip pokok, yaitu :

a. Single-member constituency (satu daerah memilih satu orang wakil rakyat;


biasanya disebut Sistem Distrik). Sistem yang mendasarkan pada kesatuan
geografis. Jadi setiap kesatuan geografis (yang biasanya disebut distrik karena
kecilnya daerah yang diliputi) mempunyai satu wakil dalam dewan perwakilan
rakyat. Sistem seperti ini mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya :
Page | 3
1. Kurang memperhitungkan adanya partai kecil dan golongan minoritas,
apalagi jika golongan ini terpencar dalam beberapa distrik.
2. Kurang representatif dalam arti bahwa calon yang kalah dalam suatu distrik,
kehilangan suara-suara yang telah mendukungnya.

Di samping itu sistem ini juga mempunyai kelebihan, antara lain :

1. Wakil yang terpilih dapat dikenal oleh penduduk distrik, sehingga


hubungannya
dengan penduduk distrik lebih erat.
2. Lebih mendorong kearah integrasi partai-partai politik karena kursi yang
diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Mendorong partai-
partai untuk menyisihkan perbedaan-perbedaan yang ada dan mengadakan
kerjasama.
3. Berkurangnya partai dan meningkatnya kerjasama antara partai-partai yang
mempermudah terbentuknya pemerintah yang stabil dan meningkatkan
stabilitas nasional.
4. Sederhana dan mudah untuk diselenggarakan
b. Multi-member constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil
rakyat; biasanya dinamakan Proportional Representation atau Sistem Perwakilan
Berimbang). Gagasan pokok dari sistem ini adalah bahwa jumlah kursi yang
diperoleh oleh sesuatu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah suara
yang diperolehnya.

Sistem ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya :

1. Mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya partai-partai baru.


2. Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan kurang
merasakan loyalitas kepada daerah yang telah memilihnya.
3. Mempersukar terbentuknya pemerintah yang stabil, oleh karena umumnya
harus mendasarkan diri atas koalisi dari dua-partai atau lebih.

Page | 4
Keuntungan system Propotional diantaranya :

1. System propotional dianggap representative, karena jumlah kursi partai


dalam parlemen sesuai dengan jumlah suara masyarakat yang di peroleh
dalam pemilu.
2. System ini di anggap lebih demokatis dalam arti lebih egalitarian, karena
praktis tanpa ada distorsi.

C. PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA

Sejak kemerdekaan Negara Republik Indonesia hingga tahun 2014, bangsa


Indonesia telah menyelenggarakan sebelas kali pemilihan umum, yaitu pemilihan
umum tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009 dan 2014.
Dari pengalaman sebanyak itu, penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia sudah
menjadi realitas demokrasi yang berkedaulatan rakyat.

Di Indonesia pada pemilu kali ini, tidak memakai salah satu dari kedua macam
sistem pemilihan diatas, tetapi merupakan kombinasi dari keduanya. Hal ini terlihat
pada satu sisi menggunakan sistem distrik, antara lain pada Bab VII pasal 65 tentang
tata cara Pencalonan Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota dimana setiap partai Politik peserta pemilu dapat mengajukan calon
anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota dengan
memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%.

Disamping itu juga menggunakan sistem berimbang, hal ini terdapat pada Bab V
pasal 49 tentang Daerah Pemilihan dan Jumlah Kursi Anggota DPR, DPRD Provinsi,
dan DPRD Kabupaten/Kota dimana : Jumlah kursi anggota DPRD Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada jumlah penduduk provinsi yang
bersangkutan dengan ketentuan :

1. Provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 1.000.000 (satu juta) jiwa
mendapat 35 (tiga puluh lima) kursi.
2. Provinsi dengan julam penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta) sampai
dengan 3.000.000 (tiga juta) jiwa mendapat 45 (empat puluh lima) kursi.

Page | 5
3. Provinsi dengan jumlah penduduk 3.000.000 (tiga juta) sampai dengan
5.000.000 (lima juta) jiwa mendapat 55 (lima puluh lima) kursi.
4. Provinsi dengan jumlah penduduk 5.000.000 (lima juta) sampai dengan
7.000.000 (tujuh juta) jiwa mendapat 65 (enam puluh lima) kursi.
5. Provinsi dengan jumlah penduduk 7.000.000 (tujuh juta) sampai dengan
9.000.000 (sembilan juta) jiwa mendapat 75 (tujuh puluh lima) kursi.
6. Provinsi dengan jumlah penduduk 9.000.000 (sembilan juta) sampai dengan
12.000.000 (dua belas juta) jiwa mendapat 85 (delapan puluh lima) kursi.

Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 12.000.000 (dua belas juta) jiwa
mendapat 100 (seratus) kursi.

