Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH

TENTANG
NPL ( Non Performing Loan ) / Kredit Macet

Disusun Oleh :

NAMA :

NPM :

SEKOLAH TINGGI ILMU EKOMONI


MUHAMMADIYAH
Abstrak
Sebagai debitur alias penerima pinjaman, membayar cicilan
tiap bulan udah menjadi kewajiban yang gak boleh dilupakan.
Namanya juga punya utang, ya harus dibayar dong. Masa mau
terimanya aja, bayarnya gak mau? Asal tahu aja nih, kebiasaan
telat bayar atau nunggak bisa bikin terjadinya kredit macet lho.
Kredit macet tentu aja bukan hal yang bagus, apalagi buat
keuangan. Salah satu penyebab keuangan bisa gak sehat
selain karena sifat boros, juga disebabkan macetnya
pembayaran kredit. Tiap kali kamu menunggak, utangmu terus
menumpuk dan bertambah besar. Lama-lama karena
menumpuk utang, kamu bisa alami gagal bayar. Soalnya, kamu
gak punya cukup uang buat melunasi kreditmu.
Bank atau perusahaan pemberi pinjaman yang lain juga kena
dampak buruk gara-gara kredit macet ini. Angka non-
performing loan atau NPL pun jadi tinggi.
Buat bank, tingginya NPL menjadi pertanda jelek. Sebab bank
dengan angka NPL yang tinggi dicap sebagai bank yang gak
sehat. Kenapa bisa begitu ya? Ini dia penjelasannya
Kata Kunci: non performing loan / kredit macet
Daftar Isi
Cover 1

Abstrak 2

Daftar Isi 3

Kata Pengantar 4

BAB I.Pendahuluan 5

I.I Latar Belakang 5

I.II Rumusan Masalah 6

I.III Tujuan Pembahasan 6

BAB II.Isi 7

II.I Pengertian NPL 7

II.II Standarisasi Tingkat NPL 7

II.III Faktor Pendukung Terjadinya NPL 8

II.IV Penyelesaian Masalah NPL 9

BAB III.Kesimpulan & Saran 10


Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan
kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Tanjungbalai, 27 September 2019

Penyusun
Bab I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang

Perbankan berperan dalam pembangunan ekonomi dengan mengalirkan dana dalam


bentuk perkreditan bagi masyarakat perorangan atau badan usaha untuk memenuhi kebutuhan
konsumsinya atau untuk meningkatkan produksinya. Kebutuhan yang menyangkut kebutuhan
produktif misalnya untuk meningkatkan dan memperluas kegiatan usahanya. Kepentingan yang
bersifat konsumtif misalnya untuk membeli rumah sehingga masyarakat dapat memanfaatkan
pendanaan dari Bank yang dikenal Kredit Kepemilikan Rumah disingkat KPR.
Dana yang digunakan Bank untuk membiayai kredit tersebut bukan semata-mata berasal
dari modal Bank tetapi sebagian besar berasal dari dana-dana masyarakat.modal Bank sangat
terbatas sehingga untuk mengembangkan usaha, Bank harus berusaha keras menarik dana dari
masyarakat yang yang kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat. Inilah yang disebut
Bank menjalankan fungsi intermediasi. Dana-dana masyarakat yang bisa ditarik dari masyarakat
misalnya tabungan, giro, deposito, sertifikat deposito, obligasi dan surat-surat hutang lainnya.
Peranan perkreditan cukup dominan dalam suatu negara yang sedang berkembang dalam rangka
mengembangkan potensi ekonomi.
Berdasarkan ketentuannya Bank Indonesia (BI) menggolongkan kualitas kredit yaitu (1)
Lancar (pas) artinya kredit yang disalurkan tidak menimbulkan masalah, (2) dalam perhatian
khusus (special mention) artinya kredit yang diberikan sudah mulai bermasalah, sehingga perlu
memperoleh perhatian, (3) kurang lancar (substandard) apabila kredit yang diberikan
pembayarannya sudah mulai tersendat-sendat, namun nasabah masih mampu membayar, (4)
diragukan (doubtful) yaitu kemampuan nasabah untuk membayar makin tidak dapat dipastikan,
dan (5) macet (loss) apabila nasabah sudah tidak mampu lagi untuk membayar pinjamannya,
sehingga perlu diselamatkan
Pemberian kredit yang berjalan lancar akan mengembangkan dan meningkatkan kegiatan
ekonomi suatu negara. Karena pinjaman yang diberikan Bank dalam bentuk kredit tersebut
berasal dari dana masyarakat maka memiliki resiko (risk asset) yang tinggi yaitu tidak kembalinya
kredit itu tepat pada waktunya yang dinamakan Non Performing Loan (NPL). Dimana tingkat
kesehatan bank salah satunya diukur dari tingkat rasio Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)
atau biasa dikenal sebagai “Rasio NPL” . Yang akibatnya dapat mengganggu likuiditas Bank.
Kredit macet adalah bagian dari kredit bermasalah. Kredit macet terjadi jika pihak
bank mengalami kesulitan untuk meminta angsuran dari pihak debitur karena suatu hal.Kredit macet
adalah piutang yang tak tertagih atau kredit yang mempunyai kriteria kurang lancar, diragukan
karena mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor tertentu
Kredit macet dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
penyebab kredit macet yaitu: kebijakan perkreditan yang ekspansif, menyimpang dalam pelaksanaan
prosedur perkreditan, itikad kurang baik dari pemilik, pengurus atau pegawai bank, lemahnya sistem
informasi kredit macet. Sedangkan faktor eksternal penyebab kredit macet adalah: kegagalan usaha
debitor, pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur, serta
menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit.
I.II Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat merumukan


masalah sebagai berikut:
1. Apa itu NPL?
2. Apa Standarisasi tingkat NPL?
3. Apa Faktor Pendukung terjadinya NPL?

I.III Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan ini tidak lepas dari permaslahan yang telah


dirumuskan sebebelumnya. Adapun tujuan pembahasan ini adalah
sebagai berikut :
1. Pengertian NPL ( Non Performing Loan )
2. Standarisasi tingakt NPL
3. Faktor pendukung terjadi nya NPL
BAB II
ISI
II.I Pengertian NPL (Non Performing Loan)
NPL (Non Performing Loan) adalah salah satu indikator kesehatan
aset suatu bank. Indikator tersebut dapat berupa rasio keuangan pokok
yang mampu memberikan informasi penilaian atas kondisi permodalan,
rentabilitas, risiko kredit, risiko pasar, serta likuiditas.

NPL yang biasa digunakan adalah NPL neto, yakni NPL yang telah
disesuaikan. Penilaian kualitas aset sendiri merupakan penilaian
terhadap kondisi aset bank serta kecukupan manajemen risiko kredit.
Hal tersebut berarti NPL merupakan indikasi tentang adanya masalah
dalam bank tersebut, yang apabila tidak segera diatasi, maka akan
membawa dampak buruk bagi bank itu sendiri.

II.II Standarisasi Tingkat NPL


Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6 / 10 / PBI / 2004 tanggal
April 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) yakni sebesar 5%.
Rumus perhitungan untuk NPL adalah sebagai berikut:

Rasio NPL = (Total NPL / Total Kredit) x 100 %

Contohnya, suatu bank mengalami kredit bermasalah sebesar 50,


dengan total kredit sebsar 1000, maka rasio NPL bank tersebut adalah
5% (50 / 1000 = 0.005).

Semakin tinggi nilai NPS (diatas 5 %), maka bank tersebut bisa
dikatakan tidak sehat. Sebab seperti yang kami singgung di atas, NPL
yang tinggi akan menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima
oleh bank.
II.III Faktor Pendukung Terjadinya NPL

Faktor Pendukung Terjadi nya NPL terbagi 3 yaitu:

A. Ketiadaan Itikad Baik dari Debitur

Kemampuan debitur dari sisi finansial untuk melunasi baik pokok


atau pun bunga pinjaman tidak akan memiliki arti tanpa kemauan dan
itikad baik dari debitur tersebut. Jadi apabila banyak debitur yang
menunggak angsuran, maka nilai NPL pada bank akan semakin besar.
Tingginya suku bunga kerap kali menjadi alasan bagi para debitur
untuk menunda menyelesaikan kewajibannya pada bank. Dengan kata
lain, mereka tidak mampu menyelesaikan kredit sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.
Jika peminjam dana sudah tidak memenuhi kewajiban mereka
membayar angsuran, maka dapat dipastikan bahwa bank akan
kehilangan banyak income. Secara otomatis, seperti yang kami
singgung di atas, kondisi demikian akan mengurangi deviden dan juga
laba bank.
Maka pihak bank memang dituntut untuk melakukan analisa kredit
sehingga dapat melakukan seleksi klien yang pantas untuk menerima
dana pinjaman dari bank tersebut.

B. Kebijakan dari Pemerintah dan Bank Indonesia

Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi tinggi rendahnya NPL


perbankan. Misalnya kebijakan kenaikan BBM tentu akan menyebabkan
perusahaan yang mengkonsumsi BBM untuk kegiatan produksinya akan
membutuhkan dana tambahan yang diambilkan dari laba (yang
dianggarkan untuk pembayaran cicilan kredit), guna memenuhi biaya
produksi. Pada akhirnya, perusahaan tersebut akan mengalami
kesulitan dalam membayar utang-utangnya pada bank.

Demikian pula halnya dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI),


akan memberi dampak secara langsung maupun tidak langsung
terhadap NPL suatu bank. Contohnya, saat BI menaikkan BI Rate yang
menyebabkan suku bunga kredit ikut naik, maka dengan sendirinya
kemampuan debitur dalam melunasi poko serta bunga pinjaman akan
berkurang.
C. Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian suatu Negara juga memiliki pengaruh atau


andil cukup besar terhadap kemampuan debitur dalam melunasi utang-
utangnya. Indikator-indikator ekonomi makro yang mempunyai pengaruh
terhadap NPL antara lain:

 Infalasi
Inflasi merupakan kenaikan harga secara menyeluruh dan terjadi secara
terus menerus. Inflasi yang tinggi tentunya akan menyebabkan
kemampuan debitur dalam melunasi utang-utangnya berkurang.

 Kurs Rupiah
Kurs rupiah juga memiliki pengaruh terhadap NPL suatu bank,
alasannya adalah karena aktifitas debitur perbankan tidak hanya bersifat
nasional, namun juga internasional.

II.IV Penyelesaian Masalah NPL


Pada umunya, ada dua cara untuk menyelesaikan NPL, berikut
diantaranya:

 Sentralisasi
Sentralisasi dapat terjadi apabila semua pihak yang berkepentingan
termasuk bank, regulator, serta pemerintah bersatu untuk menemukan
satu solusi. Bentuk sentralisasi yang umum dikerjakan adalah
pembentukan organisasi atau lembaga pusat seperti Perusahaan
Manajemen Aset.

 Desentralisasi
Pendekatan ini akan melibatkan langkah-langkah yang akan diambil
oleh bank yang terdampak. Pendekatan desentralisasi umum dilakukan
untuk kredit macet yang timbul dari kredit macet tersebut. Dalam
pendekatan ini, bank akan dibiarkan sendiri dengan memberi insentif,
kekuatan legislatif, atau manfaat akutansi atau fiskal khusus.
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
III.I Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan mengenai NPL (Non


Performing Loan) maka dapat mengambil beberapa kesimpulan:

1. NPL atau kredit bermasalah ini tentu akan berdampak pada


berkurangnya modal suatu bank. Apabila hal tersebut dibiarkan, maka
akan membawa dampak pada penyaluran kredit untuk periode
berikutnya.

2. Sebagaimana fungsi bank atau lembaga keuangan yang memang


difungsikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana dari dan untuk
rakyat. Untuk memaksimalkan hal ini dan tetap terkoordinir dengan baik,
pihak bank harus membuat sistem manajemen pada berbagai aspek
dan pihak yang terlibat.

III.II Saran

Sedikit masukkan dari kami Pengurangan risiko kredit macet dapat


diupayakan dengan meneliti faktor–faktor penyebab terjadinya kredit
macet. Karena pada dasarnya pihak perbankan sebelum memberikan
pelayanan kredit, terlebih dahulu harus menganalisa apakah calon
debitur tersebut dapat dipercaya atau diandalkan. Kita mengenal
Prinsip 5C sebagai penilaian atas permohonan kredit yaitu: Character
(Watak/Kepribadian), Capacity (Kemampuan), Capital (Modal),
Condition of economy (Kondisi ekonomi), dan Collateral (Jaminan).

Anda mungkin juga menyukai