Anda di halaman 1dari 6

Ciri-Ciri Sejarah Sebagai Peristiwa

Secara umum, terdapat 3 ciri-ciri ilmu sejarah yang paling utama dan pasti ada. Tiga ciri sejarah
sebagai peristiwa tersebut adalah unik, abadi dan memiliki pengaruh besar. Berikut akan kami
jelaskan ciri-ciri sejarah sebagai peristiwa lengkap beserta penjelasan dan pembahasannya.
1. Unik
Ciri-ciri sejarah yang pertama adalah unik atau einmaleg. Artinya peristiwa sejarah hanya akan
terjadi satu kali saja dan tidak akan pernah terulang kembali. Di masa mendatang mungkin akan
terjadi peristiwa yang mirip, namun tentu akan terdapat beberapa perbedaan dan tidak sama
persis dengan peristiwa sebelumnya. Untuk itu sejarah itu unik dan hanya terjadi 1 kali saja.
2. Abadi
Peristiwa sejarah bersifat abadi. Artinya peristiwa sejarah tidak akan pernah berubah. Sejarah
juga akan tetap dikenang sepanjang masa. Oleh karena itu peristiwa sejarah dapat dikatakan
abadi karena sudah terjadi dan tidak akan berubah.
3. Berpengaruh
Sejarah tentu memiliki pengaruh besar yang ditimbulkan. Akan ada efek dan dampak yang
ditimbulkan dari suatu peristiwa sejarah. Hal ini membuat sejarah menjadi sangat penting.
Sejarah memiliki pengaruh yang sangat besar dan dapat mempengaruhi banyak orang sehingga
dapat mengenang peristiwa tersebut.

Sejarah sebagai peristiwa


Artinya sejarah adalah suatu fakta, kejadian dan kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa
lampau yang kemudian digunakan untuk merekonstruksi kejadian pada masa tersebut. Sejarah
adalah gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami manusia, disusun
secara ilmiah, meliputi kurun waktu tertentu, diberi tafsiran, dan dianalisis kritis sehingga
mudah dipahami dan dimengerti. Persitiwa dalam sejarah harus benar-benar terjadi pada masa
lalu, yang bisa diperoleh dari berbagai sumber sejarah.
Manusia pada umumnya tidak dapat mengingat seluruh kejadian yang dialaminya dan tidak
selamanya ia dapat diingat suatu kejadian saja secara lengkap. Maka dari itu banyak kejadian di
masa lampau ”hilang” dan diantara yang ”hilang’ itu sebagian besar belum dapat ditemukan
kembali. Tulisan adalah alat yang diciptakan manusia untuk menyatakan pikirannya. Tulisan
dapat bertahan jauh lebih lama daripada ucapan. Tulisan membantu manusia dalam
mengingat-ingat. manusia dengan ingatan terbatas dapat menyimpan kejadian-kejadian yang
dialaminya didalam tulisan. Dalam sejarah dengan sendirinya tulisan menduduki tempat yang
penting dalam arti sempit sejarah juga berarti zaman ketika manusia telah mengenal tulisan.

Sejarah sebagai kisah


Artinya kejadian masa lalu dibangun kembali berdasarkan ingatan atau penafsiran seseorang.
Sejarah sebagai kisah merupakan gambaran masa lalu tentang manusia baik sebagai individu
maupun sebagai mahluk sosial, yang disusun secara ilmiah meliputi urutan fakta masa tersebut,
dengan diberi tafsiran serta penjelasan yang memberi pengertian tentang apa yang telah
berlalu itu. Dalam hal ini suatu peristiwa sejarah pada masa lalu yang diperoleh dari berbagai
sumber kemudian dilakukan penafsiran terhadap kejadian tersebut. Kemudian diceritakan
kembali kepada generasi selanjutnya dengan berbagai penafsiran yang berbeda antara
sejarawan satu dengan yang lainnya.
Sejarah sebagai kisah merupakan cerita, kesan, memori tafsiran tentang peristiwa pengalaman
masa lalu. Sejarah yang dikenal sehari-hari itu bagi orang banyak adalah sejarah sebagai
ceritera karena itu sifatnya tergantung pada siapa yang menceritakan. Manusia sebagai
pencerita memiliki kepribadian yang beraneka ragam walauoun biasanya orang yang menyusun
cerita sejarah berpendirian agar cerita itu benar-benar dapat dipercayai dan obyektif tetapi
pada kenyataannya mau tidak mau penulis dipengaruhi oleh sifat-sifatnya.

Sejarah sebagai ilmu


Artinya sejarah merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun secara sistematis dan
memiliki metode pengkajian ilmiah untuk mendapatkan suatu kebenaran. Sejarah sebagai
suatu studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia di waktu lampau dan
yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu sekarang, di mana tekanan perhatian terutama
diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri, dalam hal ini terutama yang bersifat khusus dan
segi-segi urutan perkembangannya, yang kemudian disusun dalam suatu cerita sejarah. Sebagai
suatu studi yang berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu yang telah
dialami (diucapkan, dipikirkan, dan dilaksanakan) oleh manusia di masa lampau yang bukti-
buktinya masih bisa ditelusuri/diketemukan masa sekarang.
Sejarah sebagai ilmu harus memiliki objek yakni kejadian manusia dimasa lalu, metode
tersendiri, dan pokok permasalahan. Metode khas sejarawan untuk merekonstruksi secara
kritis, analitis,imajinatif masa lampau manusia berdasarkan data, peninggalan, bukti tulisan,
rekaman. Di dalam metodologi penulisan sebuah sejarah menggunakan berbagai tahapan.
Tahapan penulisan sejarah yaitu mengumpulkan sumber (heuristic), menyeleksi sumber
(verifikasi/kritik), penafsiran sumber (interpretasi) dan penulisan peristiwa sejarah
(Historiografi).

Sejarah sebagai seni


Sejarah bisa diajarkan melalui seni yang menarik untuk dipelajari. Penulisan sejarah sebagai
seni menjadi petunjuk moral bagi pembacanya karena sejarawan harus memiliki seni tersendiri
dalam menyampaikan kisah-kisah sejarah bagi pembacanya. Sejarah apabila diceritakan begitu
saja akan terasa hambar. Seorang sejarahwan yang baik akan mampu membawa orang yang
membaca sejarah seolah-olah melihat, mendengar, dan merasa secara langsung ketika
membaca atau mendengarkan peristiwa sejarah. Seorang sejarawan yang tidak memiliki cita
rasa seni, membuat tulisannya terkesan membosankan dan tidak menarik. Pada zaman dahulu
sejarah termasuk dalam ilmu sastra yang sangat erat kaitannya dengan seni.

MANUSIA, merupakan subjek sekaligus objek sejarah.


RUANG, merupakan unsur di mana peristiwa sejarah berlangsung atau terjadi.
WAKTU, merupakan unsur yang membatasi suatu peristiwa sejarah.

1. Diakronik adalah metode mempelajari sejarah dengan cara melalui, melintasi, menjelajah
waktu. Menguraikan dengan detail peristiwa-peristiwa yang terjadi. Adapaun diakronik berasal
dari bahasa Yunani yaitu dia yang berarti melintas, melampaui dan chronos yang memiliki arti
waktu. Contoh dari metode diakronik adalah kita akan mempelajari masa perjuangan
kemerdekaan Indonesia pada saat penjajahan Jepang, maka kita akan menggunakan patokan
tahun pada saat Jepang datang yaitu 1942 hingga 1945. Dari rentang waktu tersebut kita
merinci peristiwa apa saja yang terjadi.
2. Sinkronik bahasa Yunani yaitu syn yang berarti dengan, dan chronoss yang berarti waktu.
Dengan demikian bisa diartikan sebagai cara mempelajari sejarah dengan cara mencocokan
suatu peristiwa dalam waktu tertentu dengan cara yang lebih mendalam. Contoh penggunaan
metode sinkronik adalah misal kita akan mempelajari sejarah mengenai pemberontakan G 30
SPKI, maka kita hanya akan mencocokan peristiwa apa saja yang terjadi pada tanggal 30
September saja dan tidak merunut jauh ke tahun-tahun sebelumnya.

maksud dari konsep perubahan dan berkelanjutan dalam sejarah adalah Dalam ilmu sejarah
tidak hanya mempelajari sebuah peristiwa yang terjadi pada masa lampau saja, namun
berupa pengulangan, kesinambungan serta perubahan peristiwa peristiwa yang dilakukan
oleh umat manusia.

1. Jaman Paleolithikum (Jaman Batu Tua)


Jaman Paleolithikum ini disebut juga sebagai jaman batu tua. Hasil kebudayaan yang
ditemukan pada jaman paleolithikum diantaranya adalah kapak genggam atau chopper dan
alat serpih atau flakes.
Di Indonesia manusia purba yang diketemukan dan diperkirakan hidup pada jaman
paleolithikum adalah :
a. Meganthropus Paleojavanicus
Pada tahun 1941 Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba ini di Desa Sangiran
daerah lembah Bengawan Solo. Ciri manusia purba jaman ini mempunyai rahang yang besar
dan dianggap sebagai manusia tertua yang hidup di Pulau Jawa, kehidupan manusia purba ini
diperkirakan 2 -1 juta tahun yang lalu.
b. Pithecanthropus Robustus dan Pithecanthropus Mojokertensis
Fosil manusia purba Pithecanthropus Robustus ini diketemukan oleh Von Koenigswald dan F.
Weidenreich pada tahun 1939 di Trinil, Sangiran Lembah bengawan Solo. Sedangkan
Pithecanthropus Mojokertensis diketemukan oleh Von Koenigswald di daerah Perning
Mojokerto.
c. Pithecanthropus Erectus
Pada tahun 1890 Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba ini di daerah Trinil, Ngawi
Jawa Timur.
d. Homo Soloensis dan Homo Wajakensis
Pada tahun 1931 – 1933 fosil manusia purba homo soloensis ketemukan oleh Von
Koenigswald, Oppernoorth dan Ter Haar. Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah
Ngandong Blora, Sangiran, Sambung Macan, Sragen. Homo Wajakensis diketemukan di
daerah Wajak Tulungagung oleh Von Reitschhotten pada tahun 1889.
2. Jaman Mesolithikum (Jaman Batu Madya)
Jaman Mesolithikum merupakan lanjutan dari jaman paleolithikum dengan pola kehidupan
yang lebih beragam. Jaman Mesolithikum ini juga disebut Kjokkenmoddinger atau sampah
dapur dan Abris sous Roche atau gua-gua tempat tinggal manusia.
Hasil kebudayaan yang dipergunakan pada jaman mesolithikum diantaranya adalah kapak
genggam tetapi berbeda bentuk dengan kapak genggam jaman paleolithikum dimana kapak
genggam ini terbuat dari batu yang dipecah dan lebih halus. Kapak genggam jaman
mesolithikum ini diberi nama pebble. Benda lain hasil kebudayaan mesolithikum adalah
kapak pendek atau hache courte, ujung panah, alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.
3. Jaman Neolithikum (Jaman Batu Muda)
Hasil kebudayaan yang paling terkenal pada jaman neolithikum atau jaman batu muda
adalah kapak persegi dan kapak lonjong yang terbuat dari batu maupun dari calsedon (batu
api). Bentuk kapak ada yang besar dan ada yang kecil. Kapak yang berukuran besar
dipergunakan sebagai cangkul dan kapak yang dikecil digunakan sebagai tatah atau alat
pahat. Benda lain hasil kebudayaan jaman ini adalah benda-benda perhiasan, gerabah dan
perhiasan. Perhiasan pada jaman neolithikum terbuat dari batu dan kulit kerang. Sedangkan
pakaiannya terbuat dari kulit kayu.
4. Jaman Megalithikum (Jaman Batu Besar)
Jaman megalithikum atau jaman batu besar memiliki ciri bahwa manusia pada jaman
tersebut sudah mampu membuat bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu.
Bangunan-bangunan besar ini dalam bentuk :
a. Pandhusa / Kubur Batu
Benda ini berbentuk meja batu dengan bagian kaki tertutup rapat yang dipergunakan sebagai
kuburan.
b. Sarkofagus
Benda ini berbentuk batu utuh yang ada tutupnya yang dipergunakan untuk keranda mayat.
c. Punden Berundak
Benda ini berbentuk batu bertumpuk yang dipergunakan untuk alat dan tempat pemujaan.
d. Arca
Benda ini berbentuk patung, baik itu patung hewan dan patung manusia.
e. Menhir
Benda ini berbentuk tugu atau tiang-tiang batu yang dipergunakan sebagai tempat pemujaan.
f. Dolmen.
Benda ini terbuat dari batu yang berbentuk meja yang dipergunakan untuk tempat sesajen.

1. Proto Melayu
Proto Melayu merupakan Nenek moyang Indonesia yang datang pada tahun 1500 SM.
Mereka adalah orang-orang Austronesia yang memasuki Wilayah Nusantara melalui dua jalur
yaitu Jalur barat melalui Malaysia - Sumatera Dan Jalur Timur melalui Philipina - Sulawesi.
Proto Melayu memiliki Ciri-Ciri sebagai berikut:

1. Memilki Rambut Lurus, Kulit kuning kecoklatan, Dan bermata sipit.


2. Mendiami daerah – daerah Indonesia bagian Timur, seperti Dayak, Toraja, Mentawai,
Nias,dan Papua.

Proto Melayu membawa peradaban Batu di Indonesia, Bangsa ini memiliki peninggalan
berupa : Kapak Persegi, Kapak Bahu, Kapak Lonjong, Pemukul Kayu.
Penduduk asli dan Ras Proto Melayu pun melebur , Mereka kemudian menjadi suku bangsa
Batak, Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo. Kehidupan mereka yang melebur menyebabkan ras
Proto Melayu sedikit mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu maupun Islam dikemudian
hari. Para ras Proto Melayu mendapat pengaruh Kristen sejak mereka mengenal para
Penginjil yang masuk ke daerah mereka dan memperkenalkan agama Kristen dan peradaban
baru dalam kehidupan mereka. Persebaran suku bangsa Dayak hingga ke Philipina Selatan,
Serawak, dan Malaka menunjukkan rute perpindahan mereka dari kepulauan Indonesia,
Sementara suku Batak yang mengambil jalur barat menyusuri pantai-pantai Burma dan
Malaka Barat.
2. Deutro Melayu
Deutro melayu merupakan Nenek moyang setelah Proto Melayu. Mereka datang pada
400-300 SM. Bangsa ini telah berhasil melakukan pencampuran budaya dengan para
pendahulunya yaitu Proto Melayu. Deutro Melayu masuk ke Indonesia melewati . Mereka
menempuh rute dari Yunan – Vietnam , Malaysia – Indonesia. Mereka telah mampu
membuat barang dari bahan – bahan Logam seperti Perunggu dan Besi.
Contoh peninggalan Deutro Melayu yang terbuat dari bahan Logam yaitu : Kapak separtu,
Kapak Corong, dan Nekara. Selain dari bahan logam , Deutro Melayu memiliki peninggalan
benda yang terbuat dari bahan batu seperti : Menhir, Dolmen, Sarkopagus, Kubur Batu, dan
Punden berundak – undak.
Deutro Melayu memiliki Ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dapat membuat benda – benda berbahan dasar Logam.
2. Suku Melayu,Makassar,Jawa,Sunda,Bugis,Minang, dll adalah keturunan asli bangsa ini.

Deutro Melayu memiliki kemampuan dalam bidang pengolahan tanah yaitu Mereka dapat
membuat irigasi pada tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka ciptakan, dengan
membabat hutan terlebih dahulu. Kedatangan ras Deutro Melayu di kepulauan Indonesia
semakin lama semakin banyak. Mereka pun berpindah mencari tempat baru ke hutan –
hutan sebagai tempat hunian baru. Pada akhirnya Proto dan Deutro membaur dan menjadi
Penduduk kepulauan Indonesia. Pada masa selanjutnya mereka sulit untuk dibedakan. Proto
Melayu hidup di Gayo dan Alas di Sumatra Utara , serta Toraja di Sulawesi. Sementara itu ,
semua penduduk di kepulauan Indonesia , Kecuali penduduk Papua yang tinggal di sekitar
pulau – pulau Papua, Adalah ras Deutro Melayu.
3. Melanesoid
Selain Ras Proto Melayu dan Deutro Melayu juga terdappat Ras lain yaitu Melanesoid.
Mereka tersebar di lautan Pasifik di pulau – pulau yang letaknya sebelah timur Irian dan
benua Australia. Dikepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua, Bersama dengan Papuau-
Nugini dan Bismarck, Solomon, New Caledonia, dan Fiji , mereka tergolong rumpun
Melanesoid. Ciri – ciri bangsa Melanesoid yaitu : Kulit kehitam-hitaman, rambut hitam dan
keriting, bibir tebal, badan tegap, dan hidung lebar.
Pada mulanya kedatangan bangsa Melanesoid di Papua berawal pada akhir zaman es sekitar
70.000 SM. Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ketika suhu turun hinnga
mencapai kedinginan maksimal, air menjadi beku dan Permukaan laut lebih rendah 100
meter dibandingkan permukaan saat ini. Pada saat itulah munculnya pulau pulau baru dan
memudahkan makhluk hidup berpindah dari Asia menuju ke Oseania.

Adapun asal mula bangsa Melanesoid adala Proto Melanesoid. Proto Melanesoid tersebut
adalah manusia Wajak yang tersebar ke timur dan menduduki Papua, sebelum zaman es
berakhir dan sebelum kenaikan permukaan laut yang terjadi pada waktu itu. Manusia Wajak
di Papua hidup berkelompok kelompok kecil di sepanjang sungai. Manusia Wajak tersebut
hidup dengan menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan serta akar-akaran,
serta berburu di hutan belukar. Tempat tinggalnya berupa perkampungan-perkampungan
yang terbuat dari bahan-bahan yang ringan. Sebenarnya rumah tersebut hanya kemah atau
tadah angina yang sering menempel pada dinding gua yang besar. Kemah atau tadah angina
hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur dan berlindung, Sedangkan untuk aktivitas yang
lain dilakukan di luar rumah.. Pencampuran bangsa Melayu dan Melanesoid menghasilkan
Melanesoid-Melayu, Saat ini mereka merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan
Maluku.
4. Negrito dan Weddid
Sebelum kedatangan Kelompok – kelompok Melayu Tua dan Melayu Muda, Kepulauan
Indonesia terlebih dahulu dimasuki oleh bangsa Negrito dan Weddid. Sebutan Negrito
diberikan oleh orang Spanyol karena memiliki kulit yang hitam yang mirip dengan jenis – jenis
Negro. Kelompok Weddid terdiri atas orang-orang dengan kepala mesocephal dan letak
mata yang dalam sehingga tampak seperti berang, Kulit mereka coklat tua dan memiliki tinggi
rata-rata 155 cm. Weddid artinya jenis Wedda yaitu bangsa yang terdapat di pulau Ceylon
(Srilanka). Persebaran orang – orang Weddid di Nusantara cukup luas, Misalnya Palembang
dan Jambi (Kubu), di Siak (Sakai), Dan di Sulawesi pojok tenggara (Toala,Tokea,Tomuna).

Ciri –ciri bangsa Negrito :


1. Berkulit hitam , Rambut keriting , ukuran badan pendek.
2. Berhidung lebar, berbibir penuh, bermata bundar.
Periode Migrasi berlangsung abad-abad, kemungkinan mereka berasal dalam satu kelompok
ras yang sama dan dengan budaya yang sama juga. Mereka itulah Nenek Moyang indonesia
saat ini.

Anda mungkin juga menyukai