Sejarah penyelenggaraan pemilu di Indonesia dari zaman ke zaman, dapat kita


uraikan secara singkat sebagai berikut :

a. Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1958)


Sebenarnya pemilu sudah direncanakan sejak bulan oktobere 1945, tetapi
baru dilaksanakan oleh kabinet Burhanuddin Harahap pada tahun 1955. Sistem
pemilu yang digunakan adalah sistem proporsional. Pada waktu sistem itu,
sebagaimana yang dicontohkan oleh Belanda, merupakan satu-satunya sistem
pemilu yang dikenal dan dimengerti oleh para pemimpin negara.

Pemilihan umum dilakukan dalam suasana khidmat, karena merupakan


pemilihan pertama sejak awal kemerdekaan. Pemilihan umum berlangsung secara
demokratis, tidak ada pembatasan partai, dan tidak ada usaha interversi dari
pemerintah terhadap partai-partai sekalipun kampanye berlangsung seru, terutama
antara Masyumi dan PNI. Secara administrasi dan teknis berjalan lancar dan jujur.

Pemilihan umum menghasilkan 27 partai dan satu partai perseorangan,


dengan jumlah total 257 kursi. Namun stabilitas politik yang diharapkan dari
pemilihan umum tidak terwujud. Kabinet Ali (I dan II) yang memerintah selama
2 tahun dan yang terdiri atas koalisi tiga besar ,namun ternyata tidak kompak

Page | 6
dalam menghadapi persoalan, terutama yang terkait dengan konsepsi presiden
yang diumumkan pada tanggal 21 Februari 1957.

Berikut ini adalah daftar nama Partai Peserta Pemilu dan Peraihan Suara pada
Pemilu 1955
No. Partai/Nama Daftar Suara % Kursi

1. Partai Nasional Indonesia (PNI) 8.434.653 22,32 57

2. Masyumi 7.903.886 20,92 57

3. Nahdlatul Ulama (NU) 6.955.141 18,41 45

4. Partai Komunis Indonesia (PKI) 6.179.914 16,36 39

5. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) 1.091.160 2,89 8

6. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 1.003.326 2,66 8

7. Partai Katolik 770.740 2,04 6

8. Partai Sosialis Indonesia (PSI) 753.191 1,99 5

9. Ikatan Pendukung Kemerdekaan 541.306 1,43 4


Indonesia (IPKI)
10. Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti) 483.014 1,28 4

11. Partai Rakyat Nasional (PRN) 242.125 0,64 2

12. Partai Buruh 224.167 0,59 2

13. Gerakan Pembela Panca Sila (GPPS) 219.985 0,58 2

14. Partai Rakyat Indonesia (PRI) 206.161 0,55 2

15. Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI) 200.419 0,53 2

16. Murba 199.588 0,53 2

17. Baperki 178.887 0,47 1

18. Persatuan Indoenesia Raya (PIR) 178.481 0,47 1


Wongsonegoro
19. Grinda 154.792 0,41 1

Page | 7
20. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia 149.287 0,40 1
(Permai)
21. Persatuan Daya (PD) 146.054 0,39 1

22. PIR Hazairin 114.644 0,30 1

23. Partai Politik Tarikat Islam (PPTI) 85.131 0,22 1

24. AKUI 81.454 0,21 1

25. Persatuan Rakyat Desa (PRD) 77.919 0,21 1

26. Partai Republik Indonesis Merdeka 72.523 0,19 1


(PRIM)
27. Angkatan Comunis Muda (Acoma) 64.514 0,17 1

28. R.Soedjono Prawirisoedarso 53.306 0,14 1

29. Lain-lain 1.022.433 2,71 -

Jumlah 37.785.299 100,00 257

b. Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)


Sesudah mencabut maklumat pemerintah November 1945 tentang
kebebasan mendirikan partai , presiden soekarno mengurangi jumlah partai
menjadi 10. Kesepuluh ini antara lain : PNI, Masyumi, NU, PKI, Partai Katolik,
Partindo, Partai Murba, PSII Arudji, IPKI, dan Partai Islam kemudian ikut dalam
pemilu 1971 di masa orde baru. Di zaman demokrasi terpimpin tidak diadakan
pemilihan umum.

c. Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)


Sesudah runtuhnya rezim demokrasi terpimpin yang semi otoriter ada
harapan besar dikalangan masyarakat untuk dapat mendirikansuatu sistem politik
yang demokratis dan stabil. Salah satu caranya ialah melalui sistem pemilihan
umum . pada saat itu diperbincangkan tidak hanya sistem proporsional yang
sudah dikenal lama, tetapi juga sistem distrik yang di Indonesia masih sangat
baru.
Jika meninjau sistem pemilihan umum di Indonesia dapat ditarik berbagai
kesimpulan. Pertama, keputusan untuk tetap menggunakan sistem proporsional
pada tahun 1967 adalah keputusan yang tepat karena tidak ada distorsi atau

