PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Lehninger (1982), hormon adalah suatu zat kimia yang bertugas
sebagai pembawa pesan (chemical messenger), disekresikan oleh sejenis jaringan
dalam jumlah yang sangat kecil dan dibawa oleh darah menuju target jaringan di
bagian lain dari tubuh untuk merangsang aktivitas biokimia atau fisiologi yang
khusus. Berbagai macam hormon sudah diketahui dan banyak yang ditemukan.
Selain mengatur beberapa aspek metabolisme, hormon juga mempunyai fungsi lain
yaitu mengatur beberapa aspek metabolisme, mengatur pertumbuhan sel dan
jaringan, denyut jantung, tekanan darah, fungsi ginjal, pergerakan saluran
gastrointestinal, sekresi enzim-enzim pencernaan, laktasi dan sistem reproduksi.
Terdapat tiga kelas hormon yaitu peptida, amina dan steroid.
Peredaran zat-zat gizi dari karbohidrat, lemak, dan protein dalam proses
metabolism tersebut dipengaruhi oleh berbagai hormon, termasuk hormon insulin,
glukagon, ephineprin, kortisol, dan hormon pertumbuhan. H ormon insulin dan
glukagon secara normal merupakan hormon pengatur yang paling dominan untuk
mengubah jalur metabolik dari anabolisme menjadi katabolisme bolak-balik dan
penghematan glukosa, yang masing- masing bergantung pada apakah tubuh berada
dalam keadaan kenyang atau puasa (Guyton and Hall,2006). Kedua hormon ini
memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat dipengaruhi oleh kedua hormon ini.
Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang. Secara umum, sekresi hormone
insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah sebaliknya untuk sekresin
hormon glukagon akan meningkatkan kadar gula dalam darah.
2
Kadar gula darah adalah glukosa yang beredar dalam sirkulasi darah. Definisi
tersebut berkaitan dengan Diabetes Mellitus yang didefinisikan sebagai keadaan
dimana tubuh tidak mampu menghasilkan/memakai insulin (hormon yang
membawa glukosa darah ke sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen) sehingga
terjadi hiperglikemia disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada organ tubuh (Sukarmin dan S.
Riyadi, 2008).
2.2 Homeostasis Glukosa
Insulin dan glukagon adalah hormon yang bekerja secara antagonis dalam
mengatur kadar glukosa dalam darah. Kadar keseimbangan metabolisme
glukosa darah pada manusia sekitar 90mg%. Ketika terjadi kenaikan kadar
glukosa darah >120mg%, sel beta pankreas melepaskan insulin untuk
menurunkan konsentrasi glukosa dengan cara meningkatkan ambilan glukosa
oleh hati dan menyimpannya sebagai glikogen. Sedangkan ketika kadar glukosa
darah turun <80mg%, sel alfa pankreas menstimulasi pelepasan glukagon untuk
meningkatkan kadar glukosa dengan memecah glikogen menjadi glukosa.
Melalui umpan balik negatif, konsentrasi glukosa darah menentukan jumlah
relatif insulin dan glucagon yang disekresikan oleh sel-sel pulau Langerhans
(Campbell et al.,2004).
3
karbohidrat dan protein pada otot rangka. Hormon ini memudahkan penyerapan
glukosa dan asam amino ke dalam otot rangka dan hati.
Hormon insulin juga memainkan peran yang krusial dalam metabolisme
lemak, yakni dalam mengatur lipolysis dan lipogenesis. Lipolysis, hidrolisis dari
triglycerida, adalah salah satu langkah syarat dari oksidasi lemak, dimana dengan
melepaskan ikatan asam lemak untuk ditranspor ke mitokondria untuk oksidasi.
Peranan hormon insulin dalam kaitan dengan metabolisme protein, peran utama
hormon insulin adalah mengurangi dari menguraikan protein (katabolisme).
Walau hormon ini juga berperan di dalam meningkatkan sintesis protein
(anabolisme), akibatnya sebagian besar bergantung pada kemampuan asam amino.
Ketika insulin berikatan dengan insulin reseptor di membran sel, sel akan
dirangsang untuk meningkatkan jumlah Glucose Transporter. Semakin banyak
Glucose Transporter diproduksi, maka akan semakin banyak glukosa diserap oleh
sel, sehingga kadar glukosa darah berkurang.
Insulin memperlambat perombakan glikogen dalam hati dan menghambat
konversi asam amino dan asam lemak menjadi glukosa. Hati dan otot rangka
menyimpan gula sebagai glikogen, sementara sel-sel jaringan adiposa
mengubah glukosa menjadi lemak. Secara normal, glukagon akan memberikan
sinyal ke sel- sel hati untuk meningkatkan hidrolisis glikogen, mengubah asam
amino dan asam lemak menjadi glukosa dan memulai pelepasan glukosa secara
perlahan-lahan ke dalam sirkulasi. Ketika mekanisme homeostatis glukosa
menyimpang, terdapat konsekuensi yang serius. Diabetes melitus merupakan
gangguan endokrin yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau hilangnya
respon terhadap insulin pada jaringan target, dengan hasil kadar glukosa darah
yang tinggi (Campbell et al.,2004). Untuk menjaga homeostasis glukosa,
baiknya mengonsumsi makanan yang tinggi serat dan mengurangi asupan
karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber energi utama, konsumsi makanan
4
tinggi energi yang berlebihan memacu resistensi insulin melalui peningkatan
kadar glukosa darah dan asam – asam lemak bebas di dalam darah. Konsumsi
makanan tinggi energi juga menyebabkan peningkatan lemak tubuh sehingga
timbul obesitas, terutama obesitas sentral yang erat hubungannya dengan
resistensi insulin.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hormon adalah suatu zat kimia yang bertugas sebagai pembawa pesan
(chemical messenger), disekresikan oleh sejenis jaringan dalam jumlah yang sangat
kecil dan dibawa oleh darah menuju target jaringan di bagian lain dari tubuh untuk
merangsang aktivitas biokimia atau fisiologi yang khusus. Peredaran zat-zat gizi
dari karbohidrat, lemak, dan protein dalam proses metabolism tersebut dipengaruhi
oleh berbagai hormon, termasuk hormon insulin, glukagon, ephineprin, kortisol,
dan hormon pertumbuhan. Hormon insulin ini berperan menurunkan kadar glukosa,
asam lemak, dan asam amino dalam darah serta mendorong penyimpanan zat-zat
gizi, hormon ini juga berperan dalam proses meningkatkan penyimpanan dan
penggunaan glukosa, sehingga bisa menurunkan glukosa darah. Ketika mekanisme
homeostatis glukosa menyimpang, terdapat konsekuensi yang serius. Diabetes
melitus merupakan gangguan endokrin yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau
hilangnya respon terhadap insulin pada jaringan target, dengan hasil kadar glukosa
darah yang tinggi. Untuk menjaga homeostasis glukosa, baiknya mengonsumsi
makanan yang tinggi serat dan mengurangi asupan karbohidrat karena konsumsi
makanan tinggi energi yang berlebihan memacu resistensi insulin melalui
peningkatan kadar glukosa darah dan asam – asam lemak bebas di dalam darah.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun
dari para pembaca.
6
DAFTAR PUSTAKA
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/c93e45ea62611d58d1a6be4542cc28da.
pdf (Diakses pada 22 Februari 2020)