Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG MAWAR RSUD UNGARAN

EKA OKTAVIANI BUDIARSIH

P1337420919076

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN


PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN - POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan
utama pada orang-orang dewasa di Negara Berkembang. Pneumonia
merupakan proses inflamasi parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
bakteri. Kasus pneumonia tidak mengenal kriteria usia ataupun jenis kelamin,
pneumonia dapat menyerang siapapun, terutama pada orang yang memiliki
daya imun yang menurun (Smeltzer, 2004).
Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar di seluruh dunia.
Pada tahun 2015, terjadi 920.136 kematian akibat pneumonia, 16% dari
seluruh kematian anak usia kurang dari 5 tahun (WHO, 2016). Jumlah
penderita pneumonia di Indonesia pada tahun 2013 berkisar antara 23%-27%
dan kematian akibat pneumonia sebesar 1,19% (Kemenkes RI, 2014).
Pneumonia disebabkan karena bakteri yang masuk ke bronkeolus dan
alveoli yang menimbulkan peradangan hebat, terdapat cairan edema yang kaya
protein dalam alveoli, sehingga saluran pernafasan akan terganggu dan tidak
berfungsi dengan normal dan keluar masuknya oksigen juga akan terganggu
dan akan mengakibatkan gangguan pola nafas (Elliott, 2009). Dampak dari
pneumonia apabila tidak diberikan penanganan asuhan keperawatan yang
sesuai antara lain demam, nafas cepat, terjadi superinfeksi, kegagalan
pneumonia untuk menyembuh, meningkatkan kecurigaan terjadinya
karsinoma pernapasan, dan akan menimbulkan komplikasi yaitu atelectasis,
syok, gagal pernapasan dan efusi pleura (Smelltzer, 2002).
Upaya yang dapat dilakukan pada pasien dengan pneumonia adalah
dengan menjaga kelancaran sistem pernafasan. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk mengelola pasien dengan pneumonia dalam sebuah laporan kasus yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Gangguan Oksigenasi pada Pasien Pneumonia
di RSUD Ungaran”.
B. Web of Caution
(Terlampir)
BAB II

LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Senin, 28 Oktober 2019
Waktu : Pukul 11.00 WIB
Ruang/RS : Mawar/RSUD Ungaran
1. Biodata
a. Biodata Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 65 tahun
Alamat : Gunungpati
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal Masuk : 27 Oktober 2019
Diagnosa Medis : Pneumonia
Nomor Register : 2517xx
b. Biodata Penanggungjawab
Nama : Ny. S
Umur : 48 tahun
Alamat : Gunungpati
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien : Menantu
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak napas, lemas, kepala pusing dan terasa tebal
pada kepala bagian belakang.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
2 hari sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh nyeri dada,
sesak napas, demam, mual, sering pusing, kepala terasa tebal pada
bagian belakang.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit seperti klien dan
keluarga tidak memiliki riwayat penyakit dalam seperti diabetes,
hipertensi, dan penyakit jantung.
4. Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon
a. Pola Manajemen dan Persepsi Kesehatan
Klien mengatakan jika ada keluarga yang sakit, maka segera dibawa ke
tempat pelayanan kesehatan terdekat baik itu puskesmas maupun
dokter. Saat klien sakit, klien berusaha untuk mendatangi pelayanan
kesehatan guna kesembuhan penyakitnya.
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit pola makan klien teratur 3x/hari habis berupa nasi,
sayur dan lauk pauk. Klien menghabiskan 1 porsi makan. Klien
minum air putih sebanyak ±1300 cc/hari. Berat badan klien 55 kg.
2) Saat dirawat
Selama dirawat klien diberikan makanan lunak diit tinggi kalori
tinggi protein.
a) Antopometri
BB : 55 kg TB : 150 cm
BB Ideal = (TB - 100) – (15% x TB – 100) = 42,5 kg
BB 55 55
IMT = TB 2
= 150 2
= 2,25 = 24,4 kg/cm2
( ) ( )
100 100
Status gizi : Baik
b) Biochemical
Hb : 9,5 gr/dL
Ht : 27,2 %
c) Clinical Sign
Klien baik, mukosa merah muda, bibir lembab, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik.
d) Dietary
Diet yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit yaitu lunak
diit tinggi kalori tinggi protein, berupa makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, sayur, buah, minuman dan selingan. Klien
mengatakan hanya menghabiskan setengah porsi dari porsi
yang berikan.
c. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit klien miksi teratur 4-5 kali dalam sehari dengan
warna kuning jernih dan berbau khas. Defekasi 1 hari sekali.
2) Saat dirawat
Klien miksi 4 kali sehari dengan warna kuning jernih. Klien belum
defekasi selama di rawat di rumah sakit.
d. Pola Istirahat dan Tidur
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya
yaitu 6-8 jam/hari. Klien tidak ada kebiasaan tidur siang dan tidak
mengonsumsi obat tidur.
2) Saat dirawat
Klien mengatakan tidak ada keluhan dengan istirahatnya. Klien
dapat tidur 9 jam/hari dengan jam tidak menentu.
e. Pola Aktifitas dan Latihan
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit klen melakukan aktivitas dari yang ringan sampai
berat. Klien bisa melakukan semua aktivitas secara mandiri. Klien
juga dapat bekerja tanpa hambatan mobilisasi.
2) Saat dirawat
Saat dirawat klien hanya mampu berbaring karena merasa lemas,
sesak dan kepala pusing. Berikut penilaian pola aktivitas dan
latihan menurut indeks Bartel pada Ny. S selama dirawat di Ruang
Bougenville :
Item yang
No Skor Nilai
dinilai
1. Makan 0 = Tidak mampu 1
(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong,
mengoles mentega dll.
2 = Mandiri
2. Mandi 0 = Tergantung orang lain 0
(Bathing) 1 = Mandiri