Page | 8
kesenjangan antara perolehan suara nasional dengan jumlah kursi dalam DPR.
Kedua, ketentuan di dalam UUD 12945 bahwa DPR dan presiden tidak dapat
saling menjatuhkan merupakan keuntungan, karena tidak ada lagi fragmentasi
karena yang dibenarkan eksistensinya hanya tiga partai saja. Usaha untuk
mendirikan partai baru tidak bermanfaat dan tidak diperbolehkan. Dengan
demikian sejumlah kelemahan dari sistem proporsional telah teratasi.
Namun beberapa kelemahan masih melekat pada sistem politik ini.
Pertama, masih kurang dekatnya hubungan antara wakil pemerintah dan
konstituennya tetap ada. Kedua, dengan dibatasinya jumlah partai menjadi tiga
telah terjadi penyempitan dalam kesempatan untuk memilih menurut selera dan
pendapat masing-masing sehingga dapat dipertanyakan apakah sipemilih benar-
benar mencerminkan, kecenderungan, atau ada pertimbangan lain yang menjadi
pedomannya. Ditambah lagi masalah golput, bagaimanapun juga gerakan golput
telah menunjukkan salah satu kelemahan dari sistem otoriter orde dan hal itu patut
dihargai.
Berikut ini adalah daftar nama Partai Peserta Pemilu dan Peraihan Suara pada
Pemilu 1971

Jumlah Jumlah
No. Partai Persentase
Suara Kursi
1. Partai Katolik 603.740 1,10 3
2. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) 1.308.237 2,39 10
3. Partai Nahdlatul Ulama 10.213.650 18,68 58
4. Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) 2.930.746 5,36 24
5. Golongan Karya (Golkar) 34.348.673 62,82 236
6. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 733.359 1,34 7
Partai Musyawarah Rakyat
7. 48.126 0,08 0
Banyak (Murba)
8. Partai Nasional Indonesia (PNI) 3.793.266 6,93 20
9. Partai Islam (PERTI) 381.309 0,69 2
Partai Ikatan Pendukung
10. 338.403 0,61 0
Kemerdekaan Indonesia (IPKI)
Jumlah 54.669.509 100,00 360

Selanjutnya penyelenggaraan pemilu berikutnya seperti data yang tertera seperti


dibawah ini :

Page | 9
Pemilu tahun 1977

No. Partai Suara % Kursi % (1971) Keterangan


1. Golkar 39.750.096 62,11 232 62,80 - 0,69
2. PPP 18.743.491 29,29 99 27,12 + 2,17
3. PDI 5.504.757 8,60 29 10,08 - 1,48
Jumlah 63.998.344 100,00 360 100,00

Pemilu tahun 1982

No. Partai Suara DPR % Kursi % (1977) Keterangan


1. Golkar 48.334.724 64,34 242 62,11 + 2,23
2. PPP 20.871.880 27,78 94 29,29 - 1,51
3. PDI 5.919.702 7,88 24 8,60 - 0,72
Jumlah 75.126.306 100,00 364 100,00

Pemilu tahun 1987

No. Partai Suara % Kursi % (1982) Keterangan


1. Golkar 62.783.680 73,16 299 68,34 + 8,82
2. PPP 13.701.428 15,97 61 27,78 - 11,81
3. PDI 9.384.708 10,87 40 7,88 + 2,99
Jumlah 85.869.816 100,00 400

Pemilu tahun 1992

No. Partai Suara % Kursi % (1987) Keterangan


1. Golkar 66.599.331 68,10 282 73,16 - 5,06
2. PPP 16.624.647 17,01 62 15,97 + 1,04
3. PDI 14.565.556 14,89 56 10,87 + 4.02
Jumlah 97.789.534 100,00 400 100,00

Pemilu tahun 1997

No. Partai Suara % Kursi % (1992) Keterangan


1. Golkar 84.187.907 74,51 325 68,10 + 6,41
2. PPP 25.340.028 22,43 89 17,00 + 5,43
3. PDI 3.463.225 3,06 11 14,90 - 11,84
Jumlah 112.991.150 100,00 425 100,00

Page | 10
d. Zaman Reformasi (1998-sekarang)
Seperti dibidang-bidang lain, reformasi membawa beberapa perubahan
fundamental. Pertama, dibukanya kesempatan kembali untuk bergeraknya partai
politik secara bebas, termasuk medirikan partai baru. Kedua, pada pemilu 2004
untuk pertama kalinya dalam sejarah indonesiadiadakan pemilihan presiden dan
wakil presiden dipilih melaluiMPR. Ketiga, diadakannya pemilihan umum untuk
suatu badan baru, yaitu Dewan Perwakilan Daerah yang akan mewakili
kepentingan daerah secara khusus. Keempat, diadakannya “electoral thresold “ ,
yaitu ketentuan bahwa untuk pememilihan legislatif setiap partai harus meraih
minimal 3% jumlah kursi anggota badan legislatif pusat.

