Anda di halaman 1dari 13

Kalimat Efektif

Tujuan tulis menulis adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi
pikiran secara jelas dan efektif, kepada para pembaca. Sebab itu ada beberapa persoalan yang
harus diperhatikan untuk mencapai penulisan yang efektif, misal; pertama-tama pengarang
harus mempunyai suatu objek yang ingin dibicarakan; kedua bila ia sudah menemukan objek
itu, maka ia harus memikirkan dan merenungkan gagasan atau idenya secara jelas, kemudian
mengembangkan gagasan-gagasan utamanya secara segar, jelas, dan terperinci.
Semuanya ini harus merupakan bentuk-bentuk pertama dalam gagasan pengarang.
langkah kedua adalah ia harus menuangkannya dalam bentuk-bentuk kalimat, yaitu dalam
bentuk kalimat yang baik sehingga mereka yang membacanya sanggup mengadakan
penghayatan kembali sejelas dan sesegar sebagai pada waktu gagasan-gagasan itu pertama
kali muncul dalam pikiran pengarang. Bila kalimat-kalimat itu sanggup menciptakan daya
khayal dalam diri pembaca atau pendengar seperti atau sekurang-kurangnya mendekati apa
yang dibayangkan oleh pengarang, maka dapatlah dikatakan bahwa kalimat-kalimat yang
mendukung gagasan itu sudah cukup efektif, cukup baik menjalankan tugasnya.
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya
secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif
dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau
pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca
dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud
oleh penulis atau pembicaranya.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai
pada sasaran yang tepat. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif,
gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta
sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami
orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas,
dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan
informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi:
2009)
5. Kalimat efektif dipahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu menjelaskan
sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah dimengerti serta diartikan.
(ARIF HP: 2013)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu
sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang
sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba, menyusun dan menuangkan
gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Tetapi
apakah dengan menguasai pola-pola kalimat suatu bahasa seseorang sudah merasa yakin
bahwa ia telah menguasai bahasa itu dengan baik?
Kalimat merupakan unsur karangan terkecil pembawa gagasan yang relatif lengkap.
Sebagai pembawa pesan yang relatif lengkap, kalimat merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan dalam menulis karangan. Hal ini disebabkan karangan terdiri dari atas suatu
gagasan besar yang dipecah-pecah menjadi gagasan-gagasan yang lebih kecil yang berbentuk
paragraf dan dipecah lagi menjadi gagasan yang lebih kecil lagi yang tertuang dalam kalimat.
Kejelasan gagasan dalam karangan sangat ditentukan oleh jelas atau tidaknya gagasan yang
ada dalam kalimat-kalimat yang mendukungnya. Karangan yang didukung oleh kalimat-
kalimat yang tidak jelas gagasannya akan membuat pembaca tidak memahami konsep yang
ada dalam karangan tersebut. Dalam perwujudannya kalimat berupa tulisan yang dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru.
Dalam komunikasi sehari, kita memerlukan bahasa sebagai media, karena ia
memberikan kemungkinan yang sangat luas bila dibandingkan dengan cara-cara lain, misal;
gerak-gerik, isyarat-isyarat dengan bendera atau panji, asap, dan sebagainya. Bahasa sebagai
media komunikasi hanya akan bermanfaat sebaik-baiknya bila ia dikuasai oleh mereka yang
masuk dalam lingkaran komunikasi tersebut. Penguasaan bahasa dengan demikian tidak saja
mencakup persoalan penguasaan kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis bahasa itu, tetapi juga
mencakup beberapa aspek lainnya.
Aspek-aspek penguasaan bahasa meliputi;
1. Penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata (kosakata) bahasa
tersebut,
2. Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif,
3. Kemampuan menemukan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan-
gagasan,
4. Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.
Sebuah kalimat efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi
pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar, dan sanggup
menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang dibicarakan. Kalimat yang
efektif memiliki kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada
pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembicara atau penulis.
Di samping itu kalimat yang efektif selalu tetap berusaha agar gagasan pokok selalu mendapat
tekanan atau penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar.
Dalam menulis diperlukan kemampuan menyusun kalimat yang baik, yang biasa dikenal
dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang isinya dapat dipahami pembaca
secara tepat. Kalimat ini memiliki dua ciri umum yaitu ;
1. Mampu mewadahi konsep/gagasan yang dimiliki penulis secara tepat,
2. Mampu menimbulkan kesamaan pandangan atau gagasan antara pembaca dengan
penulisnya.
Agar kalimat dalam karangan ilmiah seperti ciri di atas, maka dalam penyusunannya
diperlukan berbagai persyaratan. Secara garis besar, kalimat efektif itu mempunyai ciri-ciri;
1. Gramatikal,
2. Bernalar atau logis,
3. Efisien,
4. Jelas, tidak ambiguitas
Keempat hal yang menjadi syarat ini merupakan syarat pokok yang perlu dimiliki oleh
semua kalimat dalam karangan ilmiah. Syarat yang lain, misalnya keparalelan dan kevariasian
hanya berlaku pada kalimat-kalimat tertentu sedangkan syarat penekanan bersifat relatif
mengingat yang tahu secara pasti hanya penulis.

Gramatikal
Syarat pertama kalimat efektif adalah kegramatikalan atau kebenaran kalimat. Suatu
kalimat dikatakan gramatikal atau benar apabila penyusunannya mengikuti kaidah bahasa
Indonesia yang bersangkutan. Ketaatan pada kaidah ini tampak pada struktur yang dibangun
dalam kalimat tersebut. Kaidah tata bahasa dapat dilihat dalam buku Tatabahasa Baku Bahasa
Indonesia. Selain itu kaidah tata bahasa selalu dimiliki oleh penutur asli. Maksudnya, penutur
asli (misalnya penutur asli bahasa Indonesia ) mempunyai kepekaan terhadap kaidah tata
bahasanya. Dia dapat mengatakan secara intuitif “ kalimat itu tidak lazim” atau kalimat itu tak
pernah digunakan”. Penutur asli bahasa Indonesia mestinya tidak akan mengatakan “Adik
punya baju saya pakai” dengan maksud “Baju adik saya pakai”, karena itu tidak lazim dalam
bahasa Indonesia. Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur
sintaksis (tata kalimat), bentuk kata dan ketepatan diksi.
Berdasarkan struktur sintaksis, kalimat dikatakan gramatikal apabila urutan kata-kata
yang membentuk kalimat itu tepat dan lazim digunakan oleh masyarakat penuturnya. Kalimat
dibawah ini;
(1) Surat itu saya telah tanda tangani.
Merupakan kalimat yang tidak gramatikal, karena urutan kata yang menduduki fungsi
predikat tidak sesuai dengan kaidah urutan dalam bahasa Indonesia. Urutan kata yang tepat
adalah kata saya pada kalimat di atas dan kata tandatangani tidak dipisahkan dengan kata
telah. Kata saya pada kalimat tersebut merupakan imbuhan yang membentuk kata kerja
persona. Kalau demikian, maka kata saya dan tanda-tangani mempunyai hubungan erat dan
tidak boleh disisipi oleh bentuk yang lain. Seharusnya kalimat itu seperti berikut;
(1a) Surat itu telah saya tanda tangani.
Ketepatan urutan kata tidak semata-mata ditentukan oleh urutan fungsi-fungsi kata dalam
kalimat. Urutan fungsi-fungsi kata dalam kalimat di bawah ini;
(2) Buku itu diambil oleh saya
(3) Masalah itu sudah diselesaikan oleh kita.
Kalimat di atas berpola sama, yaitu subjek-predikat-objek. Namun kalimat (2) dan (3)
digolongkan pada kalimat tidak gramatikal. Kedua kalimat itu tidak mengikuti kelaziman
urutan. Penggunaan kata saya dan kita (termasuk kata kami dan aku) sebagai objek pelaku
dalam bahasa Indonesia kurang lazim. Kata-kata itu (saya, aku, kita dan kami) dalam kalimat
pasif sebaiknya tidak digunakan sebagai objek pelaku. Sebaiknya kalimat (2) dan (3)
diperbaiki menjadi ;
(2a) Buku itu saya ambil
(3a) Masalah itu sudah kita selesaikan
Masih berkenaan dengan struktur sintaksis sebagai penentu kegramatikalan kalimat, di
bawah ini disajikan kalimat yang mempunyai penyimpangan struktur;
(4) Di buku ini membicarakan krisis ekonomi dunia
(5) Bagi anak kecil memerlukan contoh
Kedua kalimat di atas mempunyai subjek yang didahului kata tugas. Subjek kalimat dalam
bahasa Indonesia biasanya berupa kata benda (nomina) atau frasa yang dibendakan. Kalimat
gramatikal harus lengkap yaitu dapat mengungkapkan informasi (disebut juga proposisi atau
makna) secara utuh. Artinya, proposisi atau makna kalimat itu diungkapkan tidak sepotong-
potong. Suatu kalimat dapat dikatakan lengkap apabila mempunyai kelengkapan struktur.
Kelengkapan struktur kalimat ditandai dengan (1) kemampuan kalimat itu untuk berdiri bebas
(artinya proposisi kalimat itu bukan merupakan bagian dari kalimat lain dan (2) mengandung
unsur inti kalimat. Unsur inti kalimat itu meliputi subjek, predikat dan objek (khusus untuk
predikat yang berjenis kata kerja transitif seperti kata membelikan, menuliskan). Kalimat yang
tidak lengkap biasa disebut kalimat fragmentaris yaitu penggalan atau potongan dari sebuah
kalimat. Contoh ;
(5a) Apalagi terhadap masakan yang tak berbau daging babi. (kalimat fragmentaris)
(5b) Masakan yang tak berbau daging babi sangat disukai orang islam. (kalimat lengkap)
Berdasarkan tata bentukan, kalimat dikatakan gramatikal apabila bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat itu sesuai dengan kaidah pembentukan kata. Kesalahan
pembentukan kata yang digunakan dalam kalimat biasanya berupa (1) ketidaklengkapan
pembentukan dan (2) ketidakcermatan pembentukan kata. Di bawah ini contoh kalimat yang
tidak gramatikal karena kesalahan pembentukan kata;
(6) Mike Tyson pukul KO lawannya.
(7) Pemerintah bantu korban bencana alam.
Kata-kata yang dicetak miring seharusnya memukul dan membantu.
Selanjutnya berdasarkan ketepatan diksi, sebuah kalimat dikatakan gramatikal apabila
dalam kalimat itu tidak terdapat pemakaian kata yang tidak lazim. Kata-kata digunakan
dengan makna yang tepat serta sesuai dengan perilakunya khususnya kata-kata yang
mempunyai (makna) dan sinonim. Perhatikan kalimat contoh berikut!
(8) Lampu di ruang tamu itu telah tewas.
(9) Ibu saya tampan sekali.
Kedua kalimat contoh itu tidak gramatikal, karena pemakaian kata dalam kedua kalimat
itu tidak sesuai dengan kaidah penggunaan kata. Kata tewas bersinonim dengan kata mati,
kata tampan dengan cantik. Namun, kata-kata itu mempunyai perilaku yang berbeda dengan
sinonimnya. Kata tewas, misalnya, dalam bahasa Indonesia digunakan dalam hubungannya
dengan makhluk hidup, insani dan terhormat. Contoh;
(10)Pahlawan itu tewas dalam pertempuran di sekitar Laut Aru.
Selain kata-kata yang mempunyai ciri itu biasanya tidak digunakan kata tewas. Untuk
mendapatkan kalimat yang gramatikal, kalimat di atas dapat diubah menjadi
(8a) Lampu di ruang itu telah mati.
(9a) Ibu saya cantik sekali.
Berdasarkan uraian di atas secara ringkas dapat dikatakan bahwa kegramatikalan
kalimat tergantung pada (1) ketepatan dan kelaziman urutan kata (2) ketepatan fungsi
kata, (3) kelengkapan unsur struktur, (4) ketepatan penggunaan pembentukan kata,
dan (5) ketepatan penggunaan kata (diksi).

LOGIS
Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi (proposisi) kalimat tersebut dapat
diterima oleh akal atau nalar. Logis-tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan
strukturnya. Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang dipaparkan
dalam kalimat. Suatu kalimat dikatakan logis apabila (1) gagasan yang disampaikan
masuk akal, (2) hubungan antargagasan dalam kalimat masuk akal, dan (3) hubungan
gagasan pokok dan gagasan penjelas juga masuk akal. Contoh ;
(11)Kuda memanjat pohon.
Kalimat (11) merupakan kalimat yang tidak logis, karena tidak masuk akal. Tentunya
tak seorang pun menjadi saksi bahwa ada kuda yang dapat memanjat pohon.
Kelogisan kalimat didukung oleh ketepatan diksi dan bentukan kata yang digunakan. Diksi
yang tepat akan dapat membantu memperjelas informasi yang dikandungnya. Perhatikan
contoh berikut!
(12)Pencopet itu telah berhasil oleh aparat kepolisian.
Dalam kalimat (12), siapa yang berhasil? Polisi ataukah pencopet? Tentunya polisi
yang berhasil, sedang pencopet yang mengalami naas (bukan berhasil). Jadi, sebaiknya kata
berhasil pada kalimat (12) dihilangkan.
Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh pembentukan kata. Contoh;
(13)Rina menangkapkan kupu-kupu adiknya.
Siapakah yang ditangkapkan Rina? Kupu-kupu atau adiknya? Pada kalimat (13) kata
menangkapkan berarti ‘menangkap untuk’. Jadi kalimat (13) itu berarti ‘Rina menangkap
adiknya untuk kupu-kupu’. Benarkah menurut akal sehat kita? Kalimat itu sebaiknya diubah
menjadi seperti di bawah ini
(13a) Rina menangkapkan adiknya kupu-kupu.
(13b) Rina menangkap kupu-kupu untuk adiknya.
Kalimat tidak logis dapat disebabkan oleh penggunaan logika bahasa yang salah
seperti tampak pada kalimat berikut.
(14) Waktu dan tempat kami persilahkan !
(15) Yang merasa kehilangan buku harap diambil di kantor TU.
Kalimat (14) dan (15) tersebut di atas termasuk kalimat yang tak logis. Untuk kalimat
(14) siapakah yang dipersilahkan? Tentunya bukan waktu dan tempat melainkan orang. Untuk
kalimat (15) apa yang dapat diambil di kantor TU? Buku ataukah yang merasa kehilangan
buku? Kalimat yang salah logika itu dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut.
(14a) Waktu dan tempat kami serahkan.
(14b) Yang terhormat Bapak … kami persilahkan!
(15b) Yang merasa kehilangan buku harap mengambilnya di kantor TU.

EFISIEN
Kalimat efisien atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan padat kata. Artinya
kalimat, itu hanya menggunakan kata sesedikit mungkin tetapi dapat menyampaikan
informasi secara tepat dan jelas. Pengungkapan informasi dengan menggunakan banyak kata
merupakan pemborosan. Penggunaan kata yang berlebihan menjadikan kalimat menjadi
berbelit-belit dan sulit dipahami. Contoh :
(16) Sesuai dengan pengamatan kami yang selama kurang lebih dua bulan melaksanakan
program Kuliah Kerja Nyata yang kami programkan di desa Semanten di mana salah satu
kegiatan itu adalah di dalamnya terdapat sektor Keluarga Berencana, di mana
pelaksanaan KKN itu dilaksanakan bulan Juni, Juli 1981 bahwa pelaksanaan Keluarga
Berencana desa Semanten belum berhasil.
Kalimat (16) di atas benar-benar padat kata, bukan padat isi. Beberapa kata diulang-
ulang (misalnya frasa Keluarga Berencana, KKN dsb) sehingga menimbulkan kekaburan
makna. Kalimat itu dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut;
(16a) Sesuai dengan pengamatan kami saat melaksanakan program KKN di desa Semanten
pada bulan juni-juli 1981, ternyata pelaksaan KB di desa tersebut belum berhasil.
Penggunaan kalimat (16a) itu relatif lebih hemat dan ide yang disampaikan tidak
terlalu berbeda jauh. Jadi, bahwa kalimat efisien itu merupakan kalimat yang ringkas, tetapi
dapat mengungkapkan maksud dengan tepat, lengkap dan jelas.
Kalimat efisien ditandai dengan tiadanya unsur kalimat yang tak ada manfaatnya (atau tidak
ada unsur mubazir ). Contoh :
(17) Pasukan Mujahiddin saling tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul
dukungan Soviet diperbatasan kota
(18) Amuba itu hewan yang amat sangat kecil sekali
Kata tembak-menembak mempunyai arti ‘saling menembak’. Jadi penggunaan kata
saling pada frasa saling tembak-menembak tidak perlu. Selanjutnya, frasa amat sangat kecil
sekali mengandung tiga unsur yang sinonim yaitu, kata amat, sangat dan sekali. Keduanya
sebagai pengeras yang mempunyai makna relative sama. Oleh sebab itu, penggunaan tiga kata
itu secara bersama-sama sebaiknya dihindari, cukup menggunakan salah satu saja.
Dalam percakapan sehari-hari atau pun di surat kabar sering dijumpai penggunaan
unsur mubazir. Unsur mubazir itu dapat berupa penggunaan kata tugas seperti pada kalimat
berikut;
(19) Ibu dari Bapak Darmo meninggal pada hari Sabtu yang lalu.
(20) Mereka membicarakan tentang hasil penelitiannya.
Kata yang dicetak miring merupakan unsur yang mubazir. Kata-kata itu tidak
mempunyai fungsi gramatikal. Agar kalimat menjadi efisien kata tersebut harus dihilangkan.
Syarat-syarat Kalimat Efektif
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca
dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Struktur Kalimat Efektif


Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk,
sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya
benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang
strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu
pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang
terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang
jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan
yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan
biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai
bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya
akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menulis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan.
Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya.
Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan
berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural
pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal
ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hukum yag sudah
dibiasakan.

JELAS
Tujuan menyusun kalimat adalah untuk menyampaikan informasi (proposisi)
kepada orang lain. Tujuan itu dapat tercapai bila proposisi kalimat itu dapat dipahami dengan
mudah oleh para pembaca. Kalimat yang proposisinya mudah dipahami itulah yang
dinamakan kalimat jelas. Sebaliknya, kalimat yang mempunyai kemungkinan banyak tafsir
dinamakan kalimat ambigu. Kalimat yang ambiguitas dalam karang-mengarang harus
dihindari, sebab dapat menimbulkan salah pengertian. Contoh;
(21) Gadis itu tidak cantik, pandai dan ramah.
Kalimat (21) termasuk kalimat yang ambiguis atau mendua arti. Kalimat mempunyai
kemungkinan makna seperti berikut;
(21a) Gadis itu pandai, ramah, dan tidak cantik.
(21b) Gadis itu tidak cantik, tidak pandai dan tidak ramah.
Kesalahan penggunaan tanda baca dapat menimbulkan ketidakjelasan kalimat. Dalam
Koran sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan penggunaan tanda baca.
Contoh;
(22) Berdasarkan penelitian tikus sawah dapat menebarkan penyakit.
Kalimat (22) itu ambigu, karena tidak menggunakan tanda koma. Seandainya kalimat
itu diberi tanda koma (,) di antara kata penelitian dan tikus, maka maknanya akan lebih jelas.
Jadi dalam menulis kalimat harus diperhatikan juga ketepatan penggunaan tanda baca (ingat
tanda baca dapat berfungsi sebagai pengganti unsur suprasegmental atau intonasi dalam
bahasa lisan).
Kalimat yang panjang juga dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami proposisi
kalimat. Kalimat yang panjang biasanya proposisinya sulit dipahami seperti kalimat berikut.
(23) Kewajiban belajar, sistem ujian standar nasional yang uniform menghasilkan suatu
kekayaan sumber daya penduduk yang terlatih baik memiliki inti kebudayaan berkebangkitan,
penduduk yang bergairah belajar, dapat dididik, berdisiplin, peka urusan kemasyarakatan dan
kemanusiaan dan terdidik bekerja keras.
Kalimat yang cukup panjang seperti kalimat (23) di atas akan mempersulit
pemahaman pembaca. Kalimat yang demikian itu sering menimbulkan kelelahan dan
memperlambat kecepatan membaca. Oleh sebab itu, kalimat yang terlalu panjang itu harus
dipecah menjadi kalimat yang lebih sederhana seperti berikut;
(23a) Sistem wajib belajar dan sistem ujian dengan standar nasional seragam dapat
menghasilkan kekayaan sumber daya manusia (penduduk). Dengan sistem itu juga dapat
dihasilkan manusia-manusia yang terlatih dan memiliki inti kebudayaan. Selain itu, juga dapat
diperoleh manusia yang bergairah belajar, dapat dididik, berdisiplin, peka terhadap urusan
kemasyarakatan dan kemanusiaan serta yang terlatih bekerja keras.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Karya ilmiah harus
ditulis dengan menggunakan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu
menyampaikan pesan sebagaimana yang dikehendaki penulis. Kalimat efektif memiliki empat
persyaratan pokok yaitu gramatikal, logis, efisien dan jelas. Suatu kalimat dikatakan
gramatikal apabila kalimat tersebut disusun berdasarkan kaidah ketatabahasaan. Suatu kalimat
dikatakan logis apabila informasi yang disampaikan penulis dapat diterima oleh akal sehat.
Suatu kalimat dikatakan efisien apabila dalam kalimat tersebut tidak ditemukan unsur yang
mubazir. Kejelasan kalimat berhubungan dengan ketidakambiguitasan makna kalimat.
Bedakan Kalimat efektif dengan kalimat baku berikut ini;

Bahasa Baku
Salah satu ragam bahasa yang digunakan di kalangan orang berpendidikan,
ragam bahasa yang memperoleh gengsi dan wibawa yang tinggi adalah ragam bahasa
baku. Ragam ini diharapkan menjadi tolok ukur bagi pemakaian bahasa yang benar.
Ragam tidak saja ditelaah, tetapi juga diajarkan di sekolah-sekolah. Yang dahulu
dikenal sebagai bahasa Melayu Tinggi, kini dikenal sebagai bahasa sekolah. Pejabat
pemerintah, hakim, pengacara, wartawan, guru, generasi mengenal bahasa ragam
sekolah itu. Ragam inilah yang dijadikan ukuran pemakaian bahasa yang benar, yang
menghasilkan bahasa baku. Ragam bahasa yang diajarkan dan dikembangkan ini akan
menjadi ragam bahasa pemimpin kita pada masa yang akan datang. Pada suatu saat
nanti bahasa Indonesia baku diharapkan dapat disamakan dengan ragam bahasa
golongan pemuka yang memancarkan gengsi dan wibawa kemasyarakatan.

Ciri Umum Bahasa Baku


Secara umum bahasa baku memiliki ciri;
1) Kemantapan yang dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap.
Kaidah pembentukan kata perasa, perumus, pelapisan dengan taat asas harus
dapat menghasilkan bentuk perajin, (bukan pengrajin), perusak (bukan
pengrusak) dan pelepasan (bukan penglepasan). Akan tetapi kemantapan ini
tidak kaku sehingga memungkinkan perubahan yang bersistem di bidang
kosakata dan peristilahan seperti, pelanggan (orang yang berlangganan) dan
langganan (orang yang tetap menjual barang kepada orang lain).

2) Sifat kecendikiaan
Perwujudan bahasa dalam kalimat, paragraf dan satuan bahasa lain yang lebih
besar mengungkapkan penalaran/pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal.
3) Keseragam kaidah, bukan keseragaman ragam.

Fungsi Bahasa Baku


Bahasa baku mendukung empat fungsi. Tiga diantaranya bersifat pelambang atau
simbolis, sedangkan yang satu bersifat obyektif. Keempat fungsi itu adalah: (1) fungsi
pemersatuan, (2) fungsi pemberi kekhasan (3) fungsi pembawa kewibawaan dan (4)
fungsi sebagai kerangka acuan.
Sebagai pemersatu, bahasa Indonesia memperhubungkan semua penutur berbagai
dialek bahasa Indonesia. Dengan bahasa baku bahasa Indonesia mempersatukan mereka
menjadi satu masyarakat bahasa. Sebagai pemberi kekhasan, bahasa Indonesia baku
membedakannya dari bahasa yang lain. Karena fungsi itu, bahasa baku memperkuat
perasaan kepribadian nasional. Bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Malaysia,
bahasa Melayu di Singapura dan Brunei, bahkan jauh berbeda dengan bahasa Melayu
Riau yang menjadi induknya. Sebagai pembawa wibawa atau prestise berkaitan dengan
usaha orang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat
pemerolehan bahasa baku. Sebagai kerangka acuan, bahasa Indonesia baku menjadi
tolok ukur bagi betul tidaknya pemakaian seseorang atau golongan.
A. Ciri Khusus (Kriteria) Bahasa Baku
1) Gramatikal, artinya sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kaidah ini meliputi
kaidah fonologi dan ejaan (termasuk lafal), kaifah morfologi (kaidah
pembentukan kata), kaidah sintaksis (kaidah struktur kata dan kalimat)
Contoh kalimat tidak baku karena menyalahi kaidah fonologi dan ejaan
(a) Akibat konflik teluk, harga B.B.M. dikhawatirkan akan naik.
(b) Mereka datang ke tempat itu dengan naik bis.
(c) Obat-obatan itu dapat dibeli di apotik di kota Anda
(d) Rumah ini sudah lama di jual, tetapi masih belum laku.
(e) Masa promosi ini berlaku selama bulan Pebruari
Contoh kalimat tidak baku karena menyalahi kaidah morfologi
(a) Siapa yang dapat merobah nasib seseorang, kecuali usahanya sendiri.
(b) Untuk menghemat energi semua bentuk pengrusakan lingkungan harus dicegah.
(c) Musim penghujan biasanya jatuh pada bulan Oktober sampai dengan April.
(d) Pemboman yang dilancarkan pasukan itu telah mengurangi kepercayaan dunia
kepadanya.
(e) Baik buruknya gambar film itu ditentukan juga oleh kameramannya.
Contoh kalimat tidak baku karena menyalahi kaidah sintaksis
(a) Sesuai keputusan rapat, semua anggota koperasi dianjurkan memiliki sumbangan
sukarela.
(b) Dalam bab ini dibaginya menjadi empat bagian masing-masing diuraikan secara
rinci.
(c) Kita harus menyukseskan acara Student Festival Seni yang menjadi kebanggaan
sekolah kita.
(d) Dalam pertandingan olahraga antarsekolah itu diperebutkan Wali Kota Cup 1997.
(e) Hal-hal negatif itu tentu saja saya tidak anjurkan.
2) Logis atau bernalar benar;
Contoh kalimat tidak baku karena tidak logis (nalarnya salah)
(a) Buron polisi itu akhirnya berhasil ditangkap oleh petugas.
(b) Anak-anak perlu diberikan teladan yang baik.
(c) Masalah itu tidak ingin dibicarakan di forum penting ini.
(d) Bagi yang belum mengembalikan buku perpustakaan harap segera dikembalikan
secepatnya.
(e) Dirgahayu 54 Tahun Indonesia Merdeka.
(f) Acara ini ikut disponsori oleh Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga.
3) Tidak ambigu atau tidak mengandung ketaksaan;
(a) Ia akan menghadirkan acara ulang tahun anak saya yang kelima/ anak saya
yang kelima berulang tahun
(b) Acara rapat yang ketiga adalah pembacaan simpulan.
(c) Anak orang yang banyak tingkah itu datang lagi.
(d) Pak Guru menunjukkan buku sejarah baru yang harus kita ketahui.
4) Tidak mengandung unsur-unsur mubazir (memperhatikan ekonomi kata);
Contoh kalimat tidak baku karena mengandung unsur mubazir
(a) Pagi tadi telah menghadap kepada Bapak Kepala Kantor se-orang laki-laki
setengah baya.
(b) Penjelasan daripada petugas perpajakan itu memang cukup meyakinkan bagi para
wajib pajak.
(c) Karena tidak berani tinggal di rumah, ia terpaksa ikut dengan ibunya berbelanja.
(d) Tidak bosan-bosannya kelompok itu membahas tentang masalah-masalah yang
berkaitan dengan hemat energi.
5) Tepat pilihan katanya;
Contoh kalimat tidak baku karena pilihan katanya tidak tepat.
(a) Kalau sudah selesai belajar, bunuhlah (harusnya matikan) lampunya agar tidak
boros.
(b) Para pahlawan itu mati (seharusnya gugur) dalam mempertahankan kemerdekaan
negaranya.
(c) Kami akan melihat (seharusnya menjenguk) teman kami yang sedang dirawat di
rumah sakit.
(d) Setiap hari senin sekolah kami melakukan (seharusnya melaksanakan) upacara
bendera.

Sebab-Sebab ketidakefektifan kalimat


Kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu dipahami pembaca sesuai dengan
maksud penulisnya. Sebaliknya, kalimat yang sulit dipahami atau salah terpahami oleh
pembacanya termasuk kalimat yang tidak efektif.
Ketidakefektifan kalimat tersebut antara lain disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Kontaminasi, yaitu merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah.
Contoh:
 diperlebar, dilebarkan (benar) – diperlebarkan (salah)
 memperkuat, menguatkan (benar) – memperkuatkan (salah)
 sangat baik, baik sekali (benar) – sangat baik sekali (salah)
 saling memukul, pukul-memukul (benar) – saling pukul-memukul (salah)
 Di sekolah diadakan pentas seni (benar) – Sekolah mengadakan pentas seni (salah)

2. Pleonasme, yaitu berlebihan atau tumpang tindih.


Contoh:
 para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
 para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
 banyak siswa-siswa (banyak siswa)
 saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
 agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
 disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)

3. Tidak memiliki subjek


Contoh:
 Buah mangga mengandung vitamin C. (SPO) (benar)
 Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KSPPelengkap) (benar)
 Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)

4. Adanya kata depan yang tidak perlu


Contoh:
 Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat. (kata daripada dihilangkan)
 Kepada Mahasiswa Stikes tingkat I A atau B berkumpul di GOR.
(kata kepada dihilangkan)
 Selain daripada bekerja, ia juga kuliah. (kata daripada dihilangkan)

5. Salah nalar
Contoh:
 Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)
 Vespa Pak Erwin mau dijual. (apakah bisa menolak?)
 Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
 Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
 Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
 Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
 Bola gagal masuk gawang. (ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek
bernyawa)

6. Kesalahan pembentukan kata


Contoh:
 mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
 menyetop seharusnya menstop
 mensoal seharusnya menyoal
 ilmiawan seharusnya ilmuwan
 sejarawan seharusnya ahli sejarah

7. Pengaruh bahasa asing


Contoh:
 Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …)
(kata rumah seharusnya tempat)
 Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
 Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)

8. Pengaruh bahasa daerah


Contoh:
 … sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
 … oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
 Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)

Tentukan kalimat-kalimat berikut yang baku dan betulkan yang tidak baku!

1. Masalah ini saya akan bicarakan dalam rapat bulan depan.


2. Untuk belajar dengan baik membutuhkan konsentrasi.
3. Lagu Kebangsaan Indonesia raya yang dinyanyikan pada saat upacara harus dengan
sikap sempurna.
4. Dengan jambore pramuka merupakan tempat untuk memupuk rasa [ersatuan dan
kesatuan.
5. Mereka bekerja keras baik siang ataupun malam.
6. Supaya masalah itu jelas kepada masyarakat,pemerintah mengeluarkan juklaknya.

Anda mungkin juga menyukai