Anda di halaman 1dari 4

LANGKAH AWAL KONKRETKAN PERAN PEMUDA PASCA

REFORMASI DENGAN meng-AKTUALISASIKAN SURPLUS BONUS


DEMOGRAFI LEWAT APOSTERIORI TAHUN 90-an DEMI
MENGGAPAI REVOLUSI 4.0 YANG OPTIMAL

AHMAD FARIZ ROYANDI

SMAN 1 CISARUA
Teknologi kian cemerlang menampakkan wujudnya diranh kehidupan. Ruang
lingkup kehidupan hampir semuanya terjamah oleh teknologi. Canggihnya teknologi
tidak dapat dipungkiri melilit kita didalamnya. Dalam artian, Termasuk kita sebagai
generasi muda. Dan juga, Setelah Reformasi pemuda Indonesia mengalami euphoria
demokrasi. Artinya kebebasan untuk berkreatifitas aktif. Generasi muda mencapai pesta
pora teknologi atau yang lebih dikenal” Revolusi 4.0” Dimana lingkupan kehidupan
yang pragtisme menjadi patokan untuk melangkah kedepan. Masalahnya, pasca
reformasi Pemuda Indonesia diam-diam menggeser pergerakan kearah yang
menyeleweng dari tujuan awal. Jangan sampai pemuda mengalami distorsi dari esensi
yang sebenarnya sebagai barisan paling depan bangsa. Indonesia membutuhkan para
pemudanya untuk mengaktualisasikan diri dipentas industri dunia yang ketat. Oleh
karenanya, Perlu langkah dan strategi yang tepat guna membangun pemuda sesuai bakat
dan minatnya untuk memajuakan Indonesia. Hal ini akan selaras bilamana semua unsur,
aspek dan bagian dari negara ini bekerja sama. Selain itu, Mengerucut pada bonus
demografi , Indonesia berada satu langkah didepan dengan kuantitas pemuda yang
dimilikinya. Pertanyaannya bagaimana langkah awal kita untuk menyokong surplus
demografi ini guna mengaktualisasikan peran Pemuda?
“ PEMUDA ADALAH GENERASI BARU DALAM SEBUAH KOMUNITAS
MASYARAKAT UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN KEARAH YANG LEBIH
BAIK”
TAUFIQ ABDULLAH (1974)

Dalam bahasa Indonesia pemuda adalah mereka yang berusia diatas 15


tahun. Sedangkan penggolongan usia produktif yang digadangkan mengalami
masa bonus demografi ditahun 2030 adalah mereka yang diatas 15 tahun dan
dibawah 64 tahun. Dengan begitu diprediksi penduduk Indonesia yang produktif
mencapai 64% dari jumlah 297 juta jiwa.
Yang pasti, Pemuda yang digadangkan produktifitasnya harus
menempuh era dimana pragmatisme kehidupan begitu jelas. Dalam panorama
Revolusi Industri 4.0 pemuda harus bisa mengaktualisasikan diri guna bertahan
dikancah internasional. Kondisi ini menggambarkan pasang surut meredamnya
entitas pemuda. Jangan sampai gelombang peristiwa yang terjadi di era 90-an
yang aktual mencatat para pemuda menjadi aktor penting dari eksistensi pasang
surut kehidupan bangsa sirna begitu saja. Maka perlu adanya kekonkretan dalam
aksi pemuda kita, Jangan sampai menjadi distorsi untuk kita melangkah
kedepan. Pasca reformasi, Perlu pengembalian ekspresi generasi muda kita
untuk terlepas dari lilitan masalah Revolusi. Ada beberapa langkah awal yang
perlu disempurnakan demi menggapai oase kebangsaan yang optimal di
Revolusi 4.0. Diantaranya:
1. Mempertahankanidealisme
Berkaca pada Reformasi, Pemuda harus mempunyai sikap asketik untuk
bangsa. Sejarah selalu terulang. Tetapi tidak sepersis yang terulang.Yang
menjadi PR adalah mempertahankan Idealisme untuk menggapai tujuan awal.
Pemuda cenderung apatis dan Pragmatis. Oleh karena itu, Perlu adanya
pelurusan kembali wacana sebagai bahan historis pemuda dalam arus perubahan.
Pemuda harus disibukkan dengan soal akademik yang dikanalkan dengan hobi
sehingga ini mampu mengembangkan kreatifitas pemuda.
2.Mengasah diri dari kecil
Selain moral, hal lain yang perlu dibenah untuk mendorong pemuda
adalah kebutuhan intelektualitas. Pelu mediator yang tepat. Disini adalah
sekolah. Skolah harus mampu memberi pengajaran akademik dan moral.
Generasi muda harus melek akademik dengan bangunan karakter yang kuat.
Faktor difisit ekonomi juga turut andil dalam hal ini. Jangan sampai tingginya
biaya pendidikan memaksa mereka menjadi pribadi yang dipaksa memikirkan
diri sendiri. Sekolah, lulus dapat ijazah lalu melebur dalam kegelisahan modern
yang tanpa akhir.
3. pembagian tugas
Pilihan atau keharusan? Keharusan jawabannya. Untuk mencapai
pengoptimalan Revolusi 4.0 perlu pembagian tugas antara pemerintah, Keluarga,
, LSM, Serta lingkungan. Mengarah pada kondisi, revitalisasi kelompok
memang perlu. Saatnya para pemuda tak perlu berpura-pura dalam ikut serta
dalam sebuah kelompok. Jangan biarkam generasi kita gagap tertatih dengan
persaingan yang ketat ini. Rumah yang terletak tidak jauh dari STOVIA terlihat
ramai orang berlumpul. Mereka adalah pemuda yang bertemu dan berkumpul
untuk mendiskusikan permasalahan bangsa. Itulah rumah milik Ernest Francois
Eugene Douwes Dekker. Dari pemaparan diatas, Dapat disimpulkan bahwasanya
pemuda butuh mediator untuk menuangkan pikiran dan melatih jiwa
kepemimpinan mererka. Jangan sampai pemuda menjadi apatis dalam
permasalahan bangsa. Disinilah kemudian LSM menjadi wadah yang dianggap
menarik daripada partai politik. Pemerintah dan rakyat jangan lagi berseteru.
Sesederhana apapun LSM akan memberikan kepastian pendapatan. Ditolak
orang tua tidak lagi bisa diandalkan untuk memberikan sokongan finansial.
Dengan kata lain, LSM memberi orientasi atas persoalan pemuda.
DARAHKU MERAH DAN KUMERAHKAN INDONESIA. Penulis
mengajak generasi muda untukmengembalikkan lagi esensi pemuda sebagai
tulang punggung bangsa seta pelopor masa depan. Hilangkan disparitas,
hilangkan diskriminasi. Kita diversitas tapi tunggal dalam pancasila. Hilangkan
apriori ganti dengan aposteriori. Disorientasikan ideologi. Jangan sampai nilai
Reformasi hanya menjadi jejak epilog yang menjadi historis usang yang
terlupakan. Semoga generasi muda mampu memajukan Indonesia dalam
Revolusi 4.0 yang optimal
Salam pemuda, Salam pancasila, salam dari pasca ferormasi

Anda mungkin juga menyukai