Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP 1

F.5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

Disusun oleh :

dr. Lisa Sriaji Purboningrum

Pendamping :

Dr. M. Wahib Hasyim

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PERIODE NOVEMBER 2019 – MARET 2020

UPTD PUSKESMAS GABUS I

KABUPATEN PATI

JAWA TENGAH

2020
LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP 2

F.5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

“Penyuluhan Tanda, Gejala dan Pencegahan Penyakit Tuberculosis pada


Lansia Puskesmas Gabus I”

Disusun oleh :

dr. Lisa Sriaji Purboningrum

Pendamping :

Dr. M. Wahib Hasyim

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PERIODE NOVEMBER 2019 – MARET 2020

UPTD PUSKESMAS GABUS I

KABUPATEN PATI

JAWA TENGAH

2020
HALAMAN PENGESAHAN 3

F.5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

“Penyuluhan Tanda, Gejala dan Pencegahan Penyakit Tuberculosis pada


Lansia Puskesmas Gabus I”

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati


Jawa Tengah

Pati, 3 Febuari 2020

Pembimbing Dokter Internsip

dr. M. Wahib Hasyim dr. Lisa Sriaji Purboningrum


BAB I 4

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama

dikenal pada manusia. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang

vertebra toraks yang khas pada tuberkulosis paru dari kerangka yang digali di

Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal dari

mumi dan ukiran dinding piramid di Mesir kuno pada tahun 2000-4000 SM (Amin dan

Bahar, 2010).

Penyakit tuberkulosis paru ialah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil

Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff dan Mukty, 2008). Penyakit ini dapat

dihubungkan dengan tempat tinggal didaerah urban dan juga lingkungan yang padat

(Amin dan Bahar, 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

penting di dunia. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah

mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004

menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta

adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah

terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus

tuberkulosis terjadi di Asia Tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus tuberkulosis di

dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000

penduduk.

Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per 100.000

penduduk. Diperkirakan angka kematian akibat tuberkulosis adalah 8000 setiap hari

dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah
terbesar kematian akibat tuberkulosis terdapat di Asia Tenggara yaitu 625.000 orang
5

atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi

terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalensi HIV yang cukup tinggi

mengakibatkan peningkatan cepat kasus tuberkulosis yang muncul.

Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus tuberkulosis

setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru tuberkulosis dan

sekitar 140.000 kematian akibat tuberkulosis. Di Indonesia tuberkulosis adalah

pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian

nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh

kalangan usia (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

Penemuan kasus TB dengan BTA Positif baru di Jawa Tengah tahun 2007

sebanyak 17.318 penderita (Case Detection Rate/CDR, 49,82%), dari penemuan

jumlah kasus tersebut mengalami penurunan sebesar 1,1% jika dibandingkan dengan

penemuan kasus tahun 2005 yang mencapai 50,92% (Dinkes Jawa tengah, 2007).

Data terbaru tahun 2010 angka kejadian TB Paru di Provinsi Jawa Tengah sebesar

107/100.000 penduduk. CDR per kabupaten/kota yang capaiannya dibawah rata-rata

sebanyak 18 kabupaten dengan CDR terendah berada di Kabupaten Boyolali. Angka

kematian (CFR) TB Paru sebesar 2,3% dibawah target Jawa Tengah yaitu 3%,

kondisi ini disebabkan oleh kesadaran penderita untuk minum obat secara teratur

mengalami peningkatan dilihat dari capaian kesembuhan sebesar 90,57% (Bapeda

Jawa Tengah, 2013).

Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang

berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi

penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan

diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan


usia harapan hidup. Lansia merupakan kelompok yang rentan terkena penyakit
6

tuberculosis dikarenakan sisem imun yang menurun dan kurangnya akivitas fisik,

maka dari itu diperlukan pengeahuan tentang penyakit tuberculosis.

1.2 Permasalahan
Bagaimana tingkat pengetahuan lansia Puskesmas Gabus I tentang penyakit
tuberkulosis paru?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk meningkatkan pengetahuan lansia Puskesmas Gabus I tentang
penyakit tuberkulosis paru
b. Untuk meningkatkan Pencegahan penyakit tuberkulosis paru di Puskesmas
Gabus I pada lansia

2. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan pengetahuan lansia Puskesmas Gabus I tentang Tanda,


Gejala, pencegahan, bahaya penyakit tuberkulosis paru

1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis

Memberikan tambahan informasi mengenai Tanda, gejala, Pencegahan


penyakit tuberkulosis paru

2. Manfaat Praktis
a) Bagi Puskesmas
Membantu dalam pengembangan program promosi kesehatan terutama
dikalangan lansia
b) Bagi Masyarakat
1) Sebagai tambahan dan informasi tentang pentingnya Tanda, Gejala,
penyakit tuberkulosis paru
2) Menambah wawasan tentang pencegahan, bahaya penyakit tuberkulosis
paru
BAB II 7

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis Paru
2.1.1. Definisi
Tuberkulosis paru adalah infeksi paru oleh Mycobacterium tuberculosis
yang dapat menyebar ke segmen paru lain melalui bronki, atau ke organ
Lain melalui darah atau pembuluh getah bening (Dorland, 2002) .
2.1.2. Etiologi

Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri batang tipis lurus berukuran


sekitar 0,4 x 3 µm. Mikobakterium tidak dapat diklasifikasikan menjadi grampositif
atau gram-negatif. Basil tuberkulosis sejati ditandai dengan “tahan asam”
yaitu, 95% etil alkohol mengandung 3% asam hidroklorat (asam-alkohol) dengan
cepat menghilangkan warna semua bakteri kecuali mikobakterium. Teknik pewarnaan
Ziehl-Neelsen digunakan untuk mengidentifikasi bakteri tahan asam.

Pada sediaan apus sputum atau potongan jaringan, mikobakterium dapat


ditunjukkan dengan fluoresensi kuning-oranye setelah pewarnaan dengan fluorokrom
(misalnya, auramin, rodamin). Mikobakterium adalah aerob obligat dan mendapatkan
energi dari oksidasi banyak komponen karbon sederhana. Waktu replikasi basilus
tuberkulosis sekitar 18 jam dan berproliferasi dengan baik
pada suhu 22-23 oC (Jawetz, et al., 2007).

Menurut Djojodibroto (2009), basil mikobakterium mengandung banyak


bahan yang bersifat antigenik yang sebagian besar antigen ini merupakan golongan
heat-shock protein. Antigen yang spesifik untuk spesies M. Tuberculosis berasal dari
golongan protein yang mempunyai berat molekul 35.000 dalton. Limfosit T dan B
akan merespon antigen yang spesifik ini. Mikobakterium kaya akan lipid, yang terdiri
dari asam mikolat (asam lemak rantai panjang C78-C90), lilin, dan fosfat. Di dalam
sel, lipid banyak terikat dengan protein dan polisakarida. Muramil dipeptida (dari
peptidoglikan) yang membuat kompleks dengan asam mikolat dapat menyebabkan
pembentukan granuloma; fosfolipid penginduksi nekrosis kaseosa. Lipid pada
beberapa hal bertanggung jawab pada sifat tahan asamnya. Strain virulen basil
tuberkel membentuk “serpentine cords”. Pada bentuk ini basil tahan asam tersusun
dalam untai paralel (Jawetz, et al., 2007). 8

2.1.3. Penularan

Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak


dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial
ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,
meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan
adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang
lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang
peranan penting dalam terjadinya infeksi tuberkulosis paru (Hasibuan, 2010).

Menurut Lawrence, et al. (2002), infeksi M. tuberculosis dimulai ketika


droplet aerosol yang berisi organisme hidup terinhalasi oleh orang yang rentan
terhadap penyakit. Bakteri tuberkulosis ini ada di udara ketika seseorang yang
terinfeksi tuberkulosis batuk, bersin, berbicara, ataupun bernyanyi (CDC, 2012).
Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama.

Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari


langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam
dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan
oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang
memungkinkan seseorang terpajan kuman tuberkulosis ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes
RI,2011). Penularan lebih mudah terjadi bila ada hubungan yang erat dan lama
dengan penderita tuberkulosis paru aktif, yaitu golongan penderita yang disebut
sebagai open case (Alsagaff dan Mukty, 2008).

2.1.4. Faktor Risiko

Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien tuberkulosis


adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi
(gizi buruk). Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh
9
seluler (cellular immunity) dan merupakan faktor risiko paling kuat bagi yang
terinfeksi tuberkulosis untuk menjadi sakit tuberkulosis (tuberkulosis aktif). Bila
jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien tuberkulosis akan
meningkat, dengan demikian penularan tuberkulosis di masyarakat akan meningkat
pula. Riwayat alamiah pasien tuberkulosis yang tidak
diobati juga merupakan faktor risiko (Depkes RI, 2011).
Menurut Al-Amin (2010) di dalam penelitiannya, ada berbagai faktor
risiko yang bisa menyebabkan penularan penyakit tuberkulosis, yaitu :
1. Usia
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada panti
penampungan orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa
kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara
bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru
biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75%
penderita tuberkulosis paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50
tahun.
2. Jenis kelamin
Di benua Afrika pada tahun 1996 jumlah penderita tuberkulosis paru
lakilaki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita tuberkulosis paru
pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita.
Tuberkulosis paru lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan
wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga
memudahkan terjangkitnya tuberkulosis paru.

3. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan
seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan
dan pengetahuan penyakit tuberkulosis paru, sehingga dengan
pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai
perilaku hidup bersih dan sehat.

4. Kepadatan hunian kamar tidur


Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab
10
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu
anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada
anggota keluarga yang lain. Antara kelompok yang berisiko untuk menularkan
penyakit tuberkulosis adalah pelajar-pelajar di asrama sekolah.

5. Kondisi rumah
Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembangbiakan kuman.
Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan
debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi
berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium tuberculosis.

6. Keadaan sosial ekonomi


Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya
beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh
terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan
kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi
tuberkulosis paru.
2.1.5. Patogenesis

A. Tuberkulosis Primer

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di


jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian
manasaja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah
satu nasib sebagai berikut :

1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad


integrum).
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon,
11
garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus).
3. Menyebar dengan cara. :
a. Perkontinuitatum.
menyebar ke sekitarnya Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu
kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar
hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas
bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan
menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang
atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis
tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke
paru sebelahnya atau tertelan. .
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak
terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan
keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis
tuberkulosis, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat
menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang,
ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan
penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
a) Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan
terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis,
tuberkuloma).
b)Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis
Primer (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).
B. Tuberkulosis Postprimer. .

Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah


tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis
postprimer mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis
bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan
sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah
kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis
12
postprimer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen
apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya
berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang
pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan
dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi
pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang
tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan membentuk jaringan
keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan
kaseosa).Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju
keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan
menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi:
a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang
pneumoni ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang
disebutkan di atas.

b. Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut


tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh,
tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi
kaviti lagi.
c. Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau
kaviti menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil
Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut
sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped) (Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2006)

2.1.6. Manifestasi Klinis

Gejala utama pasien tuberkulosis paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
13
menurun,
berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes RI, 2011).
Gejala-gejala khusus atau khas pula tergantung dari organ tubuh mana
yang terkena. Bila terjadi sumbatan di sebagian bronkus akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, ia akan menimbulkan suara "mengi"
yaitu suara nafas melemah yang disertai sesak. Jika ada cairan di rongga
pleura, ia dapat disertai dengan keluhan sakit dada (Al-Amin, 2010).
2.1.7. Diagnosis

1.Anamnesis dan pemeriksaan fisik


Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :
Tanda-tanda infiltrat (redup, bronkial, ronki basah, dan lain-lain).
Tanda-tanda pennarikan paru, diafragma dan mediastinum.
Sekret di saluran nafas dan ronki.
Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan
langsung dengan bronkus.
2 Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)
3. Pemeriksaan sputum BTA
4. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik
terhadap basil TB.
5. Tes Mantoux/Tuberkulin
. Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang
diagnosis tuberkulosis, yaitu :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal
lobus bawah.
2) Bayangan berawan (patchy) atau bercak (nodular).
3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda.
4) Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
5) Adanya kalsifikasi.
6) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
7) Bayangan milier (Mansjoer, Triyanti, Savitri, et al., 2000) 14
2.1.8. Pengobatan

Menurut PDPI (2006), pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase


yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang
digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan. Jenis obat utama (lini 1) yang
digunakan adalah INH, rifampisin, pirazinamid, streptomisin dan etambutol.
Sedangkan jenis obat tambahan yang digunakan adalah kanamisin, amikasin dan
kuinolon.
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menjadi tidak menular dalam
kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien tuberkulosis BTA positif menjadi BTA
negatif (konversi) dalam 2 bulan. Kemudian pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis
obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Menurut Amin dan Bahar (2009), WHO telah menetapkan regimen
pengobatan standar yang membagi pasien menjadi empat kategori berbeda
menurut definisi kasus tersebut. .
2.1.10. Komplikasi.

Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum


pengobatan dalam masa pengobatan ataupun setelah selesai pengobatan. Beberapa
komplikasi dini yang mungkin timbul adalah batuk berdarah, pneumotoraks, luluh
paru, gagal napas, gagal jantung dan efusi pleura (PDPI, 2006).
Ada pula komplikasi lanjut yang dapat timbul berupa obstruksi jalan napas
yang dapat menyebabkan SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis),
kerusakan parenkim berat yang dapat menyebabkan fibrosis paru, kor pulmonal. .
2.1.11. Pencegahan.

Penyakit tuberkulosis ini bisa dicegah. Seperti yang diketahui, mencegah


lebih baik dari mengobati. Antara pencegahan penyakit tuberkulosis yang bisa
dilakukan oleh masyarakat adalah ventilasi dan pencahayaan rumah yang baik
serta menutup mulut saat batuk. Selain itu, masyarakat juga perlu menjaga
kebersihan lingkungan termasuk alat makan dan tidak meludah di sembarang
15
tempat (Rahmawati VK, 2009 dalam Al-Amin, 2010).
Selain pencegahan yang dinyatakan di atas, terdapat juga vaksinasi yang
bisa mencegah terjadinya penyakit tuberkulosis ini yaitu vaksin BCG (Squire B.,
2009 dalam Al-Amin, 2010)

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
BAB III 16

PELAKSANAAN KEGIATAN DAN INTERVENSI

A. TUJUAN
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, peserta penyuluhan
diharapkan mampu memahami tanda dan gejala ,pencegahan penyakit
tuberkulosis.

B. METODE
Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi/ tanya jawab.

C. MEDIA
Media yang digunakan yaitu leaflet.

D. SASARAN
Peserta Lansia Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.

E. WAKTU
Penyuluhan tentang penyakit tuberkulosis.dilaksanakan pada :
1. Hari, tanggal : Sabtu 7 Desember 2019
2. Jam : 08.00 WIB

F. TEMPAT
Penyuluhan dilaksanakan di Puskesmas Gabus I Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati.
G. KEGIATAN
Langkah- WAKTU Kegiatan Kegiatan
langkah Penyuluhan Masyarakat
1. Pendahuluan 5 menit 1.Menyampaikan 1. Membalas salam
salam 2.Mendengarkan
2.Memperkenalkan dengan seksama
diri 3.Memberikan
3.Menjelaskan respon
tujuan 4.Berpartisipasi 17
4.Menyampaikan aktif
estimasi waktu
5.Menggali persepsi
masyarakat terkait
tuberkulosis

2. Penyajian 10 menit 1. Menjelaskan 1. Mendengarkan


materi tentang : dengan seksama
a.Definisi
tuberkulosis
b. Etiologi dan
Faktor risiko
tuberkulosis
c. tanda dan gejala
tuberkulosis
d.Pengelolaan dan
penceahan
tuberkulosis

3. Penutup 5 menit 1. Memberikan 1.Mengajukan


kesempatan untuk pertanyaan
bertanya 2. Berperan aktif
2.Melakukan 3. Mendengarkan
evaluasi dengan dengan seksama
mengajukan
pertanyaan terkait
bahasan
sebelumnya
3. Menyampaikan
kesimpulan dan
anjuran waspada 18
tuberkulosis

A. EVALUASI DAN PELAKSANAAN


1. Evaluasi Proses
1. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
2. Peserta berperan aktif selama jalannya penyuluhan
2. Evaluasi Hasil
Bentuk : tanya jawab
Jumlah : 3
1) Apa itu tuberculosis?
2) Apa tanda dan gejala tuberculosis?
3) Bagaiana pencegahan tuberculosis?

Hasil : peserta mampu menjawab dengan cukup baik


BAB IV 19

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kasus Tuberkulosis memiliki prevalensi yang besar dan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas yang tinggi.
2. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai tuberkulosis, antisipasinya
terkait faktor risiko yang relevan, serta penatalaksanaannya
3. Edukasi terkait tuberkulsis dan penatalaksanaannya mampu memberikan wawasan
kepada lansia dan dapat enurunkan prevalensinya

B. Saran
1. Tenaga kesehatan dan kader proaktif untuk mengedukasi lansia tentang
tuberkulosis
2. Tenaga kesehatan dan kader secara kontinyu memberikan infromasi tentang
penceahan tuberkulosis .
DAFTAR PUSTAKA 20

Aditama,. T, 2000. Tuberkulosis Paru. Universitas Indonesia : Jakarta.


Amin,. M, 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press:
Jakarta.
Departmen Kesehatan RI,. 2007. Strategi Penanggulangan Tuberkulosis di
Indonesia 2006-2007. Jakarta.
Harun,. M, 2002. Tuberkulosis Klinis. Widya medila : Jakarta
Hendrawan,. N, 1996. Penyebab Pencegahan dan Pengobatan Tuberkulosis paru.
Puspas swara : Jakarta
Misnadiarly,. 2006. Mengenal, Menanggulangi TBC Paru, Ekstra Paru, Anak
dan Pada Kehamilan. Pustaka Popolar Obor.:Jakarta.
Nurhidayah,. I , 2007. Makalah Hubungan antara Karaktristik Lingkungan
Rumah Dengan kejadian Tuberkulosis (TB) Pada Anak Di Kecamatan
Paseh Kabupaten Sumedang.
Stanford,. 1994. Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi. Gadjah mada
University Press : Yogkarta
Suarni,. H, 2009. Jurnal Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian TB
Paru dikecamatan Pancoran Mas Depok Tahun 2009.
Smith,.P.G, 1994. Epidemiologi of Tuberkulosis Pathogenesis, Protection and
Control. ASM press: Washington DC
Tobing,. T.L, 2008. Skripsi Pengaruh Prilaku penderita TB Paru dan Kondisi
Sanitasi Terhadap Pencegahan Potensi Penularan TB Paru Pada tahun 2008.
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN 21
22
23

Anda mungkin juga menyukai