15
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani
yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai,
jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan kebiasaan
hidup yang kurang gerak atau bermalasmalasan (PERKENI,
2011).
2) Kontrol Kesehatan
Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah agar
diketahui nilai kadar gula darah untuk mencegah terjadinya
diabetes melitus supaya ada penanganan yang cepat dan tepat
saat terdiagnosa diabetes melitus (Sugiarto & Suprihatin, 2012).
Seseorang dapat mencari sumber informasi sebanyak mungkin
untuk mengetahui tanda dan gejala dari diabetes melitus yang
mungkin timbul, sehingga mereka mampu mengubah tingkah
laku sehari-hari supaya terhindar dari penyakit diabetes melitus.
16
perkawinan, keturunan/ hubungan sedarah atau hasil adopsi; anggota
tinggal bersama dalam satu rumah; anggota berinteraksi dan
berkomunikasi dalam peran sosial; mempunyai kebiasaan/
kebudayaan yang berasal dari masyarakat tetapi mempunyai
keunikan tersendiri.
17
Menurut Friedman (2010) struktur keluarga terdiri atas:
1) Pola dan Proses Komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi antara lain bersifat terbuka
dan jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga, berpikir positif,
tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Sedangkan
karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi dibedakan
menjadi dua yaitu karakteristik pengirim meliputi yakin dalam
mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan
jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik.
Kemudian karakteristik kedua yaitu karakteristik penerima yang
meliputi siap mendengarkan, memberikan umpan balik,
melakukan validasi..
2) Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang, dimaksud dengan
posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat,
misalnya status sebagai istri/ suami atau anak.
3) Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk
merubah perilaku orang lain ke arah positif. Tipe struktur
kekuatan terdiri dari Legitimate power/ authority, referent power,
reward, coercive power, affective Power.
4) Nilai-Nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu sistem sikap dan kepercayaan secara sadar
atau tidak sadar mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku
dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma
adalah pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan
18
sistem nilai dan keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola
perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan
tujuan untuk menyelesaikan masalah.
d. Peranan
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah:
a) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa nyaman
sebagai kepala keluarga. sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya.
b) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
c) Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
e. Fungsi Keluarga
Friedman (2010), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yaitu:
1) Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut
19
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan
dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah
saling mengasuh, saling menghargai, ikatan dan identifikasi.
Status sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi
sosialisasi. Pemberian status pada anak berarti mewariskan
tradisi, nilai, dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak
lagi menunjukkan pola sebagian besar rang dewasa.
3) Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk kelangsungan hidup masyarakat.
4) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan
20
makanan, pakaian, dan tempat berlindung (rumah). Menyediakan
sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.
21
lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
22
Tahap-tahap keluarga dan tugas perkembangan keluarga menurut
Suprajitno (2009) adalah sebagai berikut:
1) Tahap I Pasangan Baru (Keluarga Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki
(suami) dan perempuan (istri), membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing. Hal lain yang perlu diputuskan pada tahap ini adalah
kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah
anak yang diharapkan. Tugas perkembangan yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan; membina hubungan dengan
keluarga lain, teman, kelompok sosial; dan mendiskusikan
rencana memiliki anak.
23
pasangan dan anak (tahap paling repot); pembagian tanggung
jawab anggota keluarga dan kegiatan; serta waktu untuk stimulasi
tumbuh dan kembang anak.
24
Tahap ini dimulai pada saat anak yang pertama meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Tujuan utama pada tahap ini mengorganisasi kembali keluarga
untuk berperan dalam melepas anak untuk hidup sendiri. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini, yaitu memperluas
keluarga inti menjadi keluarga besar; mempertahankan keintiman
pasangan; membantu orang tua, suami/istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua; membantu anak untuk mandiri di
masyarakat; dan penataan kembali peran dan kegiatan rumah
tangga.
25
2. Konsep Proses Keperawatan
Keluarga
a.Pengkajian keluarga
Pengkajian adalah tindakan pemantauan secara langsung pada
manusia untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud
menegaskan situasi penyakit dan masalah kesehatan klien.
