Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.

1, Juni 2013

PENGALIHAN JABATAN STRUKTURAL KE JABATAN FUNGSIONAL:


SUATU TELAAHAN PENGHAPUSAN JABATAN ESELON III DAN IV
DI BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

THE REPOSITION OF STRUCTURAL TO FUNCTIONAL POSITION:


STUDY OF ELIMINATION OF THE ESELON III AND IV POSITION
AT BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Muhlis Irfan
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian Badan Kepegawaian Negara
Jl. Mayjend. Soetoyo 12 Cililitan Jakarta Timur
e-mail: mirvan69@yahoo.co.id

(Diterima 16 April 2013, direvisi 17 Juni 2013, diterbitkan 28 juni 2013)

Abstrak
Terkait rencana pengalihan orientasi pegawai dari jabatan struktural ke jabatan fungsional, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Fokus penelitian ini adalah mengenai kompensasi atau penghasilan yang diterima PNS yang berpindah
dari jabatan struktural ke jabatan fungsional. Ruang lingkup penelitian dibatasi hanya di lingkungan Badan Kepegawaian
Negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghasilan yang diterima pegawai struktural eselon III lebih besar dari
pada pegawai dalam jabatan fungsional yang relevan di BKN, meski untuk struktural Eselon III dan IV kelas jabatannya
sama dengan jabatan fungsional tingkat ahli. Kemudian disimpulkan juga bahwa beberapa jabatan fungsional tertentu
besaran tunjangannya belum didasarkan pada perhitungan bobot jabatan.

Kata kunci: jabatan struktural, jabatan fungsional, pengalihan jabatan, tunjangan

Abstract
In relation to the reposition of employee orientation from structural to functional position, there are few things that need
to be considered. This research focus on compensation or income received by civil servants who are redirected from
functional to structural position. The scope of research was limited only within the National Civil Service Agency. The
results showed that although Echelon III and IV employees have the same job class as expert level functional job, the
income received by echelon III employee is greater than the employees in the relevant functional job in BKN. It is also
concluded that the amount of some specific functional job allowance has not been based on the calculation of job weight.

Keywords: structural positions, functional positions, job reposition, allowances

PENDAHULUAN penghapusan eselon III dan IV mulai dijalankan


tahun 2012. “Tujuannya untuk memindahkan
Wacana penghapusan jabatan eselon orientasi pegawai dari jabatan struktural ke
III dan IV telah diserukan Kementerian jabatan fungsional. Penghapusan diharapkan
Pendayagunaan Aparatur Negara dan mampu mengurangi biaya yang tidak diperlukan
Reformasi Birokrasi (Kemen PAN-RB). Hal untuk memberikan fasilitas dinas dan jabatan
ini seperti dikemukakan Wakil Menteri PAN- kepada pejabat eselon III dan IV” (Jawa Pos
RB, Eko Prasojo, yang mengatakan program Online, 3 Juni 2012).

40 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

Lebih jauh Eko Prasojo menjelaskan, jabatan fungsional ditambah menjadi sekitar
penghapusan eselon tersebut juga dikarena- 200 unit (Antara, 6 Desember 2011).
kan banyak tugas di lingkup kementerian, Lebih lanjut Ismadi menyatakan
lembaga, atau pemerintah daerah yang jabatan fungsional yang akan digenjot
seharusnya dikerjakan satu orang, namun keberadaannya adalah analis jabatan, analis
kenyataan justru dilakukan bersama oleh 10 pegawai, analis keuangan, dan auditor. Dengan
orang. Bukan hanya pemborosan uang negara, adanya jabatan analis-analis ini, diharapkan
kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) pun sangat bisa mempermudah kementerian untuk
tidak efektif. Perampingan birokrasi ini juga mengusulkan pegawai baru.
dilakukan guna menjaring Pegawai Negeri Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
berkualitas yang mampu melayani publik maka perlu penelaahan yang komprehensif
dengan baik. agar wacana kebijakan penghapusan jabatan
Disisi lain, penghapusan jabatan eselon III dan IV dapat diterima oleh masyarakat
eselon III dan IV bertujuan mengubah pola PNS serta dapat diimplemen-tasikan secara
pikir PNS yang selama ini cenderung mengejar optimal. Dalam kaitan tersebut, pada penelitian
jabatan tanpa melaksanakan tugasnya secara ini penulis mencoba memfokuskan bahasan
maksimal. Pejabat yang memiliki sikap seperti pada keterkaitan penghapusan jabatan eselon
itu tentunya merugikan pemerintah dan III dan IV dengan kompensasi atau penghasilan
masyarakat (Antara, 6 Desember 2011). yang diterima PNS, yang berpindah ke jabatan
Hal tersebut di atas, juga didukung fungsional. Sedangkan, batasan pembahasan
Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Eko dalam penelitian ini hanya dilakukan di lingkup
Sutrisno, yang mengaku mendukung rencana BKN.
Kementerian PAN-RB untuk mengurangi
jabatan eselon di struktur organisasi PNS.
Pihaknya bahkan me-ngusulkan agar jabatan TINJAUAN PUSTAKA
fungsional yang akan ditambah sebagai
pengganti dihapuskannya eselon III, IV, dan Kompensasi
V, tidak hanya jabatan fungsional yang umum, Flippo (1990) menjelaskan bahwa
melainkan juga yang khusus (Biro Pusat kompensasi adalah harga untuk jasa-jasa yang
Statistik Kabupaten Brebes, 1 Maret 2012). telah diberikan oleh seseorang kepada orang
Terkait dengan rencana penghapusan lain. Sedangkan, Werther dan Davis (1996)
jabatan eselon III dan IV, Deputi Kelembagaan mengemukakan kompensasi “sebagai apa
Kemen PAN-RB, Ismadi Ananda, menjelaskan yang diterima pekerja sebagai tukaran atas
pemerintah tidak hanya menjalankan program kontribusinya bagi organisasi”. Selanjutnya,
penghapusan ini begitu saja. Akan tetapi, Werther dan Davis (1996) menjelaskan
sejak awal sudah menyiapkan upaya dilihat dari cara pembayarannya, kompensasi
untuk memberikan kompensasi bagi PNS dapat merupakan kompensasi langsung dan
yang menduduki jabatan-jabatan tersebut. kompensasi tidak langsung. Kompensasi
Kompensasi yang paling utama adalah, langsung merupakan kompensasi manajemen
pemerintah menambah pos jabatan fungsional. seperti upah dan gaji atau pay for performance
Saat ini jabatan fungsional ada 116 unit. seperti insentif dan gain sharing. Sedangkan,
Apabila jabatan eselon III dan IV itu dihapus, kompensasi tidak langsung dapat berupa

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 41


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

tunjangan atau jaminan keamanan dan sistem kompensasi yang di-terapkan kurang
kesehatan. kompetitif, maka banyak pegawai yang memiliki
Dessler (1984) menyebutkan bahwa kompetensi tinggi (potensial) akan keluar
kompensasi merupakan semua bentuk mencari pekerjaan lain yang memberikan
penggajian atau ganjaran yang mengalir kompensasi labih baik; (c) Memberikan insentif
kepada pegawai dan timbul dari kepegawaian yang mampu memotivasi pegawai dalam
mereka (pegawai). Selanjutnya, Dessler (1984) meningkatkan kualitas kerjanya (kinerja).
mengemukakan terdapat tiga komponen Pemberian insentif ini merupakan suatu bentuk
kompensasi, yaitu: (a) Pembayaran uang penghargaan (reward) atas prestasinya,
secara langsung (direct financial payment) dan dengan insentif ini dapat meningkatkan
dalam bentuk upah, gaji, insentif, komisi, dan produktifitas pegawai; dan (d) Mengendalikan
bonus; (b) Pembayaran tidak langsung (indirect biaya program kompensasi yang baik dapat
payment) dalam bentuk tunjangan, seperti memotivasi pegawai pada tingkat biaya yang
asuransi dan liburan atas dana perusahaan; (c) layak. Tanpa adanya program kompensasi
Ganjaran non-finansial (non-financial reward) yang baik, organisasi/perusahaan mungkin
seperti hal-hal yang tidak mudah dikuantifikasi, akan membayar lebih tinggi dari seharusnya
yaitu ganjaran-ganjaran seperti pekerjaan yang (overpaid) atau bahkan lebih rendah dari
lebih menantang, jam kerja yang lebih luwes. seharusnya (underpaid).
Kompensasi dalam organisasi perlu Kompensasi sebagai imbalan jasa,
dikelola secara baik. Werther dan Davis (1996) berdasarkan kemampuan nilai tukarnya dapat
mengemukakan bahwa tujuan dari manajemen dibagi dalam beberapa tingkatan, yakni:
kompensasi adalah sebagai: (a) Memperoleh 1. Memenuhi kebutuhan hidup tingkat yang
personil berkualitas; (b) Mempertahankan rendah (poverty level) artinya bahwa upah
pegawai yang ada; (c) Memastikan keadilan; yang diperoleh masih dirasakan kurang
(d) Menghargai perilaku yang diinginkan; (e) menurut ukuran objektif untuk memenuhi
Mengawasi biaya; (f) Mematuhi peraturan; kebutuhan pakaian, perumahan,
(g) Memfasilitasi saling pengertian; dan (h) kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
Efisiensi administrasi selanjutnya. 2. Tingkat hidup minimum (subsistence
Sementara itu, Stoner (1986) level), bahwa upah berada pada tingkat
menyatakan terdapat empat alasan mengapa mampu memenuhi kebutuhan hidup pada
organisasi/perusahaan menerapkan sistem titik minimum.
kompensasi yang baik. Keempat alasan 3. Tingkat hidup yang layak (living wage level)
tersebut pada hakekatnya adalah ditujukan dimana secara objektif kebutuhan hidup
supaya para pegawai dapat memberikan cukup terpenuhi bagi dirinya maupun bagi
kontribusi positif bagi efektifitas organisasi/ keluarganya melalui penerimaan upah
perusahaan. Secara lebih lengkap alasan- (Soekemi dkk., 1988).
alasan tesebut adalah: (a) Kompensasi dapat Program kompensasi bagi suatu
menarik calon-calon pegawai yang ber- organisasi merupakan hal yang penting
kualitas. Pegawai-pegawai yang berkualitas karena mencerminkan upaya organisasi untuk
akan memungkinkan atau berpotensi untuk mempertahankan sumberdaya manusianya.
memiliki tingkat produktifitas kerja yang tinggi; Selain itu, kompensasi (dalam bentuk
(b) Mempertahankan pegawai yang ada. Jika pengupahan dan balas jasa lainnya) sering

42 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

merupakan komponen-komponen biaya yang yang dilakukan, tetapi prestasi yang


paling besar dan penting. Oleh karenanya, dicapai dan beratnya tanggung jawab
kompensasi yang dapat mempengaruhi yang dipikul dalam melaksanakan tugas
organisasi dan para pegawai itu perlu disusun tersebut. Dalam sistem ini dimungkinkan
dalam suatu sistem yang efektif. pangkat sama tetapi besarnya gaji
Lebih jauh Handoko (1993) mengurai- tidak sama. Keuntungannya antara lain
kan pentingnya sistem kompensasi yang memberikan perangsang yang dapat
efektif dikarenakan memiliki tujuan-tujuan: menimbulkan kegairahan bekerja bagi
(1) Memperoleh personalia yang qualified; mereka yang mempunyai tanggung
(2) Mempertahankan para pegawai yang ada jawab berat. Kelemahannya adalah dapat
saat ini; (3) Menjamin keadilan; (4) Menghargai menimbulkan ketidakadilan pada waktu
perilaku yang diinginkan; (5) Mengendalikan pensiun.
biaya-biaya; dan (6) Memenuhi peraturan- 3. Sistem skala gabungan, yaitu perpaduan/
peraturan legal. gabungan dari dua sistem, yakni sistem
Dalam konteks PNS, kompensasi skala tunggal dan sistem skala ganda.
sebagai balas jasa atau hasil kerja ditetapkan Dalam sistem ini gaji pokok bagi PNS
berdasarkan atas pekerjaan dan besarnya yang berpangkat sama ditetapkan sama,
tanggung jawab serta dengan tidak melupakan dan disamping itu diberikan tunjangan
aspek “kelayakan” untuk hidup. Selama ini bagi PNS yang melaksanakan beban
penggajian Pegawai Negeri Sipil di Indonesia kerja dan memikul tanggung jawab lebih
mengikuti 3 (tiga) sistem, yaitu: Sistem Skala besar (memerlukan pemusatan pemikiran
Tunggal, Sistem Skala Ganda dan Sistem dan tenaga secara terus menerus).
Skala Gabungan. Keuntungan sistem ini antara lain dapat
1. Sistem skala tunggal, adalah suatu memberikan dorongan/motivasi bagi PNS
sistem penggajian dengan memberikan yang diberi tugas dan tanggung jawab
gaji yang sama kepada pegawai yang lebih berat. Kelemahannya adalah, jika
berpangkat sama dengan tidak atau tidak di-lakukan analisis, klasifikasi, dan
kurang memperhatikan sifat pekerjaan evaluasi jabatan yang baik dan jelas
dan tanggung jawab yang harus dipikul. akan menimbulkan kecemburuan dan
Keuntungan sistem ini adalah sederhana persaingan yang tidak sehat.
dan hanya cukup diperlukan satu peraturan Atas dasar pemikiran yang terus
yang mengatur skala gaji untuk semua menerus, pemerintah telah menetapkan
PNS. Adapun kelemahannya adalah sistem penggajian PNS dengan Sistem
tidak adil, dikarenakan bagi PNS yang Skala Gabungan. Sistem skala gabungan
mempunyai beban tugas besar dan berat menetapkan gaji PNS berdasarkan ke-
tidak ada perbedaan. pangkatan dan memberikan tunjangan kepada
2. Sistem skala ganda, adalah sistem pegawai yang memikul beban tanggung jawab
penggajian berdasarkan sifat pekerjaan yang besar atau yang melakukan pekerjaan
dan beratnya tanggung jawab yang dengan resiko tinggi.
dipikul dalam melaksanakan tugas. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Artinya, penentuan besarnya gaji bukan (PP) Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan
saja didasarkan pada sifat pekerjaan Gaji Pegawai Negeri Sipil, struktur gaji

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 43


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

pegawai terdiri atas unsur-unsur gaji pokok, yang ditentukan untuk kenaikan gaji
kenaikan gaji berkala, kenaikan gaji istimewa berkala.
dan tunjangan. Komponen gaji menurut PP b. DP-3 sekurang-kurangnya “cukup”.
tersebut adalah: Selanjutnya kenaikan gaji berkala
1. Gaji Pokok diatur dalam Keputusan Presiden
Gaji Pokok PNS ditetapkan dengan PP (Keppres) Nomor 16 Tahun 1994
No. 7 Tahun 1977 kemudian diperbaharui Pasal 15 dan PP No. 7 Tahun 1977.
dengan PP No. 15 Tahun 1985, PP No. 3. Kenaikan gaji istimewa
51 Tahun 1992 dan PP No. 6 Tahun 1997. Diberikan sebagai penghargaan kepada
Penentuan gaji pokok didasarkan atas PNSl atas hasil pelaksanaan kerja dengan
pangkat dan golongan/ruang penggajian katagori “amat baik”. Kenaikan gaji
serta masa kerja yang dimiliki PNS. istimewa ini hanya diberikan kepada
Ada beberapa pengecualian dalam pegawai yang telah nyata-nyata menjadi
ketentuan penggajian, misalnya gaji teladan bagi pegawai di lingkungan
hakim. Gaji Hakim tidak mengikuti PP kerjanya. Keputusannya dilakukan
No. 6 Tahun 1997 tetapi diatur dalam PP dengan Keputusan Menteri dan Pimpinan
No. 33 Tahun 1994 (1 September 1994). Lembaga yang bersangkutan.
Alasannya adalah: 4. Tunjangan
a. Bahwa hakim sebagai pejabat yang Tunjangan diatur dalam PP No. 7 Tahun
melaksanakan tugas kekuasaan 1977. Jenis tunjangan yang diberikan
kehakiman dan sebagai salah satu kepada PNS adalah tunjangan yang
aparat hukum perlu terus ditingkatkan berupa tunjangan untuk jabatan struktural
kualitas dan kemampuan pro- dan fungsional. Kedua tunjangan ini
fesionalnya. diatur oleh Keppres. Tunjangan lain yang
b. Untuk mendukung kedudukan ke- diberikan antara lain tunjangan kemahalan
kuasaan kehakiman serta agar daerah, tunjangan penyesuaian indeks
melakukan tugasnya dengan baik dan harga, tunjangan resiko pekerjaan dan
bertanggung jawab, sehingga kepada lain-lain.
hakim perlu diberikan jaminan hidup Sistem penggajian skala gabungan
yang sesuai dengan kedudukan dan ini sesungguhnya cukup sederhana, tetapi
tanggung jawabnya. di dalam perjalanan selanjutnya sistem
2. Kenaikan gaji berkala penggajian semacam ini tidak cukup memacu
Sistem kenaikan gaji dengan besaran pegawai untuk berprestasi. Bagi mereka yang
yang sesuai dengan golongan dan masa berprestasi dan yang tidak berprestasi tetap
kerja. Sistem kenaikan gaji dilakukan diberikan gaji pokok yang sama. Selain itu,
secara berkala, dan diberikan setelah sistem penilaian prestasi kerja yang digunakan
mencapai masa kerja golongan yang PP No. 10 Tahun 1979), tidak mencerminkan
ditentukan dan penilaian pelaksanaan ukuran atas prestasi kerja sesungguhnya
pekerjaan rata-rata “cukup”. Atau dengan tetapi lebih banyak unsur penilaian yang
kata lain, diberikan apabila memenuhi bersifat verbalistik (kurang obyektif). Dengan
syarat-syarat sebagai berikut: demikian, sistem penggajian yang berlaku
a. Telah mencapai masa kerja golongan saat ini sebenarnya sudah tidak sesuai lagi

44 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

dengan kebijakan kepegawaian sebagaimana suatu pekerjaan yang bernilai sama.


diatur dalam Pasal 7 Undang Undang Nomor Kebijakan yang memperhatikan daya
43 Tahun 1999, karena gaji yang adil dan layak saing eksternal ini mempunyai dua
diberikan kepada pegawai sesuai dengan pengaruh terhadap tujuan, yaitu:
beban pekerjaan dan tanggungjawabnya. a. Mendorong penetapan tingkat gaji
yang mencukupi/memenuhi ke-
Keadilan Kompensasi butuhan pegawai dalam rangka
Keadilan adalah suatu fundamental menghargai dan mempertahankan
dari sistem kompensasi (Milkovich dan pegawai.
Bodreau, 1997). Pernyataan seperti “perlakuan b. Mengendalikan biaya tenaga kerja
yang adil untuk semua pegawai” merefleksikan sehingga harga produk yang dihasilkan
sebuah perhatian terhadap keadilan. Tujuan oleh perusahaan dapat tetap bersaing.
keadilan berusaha untuk menjamin kompensasi Daya saing eksternal ini secara langsung
untuk semua individu dalam hubungan berpengaruh terhadap efisiensi dan
ketenagakerjaan. Tujuan keadilan fokus keadilan tujuan, dimana pelaksanaanya
kepada pembuatan sistem kompensasi yang harus sesuai dengan peraturan yang
mengenali baik kontribusi pekerja (semakin berlaku. Daya saing eksternal ditetapkan
tinggi kinerja atau pengalaman atau training berdasarkan penetapan tingkat kom-
maka semakin tinggi pula kompensasi yang pensasi yang diberikan pesaing pada
diberikan) dan kebutuhan pekerja (memberikan pekerjaan yang sejenis. Tingkat kom-
upah minimum, atau asuransi kesehatan). pensasi ini ditentukan dengan menge-tahui
Menurut Simamora (2004) keadilan kondisi pasar tenaga kerja yang relevan
kompensasi terbagi menjadi tiga, yaitu: dan melakukan pengamatan terhadap
1.  Keadilan eksternal tingkat kompensasi yang diberikan oleh
Tarif upah yang pantas dengan gaji yang perusahaan lain, kemudian menggunakan
berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan dan mengaitkan kedua informasi tersebut
yang serupa di pasar tenaga kerja dengan keputusan kebijaksanaan
eksternal. Keadilan eksternal dinilai perusahaan untuk menghasilkan suatu
dengan membandingkan pekerjaan yang program kompensasi.
serupa di antara organisasi-organisasi Program kompensasi ini akan mem-
yang terbandingkan. Dua kondisi yang pengaruhi bagaimana organisasi secara
harus dipenuhi, yaitu:(a) pekerjaan yang efisien akan dapat mempertahankan
sedang diperbandingkan haruslah sama tenaga kerja yang kompeten dan
atau hampir sama, dan (b) organisasi mengendalikan biaya tenaga kerja
yang disurvai harus serupa ukuran, misi, tersebut. Berkaitan dengan daya saing
dan sektornya. eksternal ini, suatu organisasi dituntut
Keadilan eksternal atau sering disebut untuk dapat bersaing dengan organisasi
daya saing eksternal merupakan posisi lainnya. Tentunya hal ini tergantung
kompensasi yang diberikan oleh suatu pada posisi penawaran dan permintaan
organisasi terhadap seorang pegawai tenaga kerja di pasar tenaga kerja, ini
dibandingkan dengan kompensasi yang akan menentukan tingkat kompensasi
diberikan oleh perusahaan pesaing, (khususnya gaji) di pasar tenaga kerja.
tentunya untuk seorang pegawai dengan
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 45
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

Mampu tidaknya organisasi untuk pekerjaan kunci (penting) saja. Untuk


menghargai pegawai sesuai (lebih tinggi) menghemat biaya ini, perusahaan dapat
dari tingkat kompensasi di pasar tenaga memilih perusahaan pesaing yang relevan
kerja akan menentukan kemampuan dan kemudian dengan menggunakan
organisasi tersebut untuk menarik dan telpon ataupun surat, menanyakan item
mempertahankan tenaga kerja yang kompensasi apa dan berapa jumlah yang
dibutuhkan. Hal lain yang sering terjadi diberikan perusahaan untuk pekerjaan-
berkaitan dengan keadilan eksternal pekerjaan kunci tersebut. Dengan
ini adalah bahwa persepsi pegawai asumsi bahwa semua perusahaan sudah
mengenai keadilan eksternal seringkali memahami pentingnya keadilan eksternal
tidak didukung dengan data yang akurat. ini, sebagian besar perusahaan akan
Hal ini terjadi karena pegawai seringkali bersedia membantu karena mereka
membandingkan dengan pekerjaan juga membutuhkan informasi tersebut
yang mempunyai nama sama tetapi nilai (Conway, 1984).
kerjanya belum tentu sama bagi satu Selanjutnya, untuk mempertahankan
perusahaan dengan perusahaan lain keadilan eksternal, organisasi harus
sehingga tentu saja kompensasi yang menggunakan kenaikan gaji sebagai
diterimanya juga tidak sama. Oleh karena suatu alat untuk menyesuaikan tingkat gaji
itu, tugas organisasi adalah meluruskan mereka sesuai dengan perubahan biaya
persepsi pegawai yang seringkali keliru hidup dan atau tingkat gaji secara umum
berkaitan dengan keadilan eksternal (pasar). Tentunya hal ini harus didukung
dengan: (a) menentukan pasar tenaga dengan melakukan survei kompensasi
kerja yang relevan dengan organisasi; secara periodik.
dan (b) mengumpulkan data tingkat 2.  Keadilan internal
kompensasi dari pasar tenaga kerja yang Keadilan internal merupakan fungsi
relevan. dari status relatif sebuah pekerjaan di
Berdasarkan data tersebut, organisasi dalam organisasi, nilai ekonomi hasil
harus menentukan struktur kerja dan pekerjaan, atau status sosial sebuah
data kebijaksanaan kompensasi yang pekerjaan, seperti kekuasaan, pengaruh,
ada di pasar tenaga kerja yang relevan dan statusnya di dalam hierarki organi-
(organisasi-organisasi lain yang relevan). sasi. Keadilan internal berhubungan
Pasar tenaga kerja yang relevan ini dengan kemajemukan gaji di antara
didefinisikan sebagai organisasi- pekerjaan-pekerjaan yang berbeda di
organisasi yang berada dalam satu daerah dalam sebuah organisasi.
geografi dimana pegawai-pegawainya Keadilan internal merupakan suatu
dapat dengan mudah berpindah kerja. kriteria keadilan dari kompensasi yang
Oleh karena terbatasnya data hasil survei diterima pegawai dari pekerjaannya
kompensasi yang dipublikasikan dan dikaitkan dengan nilai internal masing-
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masing pekerjaan. Keadilan internal
apabila survei dilakukan oleh perusahaan, juga mengidentifikasikan bahwa posisi
maka survei kompensasi ini biasanya yang lebih disukai atau pegawai dengan
dilakukan hanya untuk pekerjaan- kualifikasi lebih tinggi dalam perusahaan

46 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

haruslah diberi kompensasi yang lebih kontribusi pekerjaan tersebut terhadap


tinggi pula (Smith, 1990). Keadilan internal nilai ekonomis dari produk atau jasa,
ini membutuhkan perhatian baik pegawai atau kontribusi pekerjaan tersebut dalam
maupun pengusaha. Atau dengan kata mencapai tujuan unit kerja atau tujuan
lain, keadilan internal ini berkaitan organisasi yang ditunjukkan dalam bentuk
dengan “equal pay for equal work” atau laba, produksi, atau beberapa ukuran
comparable pay for comparable work yang yang sejenis. Item kompensasi yang
disebut dengan comparable worth. Dari penting yang sangat mempengaruhi
konsep ini diharapkan seorang pemimpin keadilan internal adalah gaji pokok yang
akan memberikan kompensasi yang sama diterimanya, maka mereka akan menga-
untuk pekerjaan yang memiliki nilai sama. lami penurunan valensi. Sebagaimana
Selain itu, comparable worth ini diterapkan diprediksikan oleh teori pengharapan,
juga dalam rangka meng-eliminasi menurunnya valensi akan menghasilkan
historical gap antara kompensasi yang turunnya daya motivasional.
diterimanya oleh pegawai berjenis Akibatnya, gaji pokok tidak akan memiliki
kelamin laki-laki dengan perempuan, dampak motivasional. Kerugian akan
dimana secara tradisional perempuan dirasakan apabila investasi suatu
sering diberi kompensasi lebih rendah organisasi pada gaji pokok merupakan
(The Economist, 1993). suatu bagian yang substansial dari sumber
Nilai suatu pekerjaan haruslah meng- biaya. Dampak dari keputusan strategis
gambarkan: (a) nilai sosial budaya suatu yang mengarah pada terwujudnya keadilan
masyarakat, (b) nilai produk dan jasa internal ini terlihat pada peningkatan
yang dibuat, (c) investasi yang dilakukan efisiensi dan efektivitas penggunaan
dalam pendidikan, pelatihan, dan sumber daya fisik, finansial, SDM dari
pengalaman yang dibutuhkan oleh suatu suatu organisasi.
pekerjaan, (d) posisi pekerjaan dalam Proses penting untuk menentukan
hirarki organisasional. Dalam prakteknya, nilai dari suatu pekerjaan secara relatif
organisasi biasanya memfokuskan pada terhadap pekerjaan lain dalam suatu
isi dan kontribusi suatu pekerjaan dalam organisasi disebut job evaluation. Untuk
menentukan nilai pekerjaan tersebut. Isi mengevaluasi suatu pekerjaan, suatu
pekerjaan (job content) berkaitan dengan organisasi harus memiliki data yang cukup
pengetahuan, keterampilan, kemampuan, mengenai nilai dan perbedaan gaji di
pengalaman, dan usaha yang dibutuhkan antara pekerjaan tersebut. Pengumpulan
untuk menjalankan pekerjaan tersebut. data tersebut dilakukan melalui suatu
Contoh, suatu pekerjaan yang mem- proses yang disebut dengan job analysis.
butuhkan tingkat pengetahuan yang Tanpa adanya penilaian pekerjaan,
lebih tinggi (misal lulusan S1 atau yang suatu organisasi tidak akan dapat
sederajat) akan memiliki nilai yang lebih mengembangkan suatu pendekatan
tinggi dibandingkan suatu pekerjaan yang yang rasional untuk menetapkan program
hanya membutuhkan tenaga kerja dengan dan besarnya kompensasiyang diberikan
ijazah diploma. kepada pegawainya (Quaid: 1993).
Kontribusi suatu pekerjaan menunjukkan 3.  Keadilan individu

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 47


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

Individu pekerja merasa bahwa dia individual merupakan rasa adil yang
diperlakukan secara wajar dibandingkan dirasakan oleh seorang pegawai dimana
dengan rekan kerjanya. Ketika seorang dia merasa bahwa input yang dimilikinya
pekerja menerima kompensasi dari telah dihargai sesuai dengan semestinya.
perusahaan, persepsi keadilan di- Berdasarkan teori keadilan, seorang
pengaruhi oleh dua faktor: (a) rasio pegawai akan menentukan keadilan
kompensasi terhadap masukan upaya, dari kompensasi yang diterimanya
pendidikan, pelatihan, ketahanan akan dengan membandingkan kompensasi
kondisi kerja yang merugikan dari yang diterimanya dengan input yang
seseorang; (b) perbandingan rasio ini di-milikinya, dimana rasio kompensasi
dengan rasio pekerja lain yang dengannya dengan input ini sifatnya relatif untuk
terjadi kontak langsung. setiap pegawai. Jika rasio tersebut dari
Teori keadilan yang diformulasikan oleh seorang pegawai dengan pegawai lainnya
J. Stacy Adams (dalam Kanungo dan adalah sama (setara) maka pegawai
Menconca, 1992) berusaha menerangkan tersebut merasa mendapat keadilan.
proses bagaimana seorang individu Sedangkan jika seorang pegawai merasa
terpuaskan atau tidak terpuaskan terhadap bahwa rasio antara kompensasi yang
suatu kompensasi. Pada peristiwa dimana diterimanya dengan input yang dimilikinya
seorang individu tidak puas, teori keadilan tidak sama (setara) dengan rasio antara
memprediksikan perilaku dimana seorang kompensasi yang diterima dengan input
individu mungkin akan mencari jalan yang dimiliki dari pegawai lainnya, maka
lain untuk menurunkan ketidakpuasan pegawai tersebut akan merasakan
yang dirasakannya. Secara implicit hal adanya ketidakadilan.
ini menunjukkan bahwa teori keadilan Adanya ketidakadilan individual ini dapat
didasarkan pada dugaan mengenai menyebabkan adanya perasaan bersalah
keadilan yang diharapkan oleh seorang atau tidak puas. Jika seorang pegawai
individu dalam banyak per-tukaran yang merasa rasio antara kompensasi dan
terjadi dalam kerja. inputnya lebih besar dari ratio kompensasi
Seorang pegawai mungkin bertanya pada dan input pegawai lainnya, maka pegawai
dirinya sendiri, apakah dia membawa tersebut akan merasa bahwa dia diberi
inputnya seperti pengetahuan, ke- kompensasi yang lebih besar dari
trampilan, kemampuan, pengalaman, pegawai lainnya, dan kondisi tersebut
kerajinan, maupun kegigihannya, ke biasanya akan menciptakan perasaan
dalam pekerjaannya? Pertanyaan tersebut bersalah, sedangkan jika seorang pegawai
muncul karena berdasarkan input-input merasa bahwa rasio antara kompensasi
tersebutlah seorang pegawai akan dan inputnya lebih rendah dari rasio
menerima kompensasi, seperti gaji, kompensasi pegawai lainnya, maka
pujian dari pimpinan, promosi, maupun pegawai tersebut akan merasa bahwa
penugasan yang menarik. Faktor input dia diberi kompensasi kurang, dan kondisi
inilah yang nantinya akan mempengaruhi ini biasanya akan mengakibatnya adanya
persepsi keadilan individual seorang perasaan tidak puas.
pegawai . Atau dengan kata lain, keadilan Perasaan bersalah atau perasaan
tidak puas yang berasal dari persepsi
48 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

ketidakadilan tersebut akan memotivasi manajemen sumberdaya manusia,


pegawai untuk berperilaku. Perilaku yang khususnya dalam rangka menciptakan
ditunjukkan oleh pegawai dapat meliputi keadilan individual. Hal ini disebabkan
peningkatan input (bekerja lebih giat) karena pemberian kompensasi yang
atau peningkatan kompensasi (berhasil didasarkan pada prestasi: (a) memiliki
menyenangkan supervisi yang me- pengaruh yang signifikan terhadap individu
nentukan kebijaksanaan peningkatan); sehingga mereka tertarik bekerja di suatu
menurunkan input (membolos) atau organisasi; (b) akan mampu memotivasi
menurunkan kompensasi (jika kom- pegawai yang berprestasi tinggi; (c)
pensasi menggunakan dasar piece- akan mampu memotivasi pegawai untuk
rate, maka pegawai tersebut akan mencapai tujuan organisasi; dan (d) akan
mem-fokuskan pada kualitas daripada mampu meningkatkan kepuasan pegawai
kuantitas); menyimpangkan inputnya .
atau input dari pegawai lain atau kom-
pensasinya secara kognitif (melalui
penilaian ulang dari persepsi); bertindak PEMBAHASAN
bersama-sama dengan pegawai lainnya
(sabotase, merusak); mengubah hal lain Pengalihan Jabatan Struktural ke Jabatan
(membandingkan diri sendiri dengan Fungsional di BKN
seorang pegawai lain); meninggalkan Berkenaan dengan wacana kebijakan
pekerjaan (transfer atau penugasan penghapusan jabatan eselon III dan IV di
kembali). lingkungan instansi Pemerintah, maka yang
Perasaan adil atau tidak adil juga akan perlu dipikirkan adalah tentang pengalihan
mendorong pegawai untuk membentuk PNS dari jabatan struktural kepada jabatan
pertimbangan terhadap nilai (atau valensi) fungsional. Dalam hal ini, adalah bagaimana
dari suatu kompensasi. Pada waktu organisasi dapat memilih dan menentukan
seorang pegawai merasa item kompensasi, jabatan fungsional apa yang sesuai atau
isi, maupun metode penetapannya adalah relevan dengan tugas pokok dan fungsi
tidak adil, maka pegawai tidak akan organisasi itu sendiri.
mengalami kepuasan dengan kompensasi Dalam konteks pengurangan atau
tersebut. Selanjutnya, ketidakpuasan juga penghapusan jabatan eselon III dan IV di
akan menghasilkan kompensasi yang lingkup BKN, maka jabatan-jabatan fungsional
tidak dinilai oleh pegawai atau pegawai tertentu yang relevan dengan tugas pokok
tidak akan menganggap kompensasi dan fungsinya adalah: analisis kepegawaian,
tersebut sebagai sesuatu tidak akan efektif auditor kepegawaian, arsiparis, auditor,
untuk memotivasi pegawai agar mau peneliti, pranata komputer, perencana dan
mewujudkan perilaku yang diinginkan. widyaiswara. Dalam kaitan ini, diharapkan
Pemberian kompensasi yang didasarkan pejabat-pejabat eselon III dan IV yang beralih
pada prestasi pegawai merupakan ke jabatan-jabatan fungsional tertentu masih
suatu strategi jitu yang dapat dilakukan dapat mengembangkan kariernya, sekaligus
oleh suatu organisasi untuk mencapai dapat meningkatkan tingkat kesejahteraannya.
berbagai tujuan dalam kaitannya dengan Sebagaimana diatur dalam Peraturan

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 49


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

Presiden Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tabel.3


Tunjangan Jabatan Struktural, besarnya Tunjangan Jabatan Fungsional Perencana
tunjangan jabatan struktural yang berlaku
sampai saat ini adalah sebagai berikut:
Tabel. 1
Tunjangan Jabatan Struktural PNS

Sumber: Perpres Nomor 44 Tahun 2007

Tabel. 4
Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor

Sumber: Perpres Nomor 26 Tahun 2007

Sementara itu, berkenaan dengan


jabatan-jabatan fungsional tertentu yang
relevan bagi pengalihan jabatan struktural
Sumber: Perpres Nomor 66 Tahun 2007
kepada jabatan fungsional di lingkup BKN,
maka dapat di-tampilkan besaran tunjangan
dari masing-masing jabatan fungsional tertentu
tersebut, antara lain:
Tabel.5
Tunjangan Jabatan Fungsional Peneliti
Tabel.2
Tunjangan Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian

Sumber: Perpres Nomor 45 Tahun 20007 Sumber: Perpres Nomor 30 Tahun 2007

50 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

Tabel.6 jabatan fungsional Perencana, Peneliti, Auditor


Tunjangan Jabatan Fungsional Pranata Komputer dan Pranata Komputer. Hanya tunjangan yang
diterima pegawai dalam jabatan fungsional
Analis Kepegawaian yang setara levelnya lebih
kecil dibandingkan yang diterima oleh pejabat
struktural eselon IV.
Sementara itu, penghasilan pegawai
juga dapat dikaitkan dengan tingkatan jabatan
masing-masing pegawai. Tingkatan jabatan
dapat mempengaruhi besar kecilnya tunjangan
yang diberikan kepada setiap pegawai.
Tingkatan jabatan diukur berdasarkan kelas
Sumber: Perpres Nomor 39 Tahun 2007 jabatan dan nilai jabatan. Kelas jabatan dan
nilai jabataninilah yang menentukan nominal
tunjangan yang diterima oleh masing-masing
Dari tabel-tabel di atas, maka dapat pegawai. Semakin besar kelas jabatan dan nilai
dibuat perbandingan tunjangan jabatan jabatan seorang pegawai, maka semakin besar
struktural dan tunjangan jabatan-jabatan pula nominal tunjangan yang diterimanya.
fungsional tertentu sebagai berikut: Berdasar tingkatan jabatan yang
Tabel.7 disusun oleh Tim Reformasi BKN, maka dapat
Perbandingan Besaran Tunjangan digambar-kan bahwa untuk jabatan struktural
eselon III berada pada kelas jabatan 10
sampai dengan 12. Sedangkan, untuk jabatan
struktural eselon IV berada pada kelas jabatan
8 sampai dengan 9.
Di sisi lain, untuk pegawai dalam
jabatan fungsional tertentu pada level/tingkatan
ahli (yang setara dengan jabatan struktural
Sumber: Hasil olah data tahun 2013
eselon III dan jabatan struktural eselon IV)
Berdasarkan perbandingan di atas, berada pada kelas jabatan 8 sampai dengan
dapat diambil kesimpulan bahwa tunjangan 13. Dalam kaitan ini, pegawai dalam jabatan
yang diterima oleh pejabat struktural eselon fungsional tertentu yang telah mencapai level/
III tidak jauh berbeda dengan tunjangan tingkatan ahli memiliki kelas jabatan yang
untuk jabatan fungsional Perencana dan hampir sama dengan kelas jabatan struktural
Peneliti yang setara tingkatnya. Sedangkan, eselon IV dan/atau jabatan struktural eselon
bila dibandingkan dengan jabatan fungsional III. Namun demikian, pegawai dalam jabatan
Auditor dan Pranata Komputer, maka tunjangan fungsional tertentu pada level/tingkatan ahli
yang diterima oleh pejabat struktural eselon III tersebut dapat mencapai kelas jabatan tertinggi
cukup jauh perbedaannya. 13, tidak seperti halnya pegawai dalam jabatan
Di sisi lain, tunjangan yang diterima struktural eselon III yang hanya mencapai kelas
oleh pejabat struktural eselon IV cukup jauh jabatan tertinggi 12.
berbeda dan lebih kecil dibandingkan dengan
tunjangan yang diterima oleh pegawai dalam Tabel.8
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 51
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

Pola Tingkatan Jabatan

Sumber: Lampiran Surat Nomor: SR-275/MK.02/2012.

Kaitannya dengan pemberian tunjangan


kinerja, baik terhadap pegawai dalam
jabatan struktural maupun pegawai dalam
jabatan fungsional tertentu, tabel di atas
Sumber: Hasil olah data, 2013 meng-gambarkan tidak adanya perbedaan
yang signifikan diantara keduanya. Hal ini
Tabel di atas menggambarkan bahwa dikarenakan kelas jabatan untuk jabatan
kelas jabatan terendah untuk pegawai dalam struktural eselon III dan eselon IV dengan
jabatan struktural eselon IV (kelas jabatan 8) jabatan fungsional tertentu pada tingkatan ahli
dapat dicapai oleh pegawai dalam fungsional tidak ada perbedaan yang signifikan pula.
tertentu pada level/tingkatan trampil. Di sisi Berdasar uraian-uraian di atas, maka
lain, kelas jabatan terendah untuk pegawai dapat digambarkan simpulan perbandingan
dalam jabatan struktural eselon II (kelas besaran tunjangan jabatan dan tunjangan
jabatan 13) dapat dicapai juga oleh pegawai kinerja antara jabatan struktural eselon III dan
dalam fungsional tertentu pada level/tingkatan eselon IV dengan jabatan fungsional tertentu
ahli. Dengan demikian, dikaitkan dengan pada level/tingkatan ahli, yakni:
pencapaian peng-hasilan (tunjangan jabatan), Tabel.10
Perbandingan Besaran Tunjangan
seorang pegawai dalam fungsional tertentu
akan lebih diuntungkan daripada pegawai
dalam jabatan struktural.
Tabel.9
Tunjangan Kinerja Pegawai
Badan Kepegawaian Negara

52 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

Sumber: Hasil olah data, 2013

Keterangan:
1. Untuk jabatan struktural eselon III dan fungsional tertentu yang relevan di BKN
jabatan fungsional tertentu Madya (terutama untuk jabatan fungsional Analis
diasumsikan rata-rata memiliki kelas Kepegawaian, Auditor dan Pranata Komputer).
jabatan pada level 11; sehingga Hal demikian juga akan dialami pegawai
besarnya tunjangan kinerja adalah Rp. dalam jabatan struktural eselon IV yang
3.855.000,- bergeser kepada jabatan fungsional tertentu
2. Untuk jabatan struktural eselon yang relevan di BKN (terutama untuk jabatan
IV dan jabatan fungsional tertentu fungsional Analis Kepegawaian). Namun
Muda diasumsikan rata-rata memiliki demikian, pegawai dalam jabatan struktural
kelas jabatan pada level 9; sehingga eselon IV yang bergeser kepada jabatan
besarnya tunjangan kinerja adalah Rp. fungsional tertentu yang relevan di BKN akan
2.915.000,- mengalami peningkatan yang cukup signifikan
(terutama untuk jabatan fungsional Perencana
Tabel di atas menyiratkan bahwa dan Peneliti).
besarnya tunjangan yang diterima pegawai PENUTUP
dalam jabatan struktural eselon III akan jauh
lebih kecil apabila bergeser kepada jabatan

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 53


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

Berdasarkan hasil telaahan di atas, IV, kepada jabatan fungsional tertentu,


maka dapat disimpulkan beberapa hal: perlu ada mekanisme tertentu yang
1. Penghasilan atau tunjangan yang diterima mendasari proses perpindahan jabatan
pegawai dalam jabatan struktural eselon yang disandang pegawai dari jabatan
III cukup jauh berbeda dan lebih besar struktural kepada jabatan fungsional
daripada tunjangan yang diterima pegawai tertentu;
dalam jabatan fungsional tertentu yang 2. Kajian formasi terhadap kebutuhan jabatan
relevan di BKN (terutama untuk jabatan fungsional tertentu di lingkup BKN. Hal ini
fungsional Analis Kepegawaian, Auditor agar ada kesesuaian antara beban tugas
dan Pranata Komputer). Sedangkan, organisasi dengan jumlah pegawai dalam
tunjangan yang diterima pegawai dalam jabatan fungsional tertentu, yang sangat
jabatan struktural eselon IV lebih kurang berpengaruh terhadap pengembangan
sama atau lebih kecil sedikit dengan kariernya;
tunjangan yang diterima pegawai dalam 3. Penyesuaian besaran tunjangan untuk
jabatan tertentu yang relevan di BKN (untuk jabatan fungsional tertentu yang belum
jabatan fungsional Auditor dan Pranata sesuai dengan bobot jabatan atau
Komputer). Namun, akan terlihat cukup dengan tunjangan jabatan fungsional
berbeda dan lebih kecil dibandingkan tertentu lainnya. Hal ini diharapkan
dengan tunjangan yang diterima pegawai dapat mendorong motivasi kerja pegawai
dalam jabatan Perencana dan Peneliti. yang telah pindah ke jabatan fungsional
2. Pejabat struktural eselon III dan eselon tertentu;
IV memiliki kelas jabatan yang hampir 4. Orientasi kepada para pegawai baru
sama dengan pegawai dalam jabatan dalam jabatan fungsional tertentu. Dalam
fungsional tertentu yang telah mencapai kaitan ini, dimaksudkan sebagai upaya
tingkatan ahli. Bahkan, pegawai dalam untuk menyesuaikan keberadaan para
jabatan fungsional tertentu pada tingkatan pegawai baru dalam jabatan fungsional
ahli dapat mencapai kelas jabatan yang tertentu terhadap tugas-tugas barunya,
lebih tinggi dibandingkan dengan pegawai sekaligus pengenalan terkait dengan
dalam jabatan struktural eselon III. pengembangan karier pada jabatan
3. Pada beberapa jabatan fungsional tertentu fungsional tertentu;
besaran tunjangan belum mendasarkan 5. Pengembangan kualitas atau kompetensi
pada perhitungan bobot jabatan, sehingga pegawai dalam jabatan fungsional
kurang proporsional di-bandingkan dengan tertentu, disamping untuk menyesuaikan
besaran tunjangan pada jabatan struktural kemampuan kerja dengan tugas barunya,
yang setingkat. juga dimaksudkan sebagai upaya
Berkenaaan dengan upaya peningkatan kinerja pegawai tersebut.
penghapusan Jabatan Eselon III dan IV di
lingkup BKN, maka ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pimpinan organisasi, DAFTAR PUSTAKA
antara lain:
1. Dalam hal proses perpindahan pegawai Conway, B.M. 1984.Salary Surveys: Avoid the
dalam jabatan struktural, khususnya
jabatan struktural eselon III dan eselon
54 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013

Pitfalls, Personnel Journal, Juni 1984. Journal, Februari 1990.


Dessler, Gary. 1984.Manajemen Sumber Daya Soekemi, R.B., Jakoeb Hidajat dan Koesjono.
Manusia (Edisi Bahasa Indonesia), 1988. Hubungan Ketenagakerjaan.
Jakarta: Prenhallindo. Jakarta: Karunika dan Universitas
Flippo, Edwin. 1990. Personnel Management. Terbuka.
Jakarta: Airlangga Stoner. 1986. Management,London: Prentice
Handoko, T. Hani. 1993. Manajemen Personalia Hall International Inc.
dan Sumberdaya Manusiaedisi The Economist, “Low Paid, with Children”, Juli
2.Yogyakarta: BPFE. 1993.
Kanungo, R.N dan Menconca, M. 1992. Quaid, M. 1993. Job Evaluation: The Myth
Compensation: Effective Reward of Equitable Assesment, New York:
Management. Canada: Butterworths. Universityof Toronto Press.
Milkovich, George T., and Bodreau, John W. Werther, William B. Jr. dan Davis, Keith. 1996.
1997. Human Resources Management, Human Resources and Personnel
Toronto : Irwin Publisher. Management. New York: Mc Graw-Hill
Ranupandojo, Heidjrahman dan Suad Husnan. Publication Inc.
1983. Manajemen Personaliaedisi 2.
Yogyakarta: BPFE.
Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber
Daya Manusia, Yogyakarta: STIA
YKPN.
Smith, E.S. 1990.Support Objectives Using
Base Compensation, Personal

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 55

Anda mungkin juga menyukai