3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan 1


(Grooming) orang lain
1 = Mandiri dalam perawatan
muka, rambut, gigi, dan
bercukur
4. Berpakaian 0 = Tergantung orang lain 1
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
2 = Mandiri
5. Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai 2
(Bowel) kateter dan tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia
(maks, 1x24 jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk
lebih dari 7 hari)
6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak 2
(Bladder) teratur atau perlu enema)
1 = Kadang Inkontensia
(sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang 1
toilet lain
1 = Membutuhkan bantuan,
tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu 3
1 = Butuh bantuan untuk bisa
duduk (2 orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu) 3
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan
satu orang
3 = Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu
seperti, tongkat)
10. Naik turun 0 = Tidak mampu 1
tangga 1 = Membutuhkan bantuan
(alat bantu)
2 = Mandiri
Total 15
Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
Maka Ny. S dalam hal ini dapat dikategorikan kedalam
ketergantungan ringan dengan total skor sebesar 15.
f. Pola Peran dan Hubungan
Hubungan klien dengan keluarga baik. Klien memiliki hubungan yang
baik dengan perawat, dokter dan rekan sekamar.
g. Pola Persepsi Kognitif dan Sensori
Klien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu. Semua alat
indera pasien masih berfungsi dalam batas normal.
h. Pola Persepsi Diri/Konsep Diri
1) Body Image
Klien menyukai seluruh anggota tubuhnya karena klien selalu
bersyukur dengan apa yang diberikan oleh sang pencipta.
2) Identitas diri
Klien adalah seorang ibu dari kelima anaknya.
3) Harga Diri
Klien bangga dengan dirinya meskipun dalam kondisi sakit
karena keluarga selalu mensupport.
4) Ideal Diri
Klien berharap agar segera sembuh dari penyakitnya dan dapat
beraktivitas seperti semula
5) Peran Diri
Klien adalah seorang ibu yang setiap hari melakuan pekerjaan
rumah tangga.
i. Pola Seksual dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan. Klien seorang ibu dan mempunyai
lima orang anak.
j. Pola Mekanisme Koping
Klien mengatakan bisa beradaptasi dengan keadaan rumah sakit. Klien
tidak pernah memendam masalah sendiri dan selalu memusyawarahkan
dengan keluarga bila ada masalah, termasuk dengan penyakit yang
dialami saat ini. Di rumah sakit jika ada masalah dengan kesehatannya,
klien selalu terbuka mengungkapkan kepada perawat maupun dokter.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien adalah seorang muslim. Klien mengatakan bahwa penyakit ini
merupakan cobaan yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya dan dia
yakin Allah SWT akan memberikan kesembuhan kepadanya, klien
hanya bisa berdoa dan bertawakal kepada-Nya.
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital :
a. Tekanan darah : 130/ 80 mmHg