Pemilu 7 Juni 1999

Jumlah Jumlah
No. Partai % %
Suara Kursi
1. Partai Indonesia Baru 192.712 0,18% 0 0,00%
2. Partai Kristen Nasional Indonesia 369.719 0,35% 0 0,00%
3. Partai Nasional Indonesia 377.137 0,36% 0 0,00%
4. Partai Aliansi Demokrat Indonesia 85.838 0,08% 0 0,00%
5. Partai Kebangkitan Muslim Indonesia 289.489 0,27% 0 0,00%
6. Partai Ummat Islam 269.309 0,25% 0 0,00%
7. Partai Kebangkitan Ummat 300.064 0,28% 1 0,22%
8. Partai Masyumi Baru 152.589 0,14% 0 0,00%
9. Partai Persatuan Pembangunan 11.329.905 10,71% 58 12,55%
10. Partai Syarikat Islam Indonesia 375.920 0,36% 1 0,22%
11. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 35.689.073 33,74% 153 33,12%
12. Partai Abul Yatama 213.979 0,20% 0 0,00%
13. Partai Kebangsaan Merdeka 104.385 0,10% 0 0,00%
14. Partai Demokrasi Kasih Bangsa 550.846 0,52% 5 1,08%
15. Partai Amanat Nasional 7.528.956 7,12% 34 7,36%
16. Partai Rakyat Demokratik 78.730 0,07% 0 0,00%
17. Partai Syarikat Islam Indonesia 1905 152.820 0,14% 0 0,00%
18. Partai Katolik Demokrat 216.675 0,20% 0 0,00%
19. Partai Pilihan Rakyat 40.517 0,04% 0 0,00%
20. Partai Rakyat Indonesia 54.790 0,05% 0 0,00%
21. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi 456.718 0,43% 1 0,22%
22. Partai Bulan Bintang 2.049.708 1,94% 13 2,81%

Page | 11
Jumlah Jumlah
No. Partai % %
Suara Kursi
23. Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia 61.105 0,06% 0 0,00%
24. Partai Keadilan 1.436.565 1,36% 7 1,51%
25. Partai Nahdlatul Ummat 679.179 0,64% 5 1,08%
Partai Nasional Indonesia – Front
26. 365.176 0,35% 1 0,22%
Marhaenis
Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan
27. 328.654 0,31% 1 0,22%
Indonesia
28. Partai Republik 328.564 0,31% 0 0,00%
29. Partai Islam Demokrat 62.901 0,06% 0 0,00%
Partai Nasional Indonesia – Massa
30. 345.629 0,33% 1 0,22%
Marhaen
31. Partai Musyawarah Rakyat Banyak 62.006 0,06% 0 0,00%
32. Partai Demokrasi Indonesia 345.720 0,33% 2 0,43%
33. Partai Golongan Karya 23.741.749 22,44% 120 25,97%
34. Partai Persatuan 655.052 0,62% 1 0,22%
35. Partai Kebangkitan Bangsa 13.336.982 12,61% 51 11,03%
36. Partai Uni Demokrasi Indonesia 140.980 0,13% 0 0,00%
37. Partai Buruh Nasional 140.980 0,13% 0 0,00%
Partai Musyawarah Kekeluargaan Gotong
38. 204.204 0,19% 0 0,00%
Royong
39. Partai Daulat Rakyat 427.854 0,40% 2 0,43%
40. Partai Cinta Damai 168.087 0,16% 0 0,00%
41. Partai Keadilan dan Persatuan 1.065.686 1,01% 4 0,87%
42. Partai Solidaritas Pekerja 49.807 0,05% 0 0,00%
43. Partai Nasional Bangsa Indonesia 149.136 0,14% 0 0,00%
44. Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia 364.291 0,34% 1 0,22%
45. Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia 180.167 0,17% 0 0,00%
46. Partai Nasional Demokrat 96.984 0,09% 0 0,00%
47. Partai Ummat Muslimin Indonesia 49.839 0,05% 0 0,00%
48. Partai Pekerja Indonesia 63.934 0,06% 0 0,00%
Jumlah 105.786.661 100,00% 462 100,00%

Pemilu tahun 1999 merupakan pemilu pertama sejak zaman orde baru runtuh dan
dimulailah era reformasi di Indonesia. Setelah tahun 1999, Indonesia pun kembali
melakukan pemilu setiap lima tahun sekali secara langsung. Bahkan pemilu 2004
merupakan pemilu pertama kali di Indonesia dimana setiap warga negara

Page | 12
Indonesia yang mempunyai hak pilih, dapat memilih langsung presiden dan
wakilnya selain pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Tingkat I, dan DPRD
tingkat II. Selain itu, sejak pemilu 2004, juga dilakukan pemilihan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Pada pemilu tahun 2004 dan 2009, ditetapkan
parliamentary threshold (PT) sebesar 2.5%. Apabila partai politik yang
memperoleh suara dengan persentase kurang dari 2,50% tidak berhak
memperoleh kursi di DPR.

Pemilu tahun 2004

Jumlah Jumlah
No. Partai Persentase Persentase Keterangan
Suara Kursi
1. Partai Golongan Karya 24.480.757 21,58% 128 23,27% Lolos
Partai Demokrasi
2. 21.026.629 18,53% 109 19,82% Lolos
Indonesia Perjuangan
Partai Kebangkitan
3. 11.989.564 10,57% 52 9,45% Lolos
Bangsa
Partai Persatuan
4. 9.248.764 8,15% 58 10,55% Lolos
Pembangunan
5. Partai Demokrat 8.455.225 7,45% 55* 10,00% Lolos
Partai Keadilan
6. 8.325.020 7,34% 45 8,18% Lolos
Sejahtera
Partai Amanat
7. 7.303.324 6,44% 53* 9,64% Lolos
Nasional
8. Partai Bulan Bintang 2.970.487 2,62% 11 2,00% Lolos
Partai Bintang
9. 2.764.998 2,44% 14* 2,55% Lolos
Reformasi
10. Partai Damai Sejahtera 2.414.254 2,13% 13* 2,36% Lolos
Partai Karya Peduli
11. 2.399.290 2,11% 2 0,36% Lolos
Bangsa
Partai Keadilan dan
12. 1.424.240 1,26% 1 0,18% Lolos
Persatuan Indonesia
Partai Persatuan
13. Demokrasi 1.313.654 1,16% 4* 0,73% Lolos
Kebangsaan
Partai Nasional
14. 1.230.455 1,08% 0* 0,00% Tidak lolos
Banteng Kemerdekaan
15. Partai Patriot Pancasila 1.073.139 0,95% 0 0,00% Tidak lolos
Partai Nasional
16. Indonesia 923.159 0,81% 1 0,18% Lolos
Marhaenisme

Page | 13
Jumlah Jumlah
No. Partai Persentase Persentase Keterangan
Suara Kursi
Partai Persatuan
17. Nahdlatul Ummah 895.610 0,79% 0 0,00% Tidak lolos
Indonesia
18. Partai Pelopor 878.932 0,77% 3* 0,55% Lolos
Partai Penegak
19. 855.811 0,75% 1 0,18% Lolos
Demokrasi Indonesia
20. Partai Merdeka 842.541 0,74% 0 0,00% Tidak lolos
Partai Sarikat
21. 679.296 0,60% 0 0,00% Tidak lolos
Indonesia
Partai Perhimpunan
22. 672.952 0,59% 0 0,00% Tidak lolos
Indonesia Baru
Partai Persatuan
23. 657.916 0,58% 0 0,00% Tidak lolos
Daerah
Partai Buruh Sosial
24. 636.397 0,56% 0 0,00% Tidak lolos
Demokrat
Jumlah 113.462.414 100,00% 550 100,00%

Pemilu tahun 2009

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Status


No. Partai
suara suara kursi kursi PT*
Partai Hati Nurani
1 3.922.870 3,77% 18 3,21% Lolos
Rakyat
Partai Karya Peduli Tidak
2 1.461.182 1,40% 0 0,00%
Bangsa lolos
Partai Pengusaha dan Tidak
3 745.625 0,72% 0 0,00%
Pekerja Indonesia lolos
Partai Peduli Rakyat Tidak
4 1.260.794 1,21% 0 0,00%
Nasional lolos
Partai Gerakan
5 4.646.406 4,46% 26 4,64% Lolos
Indonesia Raya
Tidak
6 Partai Barisan Nasional 761.086 0,73% 0 0,00%
lolos
Partai Keadilan dan Tidak
7 934.892 0,90% 0 0,00%
Persatuan Indonesia lolos
Partai Keadilan
8 8.206.955 7,88% 57 10,18% Lolos
Sejahtera
9 Partai Amanat Nasional 6.254.580 6,01% 43 7,68% Lolos
Partai Perjuangan Tidak
10 197.371 0,19% 0 0,00%
Indonesia Baru lolos
11 Partai Kedaulatan 437.121 0,42% 0 0,00% Tidak

