Anda di halaman 1dari 28

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

PPOK Etc.CAUSA ASMA DENGAN MODALITAS


INFRARED DAN BREATHING EXERCISE
Makalah Ilmiah ini disusun sebagai

Salah satu Syarat Dalam Penilaian kelompok Praktek Klinik Komprehensif

Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Di Susun Oleh :

Jalur 3 kelompok 4

1. Erika Amalia K (1703034)

2. Jauhar Adib (1703049)

3. Lathifah N. (1703052)

4. Siti Wahidayanti (1703082)

AKADEMI FISIOTERAPI WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kai mengambil judul “Penatalaksanaan


Fisioterapi pada Kasus PPOK etc causa Asma dengan menggunakan Infra merah
dan Breathing exercise” di R.S.U.D K.R.M.T Wongsonegoro semarang yang
disusun untuk memenuhi persyaratan Praktek Klinik Komprehensif.

Harapan kami dalam penyusunan makalah adalah semoga bermanfaat


bagi penulis, dan dapat menambah pengetahuan dalam bidang fisioterapi dan
jugabagi pembaca/masyarakat pada umumnya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah


ini, oleh sebab itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun agar
kedepan penulis dapat lebih baik lagi.

Semarang,29 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
BAB I ....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan................................................................................................... 2
BAB II ...................................................................................................................................... 3
KAJIAN TEORI ...................................................................................................................... 3
2.1. DEFINISI OPERASIONAL............................................................................................ 3
2.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN .................................... 4
2.2.1. anatomi sistem pernapasan............................................................................. 4
2.2.2. FISIOLOGI PERNAFASAN ....................................................................... 10
2.2.3. Deskripsi ....................................................................................................... 11
2.2.4. Pemeriksaan dan Pengukuran .................................................................. 12
2.2.5. Teknologi Fisioterapi ...................................................................................... 13
BAB III ................................................................................................................................... 14
PROSES FISIOTERAPI ..................................................................................................... 14
BAB IV .................................................................................................................................. 19
PEMBAHASAN.................................................................................................................... 19
BAB V.................................................................................................................................... 20
PENUTUP ............................................................................................................................ 20
5.1. Kesimpulan .......................................................................................................... 20
5.2. Saran ..................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 21
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 22

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Paru–paru merupakan organ vital yang sangat penting untuk
berlangsungnya kehidupan manusia , paru–paru barfugsi sebagai tempat
bertukarnya oksigen dengan karbondioksida dalam tubuh manusia , salah satu
fungsi oksigen yaitu untuk membantu system peredaran darah , tanpa oksigen tidak
akan ada kehidupan yang berlangsung, dalam paru – paru terdapat banyak jaringan
yang terlibat dalam mekanisme pernapasan apabila salah satu dari struktur /
jaringan itu mengalami gangguan tentunya seseorang itu akan mengalami
hambatan dalam keseharian serta produktifitasnya akan mengalami penurunan.

Menurut WHO, PPOK didefinisikan sebagai suatu penyakit paru yang


ditandai dengan adanya hambatan yang persisten aliran udara nafas dari paru di
saluran pernafasan. PPOK merupakan suatu penyakit yang sering tidak terdiagnosa
dan mengancam jiwa, yang mempengaruhi pernafasan normal dan tidak
sepenuhnya reversibel. Gambaran yang lebih dikenal sebelumnya berupa bronkhitis
kronis dan emfisema sudah tidak lagi digunakan, kini keduanya termasuk dalam
diagnosis PPOK (WHO, 2012).PPOK diderita oleh 10% populasi, dan prevalensinya
mencapai 50% pada perokok berat (Hanania et al, 2010). PPOK merupakan
penyebab kematian keempat yang mengenai lebih dari 10 juta orang di USA. PPOK
diperkirakan akan naik dari urutan keenam menjadi urutan ketiga dari penyebab
kematian terbanyak di dunia pada tahun 2020 (Reilly Jr. & Silverman, 2012). Di
Indonesia, country rate untuk PPOK sebesar 2,6, sedangkan country rate tertinggi
di dunia 4,6 (WHO, 2009). Penyakit paru (termasuk PPOK) merupakan penyebab
kematian nomer 5 di Indonesia, dengan age-standardized death rate sebesar 53,01
per 100.000 penduduk, menempati urutan ke-14 di antara negara-negara di dunia
(World life expectancy, 2013). Pravelensi penderita PPOK di RSUD K.R.M.T
WONGSONEGORO dalam satu bulan berjumlah 4 orang laki- laki, kami tertarik
mengambil kasus PPOK karena masih banyak orang yang tidak mengetahui