Pelaksanaan pengkajian terdiri dari penjajakan yang mempermudah
perawat keluarga saat melakukan pengkajian keluarga.
1) Penjajakan tahap I
Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain, data
umum, riwayat dan tahapan perkembangan, lingkungan, struktur
keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga,
pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.
2) Penjajakan tahap II
Pengkajian yang tergolong ke dalam penjajakan II diantaranya
pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidakmampuan
atau ketidaksanggupan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan
keluarga. Adapun ketidakmampuan keluarga atau
ketidaksanggupan keluarga antara lain:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
26
1) Struktur diagnosa keperawatan keluarga meliputi problem
(masalah), etiologi (penyebab), symptom (tanda dan gejala).
2) Tipe dan komponen diagnosa keperawatan
a) Masalah keperawatan aktual
Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala
yang jelas dan mendukung bahwa masalah benar-benar telah
terjadi.
b) Masalah keperawatan resiko tinggi
Masalah ini sudah ditunjang dengan data-data yang akan
mengarah pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak
segera ditangani.
c) Masalah keperawatan potensial/ sejahtera
Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin
meningkat lebih optimal.
3) Menetapkan etiologi
Menentukan penyebab atau etiologi dalam perumusan diagnosa
keperawatan dengan model single diagnosa diangkat dari 5 tugas
keluarga, antara lain:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga.
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada.
c. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Intervensi merupakan tindakan perawat untuk kepentingan klien atau
keluarga.
1) Prioritas masalah
Prioritas masalah didasari atas 3 komponen, yaitu:
a) Kriteria penilaian
(1) Sifat masalah terdiri atas:
27
(a) Aktual dengan nilai 3
(b) Resiko dengan nilai 2
(c) Potensial dengan nilai 1
(2) Kemungkinan masalah untuk diubah
(a) Mudah dengan nilai 2
(b) Sebagian dengan nilai 1
(c) Tidak dapat dengan nilai 0
(3) Potensial masalah untuk dicegah
(a) Tinggi dengan nilai 3
(b) Cukup dengan nilai 2
(c) Rendah dengan nilai 1
(4) Menonjolnya masalah
(a) Segera diatasi dengan nilai 2
(b) Tidak segera diatasi dengan nilai 1
(c) Tidak dirasakan ada masalah dengan nilai 0
b) Bobot
(1) Sifat masalah dengan bobot 1
(2) Kemungkinan masalah untuk diubah dengan bobot 2
(3) Potensial masalah untuk dicegah dengan bobot 1
(4) Menonjolnya masalah dengan bobot 1
c) Pembenaran
(1) Alasan penentuan sub kriteria
(2) Dampak terhadap kesehatan keluarga
(3) Ditunjang oleh data hasil pengkajian
d) Cara penghitungan
(1) Skor/ angka tertinggi dikalikan dengan bobot
(2) Jumlahkan skor
(3) Skor tertinggi menjadi masalah prioritas
2) Indikasi intervensi
a) Keluarga dengan satu masalah yang mempengaruhi anggota
keluarga lainnya.
28
b) Keluarga dengan anggota keluarga berpenyakit yang
berdampak pada anggota keluarga lainnya.
c) Anggota keluarga yang mendukung permasalahan kesehatan
yang muncul.
d) Salah satu anggota keluarga menunjukkan perbaikan atau
kemunduran dalam status kesehatannya.
e) Anggota keluarga yang didiagnosis penyakit pertama kali.
f) Perkembangan anak atau remaja secara emosional.
g) Keluarga dengan penyakit kronik.
h) Keluarga dengan penyakit mematikan.
3) Klasifikasi intervensi
a) Suplemental, intervensi jenis ini memberikan pelayanan
langsung pada keluarga sebagai sasaran.
b) Fasilitatif, intervensi jenis ini membantu mengatasi hambatan
dari keluarga dalam memperoleh pelayanan medis,
kesejahteraan sosial, transportasi.
c) Developmental, perawat membantu keluarga dalam
kapasitasnya untuk menolong dirinya sendiri atau dengan
kata lain membuat keluarga belajar mandiri dengan kekuatan
dan sumber pendukung yang terdapat pada keluarga.
b) Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam sebuah rencana perawatan lebih
29
menekankan pada pencapaian hasil dari masing-masing
kegiatan.
5) Menetapkan intervensi
a) Tindakan-tindakan yang disusun harus berorientasi pada
pemecahan masalah.
b) Rencana tindakan yang dibuat akan dapat dilakukan mandiri
oleh keluarga.
c) Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah
kesehatan.
d) Rencana perawatan sederhana dan mudah dilakukan.
e) Rencana perawatan dapat dilakukan secara terus menerus
oleh keluarga.
6) Domain intervensi
Ada tiga domain yang dapat digunakan dalam menyusun
intervensi, antara lain:
a) Domain kognitif, ditujukan untuk memberikan informasi,
gagasan, motivasi dan saran kepada keluarga sebagai target
asuhan keperawatan keluarga.
b) Domain afektif, ditujukan membantu keluarga dalam
berespon emosional, sehingga terdapat perubahan sikap
keluarga terhadap masalah yang dihadapi.
c) Domain psikomotor, ditujukan untuk membantu anggota
keluarga dalam perubahan perilaku yang merugikan ke
perilaku yang menguntungkan.
7) Hambatan-hambatan intervensi
Hambatan yang seringkali dihadapi perawat keluarga saat
melakukan intervensi keperawatan keluarga adalah kurangnya
informasi yang diperoleh keluarga; tidak menyeluruhnya
informasi yang diterima oleh keluarga; informasi yang diperoleh
keluarga tidak dikaitkan dengan masalah yang dihadapi; keluarga
30
tidak mau menghadapi situasi; keluarga berusaha
mempertahankan pola kebiasaan yang sudah ada; kegagalan
mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga; dan kurang
percaya pada tindakan yang diusulkan.
d. Implementasi
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah
disusun sebelumnya. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-
hal di bawah ini:
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
hal-hal masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara
memberikan informasi tentang masalah kesehatan,
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan-harapan tentang
kesehatan keluarga, mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah keluarga.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan
yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi atau tidak
melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang
dimiliki keluarga, mendiskusikan tentang konsekuensi pada
setiap tindakan keperawatan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota
keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara
perawatan pada keluarga yang sakit dengan masalah yang
dirasakan menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah,
mengawasi keluarga pada saat demonstrasi.
4) Membantu keluarga untuk menemukan bagaimana cara
membuat lingkungan menjadi sehat dengan cara menentukan
sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga, melakukan
perubahan lingkungan seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada di lingkungan keluarga dengan cara membantu keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
31
Hambatan-hambatan dalam implementasi yang bersumber dari
perawat yaitu kecendrungan perawat untuk menggandakan satu
pola pendekatan yang tetap (kaku, kurang luwes). Kurang
memberikan satu pola penghargaan, perhatian terhadap sosial
budaya, sumber perawat tidak cukup dalam keahliannya
mengambil tindakan serta menggunakan macam-macam tehnik,
mengingat rumitnya masalah yang berhubungan dengan tingkah
laku dalam hidup keluarga. seperti menanggulangi kesulitan
antara suami dan istri.
e. Evaluasi
Tahapan kelima atau tahapan terakhir dari proses perawatan
keluarga, evaluasi adalah tahapan yang menentukan, apakah tujuan
dapat tercapai sesuai dengan yang ditetapkan dalam perencanaannya.
Jika setelah dilakukan evaluasi dan tujuan sepertinva tidak tercapai
maka ada beberapa kemungkinan yang perlu ditinjau kembali, seperti
halnya mungkin tujuan tidak terealisasi, mungkin tindakan
keperawatan tidak tepat, atau mungkin ada faktor-faktor lingkungan
yang tidak bisa dibatasi.
32
pada perawat dengan uraian sebagai berikut:
1) Subyektif
Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang
perubahan yang dirasakan setelah diberikan tindakan
keperawatan.
2) Objektif
Data-data yang bisa diamati, bisa berupa kemajuan atau
kemunduran dan status kesehatan seseorang.
3) Analisa
Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah
keperawatan dapat tertanggulangi.
4) Perencanaan
Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan
rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak
sebuah rencana. sehingga diperlukan inovasi dari modifikasi
bagi perawat keluarga.
33
BAB 3
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data dasar keluarga
Nama kepala keluarga (KK) yaitu Bapak S berusia 71 tahun dengan
pendidikan terakhir STM, pekerjaan tidak bekerja, bertempat tinggal di
RT. 03 RW 004 No. 11 D Kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur . Nama
istri yaitu Ibu R berusia 63 tahun dengan pendidikan terakhir SMP, bekerja
sebagai ibu rumah tangga, Bapak S (sebagai anak) berusia 22 tahun,
pendidikan tidak sekolah karena cacat dan sekarang tidak bekerja, Ny. A
(sebagai anak) 20 tahun dan pendidikan terakhir SMA, sudah menikah.
Genogram:
Ket :
: Laki-laki
: perempuan
: pasien (46 tahun)
: Meninggal
: tinggal serumah
Bapak S telah menikah dengan Ibu R dan mempunyai dua orang anak
yaitu Bapak S dan Ny. A. Ibu R saat ini menderita Diabetes Miletus sudah
2 tahun.
Keluarga Bapak S adalah keluarga inti terdiri ayah, ibu dan 2 orang anak.
Bapak S berasal dari betawi sedangkan Ibu R berasal dari betawi. Bahasa
34
yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa Indonesia. Tidak ada kebiasaan
diet dan berpakaian tradisional dalam keluarga.
Keluarga Bapak S menganut agama Islam dan tidak ada anggota keluarga
yang menganut agama lain, keluarga Bapak S selalu menjalankan
kewajiban shalat 5 waktu. Agama dianggap sebagai dasar keyakinan dan
nilai yang mempengaruhi kehidupan keluarga untuk menjalankan agama
dan menjauhi ajaran yang bertentangan dengan agama dan tidak ada nilai
agama yang bertentangan dengan kesehatan.
35
Riwayat keluarga sebelumnya, tidak ada yang menderita penyakit keturunn
seperti DM dan hipertensi.
2. Lingkungan
Jenis rumah keluarga Ibu R adalah permanen. Luas bangunan yaitu 15 X
10 M2. Status rumah keluarga Ibu R yaitu rumah kontrakan. Atap rumah
terbuat dari asbes dengan ventilasi cukup dengan luas lebih dari 10 % dari
luas lantai terdiri dari pintu dan jendela. Terdapat cahaya yang bisa masuk
ke dalam rumah pada siang hari. Penerangan yang digunakan listrik.
Lantai rumah keluarga Ibu R yaitu keramik. Kondisi rumah keluarga Ibu R
terlihat bersih dan rapih.
Denah rumah:
10 M F
A B C D E
15 M
Keterangan:
A: Teras
B: Ruang tamu dan ruang keluarga
C: Kamar tidur
D: Tempat perabotan
E: Kamar mandi
F: Dapur
Rumah keluarga Ibu R adalah rumah milik sendiri yang terdiri dari 5
ruangan, keluarga Ibu R memiliki tempat pembuangan sampah. Sumber
air yang digunakan keluarga adalah PAM. Karakteristik air minum tidak
bau, tidak berwarna dan tidak berasa. Keluarga mempunyai WC keluarga,
jenis jamban yang digunakan keluarga adalah leher angsa dan keluarga
mempunyai tempat penampungan tinja, keluarga mempunyai saluran
pembuangan air limbah kondisinya mengalir terbuka, pembuangan ke
got/selokan.
36
Perkumpulan sosial yang ada di lingkungan masyarakat setempat cukup
banyak, contohnya pengajian, arisan, karang taruna dan Posyandu balita
dan lansia. Sedangkan fasilitas kesehatan yang ada yaitu Puskesmas
Kelurahan Munjul. Ibu R mengatakan menggunakan pelayanan fasilitas
kesehatan tersebut. Fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga dengan
menggunakan kendaraan umum yaitu mobil angkutan atau motor.
3. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Ibu R mengatakan bila ada masalah sulit untuk dibicarakan dengan
suaminya, karena menurut Ibu R masalah yang dihadapinya bisa
diselesaikan sendiri, masalah tersebut dipendam sendiri oleh Ibu R dan
menjadi pikiran. Ibu R mengatakan komunikasi dengan anak-anaknya
terbuka dan baik, begitu juga komunikasi antara Ibu R dengan anak-
anaknya. Keluarga tidak pernah menggunakan emosi dalam
penyampaian pesan.
37
Anggota keluarga dalam mengendalikan dan mempengaruhi anggota
keluarga yang lain dengan afektif power, yaitu keluarga Ibu R saling
menghargai, menghormati, membantu dan menyayangi serta mengasihi
satu sama lain. Pengambil keputusan dilakukan oleh Bapak S dalam
mengambil keputusan dilakukan dengan musyawarah.
c. Struktur Peran
1) Peran Formal:
Bapak S sebagai kepala keluarga, maka ia akan melindungi,
memberikan rasa nyaman pada anggota keluarga dan mencari
nafkah. Ibu R sebagai ibu rumah tangga dan sebagai istri dan
suami, tidak ada konflik dalam menjalankan peran masing-masing,
Anak-anak Ibu R sebagai anak membantu orang tua dan mencoba
untuk membantu mencari nafkah dengan bekerja.
2) Peran informal
Tidak ada peran informal. Peran yang dilaksanakan oleh setiap
anggota keluarga sudah sesuai dengan posisi dalam keluarga.Tidak
ada konflik dalam menjalankan perannya masing-masing. Tidak
ada peran keluarga yang tidak jelas dilaksanakan. Keluarga senang
dengan tugas dan peran yang dilaksanakan.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga Ibu R saling menyayangi, memperhatikan
dan mendukung satu sama lain. Sikap saling menghormati antar
anggota keluarga masih tetap diajarkan oleh keluarga. Ibu R juga
menghargai Bapak S yang sudah membantu tugasnya dalam
mengurus anak-anak dan pekerjaan rumah.
b. Fungsi Sosialisasi
Ibu R mengatakan hubungan didalam keluarga baik-baik saja. Di
dalam keluarga diajarkan tentang kedisiplinan, norma, budaya, dan
perilaku seperti bangun pagi.
38
c. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak dalam keluarga Ibu R yaitu 2 orang. Dalam
merencanakan anak, keluarga mengatakan tidak ingin punya anak
lagi. Metode kontrasepsi yang digunakan oleh Ibu R adalah KB spiral.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan pangan dan sandang di dalam
keluarga
6. Pemeriksaan fisik.
Ibu R, tanda-tanda vital, tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernapasan 18 x/menit. Suhu badan 36,5 oC, CRT < 3 detik, tinggi badan
155 cm, berat badan 70 kg, kulit kepala bersih dan tidak ada kelainan,
mata tidak mengalami kelainan, konjungtiva ananemis, tidak memakai
kacamata, tidak ada sumbatan pada hidung, keadaan mulut bersih dan
tidak ada sariawan, tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak
terdapat nyeri dada, bunyi jantung I & II, abdomen lembek dan tidak ada
ascites, edema pada extremitas atas dan bawah, tidak ada kelainan pada
kulit. GDS ( 436 mg/dl). Kesimpulan: Diabetes Miletus
39
ada ascites, tidak ada kelainan dan edema pada extremitas atas dan bawah,
tidak ada kelainan pada kulit. Kesimpulan: Sehat.
7. Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar perawat dapat membantu mengatasi masalah
kesehatan yang ada pada keluarganya.
40
Diabetes Miletus tetapi belum ada yang memberi tau sampai saat
ini juga, dan pengobatan tradisional apa yang bisa diminum selain
onat dokter.
4) Memelihara lingkungan
Menurut Ny. T, Lingkungan yang baik dan aman untuknya yaitu
tempat yang tidak ada barang berserakan, karena Ibu R takut jika
kakinya akan luka dan tidak sembuh, sehingga akan menimbulkan
luka ganggren. Ibu R mengatakan manfaat dari Hygiene sanitasi
adalah untuk kesehatan individu.
5) Memanfaatkan fasilitas
Ibu R mengatakan rajin berobat ke Rumah Sakit. Keuntungan dari
pelayanan kesehatan adalah dapat obat dan nasehat tentang
makanan yang harus dihindari.
9. Analisa Data
41
Pernapasan 18 x/menit
- GDS : 482 mg/dl
- Kaki tampak oedema
- Ibu R meminum obat rutin
glimepirid
Defisit
Faktor – faktor
2. DS: pencetus (umur, jenis Pengetahuan
- Ibu R mengatakan belum kelamin, obesitas, tentang
gaya hidup,
tahu lebih dalam mengenai Manajemen
emmosional)
penyakit Diabetes Miletus. penyakit kronis
- Ny. T mengatakan menderita
(D.0111) pada
Diabetes Miletus sudah 2 Perubahan status Keluarga Bapak S
tahun. kesehatan
Khususnya Ibu R
- Ibu R mengatakan tidak tahu
dengan Diabetes
cara menjaga lingkungan
Paparan informasi Mellitus
yang baik untuk penderita tentang hipertensi
Diabetes Miletus. kurang
- Ibu R mengatakan tidak
tahhu apa itu senam kaki
Defisit pengetahuan
untuk penderita Diabetes
tentang manajemen
Miletus dan mau diajarkan. penyakit kronis
- Ibu R mengatakan tidak
mengetahui obat tradisonal
apa yang bisa diminum
selain obat dokter
DO:
- Keluarga tampak sering
bertanya tentang penyakit
diabetes miletus.
- Ibu R antusias jika perawat
mengajarkan senam kaki
diabetes miletus
- Ibu R mengatakan ingin tau
tentang obat tradisional yang
42
bisa ia minum selain obat
dokter
B. Diagnosa Keperawatan
43
cukup. Ada perawat yang
akan memberikan
penyuluhan. Terdapat
Puskesmas di dekat
tempat tinggal keluarga
tetapi tidak dilakukan.
Ibu R rajin kontrol ke
Rumah Sakit untuk
penyakit diabetesnya
44
membutuhkan
perubahan (0)
Jumlah 3 2/3
45
cukup, seperti keluarga
mampu menyebutkan
pengertian Diabetes
Miletus, penyebab
Diabetes Miletus, tanda
gejala Diabetes Miletus,
serta akibat lanjut dari
Diabetes Miletus.
Sumber daya keluarga
terkait ekonomi cukup.
Ada perawat yang akan
memberikan
penyuluhan. Terdapat
Puskesmas di dekat
tempat tinggal keluarga.
Ibu R sering kotrol ke
rumah sakit.
46
4 Menonjolnya 1 2/2 X 1 = 1 Keluarga mengatakan
masalah: masalah yang dirasakan
Membutuhkan berat dan perlu segera
perhatian dan ditangani.
segera diatasi (2)
Tidak membutuhkan
perhatian dan tidak
segera diatasi (1)
Tidak dirasakan
sebagai masalah atau
kondisi yang
membutuhkan
perubahan (0)
Jumlah 4
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M.M, et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Edisi kelima.
47
(Achir Yani S. Hamid penerjemah). Jakarta: EGC.
Mubarak, W.I, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas II. Jakarta: Sagung
Seto.
PERKENI. (2011). Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di indonesia
2011. Semarang: PB PERKENI.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Smeltzer, S.C. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta: EGC.
Sunarto, H. (2010). 100 Resep Sembuhkan Diabetes Miletus, Obesitas, Asam
Urat. Jakarta: Gramedia.
Suprajitno. (2009). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI
48