Page | 14
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Status
No. Partai
suara suara kursi kursi PT*
lolos
Tidak
12 Partai Persatuan Daerah 550.581 0,53% 0 0,00%
lolos
Partai Kebangkitan
13 5.146.122 4,94% 27 4,82% Lolos
Bangsa
Partai Pemuda Tidak
14 414.043 0,40% 0 0,00%
Indonesia lolos
Partai Nasional Tidak
15 316.752 0,30% 0 0,00%
Indonesia Marhaenisme lolos
Partai Demokrasi Tidak
16 896.660 0,86% 0 0,00%
Pembaruan lolos
Partai Karya Tidak
17 351.440 0,34% 0 0,00%
Perjuangan lolos
Tidak
18 Partai Matahari Bangsa 414.750 0,40% 0 0,00%
lolos
Partai Penegak Tidak
19 137.727 0,13% 0 0,00%
Demokrasi Indonesia lolos
Partai Demokrasi Tidak
20 671.244 0,64% 0 0,00%
Kebangsaan lolos
Partai Republika Tidak
21 630.780 0,61% 0 0,00%
Nusantara lolos
Tidak
22 Partai Pelopor 342.914 0,33% 0 0,00%
lolos
23 Partai Golongan Karya 15.037.757 14,45% 107 19,11% Lolos
Partai Persatuan
24 5.533.214 5,32% 37 6,61% Lolos
Pembangunan
Tidak
25 Partai Damai Sejahtera 1.541.592 1,48% 0 0,00%
lolos
Partai Nasional Benteng Tidak
26 468.696 0,45% 0 0,00%
Kerakyatan Indonesia lolos
Tidak
27 Partai Bulan Bintang 1.864.752 1,79% 0 0,00%
lolos
Partai Demokrasi
28 14.600.091 14,03% 95 16,96% Lolos
Indonesia Perjuangan
Partai Bintang Tidak
29 1.264.333 1,21% 0 0,00%
Reformasi lolos
Tidak
30 Partai Patriot 547.351 0,53% 0 0,00%
lolos
31 Partai Demokrat 21.703.137 20,85% 150 26,79% Lolos
32 Partai Kasih Demokrasi 324.553 0,31% 0 0,00% Tidak

Page | 15
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Status
No. Partai
suara suara kursi kursi PT*
Indonesia lolos
Partai Indonesia Tidak
33 320.665 0,31% 0 0,00%
Sejahtera lolos
Partai Kebangkitan Tidak
34 1.527.593 1,47% 0 0,00%
Nasional Ulama lolos
Tidak
41 Partai Merdeka 111.623 0,11% 0 0,00%
lolos
Partai Persatuan
Tidak
42 Nahdlatul Ummah 146.779 0,14% 0 0,00%
lolos
Indonesia
Tidak
43 Partai Sarikat Indonesia 140.551 0,14% 0 0,00%
lolos
Tidak
44 Partai Buruh 265.203 0,25% 0 0,00%
lolos
Jumlah 104.099.785 100,00% 560 100,00%

Pada penyelenggaraan pemilu tahun 2014, jumlah kontestan peserta pemilu terdiri
dari 12 partai politik nasional ditaambah 3 partai politik lokal yang khusus berada
diwilayah Daerah Istimewa Aceh. Hasil pemilu ini menempatkan PDIP sebagai
peraih suara terbanyak, selanjutnya dua partai nasional berikutnya tidak lolos
ambang batas parlemen (parliamentary threshold/PT) untuk DPR ditetapkan
sebesar 3,5% yaitu Partai Bulan Bintang dan PKPI.

Semua pemilihan umum tersebut tidak diselenggarakan dalam situasi yang


vacum, melainkan berlangsung di dalam keadaan pemerintahan yang aktif.
Pemilu diselenggarakan oleh suatu Komisi Negara yang disebut Komisi
Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat nasional, berjangka waktu dan mandiri.
Komisi ini memiliki tanggung jawab penuh atas penyelenggaraan pemilu yang
dalam menjalankan tugasnya, KPU menyampaikan laporan kepada Presiden dan
DPR.

Menurut Pasal 25 UU No. 12 Tahun 2003, tugas dan wewenang KPU adalah :

1. Merencanakan penyelenggaraan Pemilu.

Page | 16
2. Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan penyelenggaraan
pemilu.
3. Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan
pelaksanaan pemilu.
4. Menetapkan peserta pemilu.
5. Menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi, dan calon anggota DPR,DPD,
DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
6. Menetapkan waktu, tanggal, tata cara pelaksanaan kampanye dan
pemungutan suara.
7. Menetapkan hasil pemilu dan mengumumkan calon terpilih anggota
DPR,DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
8. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilu.
9. Melaksanakan tugas dan kewenangan lain yang diatur undang-undang.