1
masalah penyakit ini dan kebanyakan dari mereka mengagnggap penyakit PPOK
yang mereka derita hanya penyakit biasa dan tidak perlu penanganan khusus.

Pengananan untuk masalah penyakit PPOK dalam fisioterapi yaitu


menngunakan modalitas nebulaizer , infra red dan breathing exercise.

Fisioterapi dalam kasus ini berperan untuk menangani spasme otot dan
pengeluaran sputum.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana Penatalaksanaan Fisioterapi Pada PPOK dengan Modalitas Nebulaizer , Infra
Red Dan Breathing Exercise?.

1.3. Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui Penatalaksanaan Fisioterapi Pada PPOK dengan Modalitas
Nebulaizer, Infrared Dan Breathing Exercise.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1.DEFINISI OPERASIONAL
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah gangguan progresif lambat
kronis ditandai oleh obstruksi saluran pernafasan yang menetap atau sedikit
reversibel, tidak seperti obstruksi saluran pernafasan reversibel pada asma (Davey,
2003).

Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah kelainan dengan klasifikasi yang


luas, termasuk bronkitis, brokiektasis, emfisema, dan asma. Ini merupakan kondisi
yang tidak dapat pulih yang berkaitan dengan dispnea pada aktivitas fisik dan
mengurangi aliran udara (Suzanne C. Smeltzer, 2001).

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan sekumpulan penyakit


paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap
aliran udara sebagai gambaraan patofisiologi utamanya.Bronkitis kronis, emfisema
paru, dan asma bronkial membentuk satu kesatuan yang disebut Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD) (Sylvia Anderson Price, 2005).

Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah sejumlah gangguan yang


mempengaruhi pergerakan udara dari dan ke luar paru. Gangguan yang penting
adalah bronkitis obstruktif, efisema, dan asma bronkial (Muttaqin, 2008).

PPOK merupakan penyakit paru yang dapat dicegah dan


ditanggulangi.Ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya
reversible, bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru
terhadap partikel atau gas yang beracun / berbahaya, disertai efek ekstra paru yang
berkontribusi terhadap derajat berat penyakit dengan gejala utama PPOK adalah
sesak napas yang memberat saat aktivitas, batuk dan produksi sputum (PDPI,
2010, GOLD 2017).

3
2.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
2.2.1. anatomi sistem pernapasan

Gambar 1. Anatomi pernafasan

1) Hidung

Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum
nasi).Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu,
dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.

2) Faring

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan


pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang
rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring
dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan dengan
rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2
lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus).

3) Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak


sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian
vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan
itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis,

4
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan
makanan menutupi laring.

4) Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang


dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir
yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang
trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot
polos.

5) Bronkus

Gambar.2 bronkus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2


buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai
struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu
berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3
cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-

5
12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih
kecil disebut bronkiolus (bronkioli).Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan
pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.
Bronkus pulmonaris, trakea terbelah menjadi dua bronkus utama : bronkus ini
bercabang lagi sebelum masuk paru-paru. Dalam perjalanannya menjelajahi paru-
paru,bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan beranting lagi banyak sekali.
Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa dengan yang dari trakea
mempunyai diinding fibrosa berotot yang mengandung bahan tulang rawan dan
dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin berkurang tulang rawannya
dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan silia. Bronkus terminalis
masuk kedalam saluran yang agak lain yang disebut vestibula, dan disini membran
pelapisnya mulai berubah sifatnya : lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel
epitelium yang pipih. Dari vestibula berjalan beberapa infundibula dan didalam
dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu . kantong udara atau alveoli itu
terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan disinilah darah hampir
langsung bersentuhan dengan udara suatu jaringan pembuluh darah kapiler
mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.Pembuluh darah dalam paru-paru.
Arteri pulmonaris membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari
ventikel kanan jantung ke paru-paru; cabangcabangnya menyentuh saluran-
saluran bronkial, bercabang-cabang lagi sampai menjadi arteriol halus; arteriol itu
membelah belah dan membentuk jaringan kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding
alveoli atau gelembung udara. Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit , maka
praktis dapat dikatakan sel-sel darah merah membuat garis tungggal. Alirannnya
bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam alveoli hanya oleh dua membran
yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan difusi, yang
merupakan fungsi pernafasan.Kapiler paru-paru bersatu dan bersatu lagi sampai
menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua vena pulmonaris
meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri
jantung untuk didistribusikan keseluruh tubuh melalui aorta. Pembuluh darah yang
dilukiskan sebagai arteri bronkialis membawa darah berisi oksigen langsung dari
aorta toraksika ke paru-paru guna memberi makan dan menghantarkan oksigen
kedalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk

6
pleksus kapiler yang tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang
akhir arteri pulmonaris, tetapi beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam vena
pulmonaris dan darahnya kemudian dibawa masuk ke dalam vena pulmonaris. Sisa
darah itu dihantarkan dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang dapat
mencapai vena cava superior.

Maka dengan demikian paru-paru mempunyai persendian darah ganda.


Hilus (tampuk) paru-paru dibentuk oleh struktur berikut : Arteri pulmonaris,yang
mengembalikan darah tanpa oksigen kedalam paru-paru untuk diisi Oksigen,vena
pulmonalis yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru-paru ke jantung.
Bronkus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkial, merupakan
jalan utama udara.Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan menghantarkan darah
arteri ke jaringan paru- paru.Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari
paru- paru ke vena kava superior. Pembuluh limfe, yang masuk keluar paru-paru,
sangat banyak.Persyarafan . Paru-paru mendapat pelayanandari saraf vagus dan
saraf simpati.Kelenjar limfe. Semua pembuluh limfe yang menjelajahi struktur paru-
paru dapat menyalurkan kedalam kelenjar yang ada ditampuk paru- paru.

Pleura,setiap paru-paru dilapisi membran serosa rangkap dua yaitu pleura.


Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk kedalam fisura, dan dengan
demikian memisahkan lobus satu dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat
kembali disebelah tampuk paru-paru dan membentuk pleura parietalis dan melapisi
bagian dalam dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis,
bagian yang menutupi diafragma adalah pleura diafragmatika, dan bagian yang
terletak dileher ialah pleura servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat
bernama membran suprapleuralis (fasia sibson) dan diatas membran ini terletak
arteri subklavia.

Diantara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk minyaki
permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada
yang sewaktu bernafas bergerak. Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu satu
dengan yang lain erat bersentuhan . ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang
yang tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak normal atau cairan memisahkan
kedua pleura itu dan ruang diantaranya menjadi jelas.

7
6) Paru-paru

Gambar 4. Anatomi paru-paru

Paru-paru ada dua, merupakan alat pernfasan utama. Paru-paru mengisi


rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah dipisahkan oleh
jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak
didalam media stinum. Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan
apeks (puncak) diatas dan sedikit muncul lebih tinggi daripada clavikula didalam
dasar leher. Pangkal paru-paru duduk diatas landae rongga thoraks,diatas
diafraghma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga,
permukaan dalam yang memutar tampuk paruparu, sisi belakang yang menyentuh
tulang belakang,dan sisi depan yang menutup sebagian sisi depan jantung.Paru-
paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas
lobula. Jaringan paruparu elastis,berpori, dan seperti spons.

8
7) Otot pernapasan

Gambar 3.Otot-otot pernafasan

a).Otot inspirasi utama: diafragma, external intercostalis, dan nternal


intercostalis

b).Otot bantu inspirasi: sternocleidomastoideus, trapezius, seratus


anterior, pectoralis mayor dan minor, latismus dorsi, dan scaleni

c).Otot expirasi utama: internal obliq, external obliq, rectus abdominis,


dan tranversus abdominis

d).Otot bantu expirasi: latismus dorsi, iliocostalis lumborum, dan


quadratus lumborum.

9
2.2.2. FISIOLOGI PERNAFASAN

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondoksida . pada


pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen dipungut melalui
hidung dan mulut pada waktu bernafas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa
bronkial ke alveoli, dan dapat behubungan erat dengan darah didalam kapiler
pulmonaris.Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli kapiler,yang
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut
oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam
arteri kesemua bagian tubuh. Dan meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen
100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. Di dalam paru-
paru,karbondioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran
alveoler kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea,
dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.Empat proses yang berhubungan
dengan pernafasan pulmoner atau pernafasan eksterna :

1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar


udara dalam alveoli dengan udara luar.

2) Arus darah melalui paru-paru.

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga


dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.

4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan


kapiler, CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan


paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih
banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau
sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam
darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernafasan dalam otak untuk
memperbesar kecepatan dan dalamnya pernafasan.

Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak


O2. Pernafasan jaringan atau pernafasan interna,darah yang telah menjenuhkan

10
hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) mengitari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung,
dan darah menerima, sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi, yaitu
karbondioksida.Perubahan-perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam
alveoli, yang disebabkan pernafasan eksterna dan pernafasan eksterna dan
pernafasan interna atau pernafasan jaringan. Udara yang dihembuskan jenuh
dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama dengan badan (20 persen panas
badan hilang untuk pemanasan udara yang dikeluarkan).

2.2.3. Deskripsi
1. Patologi

- Inflamasi kronis,dengan peningkatan jumlah sel radang paru

- Perubahan struktur saluran nafas,akibat luka dan perbaikan berulang


kali

2. Etiologi

Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Penyakit ini dikaitkan
dengan faktor-faktor risiko yang terdapat pada penderita antara lain:

- Merokok sigaret yang berlangsung lama. Rokok dapat


menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkus
sehingga drainase lender terganggu. Kumpulan lendir tersebut
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

- Polusi udara

- Infeksi paru berulang

- Infeksi TB. Pada sebagian penderita, secara klinik timbul gejala


sesak terutama pada aktivitas, radiologik menunjukkan gambaran
bekas TB (fibrotik klasifikasi) yang minimal, dan uji faal paru
menunjukkan gambaran obstruksi jalan napas yang tidak reversibel.
Kelompok penderita tersebut dimasukkan dalam kategori penyakit
Sindrom Obstruksi Pascatuberkulosis (SOPT).

- Umur

11
- Jenis kelamin

- Ras

- Defisiensi anti oksidan

3. Patofisiologi PPOK

Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK yang
diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian
proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya suatu
inflamasi yang kronik dan perubaha struktural pada paru. Terjadinya peningkatan
penebalan pada saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi folikel limfoid dan
deposisi kolagen dalam dinding luar saluran nafas mengakibatkan restriksi
pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas mengecil dan berkurang akibat
penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi, yang meningkat sesuai
berat sakit (Tabrani R, 2010: Sooeroto AY, 2014)

Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam keadaan
seimbang. Apabila terjadi gangguan keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di
paru. Radikal bebas mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan
menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru. Pengaruh gas polutan dapat
menyebabkan stress oksidatif, dan selanjutnya akan menyebabkan terjadinya
peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid ini akan menimbulkan kerusakan sel dan
inflamasi. Proses inflamasi akan mengaktifkan sel makrofag alveolar dimana
aktivasi sel tersebut akan menyebabkan dilepaskannya faktor kemotaktik neutrofil
seperti interleukin 8, leukotrien B4,tumor necrosis factor (TNF), monocyte
chemotactic peptide (MCP)-1 dan reactive oxygen species (ROS) (Zitterman A, et
al. 2016).

2.2.4. Pemeriksaan dan Pengukuran


1. Pemeriksaan nyeri

Pemeriksaan nyeri dilakukan menggunakan skala borg

2.Pemeriksaan sangkar thorak

menggunakan pemeriksaan antopometri yang bertujuan untuk mengetahui selisih


thorak.

12
2.2.5. Teknologi Fisioterapi
Modalitas yang digunakan pada pasien dengan kasus PPOK
ini adalah Nebulizer,Infra Red, Breathing Exercise,dan Mobilisasi Sangkar
Thorak.

1. Infra Red/ Infra Merah (IR)Infra Redmerupakan pancaran


gelombang elektromagnetik denganpanjang gelombang 7.700 –4 juta A.
Infra redterdiri menjadi dua jenis, yaitu : infra red luminusdan infra
rednon luminous. Pada pasien PPOK ini infra redyang digunakan
yaitu infra rednon luminous. Penggunaan infra redini bertujuan untuk
merelaksasikan daerah sekitar dada dan punggung dan memperbaiki
sirkulasi darah ( fasodilatasi pembuluh darah).

2. Breathing exercise Breathing exercisemerupakan salah satu


tekhnik yang digunakan untuk membersihkan jalan nafas,
merangsang terbukanya system collateral, meningkatkan distribusi
ventilasi, dan meningkatkan volume paru. Tekhnik yang digunakan
meliputi :Diaphragmatic Breathing Exercise, Pursed Lip Breathing, dan
Segmental Costal Breathing Exercise.

3. Mobilisasi sangkar thorak Gangguan mobilitas sangkar thorak


dapat terjadi kearah inspirasi dan ekspirasi, pada PPOK terjadi
gangguan pengembangan thorak pada saat inspirasi. Mobilisasi sagkar
thorak dapat dibantu dengan pergerakan shoulder dan trunk.

13
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

a. Pengkajian fisioterapi
Nama : Tn. Wiharno
Umur : 68 th
Jenis kelamin : laki laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Ketileng raya,kota semarang
b. Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa medis : PPOK etc causa Asma
Keluhan utama : Pasien mengeluhkan sesak nafas, terdapat batu
dan nyeri dada di bagian kanan
Rps : Pasien sudah menderita penyakit Asma sejak
tahun 2015 karena pasien perokok aktif, lalu pasien
masuk ke ICU mengeluhkan sesak nafas, lalu di
tahun 2019 pada bulan November opnam terkena
chf (Congestive Heart Failure)
Rpd : Pasien sebelumnya pernah mengalami sakit yang
sama sejak 2015
Rpp : Asma
Rpk :-
Pemeriksaan Fisik :
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 100/70 mmhg
- Denyut nadi : 65x/menit
- Pernafasan : 20x/meni
- Temperature : 36,5
- Spo2 :
- Tinggi badan : 160cm
- Berat badan : 60kg
Inspeksi
(Postur: posisi bahu protraksi agak membungkuk
a. Bentuk thorak barrel chest
b. Pola nafas tampak teratur
c. Posisi trakea berada di tengah (normal)

14
d. Tak tampak bekas luka maupun perubahan
warna kulit dibagian dada pasien
e. Tampak pasien mampu menggerakkan leher dan
shuoldernya ke semua arah tanpa kesulitan, full
ROM dan tanpa nyeri dan mampu melakukan
gerak dasar pernafasan.

Palpasi

 Taktil vocal fremitus pada daerah costa 2, 4, dan 8


dada kanan dan kiri suaranya sama dan tidak
melemah maupun meninggi (normal).
 Teraba adanya nyeri tekan pada daerah
Intercostalis dextra
Perkusi
Suara perkusi dada: Wheezing

Auskultasi
Ditemukan adanya ronchi basah di lobus bawah paru
kanan dan kiri

Pemeriksaan gerak dasar


1. Gerak Aktif :
Gerak aktif ke semua arah full ROM dan tidak nyeri
2) Gerak Pasif :
Gerak pasif ke semua arah full ROM, tidak nyeri,
dan end feel normal

Antropometri test

Titik Inspirasi Ekspirasi selisih


Axila 89 92 3
Costa 4 5 88 86 2
xyphoideus 86 89 2

Penilaian skala borg


Sesak nafas Keterangan
0 Tidak ada
0.5 Sangat-sangat ringan
1 Sangat ringan
2 Ringan

15
3 Sedang
4 Sedikit berat
5 Berat
6 Sangat berat
7 Sangat-sangat berat
8 Maksimal
*sesak yang diderita pasien pada skala 5

• Body structure and function :


- Terdapat batuk
- Terdapat sesak nafas
- Spasme otot intercostalis terutama bagian
kanan
• Activity : Pasien mengalami keterbatasan saat
berjalan agak lama dan jauh, serta aktifitas
terlalu berat sesak nafas timbul
• Participation : Pasien dapat berpartisipasi dilingkungan
masyarakat

c. Penatalasanaan fisioterapi

1. Penggunaan nebulizer
- Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir untuk
mencegah kuman ikut masuk ke paru-paru melalui nebulizer.
- Siapkan obat yang akan digunakan. Jika obat sudah dicampur,
tuang langsung ke dalam wadah obat nebulizer. Jika belum,
masukkan satu per satu dengan menggunakan pipet atau alat
suntik.
- Tambahkan cairan saline jika diperlukan dan diresepkan
dokter.
- Hubungkan wadah obat ke mesin dan juga masker ke bagian
atas wadah.
- Letakkan masker hingga menutupi hidung dan mulut.
- Hidupkan mesin kemudian tarik napas dengan hidung dan
keluarkan perlahan melalui mulut.
- Anda bisa mengakhirinya saat tidak ada lagi uap yang keluar,
menandakan obat sudah habis.

2. infra Red/ Infra Merah (IR


Infra Redmerupakan pancaran gelombang elektromagnetik
denganpanjang gelombang 7.700 –4 juta A. Infra redterdiri
menjadi dua jenis, yaitu : infra red luminusdan infra rednon

16
luminous. Pada pasien PPOK ini infra redyang digunakan yaitu
infra rednon luminous. Penggunaan infra redini bertujuan untuk
merelaksasikan daerah sekitar dada dan punggung dan
memperbaiki sirkulasi darah ( fasodilatasi pembuluh darah)

 Tindakan : persiapan pasien


- Cek sensoris panas dingin kepada pasien
- (posisi pasien duduk usahakan baju di lepas, dan IR
langsung menyentuh kulit)
 persiapan alat:
IR di beri jarak 45 cm.letakan IR di depan dada pasien
selama 5 menit dan di bagian punggung selama 5 menit

3. Breathing exercise Breathing exercise merupakan salah satu


tekhnik yang digunakan untuk membersihkan jalan nafas,
merangsang terbukanya system collateral, meningkatkan
distribusi ventilasi, dan meningkatkan volume paru. Tekhnik
yang digunakan meliputi :Diaphragmatic Breathing Exercise,
Pursed Lip Breathing,
Tindakan : posisikan pasien senyaman mungkin
1. Latihan pernapasan diafragma
Cara melakukannya:
• Duduk santai
• Letakkan satu tangan di perut pasien .
• Tarik napas melalui hidung selama dua detik, rasakan udara
bergerak mengisi perut. Rasakan perut semakin penuh
bergerak membesar. Perut harus bergerak lebih banyak
dibandingkan dada .
• Embuskan napas selama dua detik melalui bibir yang terbuka
kecil sambil merasakan perut mengempis.
• Ulangi 10 kali. Tetap lemaskan bahu sepanjang pengulangan,
dan jaga punggung tetap tegak selama berlatih pernapasan
diafragma ini.

17
2. Latihan pursed-lips breathing
Cara melakukannya:
• Tarik napas perlahan melalui hidung, pastikan bibir pasien
tertutup.
• Embuskan napas sepelan mungkin melalui bibir yang
mengerucut atau terbuka sangat kecil. Keluarkan selambat
mungkin, lebih lama
• Ulangi kembali.

4. Mobilisasi sangkar thorak Gangguan mobilitas sangkar thorak dapat


terjadi kearah inspirasi dan ekspirasi, pada PPOK terjadi gangguan
pengembangan thorak pada saat inspirasi. Mobilisasi sagkar thorak
dapat dibantu dengan pergerakan shoulder dan trunk.

d. Evaluasi
1. Sesak nafas sedikit berkurang
2. Sputum sudah dapat dikeluarkan
3. Spasme otot pernafasan sudah agak berkurang dan pasien
merasakan nyaman dari keadaan sebelumnya
4. Ekspansi sangkar thorak mengalami sedikit peningkatan yang
didukung dengan mobilisasi sangkar thorak

18
BAB IV

PEMBAHASAN
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan sekumpulan penyakit
paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap
aliran udara sebagai gambaraan patofisiologi utamanya.Bronkitis kronis, emfisema
paru, dan asma bronkial membentuk satu kesatuan yang disebut Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD) (Sylvia Anderson Price, 2005)

Pasien laki-laki berusia 63 tahun datang ke RSUD K.R.M.T


WONGSONEGORO didiagnosa menderita ppok etc causa Asma.Dari hasil
anamnesis diketahui pasien dengan keluhan sesak nafas meningkat saat
beraktivitas seperti berjalan terlalu jauh aktivitas berat.Riwayat sesak nafas dialami
sejak tahun 2015 yang lalu.dari hasil anamnesis didapatkan inspirasi dangkal.
Pasien memiliki riwayat merokok sejak puluhan tahun. Auskultasi wheezing, dada
berbetuk barrel chast , spasme pada otot-otot dada.

Kemudian diberikan penagnana selama 4 kali terapi dengan modalitas


nebulizer+combivent, infra red dan breathing exercise , dan didapatkan hasil :

 Sesak nafas sedikit berkurang


 Sputum sudah dapat dikeluarkan
 Spasme otot pernafasan sudah berkurang dan pasien merasakan nyaman
dari keadaan sebelumnya
 Ekspansi sangkar thorak mengalami sedikit peningkatan yang didukung
dengan mobilisasi sangkar thorak.

19
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pasien dengan diagnose PPOK yang memiliki problem sesak
nafas,penurunan mobilitas thorak dan retensi sputum yang pada akhirnya
menggangu aktivitas fungsional sehari-hari, dapat berkurang dengan menggunakan
pendekatan fisioterapi berupa breathing exercise, mobilisasiaktif sangkar thorak dan
chest physiotherapy. Namun untuk peningkatan mobilitas thorak diperlukan lebih
banyak waktu.

5.2. Saran
. Pasien

a. Hendaknya pasien mau bekerja sama dengan terapis yaitu mau


menghindari hal-hal yang dapat memperparah kondisi.

b. Apabila dalam melakukan aktivitas merasa sesak nafas maka


pasien segera untuk istirahat.

c. Hendaknya pasien menghindari asap rokok atau merokok dan debu


yang dapat menimbulkan sesak

Keluarga

a. b. Menganjurkan untuk menjaga kebersihan lingkungan


setempat dari polusi
b. Keluarga sebaiknya mengawasi semua aktivitas pasien agar
tidak terjadi sesak nafas saat beraktivitas.

20
DAFTAR PUSTAKA

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2005. Pocket. (2005).
Retrieved 01 26, 2020, from http//www.goldcopd.org.

E.J, C. (2020). Handbook of pathophysiology. In corwin, Handbook of pathophysiology (pp.


08-11). jakarta.

meltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. 8 ed. Alih bahasa oleh Waluyo, A. dkk. Jakarta: EGC

WHO. 2006. COPD: Diagnosis and Classification of severity, from

http://www.who.int/entity/respiratory/copd/ Retrieved 01 26,2020

21
LAMPIRAN
Lampiran 1.Dokumentasi

Gambar 1.Pemasangan nebulizer Gambar 2.saat penyinaran IR

Gambar 3.Breathing Exercise

22
Lampiran 2

INFORM CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Wiharno

Umur : 68 tahun

Alamat : Perum Klipang Blok T VIII No 8 Tembalang Kota Semarang

Menyatakan bahwa :

1. Saya telah mendapatkan penjelasan segala sesuatu mengenai karya tulis


ilmiah ini.

2. Setelah saya memahami penjelasan , dengan penuh kesadaran dan tanpa


dan tanpa paksaan dari siapun, bersedia ikut serta dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini dengan kondisi :

a. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya akan dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.

b. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar atau tidak
berpartisipasi lagi dalam karya tulis ilmiah ini dengan menginformasikannya kepada
penulis atas keputusannya tanpa harus menyampaikan alasan apapun.

Semarang, 28 Januari 2020

Mengetahui ,

23
Aisha Mentari

24

Anda mungkin juga menyukai