Anda di halaman 1dari 9

A.

Dinamika Negara RI sejak Proklamasi hingga dewasa ini


Dinamika kehidupan bangsa Indonesia didalamnya juga menyangkut penjelasan tentang
bentuk Negara, bentuk pemerintahan dan sistem pemerintahan Negara. Sembilan dinamika
kehidupan negara-bangsa Indonesia pada masa sentralisasi khususnya masa Orde Baru
sebagai berikut.
Pertama, pembangunan ekonomi dalam artian pertumbuhan ekonomi berjalan baik.
Pemerintah Orde Baru berhasil memperbaiki situasi ekonomi dari keterpurukan pada
akhir masa Orde Lama, ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat, menaiknya
pendapatan perkapita penduduk dan menurunnya angka kemiskinan secara berarti lebih jauh,
Kedua, walaupun pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka kemiskinan menurun,
pemerataan ekonomi tidak terjadi. Hal yang terjadi adalah ketimpangan ekonomi yang besar.
Terjadi ketimpangan ekonomi antara perkotaan dengan perdesaan (Booth 2000, hal. 75-77),
dan antara Pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa.
Ketiga, ciri yang menonjol lain semasa sentralisasi utamanya semasa Orde Baru adalah
terciptanya keamanan yang kuat, ditandai oleh beberapa hal. Pertama, konflik-konflik agraria
tidak banyak terjadi dan apabila terjadi hanya dalam waktu yang tidak lama. Akibatnya, para
investor perkebunan, pertambangan dan real estate aman dari gangguan penduduk tempatan.
Kedua, konflik antara buruh dengan perusahaan juga jarang terjadi, sehingga perusahaan
aman dari gangguan buruh. Ketiga, konflik SARA hampir tidak terjadi. Pada saat itu terkesan
terjadi integrasi yang baik. Akan tetapi, benarlah kritikan para ahli pada masa itu bahwa
ketiadaan konflik yang berarti hanyalah integrasi semu.
Terbukti ketika negara lemah pada tahun 1998, konflik-konflik menjamur bak
cendawan tumbuh setelah musim penghujan. Ternyata keamanan yang tercipta pada zaman
Orde Baru adalah situasi yang dipaksakan dengan kekerasan yang dilakukan oleh tentara dan
polisi, bukan atas kesepakatan bersama dan dengan kesukarelaan.
Keempat, pada masa sentralisasi, perencanaan pembangunan terpusat di pemerintah
pusat dengan kekuatan tawar yang lemah dari pemerintah kabupaten/kota dan provinsi
terhadap kebijakan yang dibuat. Akibatnya, muncul kebijakan pemerintah yang tidak
responsif terhadap situasi lokalitas. Hal ini disebut oleh Schiler (2002, hal. 4), seorang ahli
politik lokal dari Australia, sebagai ketidakpekaan yang tersentralisasi. Formula-formula
pembangunan semua mengalir dari pusat ke daerah-daerah. Tidak berarti pemerintah daerah
pasif, tetapi kreativitas aparatur pemerintah lokal hanya terbatas pada implementasi kebijakan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat (Lih. Schiller 1996 dan Hidayat 2000).
Kelima, pada masa sentralisasi, kontrol sosial oleh pemerintah lokal terhadap situasi
lokal lemah. Kontrol pada dasarnya berada ditangan instansi-instansi pemerintah pusat.
Keenam, di daerah terbuka hanya sedikit kesempatan bagi orang-orang awam untuk
mengekspresikan perasaan mereka tentang kesenjangan kelas, agama dan etnisitas. Hal ini
disebabkan oleh penyampaian aspirasi mereka diredam dengan kekerasan oleh pemerintah.
Ketujuh, terjadi pengikisan lokalitas secara terstruktur. Cara-cara pengelolaan
kehidupan ala lokalitas tidak diakui dan bahkan disingkirkan dengan strategi homogenisasi,
upaya penyeragaman di seluruh daerah. Penerapan Undang-undang Pemerintah Daerah
No.5/1979 adalah salah satu contoh penyeragaman tersebut. Diberlakukannya penyeragaman
organisasi pegawai negari (KORPRI), Karang Taruna sebagai organisasi pemuda, PKK
sebagai organisasi perempuan dan P3A sebagai organisasi petani pengguna air dengan
struktur yang sama merupakan contoh-contoh lain dari penyeragaman tersebut.
Kedelapan, ciri lain era sentralisasi yaitu, lemahnya masyarakat sipil. Tidak ada
perlawanan yang berarti dari rayat atas kebijakan dan perbuatan aparatur negara. Walaupun
terjadi gejolak pada awal 1990an, gejolak tersebut sebentar dan tidak menggoyahkan
kekuasaan pemerintah. Sepertinya semua orang manut dan cuek terhadap pemerintah. Media
menjadi penyalur informasi dari pemerintah dan organisasi masyarakat sipil tidak
berkembang. Kalaupun berkembang, pekerjaan mereka lebih terfokus kepada pembangunan
dan penyaluran bantuan (lih Eldrige 1999). Memakai istilah Schiller (2001), negara pada saat
itu menjadi penentu daya. Dalam situasi seperti ini, tercipta suasana yang sangat
mengenakkan bagi pemerintah. Berbuatlah apa yang kamu suka, kamu akan aman, karena
masyarakat akan diam.
Ke sembilan, ciri yang lain adalah pekerjaan aparatur pemerintah berkualitas rendah.
Pada masa itu muncul sinyalemen bahwa pekerjaan aparatur pemerintnah ABS (Asal Bapak
Senang) yang berarti pekerjaan dilakukan untuk memuaskan atasan bukan rakyat sebagai
orang yang dilayani. Semua orang hanya berusaha untuk menyenangkan atasan dengan
melakukan apapun termasuk apa yang disebut sebagai “menjilat” untuk menyenangkan atasan
mereka. Konsekeuensinya, kualitas pelayanan publik dan pembangunan tidak menjadi
pertimbangan utama aparatur pemerintah.

B. Kondisi Negara RI sejak Proklamasi hingga dewasa ini


1. Dinamika Negara RI periode 17 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949.
a. Kedatangan tentara sekutu dan NICA
Setelah Proklamasi, RI masih sibuk menata kehidupan bernegara. Keputusan rapat
PPKI tanggal 18 Agustus 1945 tentang pengesahan Pembukaan UUD serta pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden.
b. Belanda membonceng pada tentara sekutu untuk berusaha menjajah Indonesia kembali.
o Tentara sekutu menduduki kota besar di Indonesia.
o Tentara belanda meneror penduduk dan memaksa penduduk untuk mengakui NICA.
o Kekacauan dan gangguan keamanan, sehingga ibukota RI hijrah ke Yogyakarta.
c. Taktik RI enghadapi NICA
1. Dikeluarkannya Maklumat wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945.
2. Maklumat wakil Presiden tanggal 3 November 1945
3. Maklumat pemerintah 14 November 1945
d. Instabilitas keamanan
1. Ditandai dengan dibentuknya beberapa cabinet.
2. Agresi Belanda I 21 juli 1947. Belanda menghianati Linggarjati
3. Persetujuan Renville.
4. Pemberontakan PKI di madiun tangal 18 september 1948.
5. Agresi belanda II tanggal 18 desember 1948. Belanda menghianati Renville.
6. KMB (konfrensi meja bundar)
2. Dinamika Negara RI periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950.
a. Negara bagian tidak setuju dengan bentuk Negara federal karena tidak sesuai dengan
cita – cita perjuangan kemerdekaan. Kemudian Negara – Negara bagian tersebut
mengabungkan diri dengan Yogyakarta jadi RIS hanya berumur 8 bulan.
b. Persetujuan RI Proklamasi dengan RIS (19/05/1950).
c. Perubahan konstitusi RIS dengan menambah esensialia UUD 1945, antara lain Pasal
27,29, dan 33 menjadi UUDS 1950 berdasarkan atas UU No.7/1950 yang mulai berlaku
17/08/1950 (Yamin, 1958: 41). Bentuk Negara federal berubah menjadi kesatua akan
tetapi sistem pemerintahannya tetap parlementer (demokrasi liberal). Dengan demikian
UUD 1945 untuk sementara waktu menjadi kehilangan fungsinya(Joeniarto, 1982:80).
3. Dinamika Negara RI periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959.
a. Diadakannya pemilihan umum tahun 1955 yang diikuti oleh 172 partai. Pemilu berjalan
dengan tertib, aman langsung, umum, bebas, dan rahasia tanpa kekerasan, dan politik
uang.
b. Setelah pemilu diadakan, dibentuk badan konstituante yang dilantik pada tanggal 10
Nopember 1956 dengan tugas menetapkan UUD pengganti UUDS 1950.
c. Adanya pertentangan antara golongan Nasionalis, Islam, dan golongan komunis
mengenai dasar Negara di konstituante.
d. Akibat pertentangan - pertentangan tersebut terjadi Instabilitas politik, keamanan dan
pemerintahan. Instabilitas poltik dan pemerintahan terjadi akibat umur kabinet yang
terlampau singkat sehingga tidak dapat melaksanakan programnya dan bersumber dari
banyaknya partai poltik, yang tidak bersedia bekerja sama dengan kokoh dan konsisten.
e. Presiden pun memberi anjuran kepada konstituante pada 29 April 1959 untuk kembali
pada UUD 1945.
4. Dinamika Negara RI periode 5 Juli 1959 sampai 11 Maret 1966 (Orde lama).
a. Ir. Soekarno selaku Presiden Republik Indonesia/Panglima Tertinggi Angkatan Perang
mengeluarkan dekrit, isi dari Dekrit Presiden 5 juli 1959, adalah sebagai berikut:
1. Membubarkan Konstituante.
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945.
3. Menetapkan tidak berlakunya UUDS 1950.
4. Segera membentuk MPRS dan DPAS
b. Adapun gimnastik revolusioner PKI untuk menggalang kekuatan.
c. TRIKORA pada tanggal 19 Desember 1961. Berawal dari kenginan Belanda untuk
mencengkram Irian Barat dilakukan dengan usaha membentuk Negara Papua. Oleh
karena itu lewat pidatonya di Yogyakarta Presiden mengucapkan TRIKORA, yaitu: 1)
Gagalkan Negara Papua. 2) Kibarkan bendera merah putih di daerah Irian Barat. Dan
3)Bersiap – siaplah untuk mobilisasi umum. Dengan adanya TRIKORA ini dan didesak
oleh PBB, barulah Belanda mau mengadakan perjanjian,yang disebut sebagai perjanjian
New York tanggal 15 Agustus 1962. Belanda bersedai mengakhiri pemerintahannya di
Irian Barat, sementara pemerintahan dipegang oleh PBB dan akan diserahkan kepada
Indonesia tanggal 1 Mei 1963, dan memberikan kesempatan kepada penduduk Irian
barat untuk menentukan nasibnya sendiri(plebisit). Rakyat Irian Barat tetap memilih
bergabung dalam NKRI dengan demikian, baik secara de jure maupun de facto seluruh
wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke sudah menjadi satu dalam NKRI.
d. Dwikora tanggal 3 mei 1964. Isi dwikora adalah perhebat pertahanan revolusi dan
bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya.
e. masih terjadi penyelewengan terhadap UUD 1945, yaitu:
o Lembaga tinggi dan lembaga tertinggi Negara bersifat sementara .
o Kekacauan pembagian kekuasaan diantara lembaga tinggi Negara
(yudikatif,eksekutif, dan legislatif),seperti ketua DPRGR menjadi menteri, ketua
mahkamah agung menjadi menteri,dsb.
o Tap MPRS tentang pemimpin besar revolusi
o Tap MPRS tentang Presiden seumur hidup.
o Adanya Penetapan Presiden(Penpres) dan peraturan Presiden (Perpres) yang
bertentangan dengan hierarki peraturan perundang - undangan, bahkan dikatakan
bersumber dari hokum revolusi.
o Terjadinya G.30.S.PKI(30/09/1965).
o Gagasan demokrasi terpimpin sebagai reaksi terhadap Demokrasi Liberalyang
menyebabkan instabilitas politik dan pemerintahan, dalam praktiknya menjurus
kearah kekuasaan yang otoriter sehingga menyumbat saluran aspirasi dan ABS.
f. Lahirnya Supersemar (10/03/1966) dan lahirnya orde baru,demokrasinya disebut
demokrasi Pancasila. Kekacauan politik, keamanan dan ekonomi terjadi setelah
G.30.S/PKI, dan kondisi Presiden yang terganggu, maka terbitlah Surat Perintah
Sebelas Maret 1966 dari Presiden kepada Letjen Soeharto,Menteri Angkatan Darat.
Adapun isi perintah itu adalah untuk atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin
Besar Revolusi : (1) Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu, untuk
terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan
jalannya revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan
Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS demi untuk
keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti
segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi; (2) Mengadaan koordinasi pelaksanaan
perintah dengan Panglima Angkatan lain dengan sebaik – baiknya; (3) Supaya
melaporkan segala sesuatu yang bersangkut – paut dalam tugas dan tanggungjawabnya
seperti tersebut diatas. Supersemar ini kemudian dikukuhkan dan ditingkatkan status
hukumnya menjadi Tap MPRS RI No.IX/MPRS/1966, tanggal 21 Juni 1966.
g. Kemudian dikeluarkan lagi Tap MPRS-RI No.XXXIII/MPRS/1967 tanggal 12 Maret
1967 tentang pencabutan kekuasaan Pemerintah Negara dari Presiden Soekarno.
h. Setelah keluarnya Tap tadi kemudian dikeluarkan Tap MPRS-RI No.XLIV/1968
tentang pengangkatan pengemban Tap MPRS No.IX/MPRS/1966 sebagai Presiden
Republik Indonesia.
i. dalam keadaan sakit Bung Karno mengucapkan selamat kepada Presiden Soeharto.

5. Dinamika Negara RI periode 11 Maret 1966 sampai 21 Mei 1998 (Orde baru).
a. Tap MPRS No.XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPR GR mengenai sumber
tertib hukum RI dan Tata Urutan Peraturan Perudangan RI.
b. Tap MPRS-RI No.XXV/MPRS/1966 tanggal 5 juli 1966 tentang pembubaran partai
komunis Indonesia, pernyataan sebagai organisasi terlarang diseluruh wilayah Negara
Republik Indonesia bagi Partai komunis Indonesia dan larangan setiap kegiatan untuk
menyebar atau mengembangkan paham atau ajaran Komunisme/Marxisme/Leninisme.
c. Instruksi Presiden No.12/1968 tentang Tata Urutan dan Perumusan Pancasila sesuai
dengan Pembukaan UUD 1945.
d. Pembentukan MPR, DPR, DPA, BPK, dan MA sesuai dengan UUD 1945.
e. Kedudukan dan Hubungan Tata Kerja Lembaga tinggi Negara (Tap MPR
No.III/MPR/1978)
f. Pemilu 1971 diikuti oleh 10 partai politik, sedangkan pemilu 1977, 1982, 1992, 1997
diikuti oleh 3 partai politik.
g. Sidang dan Tap MPR 1973,1978,1983,1988,1993,1998.
h. Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang P4.
i. Pancasia sebagai satu satunya asas bagi organisasi sosial politik (Tap MPR No.
II/MPR/1983) beserta UU No.3/1985 dan UU No.08/1985.
j. Pembatasan penggunaan Pasal 3 dan 37 UUD 1945 melalui referendum (Tap MPR
No.IV/MPR/1983) dan UU No. 05/1985 sebagai upaya pelestarian Pancasila dan UUD
1945.
k. Stabilitas Politik dan Pemerintahan.
l. Krisis moneter, ekonomi dan politik serta tuntutan reformasi.Krisis moneter menjelang
akhir tahun 1997 telah menyulut krisis ekonomi dan lebih jauh menimbulkan krisis
legitimasi pemerintahan.
1. Terjadi demonstrasi yang dipelopori oleh mahasiswa tanpa dukungan dari TNI atau
POLRI dan menuntut Presiden lengser keprabon.
2. Akibat penembakan mahasiswa Trisakti, 12 Mei 1998 oleh aparat keamanan,
kerusuhan makin meluas, bukan hanya di Jakarta, tetapi didaerah lain. Sampai dengan
17 Mei 1998 telah jatuh banyak korban tewas sebanyak 499 orang, di samping ribuan
yang terluka dan lebih dari 4.000 gedung hancur atau terbakar akibat kerusuhan.
Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Mei kelabu.
3. Ribuan mahasiswa menduduki kompleks gedung MPR/DPR (18 Mei 1998) dan ketua
MPR/DPR Harmoko meminta Presiden Soeharto mundur.
4. Presiden Soeharto mengundurkan diri (21Mei 1998) dan menyerahkan kekuasaannya
pada B.J. Habibie
5. Orde Baru yang semula bertekad hendak melaksanakan Pancasila secara murni dan
konsekuen, dalam kenyataannya tergelincir pada sentralisme, otoriterisme dan KKN,
sehingga akhirnya jatuh secara tidak terhormat.

6. Dinamika Negara RI periode 21 Mei 1998 sampai sekarang ini.


a. B.J. Habibie membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan (21/05/1998 – 20/10/1999).
b. Penolakan MPR terhadap pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie (Tap MPR
No.III/MPR/1999 tanggal 19 Oktober 1999).
c. Diadakannya Pemilu tanggal 7 Juni 1999 yang diikuti oleh 48 partai politik dan berjalan
dengan baik.
d. Presiden Abdurachman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Soekarno Putri (20
Oktober 1999 sampai 23 Juli 2001). Kemudian Presiden Abdurachman Wahid
diberhentikan karena konflik antara DPR dengan Presiden.
e. Presiden Megawati Soekarno Putri dengan Wakil Presiden Hamzah Haz (23 Juli 2001
Sampai 20 Oktober 2004).
f. Amandemen pertama UUD 1945 pada 19 Oktober 1999, amandemen kedua UUD 1945
pada 18 Agustus 2000, amandemen ketiga UUD 1945 pada 9 November 2001 dan
amandemen keempat UUD 1945 pada 10 Agustus 2002.
g. Pemilu 5 April 2004 diikuti oleh 24 partai politik.
h. Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 20 Oktober 2004 dimenangkan
oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden dan Yusuf Kalla sebagai Wakil
Presiden.
i. Terjadi berbagai konflik baik di daerah maupun di lembaga tinggi.
j. Terjadi krisis moral dan krisis hukum.
k. Pemilu 2009 yang diikuti oleh 44 partai politik nasional dan 6 partai politik daerah
Nangroe Aceh Darussalam.

C. Dinamika Kehidupan Negara Kesatuan Indonesia


1. Konsep nkri menurut uud 1945
Perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengukuhkan keberadaan
Indonesia sebagai negara kesatuan dan menghilangkan keraguan terhadap pecahnya Negara
Kesatuan Republik Indonesia.Pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 telah memperkukuh prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
tidak sedikit pun mengubah Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi negara federal.
Pasal 1 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan
naskah asli mengandung prinsip bahwa ”Negara Indonesia ialah negara kesatuan,yang
berbentuk Republik.”Pasal yang dirumuskan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
tersebut merupakan tekad bangsa Indonesia yang menjadi sumpah anak bangsa pada 1928
yang dikenal dengan Sumpah Pemuda,yaitu satu nusa,satu bangsa,satu bahasa persatuan,satu
tanah air yaitu Indonesia.Makna negara Indonesia juga dapat dipandang dari segi
kewilayahan. Pasal 25 A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa
“Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
nucsantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan oleh undang-
undang”.Istilah Nusantara dalam ketentuan tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai bentuk final negara bagi bangsa Indonesia.
Kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk negara kesatuan didasari
pertimbangan bahwa negara kesatuan adalah bentuk yang ditetapkan sejak awal berdirinya
negara Indonesia dan dipandang paling tepat untuk mewadahi ide persatuan sebuah bangsa
yang majemuk ditinjau dari berbagai latar belakang (dasar pemikiran).UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945secara nyata mengandung semangat agar Indonesia ini bersatu,baik
yang tercantum dalam Pembukaan maupun dalam pasal-pasal yang langsung menyebutkan
tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam lima Pasal, yaitu: Pasal 1 ayat (1),Pasal
18 ayat (1),Pasal 18B ayat (2),Pasal 25A dan pasal 37 ayat (5) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta rumusan pasal-pasal yang mengukuhkan Negara Kesatuan
Republik Indonesia,dan keberadaan lembaga-lembaga dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.Prinsip kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
dipertegas dalam alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yaitu “…. dalam upaya membentuk suatu Pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”.
2. Keunggulan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Negara Indonesia memiliki berbagai keunggulan.Keunggulan-keunggulan tersebut
menurut Dadang Sundawa dalam tulisannya yang berjudul Kerangka Sosial Budaya
Masyarakat Indonesia (2007:20 – 22) diantaranya adalah:
Jumlah dan potensi penduduknya yang cukup besar, yaitu menempati urutan keempat di
dunia setelah RRC,India,dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang besar merupakan
potensi yang tidak ternilai harganya dalam upaya mengisi dan mempertahankan
kemerdekaan, termasuk sebagai modal dasar dalam melaksanakan pembanagunan dalam
upaya menyejahterakan bangsa.
Memiliki keanekaragaman dalam berbagai aspek kehidupan sosial budaya,seperti adat
istiadat,bahasa,agama,kesenian,dan sebagainya. Perbedaan atau keanekaragaman tersebut
tidak menjadikan bangsa Indonesia bercerai-berai, namun justru merupakan potensi untuk
mnengembangkan dirinya menjadi bangsa yang besar.Hal ini juga didorong oleh adanya
semangat persatuan dan kesatuan sehingga sekalipun terdapat perbedaan, namun bukan
perbedaan yang ditonjolkan tetapi justru persamaannya.
Dalam pengembangan wilayah, kita mempunyai konsep Wawasan Nusantara sehingga
sekalipun terdapat berbagai keanekaragaman namun prinsipnya kita teteap satu pandangan,
yaitu yang memandang bangsa Indonesia merupakan satu kesatuan ideologi,politik,ekonomi,
sosial budaya,dan hankam.
Semangat sumpah pemuda yang selalu merasuki jiwa dan kalbu bangsa Indonesia.
Dengan menunjukkan bahwa kita sama-sama memahami satu wilayah negara dan tanah air
yang sama,yaitu Indonesia; sama-sama merasa berbangsa yang satu bangsa Indonesia, dan
sama-sama menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Indonesia serta memiliki sejarah
yang sama,yaitu sejarah Indonesia.Dalam pergaulan yang ditonjolkan adalah bangsa
Indonesianya,bukan dari mana asal daerahnya.
Memiliki tata krama atau keramahtamahan,sejak dahulu bangsa Indonesia sangat
terkenal akan keramahan dan kesopanannya sehingga sangat menarik bangsa-bangsa lain di
dunia untuk datang ke Indonesia. Namun demikian, akhir-akhir inii ini kesopanan dan
keramahan bangsa Indonesia agak tercemar oleh ulah segelintir manusia yang tidak
bertanggungjawab,terutama yang gemar membuat kerusuhan, kerusakan dan perangai-
perangai lain yang justru membuat bangsa lain takut datang ke Indonesia.
Letak wilayahnya yang amat strategis, yaitu diposisi silang dunia sehingga membuat
Negara Indonesia menjadi wilayah yang amat ramai dan mudah untuk dikunjungi dan
disinggahi oleh bangsa-bangsa lain.
Keindahan alam Indonesia tidak disangsikan lagi, seperti pantai-pantai di Bali (Pantai
Kuta, Pantai Sanur dan sebagainya),Sumatra (Danau Toba),Jawa Barat (Pantai
Pangandaran,Pantai Carita,Gunung Tangkuban Perahu). Keanekaragamann flora dan
faunanya membuat bangsa Indonesia juga sering dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain.
3. Konsep Negara Federal Dalam Konteks NKRI
Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada
rangkaian institusi politik serta digunakan untuk mengorganisasikan suatu Negara demi
penegakan kekuasayannya atas suatu komunitas politik. Federal adalah kata sifat (Adjektif)
dari kata Federasi. Biasanya kata ini merujuk pada pemerintahan pusat atau pemerintahan
pada tingkat nasional. Federasi dari Bahasa Belanda, Federatie berasal dari Bahasa latin
foeduratio yang artinya perjanjian. Federasi pertama dari arti ini adalah perjanjian dari pada
kerajaan Romawi dengan suku bangsa. Jerman yang lalu menetap di Provinsi Belgia, kira –
kira pada abad ke – 4 Masehi. Kala itu, mereka berjanji untuk tidak memerangi sesama, tetapi
untuk bekerja sama saja. Dalam federasi atau Negara serikat (Bondstaat, Bundesstaat), dua
atau lebih kesatuan politik yang sudah atau belum berstatus Negara berjanji untuk bersatu
dalam suatu ikatan politik, ikatan dimana akan mewakili mereka seagai keseluruhan.
Federasi adalah Negara. Anggota – anggota sesuatu federasi tidak berdaulat dalam arti
yang sesungguhnya. Anggota – anggota federasi disebut Negara-bagian, yang di dalam
Bahasa asing dapat dinamakan deelstaat, state, canton atau linder. Dalam pengertian modern,
sebuah federasi adalah sebuah bentuk pemerintahan di mana beberapa Negara bagian bekerja
sama dan membentuk Negara kesatuan. Masing – masing Negara bagian memiliki beberapa
otonomi khusus dan pemerintahan pusat mengatur beberapa urusan yang dianggap nasional.
Dalam sebuah federasi setiap Negara bagian biasanya memiliki otonomi yang tinggi dan bisa
mengatur pemerintahan dengan cukup bebas. Federasi mungkin multietnik, atau melingkup
wilayah yang luas dari sebuah wilayah, meskipun keduanya bukan suatu keharusan. Federasi
modern termasuk Australia, Brazil, Kanada, India, Rusia, dan Amerika Serikat. Bentuk
pemerintahan atau struktur konstitusional ditemukan dalam federasi dikenal sebagai
federalisme.

Anda mungkin juga menyukai