Dalam Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) dijelaskan bahwa kedaulatan


rakyat dipegang oleh suatu lembaga yang bernama Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia (Vertretungsorgan
des Willens des Staatsvolkes). Majelis ini bertugas mempersiapkan Undang-
undang Dasar dan menetapkan garis-garis besar haluan negara. MPR juga
mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan wakilnya (Wakil Presiden). MPR
adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara, sedangkan Presiden bertugas
menjalankan haluan negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh
MPR. Di sini, peran Presiden adalah sebagai mandataris MPR, maksudnya
Presiden harus tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR.
Dalam perkembangan selanjutnya setelah UUD 1945 diamandemen, lembaga
MPR tidak berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara yang berwenang
mengangkat presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, melainkan
berkedudukan setara dengan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya. Dalam
Konstitusi Negara Republik Indonesia UUD 1945 hasil amandemen ketiga tahun
2001, Pemilihan Umum diatur dalam Bab VII B pasal 22 E yang berbunyi :

i. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur


dan adil setiap lima tahun sekali.

Page | 17
ii. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
iii. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.
iv. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah adalah perseorangan.
v. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
vi. Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-
undang.

Menurut pasal 2 ayat (1) UUD 1945 hasil Amandemen keempat tahun 2002,
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) terdiri atas anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih
melalui pemilihan umum. Hal ini juga tercantum dalam Pasal 19 ayat (1) UUD
1945 hasil Amandemen kedua tahun 2000 yang berbunyi: “Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.” serta Pasal 22C UUD 1945
hasil Amandemen ketiga tahun 2001 yang berbunyi: “Anggota Dewan Perwakilan
Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum”.

Dalam Pasal 6A UUD 1945 hasil amandemen ketiga tahun 2001 khusus tentang
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden disebutkan bahwa :

a. Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung
oleh rakyat.
b. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan
pemilihan umum.
c. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih
dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan
sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih
dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan
Wakil Presiden.

Page | 18
Dari pasal-pasal konstitusi UUD 1945 hasil amandemen, dapatlah kita pahami
bahwa sudah terjadi perubahan dan perkembangan alam demokrasi di negara kita,
baik menyangkut sistem tatanegara, politik dan penyelenggaraan pemilihan
Umum. Jika dimasa-masa orde baru, jumlah partai peserta pemilu adalah tiga
kontestan sebagai fusi dari beberapa partai, maka sejak penyelenggaraan
pemilihan umum tahun 1999, partai peserta pemilu kembali terbuka luas (multi
partai) dengan ketentuan batasan treshold 3,5% dari perolehan jumlah suara partai
hasil pemilu sekalipun lembaga MPR masih berwenang mengangkat dan
menetapkan presiden. Namun setelah penyelenggaraan pemilu tahun 2004,
wewenang pengangkatan dan penetapan presiden dilaksanakan langsung oleh
rakyat melalui pemilihan umum. Inilah salah satu perkembangan nyata dari sistem
perpolitikan ditanah air kita.

D. HARAPAN WARGA PADA PEMILU

Pada tahun 2014 yang baru berselang, rakyat Indonesia kembali menyalurkan
suara dan kehendaknya melalui pemilu. Ada 10 partai peserta pemilu ditambah 3
partai lokal (khususnya di daerah Istimewa Aceh). Harapan seluruh rakyat
sesungguhnya tidaklah muluk-muluk, mereka ingin menumpukan harapan-
harapannya kepada wakil-wakil legislatif terpilih. Para legislator ini diharapkan
orang-orang yang mumpuni, nasionalis, bersih dari korupsi dan konsisten
membela kepentingan rakyat. Masalah negara ini sudah begitu banyak, maka
sejatinya para wakil rakyat ini haruslah pro kepentingan rakyat. Para pemilih telah
menunaikan hak pilihnya, semua prosedur telah ditempuh, harga penyelenggaraan
pemilu tidaklah murah, maka wakil rakyat terpilih haruslah tanggap untuk
membela rakyat disemua lini kehidupan.
Kedepan semua elemen rakyat harus turut serta untuk mengawasi kinerja para
wakilnya baik dipusat, propinsi, kabupaten dan kota, jangan berperilaku ekslusif
apalagi mengakibatkan tirani yang menghancurkan alam demokrasi itu sendiri.
Kita mengharapkan tugas pokok dan fungsinya berjalan dengan baik dan
konsisten dalam bidang legislasi, anggaran dan pengawasan terhadap roda
pemerintahan. Semoga!.

Page | 19
BAB III
KESIMPULAN

Di dalam negara demokrasi, pemilihan umum merupakan salah satu unsur yang
sangat vital, karena salah satu parameter mengukur demokratis tidaknya suatu negara
adalah dari bagaimana perjalanan pemilihan umum yang dilaksanakan oleh negara
tersebut. Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan oleh rakyat. Implementasi dari
pemerintahan oleh rakyat adalah dengan memilih wakil rakyat atau pemimpin nasional
melalui mekanisme yang dinamakan dengan pemilihan umum. Jadi pemilihan umum
adalah satu cara untuk memilih wakil rakyat dan pemimpinnya. Harapan warga dari
terselenggaranya pemilu adalah terpilihnya wakil rakyat yang sesuai dengan keinginan
rakyat. Tantangan yang ada adalah adanya warga yang tidak menunaikan hak pilihnya atau
golput karena kecewa dengan kinerja pemimpin sebelumnya.

Dari materi diatas setidaknya ada beberapa poin yang dapat disarikan dalam tema
singkat tentang “Pemilu” ini :

a. Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan


kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
b. Dalam pembagian tipe demokrasi modern, saat ini Negara Republik Indonesia
sedang berada dalam tahap demokrasi dengan pengawasan langsung oleh rakyat.
Pengawasan oleh rakyat dalam hal ini, diwujudkan dalam sebuah penyelenggaraan
pemilu yang demokratis.
c. Disusunnya undang-undang tentang pemilu, partai politik, serta susunan dan
kedudukan lembaga legislatif yang baru menjadikan masyarakat kita lebih mudah
untuk memulai belajar berdemokrasi.
d. Cepat atau lambat, rakyat Indonesia akan dapat memahami bagaimana caranya
berdemokrasi yang benar di dalam sebuah republik.
e. Pemahaman ini akan timbul secara bertahap seiring dengan terus dijalankannya
proses pendidikan politik, khususnya demokrasi di Indonesia, secara konsisten.

Page | 20
BAB IV
PENUTUP

Demikian makalah ini saya susun. Sebagai warga negara yang baik, kita harus
menunaikan hak dan kewajiban kita. Memilih dalam pemilu disatu sisi adalah hak, namun
disisi lainnya adalah kewajiban kita. Sebagai banagsa dan negara yang besar, harapan kita
banyak yang kesemuanya menuju Indonesia yang lebih baik.
Penulis menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, namunpun
demikian, penulis berharap ada manfaatnya bagi kita semua. Atas kekurangan yang ada,
penulis harapakan saran dan masukannya. Manfaat selalu ada dalam setiap pilihan yang
tepat. Norma tertinggi demokrasi bukan “jangkauan kebebasan” atau “jangkauan
kesamaan”, tetapi ukuran tertinggi partisipasi. (A. d. Benoist)

Page | 21
LAMPIRAN GAMBAR :

Logo Komisi Pemilihan Umum Lambang Partai Peserta Pemilu tahun 2014

Banner Sosialisasi Pemilu

Kertas suara dan kotak suara

Page | III
DAFTAR PUSTAKA

 Budiardjo,Miriam,2007,Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta:Ikrar Mandidrabadi.


 ______________,2008,edisi revisi Dasar-dasar Ilmu Politik,Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama.
 Soehino,2010,Hukum Tata Negara Perkembangan Pengaturan dan Pelaksanaan
Pemilihan umum di Indonesia, Yogyakarta:UGM.
 Tim Eska Media. 2002, Edisi Lengkap UUD 1945. Jakarta: Eska Media.
 Undang-undang Politik 2003, UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum.
 UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD.
 http://pemudapelita.wordpress.com
 http://en.wikipedia.org/wiki/pemilu
 [1] Undang-undang Politik 2003, UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum,
hal 35.
 [2] Soehino, Hukum Tata Negara Perkembangan Pengaturan dan Pelaksanaan
Pemilihan umum di Indonesia,( Yogyakarta: UGM 2010),hlm.72
 [3]Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik,(Jakarta:Ikrar
Mandidrabadi,2007),hlm. 177
 [4]Miriam Budiardjo, edisi revisi Dasar-dasar Ilmu Politik,(Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama,2008),hlm.467-468
 [5] Op Cit, hlm,58-64
 [6] Op Cit, hlm,473
 [7]UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD. hlm.18
 [8] Tim Eska Media. Edisi Lengkap UUD 1945. (Jakarta: Eska Media. 2002).
Hlm.74
 [9] Ibid,hlm. 36-37
 [10] Ibid. hlm.51.

Page | IV

Anda mungkin juga menyukai