b. Nadi : 108 x/menit
c. Frekuensi napas : 26 x/menit
d. Suhu : 36,6oC
Pemeriksaan Head to Toe :
a. Kepala
1) Bentuk kepala
Bentuk kepala mesocephale.
2) Rambut dan kulit kepala
Rambut beruban, tidak berketombe, tidak rontok, persebaran
merata, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan, kulit kepala bersih.
3) Mata
Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, reflek terhadap cahaya
positif.
4) Hidung
Simetris, tidak terdapat penumpukan sekret, terpasang nasal kanul
3 lpm.
5) Mulut
Mukosa bibir lembab dan merah muda, tidak ada stomatitis di
mulut.
6) Telinga
Simetris, bersih, tidak ada penumpukan serumen, tidak ada tanda
peradangan di telinga/mastoid.
b. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c. Thorax
1) Jantung
- Inspeksi
Ictus cordis tidak tampak di intercosta ke 5 midklavikula
sinistra.
- Palpasi
Ictus cordis teraba pada intercosta 4 sampai intercosta 5
midklavikula sinistra.
- Perkusi
Redup pada intercosta 2 sampai intercosta 5.
- Auskultasi
Bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi jantung
tambahan seperti gallop.
2) Paru
- Inspeksi
Dada simetris, bentuk datar, kosta tidak menonjol, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan,
- Palpasi
Tactile fremitus bergetar sama kuat pada dada kanan dan dada
kiri.
- Perkusi
Redup pada bagian paru yang sakit
- Auskultasi
Tedengar suara vesikuler pada kedua lapang paru, tidak ada
suara nafas tambahan
d. Abdomen
- Inspeksi
Tidak ada jejas.
- Auskultasi
Bising usus normal 8 x/menit
- Palpasi
Tidak ada massa, tidak terdapat benjolan
- Perkusi
Terdengar suara timpani pada keempat kuadran
e. Genetalia
Kebersihan daerah genetalia terlihat bersih, klien tidak terpasang
kateter.
f. Ekstremitas
1) Atas
Tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm, tidak ada edema, turgor
baik, akral hangat, tidak terdapat sianosis, Kekuatan otot tangan
kanan dan kiri 5.
2) Bawah
Simetris, tidak ada edema, turgor baik, akral hangat, tidak terdapat
sianosis. Kekuatan otot kaki kanan dan kiri 5.
g. Persyarafan
1) Tingkat kesadaran : Composmentis GCS : 15
- Refleks Bisep : normal
- Refleks Trisep : normal
2) Koordinasi gerak : bergerak dengan normal.
3) Klien tidak mengalami kejang
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi EDTA
Tanggal : 5 Agustus 2019
Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap :
Hemoglobin 9,5 g / dL 11,7 – 15,5
Leukosit 11,15 10^3/μL 3,6 - 11
Trombosit 52 10^3/μL 150 - 440
Hematokrit 27,2 % 35 - 47
Eritrosit 3,26 10^6/μL 3,8 – 5,2
MCV 83,4 fL 80 - 100
MCH 29,1 pg 26 - 34
MCHC 34,9 g/dL 32 - 36
Hitung Jenis :
Eosinofil 0,1 % 0–3
Basofil 0,3 % 0–1
Neutrofil 65,4 % 28 – 78
Limfosit 27,7 % 25 – 40
Monosit 6,5 % 2 –8
Pemeriksaan Kimia Klinik
Tanggal : 27 Oktober 2019
Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan
KIMIA KLINIK
Ureum 59 mg / dL < 42
Creatinin 0,84 mg / dL 0,45 – 1,00
SGOT 199 U/L 0 – 35
SGPT 241 U/L 0 – 35
Albumin 2,52 g/dL 3,4 – 4,8

Pemeriksaan Hematologi
Morfologi Darah Tepi
Tanggal : 5 Agustus 2019
- Eritrosit
Distribusi selagak padat; normositik; kromasi tampak dalam
batas normal; eritrosit berinti tidak ditemukan
- Lekosit
Estimasi jumlah tampak normal; toxic granulasi (+);
vakuolisasi (+); limfosit reaktif (+)
- Trombosit
Estimasi jumlah tampak menurun; bentuk besar (+);
bergerombol (-)
- Kesan
DD : Infeksi virus/gangguan organ; inflamasi akut/keganasan
b. Pemeriksaan Foto Thorak AP
Tanggal 2 Agustus 2019
Kesan :
- Susp Kardiomegali
- Pneumonia
7. Program Terapi
a. Infus
Ringer Laktat 20 tpm
b. Injeksi
Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
Metilprednisolon 125 gr /12 jam
Ondansetron
Omeprazole
c. Per Oral
Paracetamol 500 mg / 6 jam
OBH syrup
Loratadin
Salbutamol 2 mg / 8 jam
d. Nebul
Ventolin 1 ampul / 6 jam
Flixotide 1 ampul / 6 jam
B. Rumusan Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data

Tanggal,
No Data Fokus Etiologi Masalah Ttd
Jam
1. Senin, DS : Penurunan Ketidakefektifan
28/10/19 Klien mengatakan sesak ekspansi paru pola nafas
11.30 DO :
WIB - TD : 130/80 mmHg
- Nadi : 108 x/menit
- RR : 26 x/menit
- Irama napas : irregular
- Hasil foto thorak
menunjukkan
gambaran Pneumonia
- Terpasang oksigen
nasal kanul 3
liter/menit
2 Senin, DS : Agen cidera Nyeri akut
28/10/19 Klien mengatakan nyeri biologis
11.30 P : ketika bernapas klien
WIB merasa nyeri pada dada
Q : nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R : nyeri di dada
S:3
T : hilang timbul
DO:
- Nadi : 108x/menit
- Klien tampak meringis
dan memegang dada
ketika terasa nyeri

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru
b. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
C. Intervensi Keperawatan

Tanggal, Diagnosa Tujuan dan


No Intervensi Ttd
Jam Keperawatan Kriteria Hasil
1. Senin, Ketidakefektifan NOC : NIC :
28/10/19 pola nafas b.d - Respiratory Status 1. Posisikan
11.30 penurunan : Gas exchange pasien untuk
WIB ekspansi paru - Respiratory Status memaksimal
: ventilation kan ventilasi
- Vital Sign Status 2. Beri terapi
oksigen
Setelah dilakukan 3. Monitor
tindakan keperawatan aliran
selama 3 x 24 jam oksigen
klien menunjukkan 4. Ajarkan
keefektifan pola nafas tentang
dengan kriteria hasil : teknik
1. Sesak nafas relaksasi
berkurang untuk
2. Irama nafas teratur memperbaiki
3. Tanda-tanda vital pola nafas
dalam rentang 5. Monitor
normal tekanan
(TD : 90/60- darah, nadi,
120/80 mmHg, suhu dan
nadi : 60-100 pernapasan
x/menit, RR : 16-
20x menit, suhu :
36,1-37,2oC)
2 Senin, Nyeri akut b.d NOC : NIC :
28/10/19 agen cidera - Pain level 1. Lakukan
11.30 biologis - Pin control pengkajian
WIB - Comfort level nyeri secara
Setelah dilakukan komprehensif
tindakan keperawatan 2. Ajarkan klien
selam 3 x 24 jam relaksasi
diharapkan nyeri untuk
berkurang dengan mengurangi
kriteria hasil : nyeri
1. Mampu 3. Monitor vital
mengontrol nyeri sign
2. Skala nyeri 4. Kolaborasi
berkurang pemberian
3. Menyatakan rasa analgetik
nyaman setelah
nyeri berkurang
4. Tanda vital dalam
rentang normal
(TD : 90/60-
120/80 mmHg,
nadi : 60-100
x/menit, RR : 16-
20x menit, suhu :
36,1-37,2oC)
D. Implementasi
No Ttd
Hari, Tgl Jam Implementasi Respon
Dx
Senin, 28 11.30 1 - Mengatur posisi DS :
Oktober klien dengan posisi Klien mengatakan
2019 semi fowler nyaman dengan posisi
semi fowler
DO :
- Klien tampak nyaman
dengan posisi semi
fowler
- RR : 25x/menit

