Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KLASIFIKASI AJARAN ISLAM (AKIDAH 1)


Mata kuliah :Pendidikan Agama Islam

Dosen : Yulizar Bila,M.Ed.

Oleh:

Kelompok 5

1. Ajeng Elsa Nadilah


2. Dhea Putri Rizkia
3. Elda Maidarisa
4. Ulfa Aulia

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia Nya,sehinggga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah pendidikan agama,dengan
judul:”klasifikasi ajaran islam (akidah1)”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu kami mengharapkan segala bentuk serta masukanbahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah inidapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian akidah islam .......................................................................................... 1


B. Ruang lingkup akidah islam.................................................................................... 2
C. Bukti-bukti wujud Allah.......................................................................................... 3

BAB III PENUTUP


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


aqidah islam berpangkal pada keyakinan “tauhid” yaitu keyakinan tentang wujud
allah, tuhan yang maha esa, tidak ada yang menyekutuinya, baik dalam zat,sifat-sifat
maupun perbuatannya. Akhlak mulia berawal dari aqidah, jika aqidahnya sudah baik
maka dengan sendirinya akhlak mulia akan terbentuk. Iman yang teguh pasti tidak ada
keraguan dalam hatinya dan tidak mencampuri oleh kebimbangan .beriman kepada allah
pasti akan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Beriman kepada allah
juga harus beriman kepada malaikat, nabi,kitab,hari akhir, qada dan qadar allah.
Aqidah memiliki peran penting dalam mendidik siswa,ruang lingkup aqidah yang
dapat membentuk akhlak mulia akan mengantarkan manusia Indonesia sebagai manusia
yang mumpuni dalam segala aspek kehidupan.
BAB II
ISI

1. PENGERTIAN AKIDAH ISLAM


Secara etimologi (lughatan), aqidah berakar dari kata ‘aqada – ya’qidu – ‘aqdan
yang berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah
berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu
tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung
perjanjian.Secara terminologis (isthilahan), terdapat beberapa definisi (ta’rif) antara
lain:
 Menurut Hasan al-Banna:
“Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh
hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak
bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan”
 Munurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma)
oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan
oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara pasti
dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”
 Menurut hasbi ash-shiddieqy, tiap-tia manusia memiliki akidah, sedikit ataupun
banyak semakin banyak pengalamanyya semakin subur juga ma’rifat
keyakinannya. Semakin bertambah ilmunya, semakin bertambah pula I’tiqadnya.
Akidah merupakan ilham yabg tumbuh dengan sendirinha tanpa disadari, yumbuh
dari sebab-sebab yang terlepas dari kemauan. Sedangkan ilmu dari hasil akal
yang diperoleh dari mempperhatikan sesuatu secara mendalam. Aqidah tumbuh di
dalam hati kemudian penganunya mempergunakan akal untuk membenarkannya.
Ciri-ciri akidah dalam islam adalah sebagai berikut:
a. Akidah didasarkan pada keyakinan hati, tidak menuntut yang serba rasional,
sebab ada masalah tertentu yang tidak rasional dalam akidah
b. Akidah islam sesuai dengan fitrahnya manusia sehingga pelaksanaan akidah
manimbulkan ketentraman dan ketenangan.
c. Akidah islam diasumsikan sebagai perjanjian yang kokoh, maka dalam
pelaksanaannya akidah harus penuh keyakinan tanpa disertai kebimbangan dan
keraguan.
d. Akidah dalam islam tidalk hanya diyakini, lebih lanjut perlu pengucapan dengan
kalimah “thayyibah” dan diamalkan dengan perbuatan.
e. Keyaninan dalam akidah islam merupakan masalah yang supraempiris, maka
dalil yang dipergunakan dalam pencarian kebenaran tidak hanya didasarkan
atas indra dan kemampuan manusia, melainkan membutuhkan wahyu yang
dibawa oleh para rasul allah swt.
Ayat Tentang Aqidah

‫سول‬ َ ‫ث فِي الْ ُأ ِم ِي‬


ُ ‫ين َر‬ َ ‫ه َو ا َّلذِي َب َع‬
ُ ‫م‬
ْ ‫ِيه‬
ِ ‫م آيَاتِهِ َو ُي َزك‬
ْ ‫م يَ ْتلُو َعلَيْ ِه‬
ْ ‫ِم ْن ُه‬

‫م َة َوإِ ْن‬
َ ‫ك‬
ْ ِ‫اب َوالْح‬
َ ‫م ا ْل ِك َت‬
ُ ‫ِم ُه‬
ُ ‫م ِبين ٍَو ُي َعل‬
ُ ‫َال‬
ٍ ‫ضل‬َ ‫ل َلفِي‬
ُ ْ‫ن َقب‬
ْ ‫كَا ُنوا ِم‬

Arab-Latin: huwallażī ba'aṡa fil-ummiyyīna rasụlam min-hum yatlụ 'alaihim āyātihī wa


yuzakkīhim wa yu'allimuhumul-kitāba wal-ḥikmata wa ing kānụ ming qablu lafī ḍalālim mubīn

Terjemah Arti: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata, Surat Al-Jumu’ah Ayat 2
2. RUANG LINGKUP AQIDAH ISLAM
Meminjam sistimatika Hasaln al-Banna maka ruang lingkup pembahasan aqidah
adalah:

a. Ilahiyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah
(Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, af’al Allah
dan lainnya.

b. Nubuwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan


Nabi dan Rasul, termasuk tentang Kitab-Kitab Allah, mu’jizat, karamat dan lain
sebagainya.

c. Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan


alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh dan lain sebagainya.

d. Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
lewat Sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah) seperti alam barzakh,
akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lain sebagainya.

Tidak hanya diatas namun pembahasan Aqidah juga dapat mengikuti Arkanul
iman yaitu :

1. Kepercayaan akan adanya Allah dan segala sifat-sifatNya

2. Kepercayaan kepada Malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk rohani


lainnya seperti Jin, iblis dan Setan)

3. Kepercayaan kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada rasul

4. Kepercayaan kepada Nabi dan Rasul

5. Kepercayaan kepada hari akhir serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada


saat itu

6. Kepercayaan kepada takdir (qadha dan qadar) Allah (2)


Adapun penjelasan ruang lingkup pembahasan aqidah yang termasuk dalam Arkanul Iman,
yaitu:

1. Iman kepada AllahPengertian iman kepada Allah ialah:

• Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah

• Membenarkan dengan yakin keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan


alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap makhluknya.

• Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna,
suci dari sifat kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang baru
(makhluk).

Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala
perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan
menjauhi segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat,
dengan ciptaan-Nya di muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan
kesempurnaan Allah.

2. Iman Kepada Malaikat

Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk


yang dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih
tegas, iman akan malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara
antara Allah dengan rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-Nya.

Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyeru kita mengimankan sejenis


makhluk yang gaib, yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasa oleh panca
indera, itulah makhluk yang dinamai malaikat. Malaikat selalu memperhambakan
diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat
maksiat dan durhaka kepada Allah swt.
Mengenai nama-nama dan tugas para malaikat tidak bisa diperkirakan. Mereka
juga ada perbedaan dan tingkatan-tingkatan, baik dalam kejadian maupun dalam
tugas, pangkat dan kedudukannya baik yang berada dan tugas di alam ruh maupun
ada yang bertugas di dunia.

Di antara nama-nama dan tugas malaikat adalah sbb :

 Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi-nabi dan rasul


 Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam
seperti melepaskan angin, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-
tumbuhan.
 Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari kiamat dan hari
kebangkitan nanti.
 Malaikat Izrail (Malaikal maut) bertugas mencabut nyawa manusia dan
makhluk hidup lainnya.
 Malaikat Raqib dan Atid, bertugas mencatat am
 Malaikat Raqib dan Atid, bertugas mencatat amal perbuatan manusia
 Malaikat Ridwan bertugas menjaga surga dan memimpin para pelayan surge
 Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka dan pemimpin para malaikat
menyiksa penghuni neraka
 Malaikat yang bertugas memikul Arasy
 Malaikat yang menggerakkan hati manusia bentuk berbuat kebaikan dan
kebenaran
 Malaikat yang bertugas mendoaka orang-orang yang beriman supaya
diampuni oleh Allah segala dosa-dosanya diberi ganjaran surga dan dijaga
dari segala keburukan dan doa-doa lain.

Dengan beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, maka kita akan lebih mengenal


kebesaran dan kekuasaan Allah swt. lebih bersyukur akan nikmat yang diberikan dan
berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangannya. Karena malaikat
selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah

Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci
itu memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Tuhan ialah beritikad bahwa
Allah ada menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan
itikad maupun yang berhubungan dengan muamalat dan syasah, untuk menjadi
pedoman hidup manusia. baik untuk akhirat, maupun untuk dunia. Baik secara
individu maupun masyarakat.

Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani


sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Qur’an dengan tidak menambah dan
mengurangi. Kitab-kitab yang diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak,
sebanyak rasulnya. Akan tetapi, yang masih ada sampai sekarang nama dan
hakikatnya hanya Al-Qur’an. Sedangkan yang masih ada namanya saja ialah Taurat
yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa dan Zabur kepada Daud

4. Iman kepada Nabi dan Rasul

Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan
antara Nabi dan Rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan
berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu
itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban
menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat manusia.

Di Al-Qur’an disebut nama 25 orang Nabi, beberapa diantaranya berfungsi juga


sebagai rasul ialah (Daud, Musa, Isa, Muhammad) yang berkewajiban
menyampaikan wahyu yang diterima kepada manusia dan menunjukkannya cara
pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana manusia biasa lainnya Nabi dan Rasul pun hidup seperti
kebanyakan manusia yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, mati dan sifat-sifat
manusia lainnya. Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi sekaligus Rasul terakhir tidak
ada lagi rangkaian Nabi dan Rasul sesudahnya.
Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh Nabi dan Rasul-Nya yang telah
diutus oleh Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak
disebutkan namanya. Seorang muslim wajib membenarkan semua Rasul dengan
sifat-sifat, kelebihan, keistimewaan satu sama lain, tugas dan mukjizatnya masing-
masing seperti yang diperintahkan oleh Allah.

5. Iman kepada hari Akhir

Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini
sangat penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa
mempercayai hari akhirat sama halnya dengan orang yang tidak mempercayai agama
Islam, itu merupakan hari yang tidak diragukan lagi.

Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah menghitung (hisab) amal
perbuatan setiap orang yang suda dibebani tanggung jawab dan memberikan putusan
ganjaran sesuai dengan hasil perbuatan selama di dunia.

Keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari akhir. Hal ini
disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal
perbuatan baru sempurna dengan keyakinan tentang adanya hari akhirat. Demi
tegaknya keadilan, harus ada suatu kehidupan baru dimana semua pihak akan
memperoleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas
pilihannya masing-masing.

6. Iman kepada qada dan qadar

Dalam menciptakan sesuatu, Tuhan selalu berbuat menurut Sunnahnya, yaitu


hukum sebab akibat. Sunnahnya ini adalah tetap tidak. Iman kepada qada dan qada

Dalam menciptakan sesuatu, Tuhan selalu berbuat menurut Sunnahnya, yaitu hukum
sebab akibat. Sunnahnya ini adalah tetap tidak berubah-ubah, kecuali dalam hal-hal
khusus yang sangat jarang terjadi. Sunnah Tuhan ini mencakup dalam ciptaannya,
baik yang jasmani maupun yang bersifat rohani.
Makna qadar dan takdir ialah aturan umum berlakunya hukum sebab akibat, yang
ditetapkan olehnya sendiri. Definisi segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan
hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah SWT, untuk segala yang ada.(8)
Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan qadar di dalam Al-Qur’an berbagai
macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian kekuasaan Allah
SWT, yang termasuk hukum sebab akibat yang berlaku bagi segala makhluk hidup
maupun yang mati.

3. BUKTI-BUKTI WUJUD ALLAH

 Dalil fitrah

Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan,sehingga kadangkala


disadari atau tidak naluri ketuhanannya itu akan bangkit. Setiap anak dilahirkan
dalam keadaan fitrah, dan sesungguhnya kedua orang tuanya lah yang
menjadikannya Yahudi,Nasrani,atau Majusi (HR.Al Bukhari).dapat
disimpulkan secara fitrah,tidak ada manusia yang menolak adanya allah yang
hakiki,hanya terkadangada fakto luar biasa membelokkan dari tuhan yang
hakiki menjadi tuhan-tuhan lainyang mmenyimpang.

 Dalil akal

Langkah yang ditempuh untuk membuktikan adanya tuhan melalui akal


adalah;

a. Teori sebab,segala sesuatu pasti ada sebab yang melatarbelakanginya.


b. Teori keteraturan,alam semesta dengan seluruh isinya, termasuk
matahari,bumi,bulan dan bintang-bintang bergerak dengan teratur.
 Dalil inderawi

Bukti inderawi tentang wujud allah swt dapat dijelaskanmelalui dua


fenomena;

1) Fenomena pengabulan do’a


2) Fenomena mukjizat

 Dalil naqli

Allah menjelaskan tentang jati diri-nya dalam al-qur’an “sesunggungnya


tuhan kamu ialah yang telah menciptakan langit dan bumi dan enam masa,lalu dia
bersemayam di atas `arsy.doa menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat,dan (diciptakannya pula ) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-
masing) tunduk kepada perintah-nya. Ingatlah,menciptakan dan memerintah hanyalah
hak allah,tuhan semesta alam.(al-A`raf:54). Ayat ini menjelaskan bahwaallah swt adalah
pencipta semesta dan seisinya.
Surat Al-A’raf Ayat 54

‫ار‬
َ ‫َّه‬ َ ْ‫ْع ْرشِ َعلَى ُي ْغشِ ي ال َّلي‬
َ ‫ل الن‬ َّ ُ‫ض فِي سِ َّتةِ أَيَّامٍ ث‬
َ ‫مل‬ َ ‫َق َوالْأَ ْر‬
َ ‫اوات َِخل‬
َ ‫م‬ َّ ‫م ا َّلذِي ل‬
َ ‫س‬ ُ ‫ِإ َّن ل َّل ُه َربَّ ُك‬

ْ َ‫ْق َوالْأ‬
‫م ُر‬ َ ‫م ِرهِ ۗ أَلَا ل َُه ال‬
ُ ‫ْخل‬ َ
ْ ‫سخَّ َراتٍ ِبأ‬
َ ‫م‬
ُ ‫وم‬
َ ‫م َر َوالن ُُّج‬
َ ‫س َوا ْل َق‬
َ ‫م‬
ْ ‫ش‬
َّ ‫يَ ْطل ُُب ُه َحثِيثا َوال‬

‫ين‬
َ ‫ْعال َِم‬ ُّ ‫ك ال َّل ُه َر‬
َ ‫ب ال‬ َ ‫ار‬
َ َ‫َتب‬

Arab-Latin: Inna rabbakumullāhullażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa fī sittati ayyāmin


ṡummastawā 'alal-'arsy, yugsyil-lailan-nahāra yaṭlubuhụ ḥaṡīṡaw wasy-syamsa wal-qamara wan-
nujụma musakhkharātim bi`amrihī alā lahul-khalqu wal-amr, tabārakallāhu rabbul-'ālamīn

Terjemah Arti: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai fondasi. Di
mana seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah merupakan beberapa prinsip
keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan kewajiban-
kewajiban agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah
informasi yang disampaikan oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad Saw.
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal
adanya Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa.
Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah menjadi sumber
aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut
dan mencoba –kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-
Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat
terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu yang tidak terbatas.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad
kita tidak ada guna apa-apa.

B.SARAN
Semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang kemudian
diamalkan juga semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
ahmad rivauzi,S.Pdl.,MA , memahami islam untuk membentuk pribadi dan
masyarakat yang berkarakter rahmatan li al-‘amin.
muhaimin, mujib abdul, studi islam dalam ragam dimensi dan pendekatan, Jakarta,
kencana, 2017.
Dra. Nurlela, M.Ag, pendidikan agama islam, universitas negeripadang, 1999.
Daud ali Muhammad, pendidikan agama islam, Jakarta, PT.raja grafindo persada,
2004.
Ahmadi abu dan noorsalimi, MKDU dasar-dasar pendidikan agama islam, Jakarta,
bumi aksara, 1994.
Faridi miftah, pokok-pokok ajaran islam, bandung, penernit pustaka, 1991

Anda mungkin juga menyukai