Anda di halaman 1dari 35

harus dibatasi dengan hati-hati.

2. Makan setidaknya tiga porsi sayuran setiap


hari, termasuk sayuran berdaun hijau seperti
bayam, selada atau kale.
Buah 1. Makan sampai tiga porsi buah segar setiap hari.
2. Menghindari jenis buah-buahan yang
mengandung kadar glukosa dan sukrosa yang
tinggi. Buah seperti mangga dan stroberi
menyebabkan lonjakan kadar gula darah pada
penderita diabetes.
3. Sebagai alternatif, buah yang kaya gula dengan
buah dengan kandungan serat tinggi sangat
dianjurkan seperti apel, pir, dan raspberry.
Gula 1. Membatasi asupan alkohol Anda untuk
maksimal dua minuman standar per hari.
2. Pemilihan selai kacang lebih baik daripada
selai cokelat pada roti.
3. Memilih air atau kopi tanpa gula atau teh
bukan jus buah, soda, dan gula manis
minuman lainnya.
4. Menghindari konsumsi gula lebih dari 4
sendok makan setiap hari.
1) Aktifitas fisik
Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani secara teratur (3-
4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit terdiri dari
pemanasan ±15 menit dan pendinginan ±15 menit), merupakan
salah 25 satu cara untuk mencegah DM. Kegiatan sehari-hari
seperti menyapu, mengepel, berjalan kaki ke pasar, menggunakan
tangga, berkebun harus tetap dilakukan dan menghindari
aktivitas sedenter misalnya menonton televisi, main game
komputer, dan lainnya. Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki

15
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani
yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai,
jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan kebiasaan
hidup yang kurang gerak atau bermalasmalasan (PERKENI,
2011).
2) Kontrol Kesehatan
Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah agar
diketahui nilai kadar gula darah untuk mencegah terjadinya
diabetes melitus supaya ada penanganan yang cepat dan tepat
saat terdiagnosa diabetes melitus (Sugiarto & Suprihatin, 2012).
Seseorang dapat mencari sumber informasi sebanyak mungkin
untuk mengetahui tanda dan gejala dari diabetes melitus yang
mungkin timbul, sehingga mereka mampu mengubah tingkah
laku sehari-hari supaya terhindar dari penyakit diabetes melitus.

A. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1) Konsep keluarga
a. Definisi
Menurut Friedman (2010), keluarga adalah dua orang atau lebih yang
disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang
mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga.

Menurut Duvall dalam Mubarak (2006), keluarga adalah


sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dari tiap anggota.

Menurut Bergess dalam Mubarak (2006), yang dimaksud keluarga


adalah terdiri dari kelompok orang yang mempunyai ikatan

16
perkawinan, keturunan/ hubungan sedarah atau hasil adopsi; anggota
tinggal bersama dalam satu rumah; anggota berinteraksi dan
berkomunikasi dalam peran sosial; mempunyai kebiasaan/
kebudayaan yang berasal dari masyarakat tetapi mempunyai
keunikan tersendiri.

b. Jenis/ Tipe Teluarga


1) Tipe Keluarga Tradisional, terdiri dari:
a) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami, istri, dan anak (kandung atau angkat).
b) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, paman, dan bibi.
c) Keluarga "Dyad", yaitu suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami-istri tanpa anak.
d) "Single parent", yaitu suatu rumah tangga yang
terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau
angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
e) "Single adult", yaitu rumah tangga yang hanya
terdiri dari seorang dewasa.
f) Keluarga usila, yaitu suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami-istri yang berusia lanjut.

2) Tipe Keluarga Non Tradisional terdiri dari:


a) "Commune family", yaitu lebih satu keluarga tanpa
pertalian darah hidup serumah.
b) Orang tua (ayah-ibu) yang tidak ada ikatan
perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c) ”Homo Seksual” dua individu yang sejenis hidup
bersama dalam satu rumah tangga
c. Struktur Keluarga

17
Menurut Friedman (2010) struktur keluarga terdiri atas:
1) Pola dan Proses Komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi antara lain bersifat terbuka
dan jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga, berpikir positif,
tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Sedangkan
karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi dibedakan
menjadi dua yaitu karakteristik pengirim meliputi yakin dalam
mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan
jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik.
Kemudian karakteristik kedua yaitu karakteristik penerima yang
meliputi siap mendengarkan, memberikan umpan balik,
melakukan validasi..

2) Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang, dimaksud dengan
posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat,
misalnya status sebagai istri/ suami atau anak.

3) Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk
merubah perilaku orang lain ke arah positif. Tipe struktur
kekuatan terdiri dari Legitimate power/ authority, referent power,
reward, coercive power, affective Power.

4) Nilai-Nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu sistem sikap dan kepercayaan secara sadar
atau tidak sadar mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku
dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma
adalah pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan

18
sistem nilai dan keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola
perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan
tujuan untuk menyelesaikan masalah.

d. Peranan
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah:
a) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa nyaman
sebagai kepala keluarga. sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya.

b) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.

c) Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

e. Fungsi Keluarga
Friedman (2010), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yaitu:
1) Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut

19
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan
dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah
saling mengasuh, saling menghargai, ikatan dan identifikasi.

2) Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial


Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan
lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
masyarakat. Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman
belajar yang diberikan dalam keluarga yang ditujukan untuk
mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan
memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang dipikul
suami-ayah dan istri-ibu. Bagian integral sosialisasi dalam
keluarga melibatkan penanaman kendali dan nilai dengan
menanamkan perasaan mana yang benar dan salah pada anak
yang sedang tumbuh.

Status sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi
sosialisasi. Pemberian status pada anak berarti mewariskan
tradisi, nilai, dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak
lagi menunjukkan pola sebagian besar rang dewasa.

3) Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk kelangsungan hidup masyarakat.

4) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan

20
makanan, pakaian, dan tempat berlindung (rumah). Menyediakan
sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan


Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.
Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (2010) adalah


sebagai berikut:
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan
berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan
sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu
mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang
dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang
dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya
perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan
apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.


Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan
keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh
keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di

21
lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.


Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan
benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah
diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah
yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di
institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga
telah memiliki kemampuan melakukann tindakan untuk
pertolongan pertama (Suprajitno, 2009).

d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.


Rumah adalah sebagai tempat berteduh, berlindung dan
bersosialisasi bagi anggota keluarga, sehingga anggota
keluarga waktu lebih banyak berhubungan dengan
lingkungan tempat tinggal. Oleh karenanya kondisi rumah
haruslah dapat menjadikan lambing ketenangan, keindahan
dan ketenteraman, dan yang lebih penting adalah dapat
menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga.

e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.


Keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan
sumber fasilitas keshatan yang ada di sekitar, apabila
mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan
penyakit. Keluarga dapat berkonsultasi atau dapat meminta
bantuan tenaga keperawatan dalam rangka memecahkan
problem yang dialami anggota keluarga, sehingga keluarga
dapat bebas dari segala macam penyakit.

f. Tahap-tahap keluarga dan tugas perkembangan keluarga

22
Tahap-tahap keluarga dan tugas perkembangan keluarga menurut
Suprajitno (2009) adalah sebagai berikut:
1) Tahap I Pasangan Baru (Keluarga Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki
(suami) dan perempuan (istri), membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing. Hal lain yang perlu diputuskan pada tahap ini adalah
kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah
anak yang diharapkan. Tugas perkembangan yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan; membina hubungan dengan
keluarga lain, teman, kelompok sosial; dan mendiskusikan
rencana memiliki anak.

2) Tahap II Keluarga "child bearing" (Kelahiran anak pertama)


Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
pertama berusia 30 bulan. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini, yaitu persiapan menjadi orang tua; adaptasi dengan
perubahan anggota keluarga: peran, interaksi, hubungan seksual
dan kegiatan; dan mempertahankan hubungan yang memuaskan
dengan pasangan.

3) Tahap III Keluarga dengan anak prasekolah


Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun
dan berakhir pada saat anak berusia 5 tahun. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman; membantu anak untuk bersosialisasi;
beradaptasi dengan anak yang baru lahir; sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi; mempertahankan hubungan
yang sehat, baik di dalam maupun diluar keluarga (keluarga lain
dan lingkungan sekitar); pembagian waktu untuk individu,

23
pasangan dan anak (tahap paling repot); pembagian tanggung
jawab anggota keluarga dan kegiatan; serta waktu untuk stimulasi
tumbuh dan kembang anak.

4) Tahap IV keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat
sibuk. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini, yaitu
membantu sosialisasi anak: ada tetangga, sekolah, dan
lingkungan; mempertahankan keintiman pasangan; memenuhi
kebutuhan dan biaya kehidupan yang mungkin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota
keluarga.

5) Tahap V keluarga dengan anak remaja


Tahap ini dimulai pada anak berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi rasa tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri untuk
menjadi lebih dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini, yaitu memberikan kebebasan yang seimbang dengan
tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa
dan meningkat otonominya; mempertahankan hubungan yang
intim dengan keluarga; mempertahankan komunikasi terbuka
antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan
permusuhan; perubahan sistem peran dan peraturan untuk
tumbuh kembang keluarga.

6) Tahap VI keluarga dengan anak dewasa (Pelepasan)

24
Tahap ini dimulai pada saat anak yang pertama meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Tujuan utama pada tahap ini mengorganisasi kembali keluarga
untuk berperan dalam melepas anak untuk hidup sendiri. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini, yaitu memperluas
keluarga inti menjadi keluarga besar; mempertahankan keintiman
pasangan; membantu orang tua, suami/istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua; membantu anak untuk mandiri di
masyarakat; dan penataan kembali peran dan kegiatan rumah
tangga.

7) Tahap VII keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
Pada beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena masalah
lanjut usia, perpisahan dengan anak dan merasa gagal sebagai
orang tua. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini, yaitu
mempertahankan kesehatan; mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak; dan
meningkatkan keakraban pasangan.

8) Tahap VIII keluarga usia lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai salah satu
pasangan pensiun berlanjut salah satu pasangan meninggal
sampai keduanva meninggal. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini, yaitu mempertahankan suasana rumah yang
menyenangkan; adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan,
teman, kekuatan fisik dan pendapatan; mempertahankan
keakraban suami istri dan saling merawat; mempertahankan
hubungan dengan anak dan sosial masyarakat; dan melakukan
"life review'".

25
2. Konsep Proses Keperawatan
Keluarga
a.Pengkajian keluarga
Pengkajian adalah tindakan pemantauan secara langsung pada
manusia untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud
menegaskan situasi penyakit dan masalah kesehatan klien.
Pelaksanaan pengkajian terdiri dari penjajakan yang mempermudah
perawat keluarga saat melakukan pengkajian keluarga.
1) Penjajakan tahap I
Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain, data
umum, riwayat dan tahapan perkembangan, lingkungan, struktur
keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga,
pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.
2) Penjajakan tahap II
Pengkajian yang tergolong ke dalam penjajakan II diantaranya
pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidakmampuan
atau ketidaksanggupan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan
keluarga. Adapun ketidakmampuan keluarga atau
ketidaksanggupan keluarga antara lain:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

b. Diagnosa keperawatan keluarga


Diagnosa keperawatan merupakan kumpulan pernyataan, uraian dari
hasil wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan
menunjukkan status kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi
sampai dengan masalah yang aktual.

26
1) Struktur diagnosa keperawatan keluarga meliputi problem
(masalah), etiologi (penyebab), symptom (tanda dan gejala).
2) Tipe dan komponen diagnosa keperawatan
a) Masalah keperawatan aktual
Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala
yang jelas dan mendukung bahwa masalah benar-benar telah
terjadi.
b) Masalah keperawatan resiko tinggi
Masalah ini sudah ditunjang dengan data-data yang akan
mengarah pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak
segera ditangani.
c) Masalah keperawatan potensial/ sejahtera
Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin
meningkat lebih optimal.

3) Menetapkan etiologi
Menentukan penyebab atau etiologi dalam perumusan diagnosa
keperawatan dengan model single diagnosa diangkat dari 5 tugas
keluarga, antara lain:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga.
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada.
c. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Intervensi merupakan tindakan perawat untuk kepentingan klien atau
keluarga.
1) Prioritas masalah
Prioritas masalah didasari atas 3 komponen, yaitu:
a) Kriteria penilaian
(1) Sifat masalah terdiri atas:

27
(a) Aktual dengan nilai 3
(b) Resiko dengan nilai 2
(c) Potensial dengan nilai 1
(2) Kemungkinan masalah untuk diubah
(a) Mudah dengan nilai 2
(b) Sebagian dengan nilai 1
(c) Tidak dapat dengan nilai 0
(3) Potensial masalah untuk dicegah
(a) Tinggi dengan nilai 3
(b) Cukup dengan nilai 2
(c) Rendah dengan nilai 1
(4) Menonjolnya masalah
(a) Segera diatasi dengan nilai 2
(b) Tidak segera diatasi dengan nilai 1
(c) Tidak dirasakan ada masalah dengan nilai 0
b) Bobot
(1) Sifat masalah dengan bobot 1
(2) Kemungkinan masalah untuk diubah dengan bobot 2
(3) Potensial masalah untuk dicegah dengan bobot 1
(4) Menonjolnya masalah dengan bobot 1
c) Pembenaran
(1) Alasan penentuan sub kriteria
(2) Dampak terhadap kesehatan keluarga
(3) Ditunjang oleh data hasil pengkajian
d) Cara penghitungan
(1) Skor/ angka tertinggi dikalikan dengan bobot
(2) Jumlahkan skor
(3) Skor tertinggi menjadi masalah prioritas
2) Indikasi intervensi
a) Keluarga dengan satu masalah yang mempengaruhi anggota
keluarga lainnya.

28
b) Keluarga dengan anggota keluarga berpenyakit yang
berdampak pada anggota keluarga lainnya.
c) Anggota keluarga yang mendukung permasalahan kesehatan
yang muncul.
d) Salah satu anggota keluarga menunjukkan perbaikan atau
kemunduran dalam status kesehatannya.
e) Anggota keluarga yang didiagnosis penyakit pertama kali.
f) Perkembangan anak atau remaja secara emosional.
g) Keluarga dengan penyakit kronik.
h) Keluarga dengan penyakit mematikan.

3) Klasifikasi intervensi
a) Suplemental, intervensi jenis ini memberikan pelayanan
langsung pada keluarga sebagai sasaran.
b) Fasilitatif, intervensi jenis ini membantu mengatasi hambatan
dari keluarga dalam memperoleh pelayanan medis,
kesejahteraan sosial, transportasi.
c) Developmental, perawat membantu keluarga dalam
kapasitasnya untuk menolong dirinya sendiri atau dengan
kata lain membuat keluarga belajar mandiri dengan kekuatan
dan sumber pendukung yang terdapat pada keluarga.

4) Menetapkan tujuan intervensi


a) Tujuan umum
Tujuan umum merupakan tujuan yang lebih menekankan
pada pencapaian akhir sebuah akhir masalah, dimana
perubahan perilaku dari yang merugikan kesehatan ke arah
perilaku yang menguntungkan kesehatan. Tujuan umum ini
lebih mengarah sebagai sasaran askep keluarga.

b) Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam sebuah rencana perawatan lebih

29
menekankan pada pencapaian hasil dari masing-masing
kegiatan.

5) Menetapkan intervensi
a) Tindakan-tindakan yang disusun harus berorientasi pada
pemecahan masalah.
b) Rencana tindakan yang dibuat akan dapat dilakukan mandiri
oleh keluarga.
c) Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah
kesehatan.
d) Rencana perawatan sederhana dan mudah dilakukan.
e) Rencana perawatan dapat dilakukan secara terus menerus
oleh keluarga.

6) Domain intervensi
Ada tiga domain yang dapat digunakan dalam menyusun
intervensi, antara lain:
a) Domain kognitif, ditujukan untuk memberikan informasi,
gagasan, motivasi dan saran kepada keluarga sebagai target
asuhan keperawatan keluarga.
b) Domain afektif, ditujukan membantu keluarga dalam
berespon emosional, sehingga terdapat perubahan sikap
keluarga terhadap masalah yang dihadapi.
c) Domain psikomotor, ditujukan untuk membantu anggota
keluarga dalam perubahan perilaku yang merugikan ke
perilaku yang menguntungkan.
7) Hambatan-hambatan intervensi
Hambatan yang seringkali dihadapi perawat keluarga saat
melakukan intervensi keperawatan keluarga adalah kurangnya
informasi yang diperoleh keluarga; tidak menyeluruhnya
informasi yang diterima oleh keluarga; informasi yang diperoleh
keluarga tidak dikaitkan dengan masalah yang dihadapi; keluarga

30
tidak mau menghadapi situasi; keluarga berusaha
mempertahankan pola kebiasaan yang sudah ada; kegagalan
mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga; dan kurang
percaya pada tindakan yang diusulkan.

d. Implementasi
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah
disusun sebelumnya. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-
hal di bawah ini:
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
hal-hal masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara
memberikan informasi tentang masalah kesehatan,
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan-harapan tentang
kesehatan keluarga, mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah keluarga.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan
yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi atau tidak
melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang
dimiliki keluarga, mendiskusikan tentang konsekuensi pada
setiap tindakan keperawatan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota
keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara
perawatan pada keluarga yang sakit dengan masalah yang
dirasakan menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah,
mengawasi keluarga pada saat demonstrasi.
4) Membantu keluarga untuk menemukan bagaimana cara
membuat lingkungan menjadi sehat dengan cara menentukan
sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga, melakukan
perubahan lingkungan seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada di lingkungan keluarga dengan cara membantu keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

31
Hambatan-hambatan dalam implementasi yang bersumber dari
perawat yaitu kecendrungan perawat untuk menggandakan satu
pola pendekatan yang tetap (kaku, kurang luwes). Kurang
memberikan satu pola penghargaan, perhatian terhadap sosial
budaya, sumber perawat tidak cukup dalam keahliannya
mengambil tindakan serta menggunakan macam-macam tehnik,
mengingat rumitnya masalah yang berhubungan dengan tingkah
laku dalam hidup keluarga. seperti menanggulangi kesulitan
antara suami dan istri.

Sedangkan hambatan dari keluarga antara lain informasi yang


diperoleh oleh keluarga tidak menyeluruh sehingga keluarga
hanya melihat sebagian dari masalah, keluarga tidak mau
menghadapi situasi, anggota keluarga tidak mau melawan
tekanan dari keluarga atau sosial. Keluarga mau memperhatikan
pola tingkah laku kegagalan dalam mengkaitkan tindakan sasaran
keluarga.

e. Evaluasi
Tahapan kelima atau tahapan terakhir dari proses perawatan
keluarga, evaluasi adalah tahapan yang menentukan, apakah tujuan
dapat tercapai sesuai dengan yang ditetapkan dalam perencanaannya.
Jika setelah dilakukan evaluasi dan tujuan sepertinva tidak tercapai
maka ada beberapa kemungkinan yang perlu ditinjau kembali, seperti
halnya mungkin tujuan tidak terealisasi, mungkin tindakan
keperawatan tidak tepat, atau mungkin ada faktor-faktor lingkungan
yang tidak bisa dibatasi.

Catatan perkembangan keperawatan keluarga merupakan indikator


keberhasilan tindakan yang diberikan pada keluarga oleh perawat
keluarga, karakteristik evaluasi dengan SOAP memberikan tuntutan

32
pada perawat dengan uraian sebagai berikut:
1) Subyektif
Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang
perubahan yang dirasakan setelah diberikan tindakan
keperawatan.
2) Objektif
Data-data yang bisa diamati, bisa berupa kemajuan atau
kemunduran dan status kesehatan seseorang.
3) Analisa
Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah
keperawatan dapat tertanggulangi.
4) Perencanaan
Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan
rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak
sebuah rencana. sehingga diperlukan inovasi dari modifikasi
bagi perawat keluarga.

33
BAB 3
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Data dasar keluarga
Nama kepala keluarga (KK) yaitu Bapak S berusia 71 tahun dengan
pendidikan terakhir STM, pekerjaan tidak bekerja, bertempat tinggal di
RT. 03 RW 004 No. 11 D Kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur . Nama
istri yaitu Ibu R berusia 63 tahun dengan pendidikan terakhir SMP, bekerja
sebagai ibu rumah tangga, Bapak S (sebagai anak) berusia 22 tahun,
pendidikan tidak sekolah karena cacat dan sekarang tidak bekerja, Ny. A
(sebagai anak) 20 tahun dan pendidikan terakhir SMA, sudah menikah.
Genogram:

Ket :
: Laki-laki
: perempuan
: pasien (46 tahun)

: Meninggal
: tinggal serumah

Bapak S telah menikah dengan Ibu R dan mempunyai dua orang anak
yaitu Bapak S dan Ny. A. Ibu R saat ini menderita Diabetes Miletus sudah
2 tahun.

Keluarga Bapak S adalah keluarga inti terdiri ayah, ibu dan 2 orang anak.
Bapak S berasal dari betawi sedangkan Ibu R berasal dari betawi. Bahasa

34
yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa Indonesia. Tidak ada kebiasaan
diet dan berpakaian tradisional dalam keluarga.

Keluarga Bapak S menganut agama Islam dan tidak ada anggota keluarga
yang menganut agama lain, keluarga Bapak S selalu menjalankan
kewajiban shalat 5 waktu. Agama dianggap sebagai dasar keyakinan dan
nilai yang mempengaruhi kehidupan keluarga untuk menjalankan agama
dan menjauhi ajaran yang bertentangan dengan agama dan tidak ada nilai
agama yang bertentangan dengan kesehatan.

Ibu R mengatakan bahwa suaminya Bapak S tidak bekerja dan total


pendapatan keluarga perbulan yaitu Rp. ± Rp. 1.000.000,- s/d 3.000.000,-,
keluarga Bapak S mempunyai rumah kontrakan, penghasilan berasal dari
sana. Ibu R mengatakan penghasilan keluarga untuk biaya sehari-hari
cukup. Keluarga mempunyai tabungan yang disimpan di rumah dan di
Bank, tidak ada anggota keluarga lain yang membantu keuangan keluarga.
Pengelola keuangan dalam keluarga yaitu Ibu R.

Kegiatan rekreasi dalam keluarga tidak tentu tergantung keuangan, apakah


memungkinkan untuk rekreasi atau tidak. Waktu senggang dimanfaatkan
keluarga dengan menonton TV bersama-sama dan istirahat. Tahap
perkembangan keluarga saat ini yaitu keluarga dengan anak remaja. Tugas
perkembangan keluarga saat ini yaitu memberi kebebasan yang seimbang
dengan tanggung jawab pada anak pertama, mempertahankan hubungan
intim dengan keluarga dan mempertahankan komunikasi terbuka antara
anak dan orang tua. Tugas perkembangan yang belum terpenuhi adalah
mempertahankan komunikasi terbuka, di mana Ibu R selalu berusaha
meredam keinginannya dengan diam. Menurut Ibu R walaupun
dibicarakan dengan suami, tetap permasalahan yang dihadapinya akan
diserahkan kembali padanya.

Riwayat keluarga, Ibu R mempunyai penyakit Diabetes Miletus sudah 2


tahun. Tidak ada penyakit yang berhubungan dengan kejiwaan. Anak
pertama Ibu R menderita cacat fisik karena terlahir premature. Anak yang
kedua sudah menikah.

35
Riwayat keluarga sebelumnya, tidak ada yang menderita penyakit keturunn
seperti DM dan hipertensi.

2. Lingkungan
Jenis rumah keluarga Ibu R adalah permanen. Luas bangunan yaitu 15 X
10 M2. Status rumah keluarga Ibu R yaitu rumah kontrakan. Atap rumah
terbuat dari asbes dengan ventilasi cukup dengan luas lebih dari 10 % dari
luas lantai terdiri dari pintu dan jendela. Terdapat cahaya yang bisa masuk
ke dalam rumah pada siang hari. Penerangan yang digunakan listrik.
Lantai rumah keluarga Ibu R yaitu keramik. Kondisi rumah keluarga Ibu R
terlihat bersih dan rapih.
Denah rumah:

10 M F

A B C D E

15 M

Keterangan:
A: Teras
B: Ruang tamu dan ruang keluarga
C: Kamar tidur
D: Tempat perabotan
E: Kamar mandi
F: Dapur

Rumah keluarga Ibu R adalah rumah milik sendiri yang terdiri dari 5
ruangan, keluarga Ibu R memiliki tempat pembuangan sampah. Sumber
air yang digunakan keluarga adalah PAM. Karakteristik air minum tidak
bau, tidak berwarna dan tidak berasa. Keluarga mempunyai WC keluarga,
jenis jamban yang digunakan keluarga adalah leher angsa dan keluarga
mempunyai tempat penampungan tinja, keluarga mempunyai saluran
pembuangan air limbah kondisinya mengalir terbuka, pembuangan ke
got/selokan.

36
Perkumpulan sosial yang ada di lingkungan masyarakat setempat cukup
banyak, contohnya pengajian, arisan, karang taruna dan Posyandu balita
dan lansia. Sedangkan fasilitas kesehatan yang ada yaitu Puskesmas
Kelurahan Munjul. Ibu R mengatakan menggunakan pelayanan fasilitas
kesehatan tersebut. Fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga dengan
menggunakan kendaraan umum yaitu mobil angkutan atau motor.

Keluarga Ibu R tinggal di rumah yang berdekatan dengan rumah tetangga.


Kondisi rumah terlihat bersih. Kebanyakan warga di sini adalah pendatang,
kelas sosial rata-rata menengah ke bawah dan ikatan sosialnya cukup baik,
tampak sering bertegur sapa. Fasilitas yang ada di komunitas yaitu
mushola, pengajian, dan Puskesmas. Dalam beberapa tahun ini tidak ada
kasus kejahatan yang terjadi di daerah tempat tinggal keluarga Ibu R.

Keluarga mengetahui perkumpulan yang ada di komunitas, seperti arisan


dan pengajian. Dan keluarga mengikuti arisan dan pengajian, keluarga
merasakan manfaat perkumpulan tersebut karena mempererat tali
silaturahmi antar tetangga.

Keluarga mempunyai sistem pendukung keluarga yaitu dari tetangga dan


saudara. Contohnya bila ada yang sakit, tetangga selalu menjenguknya. Ibu
R mengatakan tidak memiliki tabungan uang yang dapat digunakan
sewaktu-waktu.

3. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Ibu R mengatakan bila ada masalah sulit untuk dibicarakan dengan
suaminya, karena menurut Ibu R masalah yang dihadapinya bisa
diselesaikan sendiri, masalah tersebut dipendam sendiri oleh Ibu R dan
menjadi pikiran. Ibu R mengatakan komunikasi dengan anak-anaknya
terbuka dan baik, begitu juga komunikasi antara Ibu R dengan anak-
anaknya. Keluarga tidak pernah menggunakan emosi dalam
penyampaian pesan.

b. Struktur Kekuatan Keluarga

37
Anggota keluarga dalam mengendalikan dan mempengaruhi anggota
keluarga yang lain dengan afektif power, yaitu keluarga Ibu R saling
menghargai, menghormati, membantu dan menyayangi serta mengasihi
satu sama lain. Pengambil keputusan dilakukan oleh Bapak S dalam
mengambil keputusan dilakukan dengan musyawarah.

c. Struktur Peran
1) Peran Formal:
Bapak S sebagai kepala keluarga, maka ia akan melindungi,
memberikan rasa nyaman pada anggota keluarga dan mencari
nafkah. Ibu R sebagai ibu rumah tangga dan sebagai istri dan
suami, tidak ada konflik dalam menjalankan peran masing-masing,
Anak-anak Ibu R sebagai anak membantu orang tua dan mencoba
untuk membantu mencari nafkah dengan bekerja.

2) Peran informal
Tidak ada peran informal. Peran yang dilaksanakan oleh setiap
anggota keluarga sudah sesuai dengan posisi dalam keluarga.Tidak
ada konflik dalam menjalankan perannya masing-masing. Tidak
ada peran keluarga yang tidak jelas dilaksanakan. Keluarga senang
dengan tugas dan peran yang dilaksanakan.

b. Nilai dan norma budaya


Nilai dan norma yang berlaku di keluarga menyesuaikan dengan nilai
agama yang dianut dan norma yang berlaku di lingkungannya. Tidak
ada nilai yang bertentangan dengan kesehatan.

4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga Ibu R saling menyayangi, memperhatikan
dan mendukung satu sama lain. Sikap saling menghormati antar
anggota keluarga masih tetap diajarkan oleh keluarga. Ibu R juga
menghargai Bapak S yang sudah membantu tugasnya dalam
mengurus anak-anak dan pekerjaan rumah.
b. Fungsi Sosialisasi
Ibu R mengatakan hubungan didalam keluarga baik-baik saja. Di
dalam keluarga diajarkan tentang kedisiplinan, norma, budaya, dan
perilaku seperti bangun pagi.

38
c. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak dalam keluarga Ibu R yaitu 2 orang. Dalam
merencanakan anak, keluarga mengatakan tidak ingin punya anak
lagi. Metode kontrasepsi yang digunakan oleh Ibu R adalah KB spiral.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan pangan dan sandang di dalam
keluarga

5. Stress dan Koping Keluarga


Stress jangka pendek yaitu Ibu R memikirkan penyakitnya. Stressor jangka
panjang. Tidak ada stressor jangka panjang. Kemampuan keluarga
berespon terhadap masalah Ibu R mengatakan setiap ada masalah selalu
dipikirkan sendiri dan berusaha mencari jalan keluarnya. Strategi koping
yang digunakan keluarga yaitu destruktif karena Ibu R mengatakan setiap
ada masalah selalu dipikirkan sendiri. Strategi adaptasi fungsional yaitu
Ibu R suka berdiskusi.

6. Pemeriksaan fisik.
Ibu R, tanda-tanda vital, tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernapasan 18 x/menit. Suhu badan 36,5 oC, CRT < 3 detik, tinggi badan
155 cm, berat badan 70 kg, kulit kepala bersih dan tidak ada kelainan,
mata tidak mengalami kelainan, konjungtiva ananemis, tidak memakai
kacamata, tidak ada sumbatan pada hidung, keadaan mulut bersih dan
tidak ada sariawan, tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak
terdapat nyeri dada, bunyi jantung I & II, abdomen lembek dan tidak ada
ascites, edema pada extremitas atas dan bawah, tidak ada kelainan pada
kulit. GDS ( 436 mg/dl). Kesimpulan: Diabetes Miletus

Bapak S, tanda-tanda vital, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 74 x/menit,


pernapasan 20 x/menit. Suhu badan 36,5 o C , CRT < 3 detik, tinggi badan
160 cm, berat badan 75 kg, kulit kepala bersih, mata tidak mengalami
kelainan, konjungtiva ananemis, tidak memakai kacamata, tidak ada
sumbatan pada hidung, keadaan mulut bersih dan tidak ada sariawan,
tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, mengeluh jantungnya suka
berdebar-debar , bunyi jantung I & II, abdomen supel/ lembek dan tidak

39
ada ascites, tidak ada kelainan dan edema pada extremitas atas dan bawah,
tidak ada kelainan pada kulit. Kesimpulan: Sehat.

Bapak S, tanda-tanda vital, tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 80 x/menit,


pernapasan 20 x/menit. Suhu badan 36,8 o C, CRT < 3 detik, tinggi badan
158 cm, berat badan 58 kg, kulit kepala bersih dan tidak ada kelainan,
mata tidak mengalami kelainan, konjungtiva ananemis, tidak memakai
kacamata, tidak ada sumbatan pada hidung, keadaan mulut bersih dan
tidak ada sariawan, tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak
terdapat nyeri dada, bunyi jantung I & II, abdomen supel/ lembek dan
tidak ada ascites, tidak ada kelainan dan edema pada extremitas atas dan
bawah, tidak ada kelainan pada kulit. Tidak bisa bicara dan ekstremitas
tidak berfungsi. Kesimpulan: Gangguan motorik.

7. Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar perawat dapat membantu mengatasi masalah
kesehatan yang ada pada keluarganya.

8. Fungsi Perawatan Kesehatan (Penjajakan Tahap II)


a. Diabetes Miletus
1) Mengenal masalah kesehatan
Menurut Ibu R, Diabetes Miletus itu kadar gula darah tinggi.
Penyebabnya karena banyak pikiran, sering makan manis. Tanda
gejalanya adalah lemas, mudah haus. Tetapi tidak tau lebih
lengkapnya yang pasti.
2) Mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang
sakit
Menurut Ibu R, Diabetes Miletus jika tidak ditangani dapat
mengakibatkan sakit ginjal, sehingga perlu diobati.
3) Merawat anggota keluarga
Ibu R mengatakan jika badannya lemas, biasanya Ibu R istirahat
yaitu dengan tidur sejenak. Ibu R mengatakan punya obat Diabetes
Miletus. Obat tradisional yang pernah dilakukan belum ada, karena
tidak tau. Ibu R juga ingin tau cara senam kaki untuk penderita

40
Diabetes Miletus tetapi belum ada yang memberi tau sampai saat
ini juga, dan pengobatan tradisional apa yang bisa diminum selain
onat dokter.
4) Memelihara lingkungan
Menurut Ny. T, Lingkungan yang baik dan aman untuknya yaitu
tempat yang tidak ada barang berserakan, karena Ibu R takut jika
kakinya akan luka dan tidak sembuh, sehingga akan menimbulkan
luka ganggren. Ibu R mengatakan manfaat dari Hygiene sanitasi
adalah untuk kesehatan individu.
5) Memanfaatkan fasilitas
Ibu R mengatakan rajin berobat ke Rumah Sakit. Keuntungan dari
pelayanan kesehatan adalah dapat obat dan nasehat tentang
makanan yang harus dihindari.

9. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI DIAGNOSA


1. DS: Ketidakstabila
- Ibu R mengatakan Idiopatik, usia, n kadar glukosa
genetik, dll
penyakitnya bahwa tidak darah (D.0027)
ditangani bisa pada keluarga
menyebabkan sakit ginjal Jumlah sel pankreas Bapak S
menurun
- Ibu R mengatakan khususnya Ibu R
penyakitnya harus segera dengan diabetes
ditangani Defisiensi insulin melitus
- Ibu R mengatakan kakinya
bengkak efek dari penyakit Ketidakstabilan kadar
diabetes nya. glukosa darah
DO:
- Tanda-tanda vital :
Tekanan darah 150/80
mmHg
Nadi 80 x/menit

41
Pernapasan 18 x/menit
- GDS : 482 mg/dl
- Kaki tampak oedema
- Ibu R meminum obat rutin
glimepirid
Defisit
Faktor – faktor
2. DS: pencetus (umur, jenis Pengetahuan
- Ibu R mengatakan belum kelamin, obesitas, tentang
gaya hidup,
tahu lebih dalam mengenai Manajemen
emmosional)
penyakit Diabetes Miletus. penyakit kronis
- Ny. T mengatakan menderita
(D.0111) pada
Diabetes Miletus sudah 2 Perubahan status Keluarga Bapak S
tahun. kesehatan
Khususnya Ibu R
- Ibu R mengatakan tidak tahu
dengan Diabetes
cara menjaga lingkungan
Paparan informasi Mellitus
yang baik untuk penderita tentang hipertensi
Diabetes Miletus. kurang
- Ibu R mengatakan tidak
tahhu apa itu senam kaki
Defisit pengetahuan
untuk penderita Diabetes
tentang manajemen
Miletus dan mau diajarkan. penyakit kronis
- Ibu R mengatakan tidak
mengetahui obat tradisonal
apa yang bisa diminum
selain obat dokter

DO:
- Keluarga tampak sering
bertanya tentang penyakit
diabetes miletus.
- Ibu R antusias jika perawat
mengajarkan senam kaki
diabetes miletus
- Ibu R mengatakan ingin tau
tentang obat tradisional yang

42
bisa ia minum selain obat
dokter

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027) pada keluarga


Bapak S khususnya Ibu R dengan diabetes melitus

No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


1 Sifat masalah: 1 3/3 X 1 = 1 Sifat masalah aktual
Defisit Kesehatan (3) dibuktikan dengan kadar
Ancaman Kesehatan gula darah sewaktu yang
(2) tinggi, yaitu 482 mg/dl.
Krisis yang Dialami Saat dilakukan
(1) pengkajian TD 150/80
mmHg, Nadi 80x/menit,
Pernafasan 18x/menit.

2 Kemungkinan untuk 2 1/2 X 2 = 1 Kemungkinan untuk


diubah: diubah pada Ibu R
Mudah (2) mudah ditandai dengan
Sebagian (1) pengetahuan keluarga
Tidak Dapat (0) tentang Diabetes Miletus
cukup, seperti keluarga
mampu menyebutkan
pengertian Diabetes
Miletus, penyebab
Diabetes Miletus, tanda
gejala Diabetes Miletus,
serta akibat lanjut dari
Diabetes Miletus.
Sumber daya keluarga
terkait ekonomi masih

43
cukup. Ada perawat yang
akan memberikan
penyuluhan. Terdapat
Puskesmas di dekat
tempat tinggal keluarga
tetapi tidak dilakukan.
Ibu R rajin kontrol ke
Rumah Sakit untuk
penyakit diabetesnya

3 Potensi untuk dicegah: 1 2/3 X 1 = 2/3 Ibu R menderita


Tinggi (3) Diabetes Miletus sudah 5
Cukup (2) tahun lamanya. Diabetes
Rendah (1) Miletusnya termasuk
Diabetes Miletus sedang.
Obat tradisional belum
pernah dicoba karena Ibu
R hanya meminum obat
ketika berobat ke Rumah
Sakit saja yaitu
Glimepirid.

4 Menonjolnya masalah: 1 2/2 X 1 = 1 Keluarga mengatakan


Membutuhkan masalah yang dirasakan
perhatian dan segera berat dan perlu segera
diatasi (2) ditangani.
Tidak membutuhkan
perhatian dan tidak
segera diatasi (1)
Tidak dirasakan
sebagai masalah atau
kondisi yang

44
membutuhkan
perubahan (0)

Jumlah 3 2/3

2. Defisit Pengetahuan tentang Manajemen penyakit kronis (D.0111) pada


Keluarga Bapak S Khususnya Ibu R dengan Diabetes Mellitus
No Kriteria Bobot Perhitumgam Pembenaran
1 Sifat masalah: 1 3/3 X 1 = 1 Sifat masalah aktual,
Defisit Kesehatan dibuktikan dengan Ibu
(3) R, tanda-tanda vital,
Ancaman Kesehatan tekanan darah 150/80
(2) mmHg, nadi 80 x/menit,
Krisis yang Dialami pernapasan 18 x/menit.
o
(1) Suhu badan 36,5 C,
CRT < 3 detik,
konjungtiva ananemis.
Ny N mengatakan tidak
tau lebih detail tentang
diabetes melitus.

2 Kemungkinan untuk 2 ½X2=1 Kemungkinan untuk


diubah: diubah pada Ibu R
Mudah (2) mudah ditandai dengan
Sebagian (1) pengetahuan keluarga
Tidak Dapat (0) tentang Diabetes Miletus

45
cukup, seperti keluarga
mampu menyebutkan
pengertian Diabetes
Miletus, penyebab
Diabetes Miletus, tanda
gejala Diabetes Miletus,
serta akibat lanjut dari
Diabetes Miletus.
Sumber daya keluarga
terkait ekonomi cukup.
Ada perawat yang akan
memberikan
penyuluhan. Terdapat
Puskesmas di dekat
tempat tinggal keluarga.
Ibu R sering kotrol ke
rumah sakit.

3 Potensi untuk 1 3/3 X 1 = 1 Ibu R mendeita diabetes


dicegah: mileteus sudah 2 tahun
Tinggi (3) yang lalu. Keluarga
Cukup (2) mengatakan jika
Rendah (1) merasakan kadar gula
sedang tinggi ataupun
rendah Ibu R langsung
meminum obat sesuai
dosis yang diberikan
oleh petugas medis. Saat
ini masih sering
konsumsi makanan
manis.

46
4 Menonjolnya 1 2/2 X 1 = 1 Keluarga mengatakan
masalah: masalah yang dirasakan
Membutuhkan berat dan perlu segera
perhatian dan ditangani.
segera diatasi (2)
Tidak membutuhkan
perhatian dan tidak
segera diatasi (1)
Tidak dirasakan
sebagai masalah atau
kondisi yang
membutuhkan
perubahan (0)
Jumlah 4

2. Daftar diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas:


a. Defisit Pengetahuan tentang Manajemen penyakit kronis (D.0111)
pada Keluarga Bapak S Khususnya Ibu R dengan Diabetes Mellitus
b. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027) pada keluarga Bapak S
khususnya Ibu R dengan diabetes melitus

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M.M, et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Edisi kelima.

47
(Achir Yani S. Hamid penerjemah). Jakarta: EGC.

Mubarak, W.I, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas II. Jakarta: Sagung
Seto.
PERKENI. (2011). Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di indonesia
2011. Semarang: PB PERKENI.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Smeltzer, S.C. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta: EGC.
Sunarto, H. (2010). 100 Resep Sembuhkan Diabetes Miletus, Obesitas, Asam
Urat. Jakarta: Gramedia.
Suprajitno. (2009). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI

Widyatuti, dkk. (2009). Perawatan Kesehatan Keluarga. Jakarta: Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia.

48

Anda mungkin juga menyukai