METOODE
. KROMATOGRAFI
UNTUK
ANALISIS —
MAKANAN
| Abdul Rohman, M.Si., Apt
» Ibnu Gholib Gandjar, DEA, Afi
000285Metode Kromatografi
Untuk Analisis Makanan
Penulis:
Abdul Rohman, M.Si., Apt
Prof. Dr. Ibnu Gholib Gandjar, DEA., Apt
Rancang Sampul:
Digi Art Yogya _
Tata Aksara:
Dimaswids
Cetakan I:
November 2007
Penerbit
PUSTAKA PELAJAR
Celaban Timur UH 11/548 Yogyakarta
Telp. 62274381542, Faks. 62274383083
E-mail: pustakapelajar @telkom.net
BN: 978-979-1277-93-8__ EE Ee
TEORI DAN PRAKTEK
KROMATOGRAFI
A. KROMATOGRAFI GAS
Kromatografi merupakan teknik pemisahan dengan
menggunakan fase diam dan fase gerak. Kromatografi
dapat digunakan untuk tujuan analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif, serta dapat digunakan untuk tujuan
preparatif.
Kromatografi gas (KG) merupakan salah satu jenis
kromatografi yang menggunakan gas sebagai fase gerak-
nya. Sementara itu, fase diamnya dapat berupa zat padat
(dikenal dengan kromatografi gas-padat, KGP) atau
berupa zat cair yang diikatkan pada pendukung padat
(dikenal dengan kromatografi gas-cair, KGC).
Syarat suatu senyawa dapat dianalisis dengan KG
adalah senyawa tersebut harus bersifat mudah menguap
(volatil). Oleh karena itu, senyawa-senyawa yang bersifat
tidak mudah menguap (non volatil) harus diubah terlebih
dahulu menjadi senyawa yang mudah menguap dengan
cara derivatisasi. Sebagai contoh, asam lemak bebas kurang
Metode Kromatografi Untuk Analisis Makanan 1nanya supaya dapat dianalisis
i il; kare
ee seat k harus diderivatisasi deng
asam lema
Moat menjadi bentuk esternya. ™
Peralatan kromatografi gas yang umum terdiri atas:
as pembawa; ruang suntik sampel; kolom yang diletakkan
ce oven yang dikontrol secara termostatik; sistem
deteksi dan pencatat (detektor dan recorder); serta kom.
puter yang dilengkapi dengan perangkat pengolah date
Skema peralatan kromatografi gas dapat dilihat pada
gambar 1.1.
alat penyuntik
sistem pengontrol aliran gas | sampel
detektor
amplifier
|twbans suntik = :
| ee
aa
fu
aliran pemecah
(pemanas kolom)
Gambar 1.1. Skema pe
(sumber: Keali
eralatan kromatografi gas.
ley and haines, 2003)
Gas pembawa biasan:
mempunyai kapasitas a
diabaikan) seperti heli:
ya berupa gas permanen yang
dsorpsi yang sangat rendah (dapat
Sistem kromatografi gas.
wa tergantung pada penggunaanspesifik dan jenis
pembawa dapat memp uhi
dalam KGC dan dapat memodifikasi s¢
Penggunaan hidrogen sebagai gas pembawa dih
karena bersifat mudah terbakar dan peraturan penggu-
naannya yang sangat ketat. Helium merupakan tipe gas
pembawa yang sering digunakan (merupakan pilihan
utama) karena memberikan efisiensi kromatografi yang
lebih baik (mengurangi pelebaran pita), akan tetapi
harganya mahal. Nitrogen merupakan gas yang paling
sering digunakan, karena selain harganya murah juga
mampu memberikan pemisahan analit dengan baik.
Stabilitas dan reprodusibilitas kecepatan alir gas
pembawa merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk
tercapainya pemisahan dengan kromatografi gas.
Beberapa jenis injektor telah dikembangkan untuk
tujuan menghantarkan sampel yang telah teruapkan
menuju kolom KG dengan pelebaran pita awal yang
sesempit mungkin. Tempat masuk (inlet) sampel yang
sering dirujuk dengan injektor atau lubang injeksi dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu injektor
penguapan (vaporization injector) dan injektor pada kolom
(on column injector).
Injektor penguapan menggunakan suhu yang tinggi
untuk menguapkan sampel-sampel cair dengan ccpat.
Biasanya digunakan semprit (syringe) untuk menghantar-
kan sampel ke dalam lubang injeksi yang telah dipanaskan.
Dalam kasus ini, sampel akan menguap secara cepat, lalu
| bercampur dengan gas pembawa, dan sampel akan
_ dipindahkan ke dalam kolom.
Beberapa bagian sampel yang tidak mudah menguap
3
Metode KromatografiUmtuk Analisis Makananakan tertinggal di injektor atau di muka kolom schin ’
residu-residu sampel yang sulit menguap ini akan men ee
tori alat KG, karenanya dibutuhkan pencucian “ae
membersihkannya. Pada injektor dalam kolom (on column
injector), sampel dimasukkan secara langsung ke dalam
kolom. Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunakan
untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap. Jika
menggunakan injcktor penguapan, maka dikhawatirkan
akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang
tinggi (pirolisis).