11.40 1 - Monitor aliran DS : -


oksigen DO :
Klien terpasang oksigen
nasal kanul 3 liter per
menit

11.45 1 - Mengajarkan DS :
teknik pursed lip Klien mengatakan paham
breathing untuk dengan teknik pursed lip
mengatasi sesak breathing yang telah
diajarkan dan mau
mempraktekkannya
DO :
Klien tampak tenang
setelah melakukan pursed
lip breathing
12.30 1 - Monitor tekanan DS : -
darah, nadi, suhu DO :
dan pernapasan - TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- RR : 21 x/menit
- Suhu : 36,6oC
- Irama pernapasan
teratur

2 - Melakukan DS :
12.40 pengkajian nyeri Klien mengatakan nyeri
P : ketika bernapas klien
merasa nyeri pada dada
Q : nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R : nyeri di dada
S:3
T : hilang timbul
DO:
Klien tampak meringis
dan memegang dada
ketika terasa nyeri

2 - Mengajarkan klien DS :
relaksasi nafas Klien mengatakan paham
dalam untuk dengan teknik relaksasi
mengurangi nyeri nafas dalam yang telah
diajarkan dan mau
12.50 mempraktekkannya jika
nyeri muncul
DO :
Klien tampak tenang
setelah melakukan nafas
dalam

13.05 2 - Monitor vital sign DS : -


DO :
- TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- RR : 21 x/menit
- Suhu : 36,6oC
- Irama pernapasan
teratur
Selasa, 09.00 1 - Mengatur posisi DS :
29 klien dengan posisi Klien mengatakan
Oktober semi fowler nyaman dengan posisi
2019 semi fowler
DO :
- Klien tampak nyaman
dengan posisi semi
fowler
- RR : 25x/menit

09.15 1 - Monitor aliran DS : -


oksigen DO :
Klien terpasang oksigen
nasal kanul 3 liter per
menit

09.20 1 - Mengajarkan DS :
teknik pursed lip Klien mengatakan paham
breathing untuk dengan teknik pursed lip
mengatasi sesak breathing yang telah
diajarkan dan mau
mempraktekkannya
DO :
Klien tampak tenang
setelah melakukan pursed
lip breathing

1 - Monitor tekanan DS : -
darah, nadi, suhu DO :
09.35 dan pernapasan - TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- RR : 21 x/menit
- Suhu : 36,6oC
- Irama pernapasan
teratur
10.00
2 - Melakukan DS :
pengkajian nyeri Klien mengatakan nyeri
P : ketika bernapas klien
merasa nyeri pada dada
Q : nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R : nyeri di dada
S:3
T : hilang timbul
DO:
10.15 Klien tampak meringis
dan memegang dada
ketika terasa nyeri
10.30 2 - Mengajarkan klien DS :
relaksasi nafas Klien mengatakan paham
dalam untuk dengan teknik relaksasi
mengurangi nyeri nafas dalam yang telah
diajarkan dan mau
mempraktekkannya jika
nyeri muncul

12.00 2 - Monitor vital sign DO :


Klien tampak tenang
setelah melakukan nafas
dalam

1 - Kolaborasi DS : -
pemberian nebul DO :
Ventolin dan - TD : 110/80 mmHg
Flixotide 1 ampul / - Nadi : 78 x/menit
6 jam - RR : 21 x/menit
- Suhu : 36,6oC
- Irama pernapasan
teratur

DS :
Klien mengatakan sesak
berkurang dan bisa
bernapas lebih lega
DO :
- Klien dapat
mengeluarkan dahak
dengan batuk efektif
- Irama pernafasan
teratur
- RR : 20x/menit
Rabu, 15.30 1 - Mengatur posisi DS :
30 klien dengan posisi Klien mengatakan
Oktober semi fowler nyaman dengan posisi
2019 semi fowler
DO :
- Klien tampak nyaman
dengan posisi semi
fowler
- RR : 25x/menit

15.45 1 - Monitor aliran DS : -


oksigen DO :
Klien terpasang oksigen
nasal kanul 3 liter per
menit

15.50 1 - Mengevaluasi DS :
teknik pursed lip Klien mengatakan paham
breathing yang dengan teknik pursed lip
telah diajarkan breathing yang telah
diajarkan dan telah
mempraktekkannya
DO :
Klien tampak tenang
setelah melakukan pursed
lip breathing

16.00 1 - Monitor tekanan DS : -


darah, nadi, suhu DO :
dan pernapasan - TD : 115/70 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- RR : 21 x/menit
- Suhu : 36,6oC
- Irama pernapasan
teratur

2 - Melakukan DS :
pengkajian nyeri Klien mengatakan nyeri
P : ketika bernapas klien
16.15 merasa nyeri pada dada
Q : nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R : nyeri di dada
S:3
T : hilang timbul
16.25 DO:
Klien tampak meringis
dan memegang dada
ketika terasa nyeri

2 - Mengevaluasi DS :
relaksasi nafas Klien mengatakan paham
dalam yang telah dengan teknik relaksasi
diajarkan pada nafas dalam yang telah
klien diajarkan dan telah
mempraktekkannya jika
16.40 nyeri muncul
DO :
Klien tampak tenang
setelah melakukan nafas
dalam

18.00 2 - Monitor vital sign DS : -


DO :
- TD : 115/70 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- RR : 21 x/menit
- Suhu : 36,6oC

1 - Kolaborasi DS :
pemberian nebul Klien mengatakan sesak
Ventolin dan berkurang dan bisa
Flixotide 1 ampul / bernapas lebih lega
6 jam DO :
- Klien dapat
mengeluarkan dahak
dengan batuk efektif
- Irama pernafasan
teratur
RR : 20x/menit
E. Evaluasi
Tanggal/ Diagnosa Ttd
No Catatan Perkembangan
Jam Keperawatan
1 Rabu, Ketidakefektifan S : Klien mengatakan masih sesak.
30/10/2019 pola nafas b.d O:
19.30 WIB penurunan ekspansi - TD : 150/70 mmHg
paru - Nadi : 82 x/menit
- RR : 21 x/menit
- Irama napas : irregular
- Hasil foto thorak menunjukkan
gambaran Pneumonia
- Terpasang oksigen nasal kanul 3
liter/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Posisikan pasien semi
fowler
- Beri terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen
- Ajarkan latihan pursed lip
breathing
- Monitor tekanan darah,
nadi, suhu dan pernapasan
2 Rabu, Nyeri akut b.d agen S:
30/10/2019 cidera biologis Klien mengatakan nyeri
19.30 WIB P : ketika bernapas klien merasa
nyeri pada dada
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri di dada
S:2
T : hilang timbul
O:
Klien tampak meringis dan
memegang dada ketika terasa nyeri
A : Nyeri teratasi sebagian
P : Lanjutkan interrvensi
- Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
- Ajarkan klien relaksasi
nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
- Monitor vital sign
- Kolaborasi pemberian
analgetik
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang di lakukan pada Ny. S dengan


diagnose medis Pneumonia di ruang Mawar RSUD Ungaran, maka dalam bab ini
penulis akan membahas kesesuaian antara teori dan kenyataan yang diperoleh
sebagai hasil pelaksanaan asuhan keperawatan. Dalam bab ini penulis juga akan
menganalisa dari segi pengkajian, diagnosa dan intervensi keperawatan mengenai
kasus yang penulis angkat.

A. Analisa Kasus
Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di dalam proses
keperawatan. Pengkajian ini melalui pengkajian pola fungsional menurut
Gordon, pemeriksaan fisik dengan metode head to toe, dan pengumpulan
informasi atau data-data ini diperoleh dari wawancara dengan pasien, keluarga
pasien, melakukan observasi, catatan keperawatan, dan pemeriksaan fisik.
Dari data umum yang penulis kumpulkan ialah klien dengan inisial Ny
berusia 65 tahun, bertempat tinggal di Gunungpati, Semarang, pendidikan
terakhir SD. Ny. S adalah seorang ibu rumah tangga dan memiliki 5 orang
anak. Tipe keluarga Ny. S adalah keluarga inti atau nuclear family. Hal ini
didukung oleh teori menurut Suprajitno (2018), keluarga yang hanya
terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
adopsi atau keduanya adalah nuclear family.
2 hari sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh nyeri dada, sesak
napas, demam, mual, sering pusing, kepala terasa tebal pada bagian belakang.
Saat dikaji, klien mengeluh sesak nafas dan nyeri pada bagian dada, klien
terpasang nasal kanul oksigen 3 liter per menit. Klien tampak lemah diatas
tempat tidur. Saat dilakukan pengukuran tanda-tanda vital didapatkan hasil
tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 108 x/menit, pernafasan 26 x/menit, irama
napas irregular. Terdapat hasil pemeriksaan penunjang berupa foto thorak
yang menunjukkan gambaran Pneumonia
Assessment nyeri yang penulis dapatkan saat mengkaji nyeri
didapatkan hasil P : ketika bernapas klien merasa nyeri, Q : nyeri seperti
ditusuk-tusuk, R : nyeri di dada, S : 3, T : hilang timbul.
Sesuai teori bahwa manifestasi klinis Pneumonia adalah secara khas
diawali dengan demam yang timbul dengan cepat, nyeri dada yang ditusuk-
tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk, takipneu, nadi cepat dan
bersambung, dan sesak nafas. Berdasarkan data subyektif dan objektif yang
didapatkan dari pengkajian, diagnosa keperawatan yang muncul ialah
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru dan
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
B. Analisa Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Penurunan Ekspansi Paru
Intervensi keperawatan menurut Nursing Interventions
Classification untuk mengatasi diagnosa ini adalah posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, beri terapi oksigen, monitor aliran oksigen,
ajarkan tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas, monitor
tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan.
Posisi yang digunakan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
adalah dengan dengan posisi semi fowler. Menurut Muttaqim (2012),
posisi semi fowler (setengah duduk) adalah posisi tidur pasien dengan
kepala dan dada lebih tinggi daripada posisi panggul dan kaki. Pada posisi
semi fowler kepala dan dada dinaikkan dengan sudut 30o - 45o. Posisi ini
digunakan untuk pasien yang mengalami masalah pernafasan dan pasien
dengan gangguan jantung.
Hal ini sejalan dengan penelitian Moaty, Mokadem dan Elhy
(2017) tentang efek posisi semi fowler terhadap oksigenasi dan status
hemodinamik pada pasien dengan cedera kepala menunjukan bahwa posisi
semi fowler dengan elevasi 30° memiliki dampak positif terhadap
pernapasan dengan hasil terjadinya peningkatan PaO2, SaO2, dan RR serta
penurunan PaCO2.
Tujuan tindakan pemberian posisi yang efektif pada penderita
sesak nafas adalah untuk menurunkan konsumsi O2 dan mampu
memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan upaya penggunaan alat bantu
otot pernapasan serta mempertahankan kenyamanan. Ventilasi maksimal
membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas
untuk dikeluarkan. Posisi semi fowler bertujuan mengurangi resiko stasis
sekresi pulmonar dan mengurangi resiko penurunan pengembangan
dinding dada (Kozier dkk, 2011). Posisi semi fowler dengan kemiringan
45o menggunakan gravitasi membantu mengembangkan dada dan
mengurangi tekanan abdomen dan diafragma. Pada saat gravitasi terjadi
akan menarik diafragma ke bawah serta memungkinkan ekspansi dada dan
ventilasi paru yang lebih besar.
Selain memposisikan klien, klien juga diajarkan latihan pursed lip
breathing. Menurut Kowalski dan Rosdhal (2014), latihan pursed lip
breathing bertujuan untuk memperpanjang ekspirasi sehingga
mempermudah pasien untuk mengeluarkan jumlah karbon dioksida yang
terjebak di dalam paru dan dengan mengatur inspirasi secara beraturan
akan membantu pasien mengurangi penggunaan otot-otot pernafasan.
Secara fisiologis latihan teknik pursed lip breathing ini membantu klien
memperbaiki transport oksigen, menginduksi pola nafas lambat dan dalam,
membantu pasien mengontrol pernafasan, mencegah kolaps dan melatih
otot-otot ekspirasi untuk memperpanjang ekhalasi dan meningkatkan
tekanan jalan napas selama ekspirasi dan mengurangi jumlah udara yang
terjebak (Smeltzer & Bare, 2013). Maka dalam kondisi ini, akan terjadi
penurunana frekuensi pernafasan. Hal ini juga dikarenakan pursed lip
breathing meningkatkan parsial oksigen dalam arteri yang menyebabkan
penurunan tekanan terhadap kebutuhan oksigen dalam proses metabolism
tubuh. sehingga menyebabkan penurunan sesak nafas dan frekuensi
pernafasan.
2. Nyeri Akut b.d Agen Cidera Biologis
Intervensi keperawatan menurut Nursing Interventions
Classification untuk mengatasi diagnosa ini adalah lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif, ajarkan klien relaksasi untuk mengurangi
nyeri, monitor vital sign dan kolaborasi pemberian analgetik.
Dalam hal ini, latihan yang diajarkan pada klien untuk mengurangi
nyeri yaitu latihan relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam
merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat
mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas
lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan
intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare,
2002).
Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi
oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot,
yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot (McCaffery,
2015). Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri
pada klien yang mengalami nyeri kronis. Relaksasi sempurna dapat
mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan kecemasan sehingga
mencegah menghebatnya stimulus nyeri.
Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
Smeltzer & Bare (2017).
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada Ny. S
dengan gangguan kebutuhan oksigen di Ruang Mawar RSUD Ungaran, maka
penulis penulis membuat beberapa simpulan :
1. Setelah dilakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Pneumonia,
data-data yang penulis temukan pada dasarnya sama dengan data yang di
teori. Adapun data-data yang penulis temukan adalah keadaan umum pola
nafas tidak efektif dan nyeri pleuretik.
2. Setelah dilakukan analisa data ditemukan 2 diagnosa keperawatan prioritas
yang muncul sesuai dengan teori Nanda (2018). Diagnosa yang muncul
dalam kasus dan sesuai dengan teori yaitu ketidakefektifan pola nafas dan
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
3. Rencana keperawatan yang dirancang terdiri atas observasi keadaan klien,
pemberian tindakan keperawatan mandiri, serta kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam pemberian terapi.
4. Proses implementasi yang dilakukan menyesuaikan dengan intervensi,
namun ada beberapa intervensi yang belum dapat dilakukan dengan
maksimal karena keterbatasan waktu.
5. Pada evaluasi tentang hasil asuhan keperawatan selama 3 hari didapatkan
kesimpulan bahwa masalah keperawatan teratasi sebagian atau belum
teratasi secara optimal. Adapun masalah keperawatan yang belum teratasi
yaitu ketidakefektifan pola nafas dan nyeri akut.
B. Saran
Hasil memperlihatkan bahwa masalah teratasi. Meski demikian
intervensi tetap dilanjutkan dengan tujuan mempertahankan kondisi yang
sudah baik, bahkan kualitas kesehatan semakin baik. Selain itu kerjasama
antar tim kesehatan dengan klien atau keluarga sangat diperlukan untuk
keberhasilan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Moaty, A. M. A,Mokadem, N. M dan Elhy, A. H.A. (2017). Effect of


Semifowler’s Positions on Oxygenation and Hemodynamic Status among
Critically III Patients With Traumatic Brain Injur. International Journal of
Novel Research in Healthcare and Nursing. Vol 4, Issu 2 diakses melalui
www.noveltyjournals.com

Kozier, B., Erb, G., Berman, Audrey., Snyder, S. J. (2011) Buku ajar
fundamental keperawatan, konsep, proses dan praktik. Ed. 7.Vol. 1.
Jakarta: EGC.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai