Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, tidak sedikit nama tempat berasosiasi atau diasosiasikan dengan berbagai bentuk
fenomena alam yang hadir atau pernah hadir di tempat atau di sekitar tempat tersebut.
Misalnya, nama tempat yang berasosiasi dengan gunung. Di daerah Bima gunung di sebut
dengan Doro,, dan banyak lagi nama tempat yang berasosiasi dengan gunung dengan bahasa
yang berbeda-beda berdasarkan bahasa lokal di daerah bersangkutan.
Dari contoh-contoh yang telah disebutkan, kita bisa menyimpulkan bahwa nama geografis
atau toponim juga merupakan cerminan sosio-kultural yang mengandung sejarah kehidupan
sosial, ideologis dan nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat. Hal tersebut semakin
menguatkan pernyataan bahwa tidak ada nama geografis yang tidak mempunyai arti. Nama
geografis atau toponim merupakan salah satu syarat peta, yang jika tidak ada maka disebut
peta buta. Toponim suatu daerah merupakan identitas yang membedakannya dengan daerah
lain, karena toponim merupakan hasil kebudayaan masyarakat di suatu daerah yang bersumber
dari hubungan timbal baliknya dengan lingkungan di sekitarnya, baik aspek fisik maupun
nonfisik. Unsur kebudayaan yang paling kentara dalam toponim yaitu bahasa sebagai bangsa
yang majemuk, terdiri dari banyak suku bangsa sehingga memiliki bahasa yang berbeda-beda.
Hal ini menyebabkan beranekaragamnya toponimi di daerah-daerah di Indonesia.

1.2 Tujuan
Pembuatan makalah “TOPONIMI GUNUNG SLAMET” bertujuan untuk :
 Melengkapi tugas Mata Kuliah TOPONIMI
 Memberikan informasi kepada pembaca mengenai sejarah arti nama Gunung Slamet
 Menganalisis permasalahan dan solusi di Gunung Slamet.

1.3 Manfaat
Pembuatan makalah “TOPONIMI GUNUNG SLAMET” bermanfaat sebagai media informasi
dan referensi Toponimi Gunung Slamet.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arti Nama Gunung Slamet


Gunung Slamet awalnya bernama Gunung Gora. Seorang pangeran bernama Syeh
Maulana mengubah nama gunung setelah ia mendapatkan keselamatan di sana. Singkat cerita
sehabis melaksanakan ibadah Solat Subuh, Syeh Maulana melihat cahaya yang sangat terang di
langit. Ia tertarik dan akhirnya mengikutinya hingga sampai di pesisir pantai Gresik, Jawa Timur.
Saat itu cahaya telah hilang. Namun hari berikutnya muncul cahaya di sekitaran pantai Pemalang,
Jawa Tengah. Syeh Maulana mengikuti lagi cahaya aneh itu. Sebelum sampai tempat, Syeh
Maulana mengalami gatal seluruh tubuh yang membuatnya tak bisa melakukan apa-apa. Akhirnya
ia memohon petunjuk dan diberi mimpi agar mengunjungi Gunung Gora. Di sana Syeh Maulana
akhirnya mandi di pancuran air panas yang membuatnya sembuh dari penyakit. Ia akhirnya
memutuskan untuk menetap di daerah itu dan mengubah nama Gunung Gora menjadi Gunung
Slamet. Karena telah menyelamatkannya. Selain itu, sebuah legenda menyebutkan jika Gunung
Slamet adalah gunung yang memberi keselamatan bagi warga sekitar. Jika sampai gunung ini
meletus artinya bencana besar akan terjadi dan membuat Pulau Jawa akan pecah menjadi dua
bagian sama besar.

2.2 Letak Geografis


Gunung Slamet adalah sebuah gunung berapi kerucut yang terdapat di Pulau Jawa,
Indonesia. Gunung Slamet terletak di perbatasan Kabupaten Tegal, Purbalingga, Banjarnegara,
Banyumas, dan Brebes. Dengan posisi geografis 7°14,30' LS dan 109°12,30' BT serta ketinggian
3432m dpl. Gunung Slamet merupakan gunung berapi yang tertinggi di daerah Jawa Tengah.
Gunung ini mempunyai empat kawah di puncaknya. Gunung yang berada di sebelah utara kota
Purwokerto dan di sebelah barat kota Purbalingga.
2.3 Kondisi Gunung Slamet
a) Topografi
Salah satu keunikan Gunung Slamet ini adanya kerucut silinder. Daerah vulkanik Gunung
Api Slamet di Jawa Tengah, Indonesia, mempunyai tiga puluh lima kerucut sinder dalam
area 90 km2 di lereng timur gunung api ini. Kerucut sinder hadir baik secara tunggal
maupun dalam kelompok kecil dengan garis tengah alasnya berkisar antara 130 – 750 m
dengan nilai rata-rata 430 m, dan tingginya mencapai 250 m. Dalam area vulkanik ini,
kerucut sinder tersebar pada radius 4 – 14 km dari kawah Gunung Slamet, dan terhimpun
di antara Lintang 7°11’ – 7°16’S dan Bujur 109°15’ – 109°18’T. Kerapatan kerucut silinder
ini adalah 1,5 kerucut/km2.
Sebagian besar kerucut sinder ini muncul pada batuan sedimen Tersier sepanjang sistem
sesar mengarah barat laut – tenggara, dan pada rekahan radial. Di daerah ini, pola struktur
kemungkinan berhubungan dengan rekahan radial tersebut. Bagian permukaan kerucut
sinder pada umumnya tertutup endapan jatuhan piroklastika dan aliran lava Gunung
Slamet. Endapannya terdiri atas skoria berukuran kasar sampai bom balistik, tidak berlapis,
dan permukaan butirannya kadang-kadang teroksidasi, terutama pada butiran bom atau
bongkah. Jenis bom tersebut umumnya berasal dari bom skoria balistik. Jenis lain di
antaranya bom kerak-roti, bentuk biji almon, atau bentuk terpilir (terpelintir).

Kajian morfologi menunjukan bahwa Kompleks Gunung Slamet dapat dibedakan menjadi dua bagian. Sisi
barat-baratdaya dan baratlaut diperkirakan sebagai produk Gunung Slamet tua (Djuri, drr., 1996), dan
disusun oleh produk batuan volkanik dengan tekstur atau relief morfologi sangat kasar dan saling
memotong maupun memperlihatkan bentuk-bentuk morfologi melingkar. Produk Gunung Slamet muda
dicirikan oleh tekstur morfologi halus menutupi lereng Gunung Slamet di sisi timur, timurlaut dan tenggara
(Djuri, drr., 1996). Produk volkanik paling muda membentuk puncak Gunung Slamet berupa kerucut
sempurna dibatasi oleh lembah dalam di sisi barat, berupa sobekan kaldera yang terbuka ke arah barat laut.
b) Geologi
Endapan hasil erupsi G. Slamet dari tua sampai muda semuanya berumur kuarter, menutupi
batuan sedimen berumur tersier. Sebagian hasil erupsi G. Slamet meliputi 5 kabupaten
dengan luas 1500 km2 yang terdiri dari endapan jatuhan Piroklastika, aliran lava, lahar,
awan panas dan endapan permukaan berupa Alluvial dan Flluvial. Umumnya endapan lava
yang ditemui di G. Slamet bersifat Andesitik. Struktur geologi yang berkembang di daerah
G. Slamet dan sekitarnya, umumnya berupa sesar normal yang banyak dijumpai pada
kelompok Slamet Tua. Jejak-jejak sesar ini di lapangan dijumpai berupa Breksiasi, gores
garis sesar, zona hancuran, kelurusan bukit dan lembah, gawir yang lurus dan terjal serta
kontak tajam antara satuan batuan. Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka struktur
geologi yang berkembang di G. Slamet dapat dibedakan menjadi 3 buah struktur sesar yaitu
: Sesar Normal Jegjeg, Sesar Normal Pengasinan, Sesar Normal Mengger, Graben Guci,
Sesar Normal Si Jambang, Sesar Normal Kali Buntu, Sesar Normal Gunung Gratamba,
Sesar Normal Karanggondang, Sesar Normal Kubangan, Sesar Normal Kalipagu dan Sesar
Normal Ganting.

c) Klimatologi
Kondisi klimatologi wilayah Kabupaten Banyumas mempunyai iklim tropis basah seperti
umumnya wilayah-wilayah di Indonesia. Rata-rata suhu udara bulanan 26,3ºC, dengan
suhu minimum tercatat 24,4ºC dan suhu maksimum 30,9ºC. Sedangkan curah hujan di
wilayah Kabupaten Banyumas pada tahun 2000 rata-rata sebesar 2.750 mm/tahun. Angka
ini menunjukkan bahwa di wilayah Kabupaten Banyumas memiliki curah hujan yang
cukup tinggi. Tingginya curah hujan ini didukung oleh kondisi geografi wilayah Kabupaten
Banyumas yaitu terletak di lereng Gunung Slamet. Beberapa daerah yang mempunyai
curah hujan tinggi adalah Kecamatan Baturraden dengan stasiun penakar hujan Baturraden
yaitu 4.292 mm/tahun, Kecamatan Sumpiuh dengan stasiun penakar hujan di Desa
Kebokura 5.683 mm/th, stasiun penakar hujan di Desa Bogangin 3.633 mm/th dan stasiun
otomatis di Desa Sumpiuh 3.671 mm/th, Kecamatan Cilongok dengan stasiun penakar
hujan di Desa Cikidang 4.323 mm/th. Berdasarkan curah hujan, Kabupaten Banyumas
memiliki tipe iklim (Schmid dan Ferguson), yaitu: a. Tipe A dengan nilai Q antara 0% -
14,3%, meliputi sekitar puncak Gunung Slamet dan Kranggan dengan curah hujan sangat
tinggi yaitu antara 4000 – 5000 mm/tahun b. Tipe B nilai Q antara >14,3% - 33,3%,
meliputi wilayah Kaki Gunung Slamet dan sebagian besar lembah Serayu dengan curah
hujan antara 3000 – 4000 mm/tahun c. Tipe C dengan nilai Q antara >33,3% - 60%
meliputi lembah Serayu, Pegunungan Serayu Selatan dan daerah pantai Selatan dengan
curah hujan antara 2000 – 3000 mm/tahun.

d) Flora dan Fauna


Dengan ketinggian + 3.432 m Gunung Slamet tentunya memiliki berbagai zona sebaran
vertikal spesies-spesies tumbuhan, mulai dari tipe ekosistem dataran tingi sampai sub-
alpen. Pendataan kekayaan spesies tumbuhan mulai dari ketinggian + 1.000 m. Pada
ketinggian + 1.000-2.000 m dpl. tercatat 39 genera terdiri atas 51 spesies ; ketinggian +
2.000-3.000 m tercatat 31 genera terdiri atas 35 spesies , dan ketinggian >3.000 m dpl.
tercatat 3 genera terdiri atas 3 spesies. Kawasan ini dianggap merupakan tempat tinggal
terakhir spesies tumbuhan pegunungan sejati di pulau Jawa. Di kawasan ini dijumpai dua
spesies tumbuhan langka pada ketinggian >1.000 m dpl. yaitu Pimpinella pruatjan dan
Scutellaria javanica. Hasil penjelajahan di lereng selatan gunung Slamet ditemukan 12
spesies anggota Araceae liar yang meliputi 9 genus. Kesembilan genus tersebut meliputi:
Alocasia, Amorphophallus, Apoballis, Arisaema, Colocasia, Pothos, Rhaphidophora,
Schismatoglottis dan Xanthosoma; Pothos dan Rhaphidophora merupakan tumbuhan
pemanjat pada berbagai spesies pepohonan. Di hutan produksi Damar tercatat 12 spesies
paku-pakuan; 5 spesies dari suku Dennstaedtiaceae; 4 spesies dari Polypodiaceae; 2 spesies
dari Lycopodiaceae; dan 1 spesies dari Aspleniaceae. Selain itu diperoleh ada 22 spesies
tumbuhan paku dari familia Dennstaedtiaceae meliputi 13 spesies paku terestrial dan 9
spesies paku epifit. Spesies tersebut dapat dikelompokkan dalam 10 subfamili yaitu
Asplenioideae terdiri atas 4 spesies; Lindsayoideae dan Oleandroideae masing-masing 3
spesies; Athyrioideae, Blechnoideae, Dryopteridoideae, Pteridioideae dan
Lomariopsidoideae masingmasing 2 spesies; sedangkan Dennstaedtioideae dan
Tectarioideae masing-masing hanya ditemukan satu spesies.
Tingginya diversitas tumbuhan tidak terlepas berdampak pada fauna yang ada di kawasan
tersebut. Mamalia kecil di G. Slamet terdapat 31 spesies mamalia kecil, Dari sejumlah
mamalia kecil yang terdata beberapa spesies memiliki fungsi ekologi yang membantu
penyerbukan berbagai spesies tumbuhan, pemencar biji, dan spesies lainnya lagi berpotensi
sebagai pengendali ledakan populasi serangga. Di kawasan gunung Slamet tercatat 7
spesies kelelawar pemakan buah dan nektar (Aethalops alecto, Chironax melanocephalus,
Cynopterus brachyotis, C. horsfieldi, C. sphinx, C. tittahecheilus dan Macroglossus
sobrinus). Tidak berbeda dari kelelawar pemakan buah, berbagai jenis tikus (Leopoldamys
sabanus, Maxomys bartelsii, Niviventer cremoriventer, Niviventer fulvescens, Niviventer
lepturus, Rattus exulans dan Rattus tanezumi), bajing (Callosciurus nigrovittatus dan
Callosciurus notatus), jelarang (Ratufa bicolor) dan musang luwak (Paradoxurus
hermaphroditus) yang hidup di Gunung Slamet berperan sebagai pemencar biji. kondisi
vegetasi kawasan G Slamet. Dengan demikian mereka mempunyai fungsi penting alamiah
yaitu ikut mempertahankan keanekaragaman tumbuhan hutan dansebagai agen dalam
regenerasi hutan.