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisah-
an karena di dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena
itu, kolom merupakan komponen yang sangat penting
pada KG. Ada 2 jenis kolom pada KG, yaitu kolom kemas
(packing column) dan kolom kapiler (capillary column).
Kolom kromatografi gas dapat dipanasi dengan suhu
tetap (jenis pemisahan isotermal) dan dengan suhu yang
berubah-ubah (dengan suhu terprogram). Pemisahan de-
ngan kolom yang dipanaskan pada suhu terprogram
mempunyai keuntungan, yakni mampu meningkatkan
resolusi komponen-komponen dalam suatu campuran
yang mempunyai titik didih pada kisaran yang luas dan
juga mampu mempercepat keseluruhan waktu analisis,
karena senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi akan
terelusi lebih cepat. Suhu kolom merupakan salah satu
parameter yang menentukan dalam analisis dengan KG,
sehingga pengaturannya secara cermat merupakan
pertimbangan yang utama.
Fase diam cair pada kolom KG harus memenuhi be-
berapa persyarata tara lain: mempunyai tekanan ce
stabilitas kimia yang tings’be
viskositasnya relatif renda
terhadap komponen-komponen dalam sar
dipisahkan; dan mempunyai kapasitas pembasaham y
bagus, baik pada permukaan pendukung yang lemban
(inert) atau pada dinding kolom yang bersifat lembam.
Panjang kolom kemas dibatasi sampai 3 meter karena
tingginya tekanan uap yang dibutuhkan untuk menjaga
kecepatan alir gas pembawa. Pendukung padat yang di-
basahi dengan fase diam cair dicirikan dengan kapasitas
adsorpsi yang rendah dan dengan luas permukaan yang
luas. Pendukung yang lembam akan meningkatkan
simetrisitas puncak dan tidak menganggu partisi analit
antara gas pembawa dengan fase diam.
Efisiensi kolom yang tinggi akan diperoleh jika meng-
gunakan pendukung berdiameter sempit. Diameter
pendukung padat yang umum adalah antara 80-120 mesh
(125-177 um). Banyaknya fase diam yang dilapiskan pada
fase diam pada umumnya antara 1%-10 %, dan yang pal-
ing tinggi dijumpai adalah 30%.
Karena kapasitas pemisahannya yang tinggi, kolom
kapiler (disebut juga dengan kolom tabung terbuka atau
open tubular column) sering digunakan untuk analisis bahan
makanan. Permukaan dalam kolom kapiler dilapisi dengan
lapisan tipis fase diam. Kebanyakan fase diam diikatkan
secara silang atau secara kovalen pada permukaan silika
lebur. Banyaknya fase diam pada kolom ditandai dengan
ketebalan lapisan yang besarnya antara 0,1-5 um. Retensi
solut dalam kolom sebanding dengan ketebalan lapisan
fase diam. Semakin tebal lapisan fase diam, semakin lama
Solut tertahan dalam kolom; begitu juga sebaliknya.
Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat
Metode Kromatoarati 11... abersifat non polar, polar, atau ea oo — a i |
polar yang paling banyak Eee anvadalah metil
polisiloksan (HP-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5) dan fenil 5%.
metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SES2; CPSIL-8), Fase
diam semi polar adalah seperti fenil 50%-metilpolisiloksan
50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19); sementara itu, fase diam
yang polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M; DB-
WAX; CP-WAX; Carbowax-20M). Jenis fase diam akan
menentukan urutan elusi komponen-komponen dalam
campuran. Seorang analis harus memilih fase diam yang
mampu memisahkan komponen-komponen dalam
sampel.
Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada
ujung kolom, tempat keluar fase gerak (gas pembawa)
yang akan berinteraksi dengan molekul-molekul solut yang
keluar dari kolom. Detektor pada kromatografi adalah
suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal
gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya
menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan
sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah
di antara fase diam dan fase gerak.
Pada garis besarnya, detcktor KG termasuk detektor
diferensial, yakni respon yang kcluar dari detektor mem-
oukan hubungan yang linier dengan kadar atau laju
aliran massa komponen yang terpisah. Kromatogram yang
merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen
oleh KG disajikan oleh detektor sebagai deretan luas pun-
cak terhadap waktu. Kromatogram pada waktu tambat
ee retensi) tertentu dapat dimanfaatkan untuk analisis
kualitatif, sementara itu luas Puncak dapat digunakansebagai data
kan dengan senyawa baku. ]
dengan instrumen yang kompleks, misalnya GC
MS, maka kromatogram akan disajikan dalam bentuk lain.
Dari sejak dipakainya KG sebagai salah satu teknik
analisis fisika-kimia, para ilmuwan telah berhasil meng-
operasikan berbagai macam detektor KG antara lain:
detektor hantar panas (Thermal Conductivity Detector =
TCD); detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector =
FID); detektor tangkap elcktron (Electron Capture Detector
= ECD); detektor nitrogen-fosfor (Nitrogen Phosphorus
Detector = NPD); detcktor fotometri nyala (Flame Photo-
metric Detector = FP1D); detektor hantar elektrolitik (Elec-
trolytic Conductivity Detector = E1LCD); detektor fotoionisasi
(Photoinization Detector = PID); detektor selektif massa
(Mass Selective Detector = MSD); detektor infra merah (In-
frared Detector = IRD); detektor emisi atom (Atomic Emis-
sion Detector = AED); detektor ionisasi helium (Helium Ion-
ization Detector = HID); detektor kemi-luminesensi redoks
(Redox Chemiluminescence Detector = RCD); dan detektor
ionisasi termoionik (Thermoionic Ionization Detector (TID).
Dasar Kromatografi Gas
Distribusi solut antara fase gerak dan fase diam
ditentukan oleh konstanta distribusi K,,; yang didefinisikan
sebagai perbandingan konsentrasi solut dalam fase diam
(Cs) dan dalam fase gerak (Cm).
cnet (1-1)
Jadi, semakin besar nilai K, maka migrasi solut semakin
lambat; dan semakin kecil nilai K,, migrasi solut semakin
Be
Metode Kromatografi Untuk Analisis Makanan &cepat, Solut akan terelusi menurut perbandingan distri
businya. Jika perbedaan perbandingan distribusi solyt
cukup besar, maka campuran-campuran solut akan
mudah dan cepat dipisahkan.
Hubungan antara retensi, suhu kolom, dan sifat-sifat
solut digambarkan oleh:
In K, = -AG/RT
K,, = konstanta distribusi; AG® = perubahan energi bebas
Gibbs untuk penguapan senyawa dari fase diam; T = suhu
kolom (derajad kelvin); dan R = konstanta gas ideal.
Persamaan (1-2) menunjukkan bahwa perbedaan-
perbedaan energi bebas Gibbs menghasilkan perbedaan
distribusi solut.
Lamanya waktu yang diperlukan suatu solut keluar
dari kolom disebut dengan waktu retensi (t,). Rasio partisi,
yang juga disebut dengan faktor kapasitas (k’) merupakan
banyaknya waktu yang diperlukan oleh solut keluar dari
kolom, relatif terhadap fase gerak.
(1-2)
(1-3)
t, = waktu retensi solut
‘\, = waktu retensi fase gerak
dank’
= faktor kapasitas.
: Faktor pemisahan atau selektifitas (a) untuk pemisah-
an 2 komponen senyawa A dan senyawa B dirumuskan
dengan:
a=42 atau otete (1-4)
i as
k’
* rasio partisi puncak yang terelusi lebih awaltre
Resolusi didefinisikan sebagai perbed
waktu retensi 2 puncak yang saling berdekatan (At,
ta) dibagi dengan rata-rata lebar puncak (W, + W,
sebagaimana dalam gambar 1.2.
)/2
2At,
Rs =(w,+V +W,) stvaaseestaceqeonresssester |” AlgO)
Dari persamaan (1-5), dapat diketahui bahwa yang sangat
berpengaruh terhadap pemisahan suatu komponen
adalah: waktu retensi masing-masing solut (tz, dan t,,)
serta lebar puncak masing-masing komponen yang
dipisahkan (W, dan W,).
Nilai Rs harus mendekati atau lebih besar dari 1,5
karena pada nilai Rs ini akan memberikan pemisahan
puncak yang baik (base line resolution).
tan tne
/-—are:
i
M
i Vy \
>a
i iy \
Gambar 1.2. Pengukuran resolusi 2 p
Puncak yang berdeckat:
(Sumber: Kealy and Haines, 2002) a
lempeng teoretis (theoritical plate number, N)
in kapasitas pemisahan kolom kromatografi.
tode Kromatografi Untuk Analisis Makanan 9Tidak ada lempeng-lempeng dalam kolom kroma;
meskipun demikian konsep ini meminjam teori
yang telah sukses digunakan untuk mencirikan kinerja
kolom. N dirumuskan dengan:
t, : waktu retensi solut
6, : simpangan baku lebar puncak
Dalam prakteknya, lebih mudah untuk mengukur
baik lebar puncak (W,) ataupun lebar setengah puncak
(W,,.); dan 2 persamaan berikut (persamaan 1-7 dan 1-8)
diturunkan dari persamaan (1-6) di atas:
t
te >
N=16G) (1-7)
5,54(2_)?
IN FAT) eessneeteceetueen (1-8)
Aspek-aspek teoritis dan Penggunaan praktis kromatografi
gas dapat dilihat di teferensi-referensi yang berkaitan
dengan kromatografi.
B. KROMATOGRAFI CAIR
Kromatografi cair metode kromatografi yang mana
f.
eee adalah cairan dan fase diamnya berupa
‘an organik atau anorganik. Sesuai dengan ben