e) Penduduk

2.4 Permasalahan
a) Lingkungan
Dampak yang telah terjadi dari proyek PLTP Baturraden ini adalah kesalahan- kesalahan
teknis yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan hidup dan kerusakan
ekosistem dalam proses ini yang dialami secara langsung adalah seluruhnya air
di dalam wilayah proyek aliran tersebut. Proyek geothermal di hutan lindung gunung
slamet pada pembukaan kawasan hutan mengakibatkan tanah longsor keluarnya sumber
mata air baru juga menjadikan ketidakstabilan lereng. Perubahan dasar sungai dari batuan
menjadi lumpur, air sungai yang menyebabkan peningkatan kandungan sedimen di dalam
air. PT SAE melakukan pembukaan lahan untuk dibuat jalan untuk pengeboran yang berada
pada barat laut ratamba, diatas Desa Sambirata. Kejadian air keruh dan mengeringnya
sumber mata air mengakibatkan aktivitas warga mulai terganggu dan juga sektor
perairan pertanian. beberapa desa terdampak yaitu desa karangtengah, kembangan,
karanglo, dll. hal ini mengakibatkan keluhan masyarakat dan juga kerugian secara
ekonomi pada UMKM, bahkan produksi perikanan sampai maret 2017 terus menurun.
PT SAE mengakui bahwa ada kesalahan teknik cut and fiil pada bukit-bukit dikawasan
PLTP Baturraden. Rusaknya ekosistem hutan lindung juga mengakibatkan banyak hewan
yang turun ke pemukiman,hewan-hewan tersebut merusak tanaman pertanian
warga, hewan-hewan tersebut diantaranya adalah macan tutul, babi hutan, kera, kijang.
Babi hutan merupakan hewan yang paling banyak turun,jumlah yang turun dalam sekali
bisa mencapai kisaran 100 ekor dan 20 kera. bahkan elang jawa dan macan tutul juga kerap
terlihat semenjak adanya PLTP Baturradenl karena jarak desa dengan proyek hanya 7
km. Dampak yang telah terjadi dari proyek PLTP Baturraden ini adalah kesalahan-
kesalahan teknis yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan hidup dan
kerusakan ekosistem dalam proses ini yang dialami secara langsung adalah
seluruhnya air di dalam wilayah proyek aliran tersebut. Proyek geothermal di hutan
lindung gunung slamet pada pembukaan kawasan hutan mengakibatkan tanah longsor
keluarnya sumber mata air baru juga menjadikan ketidakstabilan lereng. Perubahan
dasar sungai dari batuan menjadi lumpur, air sungai yang menyebabkan peningkatan
kandungan sedimen di dalam air. PT SAE melakukan pembukaan lahan untuk dibuat jalan
untuk pengeboran yang berada pada barat laut ratamba, diatas Desa Sambirata. Kejadian
air keruh dan mengeringnya sumber mata air mengakibatkan aktivitas warga mulai
terganggu dan juga sektor perairan pertanian. beberapa desa terdampak yaitu desa
karangtengah, kembangan, karanglo, dll. hal ini mengakibatkan keluhan masyarakat dan
juga kerugian secara ekonomi pada UMKM, bahkan produksi perikanan sampai
maret 2017 terus menurun. PT SAE mengakui bahwa ada kesalahan teknik cut and fiil pada
bukit-bukit dikawasan PLTP Baturraden. Rusaknya ekosistem hutan lindung juga
mengakibatkan banyak hewan yang turun ke pemukiman,hewan-hewan tersebut
merusak tanaman pertanian warga, hewan-hewan tersebut diantaranya adalah macan
tutul, babi hutan, kera, kijang. Babi hutan merupakan hewan yang paling banyak
turun,jumlah yang turun dalam sekali bisa mencapai kisaran 100 ekor dan 20 kera. bahkan
elang jawa dan macan tutul juga kerap terlihat semenjak adanya PLTP Baturradenl karena
jarak desa dengan proyek hanya 7 km
b) Bencana Alam
-erupsi gunung
-tanah longsor
-kebakaran
Gunung Slamet merupakan gunung berapi aktif, tercatat Gunung Slamet sempat bererupsi
beberapa kali yang menyebabkan wilayah-wilayah di sekitarnya merasakan gempa dan tertutup
abu vulkanik. Pada Maret 2014 Gunung Slamet menunjukkan aktifitas dan statusnya menjadi
Waspada. Berdasarkan data PVMBG, aktifitas vulkanik Gunung Slamet masih fluktuatif. Setelah
sempat terjadi gempa letusan hingga 171 kali pada Jumat 14 Maret 2014 dari pukul 00.00-12.00
WIB, pada durasi waktu yang sama, tercatat sebanyak 57 kali gempa letusan. Tercatat pula 51 kali
embusan. Selain itu, lima tahun sebelumnya yakni pada tahun 2009, Gunung Slamet pernah
mengeluarkan lava pijar. Namun, meskipun berstatus aktif, Gunung Slamet tidak pernah terjadi
erupsi skala besar. Hal tersebut erat kaitannya dengan cerita dan mitos yang beredar di masyarkat.

c) Kemanusiaan
-pendaki yg tidak buang sampah
2.5 Program Pengembangan
a) Pengelolaan
b) Potensi
a. Ekonomi
Dampak ekonomi bagi masyarakat setempat dengan adanya daerah tujuan wisata Desa Ketenger
sangat terlihat jelas. Dahulu sebagian besar mata pencaharian masyarakat hanya sebagai buruh
tani, dengan adanya daerah tujuan wisata ini masyarakat setempat sangat diuntungkan, sebagian
besar masyarakat memanfaatkan keeksistensian daerah tujuan wisata tersebut dengan
menyediakan jasa penginapan bagi pengunjung wisata, berdagang cenderamata dan restoran.

Pendapatan rata-rata responden sebelum masuk kesektor pariwisata adalah Rp. 528000,00. Kemudian
pendapatan rata-rata responden setelah bekerja pada sektor pariwisata adalah Rp. 856.000,00. Sehingga
secara umum ada kenaikan sebesar Rp. 328.000,00 setelah responden bekerja pada sektor pariwisata.

b. Sosial dan Budaya

Festival Gunung Slamet merupakan agenda rutin yang mempunyai makna yang
amat dalam, selain untuk nguri-nguri budaya Jawa yang adiluhung, juga untuk
menunjang sekaligus mempromosikan potensi wisata Desa Serang Kecamatan
Kerangreja. Ada beberapa rangkaian dalam festival gunung slamet ini, pertama
prosesi pengambilan air di kaki gunung Slamet, mata air tersebut bernama Tuk
Sikopyah.
Kegiatan hari pertama adalah pengambilan air Tuk Sikopyah diawali dengan
pembawaan lodong oleh 40 orang laki-laki, dan pembawaan nampan sesaji oleh 40
orang perempuan. Pakaian serba hitam dengan ikat kepala dikenakan oleh laki-laki
sedangkan perempuan mengenakan kain berwarna hijau. Lodong merupakan
gelondongan bambu sepanjang dua meter dengan ujung dibuat agak runcing dan
digunakan sebagai tempat air.
Setelah diadakan upacara permintaan ijin kepada sesepuh masyarakat, rombongan
pengambil Tuk Sikopyah menuju lokasi, sekitar 2 kilo meter jauhnya. Dengan
menyusuri lereng gunung rombongan berjalan diiringi dengan tetabuhan selawat
berlanggam jawa. Setibanya di Tuk Sikopyah, sesepuh desa memimpin doa dan
dilanjutkan dengan pengambilan air untuk dimasukan kedalam lodong.

Usai pengambilan air, sesepuh masyarakat kembali membacakan doa sebelum


rombongan berjalan menuju Balai Desa Serang untuk menyemayamkan lodong dan
kokok berisi air yang nantinya akan dibagikan pada hari terakhir festival.
Hari kedua festival menampilkan pentas budaya lokal dan pasar rakyat di depan
balai desa Serang, kemudian dilanjut dengan penanaman turus di sekitar lereng
gunung Slamet. Sekaligus pembagian sedekah kepada fakir miskin.
Pada sore harinya dilakukan event perang strobery di lapangan desa Serang. Perang
ini sangat meriah karena dilakukan oleh pria-wanita, muda-tua bercampur menjadi
satu. Buah yang digunakan adalah buah yang telah afkir dan tidak layak jual. Saling
lempar satu sama lain dan keriuhan anak-anak menjadi tontonan yang tidak boleh
dilewatkan.

Hari ketiga festival menampilkan kirab budaya dan hasil bumi, kirab dimulai
dengan rombongan pembawa Air Tuk Sikopyah, kemudian di belakangnya
gunungan hasil bumi, kesenian. Start dimulai Lapangan SMP Negeri 2 Karangreja
di Desa Kutabawa dan Finish di depan Balai Desa Serang

Setelah sampai di balai desa serang air Tuk Sikopyah langsung dibawa ke rest area
Desa Wisata Serang. Di Rest Area tersebut dilakukan prosesi wayang ruwat.
Setelah air tuk Sikopyah sampai kemudian diterima Bupati Purbalinga, yang
selanjutnya air itu dibagikan kepada seluruh masyarakat yang datang. Setelah itu
dilakukan pemotongan tumpeng.
Kemudian siang harinya sampai sore dilakukan pentas pentas seni budaya lokal dan
malam harinya dilakukan pertunjukan seni kontemporen serta pertunjukan lihgting
spektakuler. Seni kontemporer ini menampilkan perpaduan music modern dengan
music tradisional. Singel gitar, single drum juga menjadi tontonan yang wajib bagi
pencinta music. Dengan alunan yang menggebu serta kadang romantic dan sakali-
kali memadukan nada-nada jaz, hingga membuat jiwa melayang ditengah dinginya
udara pengunungan.

c) Perencanaan
BAB III
REKOMENDASI DAN KESIMPULAN
Kegiatan-kegiatan yang ada di Kabupaten Purbalingga yang memiliki jangkauan pelayanan
regional saat sekarang ini meliputi :
a. Pariwisata
Kabupaten Purbalingga memiliki obyek wisata yang cukup beragam. Baik obyek wisata alam,
wisata sejarah maupun wisata buatan. Adapaun obyek wisata yang menjadi andalan Kabupaten
Purbalingga yang memiliki jangkauan lokal, regional, bahkan Nasional yaitu obyek Wisata Air
Bojongsari (Owabong) berada di Kecamatan Bojongsari, Monumen Tempat Lahir (MTL) Jenderal
Soedirman berada di Kecamatan Rembang, Wisata Batu Menhir berada di Kecamatan
Karanganyar, Pendakian Gunung Slamet. Dari beberapa obyekwisata tersebut, Kabupaten
Purbalingga dipandang mampu sebagai home base dari rangkaian kunjungan wisata tersebut.
b. Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor yang penting sebagai penggerak perkembangan perekonomian
di Kabupaten Purbalingga. Berdasarkan struktur perekonomian di wilayah Kabupaten
Purbalingga, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar yaitu 33,44%.
c. Kawasan Perlindungan Lereng Gunung Slamet
Secara geografis, Kabupaten Purbalingga terletak di Lereng Gunung Slamet. Kawasan
perlindungan gunung Slamet terletak di bagian utara Kabupaten Purbalingga. Bersama dengan
Kabupaten lainnya yang berada di lereng Gunung Slamet, Kabupaten Purbalingga memiliki peran
dalam upaya melestarikan sumber daya alam yang terkait dengan proteksi kawasan resapan dan
kawasan perlindungan. Untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut, maka diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai yang menjadi bagian dari analisis sarana dan prasarana selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai