Anda di halaman 1dari 9

SOEKARNO DAN PEMIKIRAN PROGRESIFNYA

Puji Miftahul Arfi (A92217129)

Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

ABSTRACT

Soekarno dilahirkan di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901 dari pasangan Sukemi
Sosrodihardjo yang berasal dari Blitar dan Ida Ayu Nyoman Rai yang berasal dari
Bali. Di Mojokerto, ayahnya diangkat menjadi guru di Ongkoloro dan Soekarno masuk
ke sekolah tempat ayahnya mengajar pada tahun 1908. Kemudian ayahnya
memasukkannya lagi ke sekolah ELS (Europese Lagree School) supaya ia bisa diterima
sebagai murid sekolah menengah Eropa. Pada tahun 1915 ia lulus dari sekolah
tersebut. Setelah itu, Soekarno berkesempatan melanjutkan pendidikannya di Surabaya.
Ayahnya mendaftarkanya ke HBS (Hogree Burger School) dan ia dititipkan di rumah
HOS Tjokroaminoto. Di HBS Soekarno belajar selama lima tahun, dan pada tanggal 10
Juni 1921 ia lulus dari HBS. Soekarno mendaftarkan diri di Sekolah Tinggi Teknik
(Technise Hogeschool) di Bandug. Ia dinyatakan lulus pada tahun 1926 sebagai
Insinyur. Dari hasil belajarnya, Soekarno menghasilkan pemikiran-pemikiran yang
progresif. Baik itu di bidang filsafat, kenegaraan dan juga keagamaan. Pemikirannya
dianggap progresif karena pada masa itu Soekarno menonjolkan pemikiran-pemikiran
baru di Indonesia. Pemikiran yang paling dikenal dari Soekarno adalah Marhaenisme.

KEYWORD: Soekarno, Marhaenisme, Islam Progresif.

PENDAHULUAN

Kemerdekaan Indonesia tidak serta merta didapatkan dengan mudah, akan tetapi
didapatkan dengan penuh perjuangan dari berbagai kalangan. Adapun klimaks dari
perjuangan banyak kalangan itu adalah proklamasi 17 Agustus 1945. Di antara berbagai
kalangan itu, salah seorang di antaranya adalah Soekarno. Dialah yang telah
memproklamirkan Indonesia sebagai negara yang merdeka dari penjajahan colonial
Belanda dan Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya kedudukan Soekarno

1
dalam peristiwa penegakan kemerdekaan itu. Setelah Indonesia dimerdekakan,
Soakarno-lah yang menjadi Presiden Republik Indoensia yang pertama.

Dari pentingnya posisi Soekarno dalam kemerdekaan Indonesia, dapat


disimpulkan bahwa pengaruhnya membawa Indonesia merdeka tentunya berasal dari
pemikiran-pemikiran cerdasnya. Pemikiran itulah yang penting untuk diketahui oleh
setiap anak bangsa Indonesia, dan pembahasan itulah yang ingin penulis angkat dalam
tulisan ini. Siapa itu Soekarno? Dan Bagaimana pemikiran-pemikirannya?

PEMBAHASAN

1. Biografi dan Pemikiran Soekarno

Soekarno dilahirkan di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901 dari pasangan Sukemi
Sosrodihardjo yang berasal dari Blitar dan Ida Ayu Nyoman Rai yang berasal dari Bali.
Ayah Soekarno, Raden Sukemi Sosrodihardjo termasuk golongan bangsawan Jawa.
Sukemi dan istrinya pindah ke Surabaya setelah kelahiran anaknya yang pertama,
Sukarmini. Ketika di Surabaya lahirlah Soekarno. Soekarno melewatkan masa kecilnya
di Tulungagung, Kediri, dan tinggal bersama kakeknya. Soekarno dididik untuk
bersikap jujur dan adil, kakeknya juga membiarkannya berkehendak menuruti hatinya
sendiri.

Selain dekat dengan kakeknya, Soekarno juga dekat dengan seorang pembantu
keluarganya yang bernama Sarinah, yang kemudian hari nama itu dipujanya sebagai
lambang wanita Indonesia. Soekarno mengakui bahwa Sarinah bersar pengaruhnya di
dalam hidupnya. Melalui Sarinah-lah Soekarno belajar mencintai rakyat jelata. Di
Tulungagung, Soekarno hanya menjalani masa yang singkat. Ketika umurnya enam
tahun, keluarga Soekarno pindah ke Sidoarjo dan kemudian pindah lagi ke Mojokerto.
Di Mojokerto, ayahnya diangkat menjadi guru di Ongkoloro dan Soekarno masuk ke
sekolah tempat ayahnya mengajar pada tahun 1908. Kemudian ayahnya
memasukkannya lagi ke sekolah ELS (Europese Lagree School) supaya ia bisa diterima
sebagai murid sekolah menengah Eropa. Pada tahun 1915 ia lulus dari sekolah tersebut.

Setelah itu, Soekarno berkesempatan melanjutkan pendidikannya di Surabaya.


Melalui jasa teman baik ayahnya, yaitu Omar Said Tjokroaminoto, ayahnya
mendaftarkanya ke HBS (Hogree Burger School) dan ia dititipkan di rumah HOS

2
Tjokroaminoto. Di HBS Soekarno belajar selama lima tahun. Dan pada tanggal 10 Juni
1921 ia lulus dari HBS. Soekarno menginginkan melanjutkan pendidikannya ke
Belanda, namun ibunya tidak memberikannya izin. Akhirnya Soekarno mendaftarkan
diri di Sekolah Tinggi Teknik (Technise Hogeschool) di Bandug. Ia dinyatakan lulus
pada tahun 1926 sebagai Insinyur.1

Dalam dunia perpolitikan, Soekarno aktif di berbagai organisasi. Saat masih


menjadi mahasiswa STT Soekarno menjadi ketua Jong Java cabang Bandung. Pada
tahun 1927 Soekarno bersama Iskaq Tjokrohadisurjom Dr. Tjipto Mangunkusumo,
Budiarto, dan Sunario mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia yang pada bulan Mei
1928 berubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) yang memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia. Selain itu, Soekarno juga seringkali ditangkap dan dimasukkan
ke dalam penjara akibat ulah-ulahnya dalam dunia perpolitikan pada saat itu. Bahkan ia
sampai diasingkan di luar Jawa. Semua ini disebabkan karena pemerintah Belanda
merasa terusik oleh keberhasilan Soekarno membangkitkan kaum Marhaen.

Pada masa jajahan Jepang, Soekarno aktif dalam organisasi yang dibuat oleh
Jepang seperti Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Organisasi yang direncanakan sebagai
jembatan mencapai pemerintahan sendiri bersama Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara dan
KH. M. Mansur yang didirikan pada tanggal 3 Maret 1943.

Pada Agusutus 1945, Soekarno menjadi ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan


Indonesia (PPKI). Bersama Moh. Hatta, Soekarno memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya Soekarno dipilih menjadi
presiden dan Moh. Hatta menjadi wakil presiden. Namun pada Desember 1948, Belanda
melancarkan agresinya yang kedua. Soekarno dan Moh. Hatta dan beberapa pemimpin
lainya ditawan dan diasingkan ke Prapat dan kemudian dipindahkan ke Bukit
Menumbing, Bangka. Tetapi, atas tekanan Dewan Keamanan PBB, para pemimpin yang
ditawan dibebaskan kembali. Pada tanggal 16 Desember 1949, Soekarno dilantik
menjadi presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) di Jakarta. Dan pada 17 Agustus

1
Agus Supriadi, Pemikiran Soekarno Tengtang Marhaenisme, (Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah, 2007),
7-11.

3
1950, Soekarno kembali memproklamirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).2

Pada peristiwa GESTOK (Gerakan Satu Oktober) Soekarno menunjuk Mayjen


Soeharto menjadi Panglima Pemulihan Keamanan. Tanggal 11 Maret 1966 Soekarno
mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR) yang ditujuka kepada Mayjen
Soeharto. Dan pada 20 Februari 1967 MPRS mencopot Soekarno dari jabatan Presiden
RI dan menyerahkannya pada Soeharto. 27 Maret 1967 Soeharto ditetapkan sebagai
presiden. Sesuai dengan Tap. MPRS. No. XXXIII/MPRS/1967 Soekarno dijadikan
sebagai tertuduh dalam kasus politik dan diproses secara hukum. Sebelum kasus itu
diproses, Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Juni 1970 di
Wisma Yaso.3

2. Pemikiran Soekarno “Marhaenisme”

Kesengsaraan yang terjadi pada masyarakat Indonesia yang hidup di bawah


penjajahan kolonial Belanda merupakan obyek dari pemikiran Soekarno. Pada saat itu
Soekarno berupaya sekeras mungkin untuk merumuskan persoalan nyata yang dihadapi
bangsa Indonesia. Soekarno mempelajari sejarah Indonesia secara mendalam. Ia hidup
di dalamnya, melihat dan mengalami kehidupan di Indonesia yang sangat berlawanan
antara minoritas kelompok yang kaya dengan kelompok yang miskin. Bahkan, kurang
lebih 92% dari rakyat Indonesia pada masa penjajahan kolonial Belanda hidup dalam
keadaan miskin akibat penjajahan dan kapitalisme. Dalam tatanan yang tidak adil itulah
muncul keinginan untuk memberontak, memberontak agar penjajahan dihapuskan di
Indonesia. Dengan terhapusnya penjajahan di Indonesia maka akan merubah kehidupan
rakyat Indonesia.4
Belanda menjalankan kekejaman dan kekerasannya terhadap rakyat Indonesia
dengan berbagai cara. Untuk menjalankannya, Belanda menggunakan kaum feodal
Indonesia, dari yang paling tinggi sampai yang paling terendah, mereka semua
diikutsertakan sebagai kaki tangan Belanda untuk menindas dan memeras rakyat kecil.

2
Wibowo, Marhaenisme; Ideologi Perjuangan Soekarno, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), 29.
3
Agus Supriadi, Pemikiran Soekarno Tengtang Marhaenisme, (Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah, 2007),
14-15.
4
O. P. Simorangkir, Renungan Bapak Marhaen Indonesia; Bung Karno, (Jakarta: Univ.
Krisnadwipayana, 2002), 17.

4
Dari pemerasan dan kekejaman Belanda selaa itulah muncul suatu kelas yang
pada awalnya tidak ada di Indonesia, yaitu kaum proletar yang berasal dari petani yang
sama sekali tidak punya tanah. Kaum proletar, kaum tani yang melarat itulah disebut
oleh Soekarno dengan satu nama kolektif yaitu Marehaen, yaitu suatu kelas yang
diperas terus menerus pada masa Belanda, oleh imperialisme dan kapitalisme. Selama
kaum penjajah bersama dengan kaum feodal berkuasa, rakyat akan terus menerus hidup
dalam keadaan takut dan menderita. Oleh karena itulah kaum Marhaen dan pemikiran-
pemikiran Soekarno lahir sebagai paham perjuangan, yang kemudian disebut
Marhaenisme.
Asal muasal kata Marhaenisme muncul ketika Soekarno merasa perlu mencari
kata pemersatu rakyat. Menurut Soekarno, di Indonesia yang miskin bukan hanya
golongan proletar, tetapi hampir seluruh rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan
akibat kapitalisme. Soekarno mendapatkan istilah Marhaenisme ketika saat berjalan-
jalan di desa Kiduleun Cigereleng, Bandung. Pada saat itu ia berjumpa dengan seorang
petani yang sedang menggarap sawahnya kepunyaannya sendiri, dan dengan
menggunakan alatnya sendiri. Dalam benak Soekarno terbesit jelas bahwa ia bukanlah
proletar karena tidak menjual tenaganya, walaupun petani tersebut hidup dalam
kemiskinan. Dan ketika Soekarno menyakan nama petani tersebut, ia menjawab bahwa
namanya Marhaen. Setelah peristiwa itulah Soekarno mendapatkan ilham dan
menggunakan namanya untuk menggambarkan penderitaan rakyat Indonesia.
Kata Marhaen sudah jelas dan nyata sebagai kata pemersatu, karena di Indonesia
yang miskin bukan hanya proletar yang menjualkan jasanya, tetapi orang yang memiliki
kebun dan alat sendiri pun termasuk ke dalam kaum proletar. Entah itu sebagai petani,
buruh, nelayan, sarjana, pegawai, maupun dokter selama ia dalam keadaan miskin dan
melarat, maka ia adalah Marhaen. Dalam pembelaannya, Soekarno memaknai istilah
Marhaenisme dengan makna yang lebih luas. Marhenisme disamakan dengan
massaisme atau kekuatan massa, meskipun mereka kecil dalam status kepemilikan,
namun mereka besar dalam jumlah jika dipersatukan, dan bisa menjadi kekuatan sangat
besar ketika melawan kolonialisme.5
Kaum Marhaen bukan hanya kaum buruh, melainkan juga para petani kecil,
pedagang kecil, dan pelajar kecil. Bahkan dalam perkembangannya, kaum Marhaen
5
Agus Supriadi, Pemikiran Soekarno Tengtang Marhaenisme, (Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah, 2007),
16-20.

5
bukan hanya kaum kecil atau kaum melarat saja. Setelah Marhaenisme dijadikan asas
oleh Partindo, maka orang yang disebut Marhaenis adalah tiap-tiap orang yang
menjalankan Marhaenisme. Sebagaimana dalam perkataan Soekarno:
“Pergulan hidup merk marhaen, pergaulan hidup yang sebagian
besar sekali adalah terdiri kaum tani kecil, kaum buruh kecil, kaum
pedagang kecil, kaum pelajar kecil, pendek kata ..... kaum kromo dan
kaum marhaen yang apa-apanya semua kecil.”6

Ide yang mendasari pemikiran Soekarno dalam merumuskan Marhaenisme


diawali dari penelusuran historis yang dialami pada saat itu, yaitu kolonialisme Belanda
yang menurut Soekarno menyebabkan kesengsaraan rakyat dan kemajemukan
masyarakat Indonesia dalam suku, budaya, agama maupun aliran-aliran politik. Dari
peneusuran tersebut membuat Soekarno mencari cara bagaimana memperstukan
masyarakat Indonesia yang majemuk tersebut. Sedangkan dalam banyaknya aliran
politik yang ada pada saat itu, Soekarno menawarkan jalan keluar yaitu itu menyatukan
aliran-aliran tersebut dengan ide NASAKOM (Nasionalisme, Islamisme, dan
Marxisme). Alasan Soekarno menawarkan ide tersebut karena setiap aliran memiliki
tujuan yang sama, namun berjuang sendiri-sendiri.

Bersadasarkan dari penelusuran historis tersebut, Soekarno berupaya untuk


menggalang rasa sentimen kebangsaan rakyat Indonesia yang pada saat itu tercerai
berai. Soekarno memulainya dengan menawarkan ide nasionalisme serta merumuskan
nasionalsime yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Nasionalisme Soakarno berawal
dari suatu bangsa, yaitu rakyat. Pengertian rakyat dalam konsep kebangsaan di atas
adalah sekumpulan manusia yang secara historis mempunyai kesamaan riwayat atau
keadaan, kemauan dan keinginan untuk menjadi satu. Konsep nasionalisme Soekarno
merupakan penekanan tentang kesadaran akan nasib. Yang diinginkan oleh Soekarno
adalah perubahan nasib dari bangsa yang tertindas menjadi bangsa yang merdeka.7

Nasionalisme Soekarno disebut sebagai sosio-nasionalisme. Sosio-nasionalisme


yang berarti nasionalisme masyarakat, nasionalisme yang mencari keselamatan seluruh
masyarakat dan bertindak sesuai dengan keadaan masyarakatnya. Nasionalisme

6
Soekarno, Indonesia Menggugat, (Jakarta: S. K. Seno, 1956), 137.
7
Agus Supriadi, Pemikiran Soekarno Tengtang Marhaenisme, (Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah, 2007),
17-20.

6
Soekarno adalah nasionalisme yang sadar akan penderitaan masyarakat karena
penindasan imperialis dan sadar akan keharusan menentang dan meruntuhkannya,
suapaya dapat mendirikan masyarakat yang adil dan makmur tanpa ada yang menderita.
Dalam artian, berasaskan perikemanusiaan.

Sosio-nasionalisme inilah yang menjadi prinsip awal paham Marhaenisme.


Konsep ini digunakan pada masa perjuangan. Sedangkan prinsip kedua adalah sosio-
demokrasi. Konsep ini digunakan setelah Indonesia merdeka. Sosio-demokrasi bukan
hanya demokrasi politik yang menitikberatkan pada kekuasaan kelembagaan, melainkan
juga mencakup bidang ekonomi yang menekankan bahwa setiap warga negara memiliki
hak, kewajiban dan perlakuan yang sama dalam bidang ekonomi. Kedua prinsip tersebut
saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Konsep sosio-nasionalisme dan sosio-
demokrasi dijadikan sinonim dari istilah Marhaenisme. Soekarno memberi penegasan
bahwa kedua konsep tersebut membebaskan Indonesia dari belenggu kemiskinan dan
kesengsaraan. Konsep inilah yang menjadi pembeda dengan sistem demokrasi Barat
yang hanya mencakup sendi politik saja dengan sistem demokrasi yang diinginkan oleh
Marhanisme Soekarno.8

Dalam pemikirannya dalam dunia Islam, Soekarno menawarkan beberapa


pemikiran progresif. Pemikiran ini banyak bertentangan dengan pemikiran para ulama
pada saat itu yang dianggap kolot dan tidak mau menghadapi pembaharuan. Di antara
pemikirannya adalah memudakan pengertian Islam. Dalam hal ini, hanya pengertiannya
saja yang dimudakan, Soekarno tidak menganggap Islam hanyalah sekadar memutarkan
tasbih, akan tetapi lebih dari itu. Namun, Soekarno tidak mengubah ajaran Islam itu
sendiri. Soekarno mengatakan dalam bukunya Islam Sontoloyo, “Pokok tidak berubah,
agama tidak berubah, Islam-Sejati tidak berubah, firman Allah dan Sunnah nabi tidak
berubah, tetapi pengertian manusia tentang hal-hal inilah yang berubah. Pengoreksian
pengertian itu selalu ada, dan musti selalu ada. Pengoreksian itulah hakikatnya semua
ijtihad, dan penyelidikan yang membawa kita ke lapang kemajuan”.9

Dalam pemikiran Soekarno, tak hanya selalu melakukan pengoreksian terhadap


pengertian Islam. Seiring dalam pengoreksian itu, ia juga menyarankan pembebasan

8
Ibid., 20-22.
9
Soekarno, Islam Sontoloyo, (Yogyakarta: Basabasi,2017), 81.

7
pikiran. Soekarno dalam bukunya itu menukilkan perkataan Professor Farid Wadjdi:
“Agama Islam hanya dapat berkembang betul, bilamana umat Islam memperhatikan
benar-benar tiga buah sendi-sendinya: kemerdekaan ruh, kemerdekaan akal,
kemerdekaan pengetahuan”. Bagi Soekarno, agama hanyalah untuk orang-orang
berakal, dan orang berakal hanyalah orang yang bisa menggunakan akalnya dengan
merdeka. Orang yang akalnya masih terikat bukanlah orang yang berakal. 10

Soekarno banyak menuliskan pemikiran progresifnya dalam buku-bukunya.


Antara lain buku karangannya adalah: Di Bawah Bendera Revolusi, Islam Sontoloyo,
Sarinah, Indonesia Menggugat, dan Mencapai Indonesia Merdeka.

KESIMPULAN

Soekarno dilahirkan di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901. Di Mojokerto,


ayahnya diangkat menjadi guru di Ongkoloro dan Soekarno masuk ke sekolah tempat
ayahnya mengajar pada tahun 1908. Kemudian ayahnya memasukkannya lagi ke
sekolah ELS (Europese Lagree School) supaya ia bisa diterima sebagai murid sekolah
menengah Eropa. Pada tahun 1915 ia lulus dari sekolah tersebut. Setelah menamatkan
sekolah dasar, Soekarno berkesempatan melanjutkan pendidikannya di Surabaya.
Melalui jasa teman baik ayahnya, yaitu Omar Said Tjokroaminoto, ayahnya
mendaftarkanya ke HBS (Hogree Burger School) dan ia dititipkan di rumah HOS
Tjokroaminoto. Di HBS, Soekarno belajar selama lima tahun. Dan pada tanggal 10 Juni
1921 ia lulus dari HBS. Soekarno menginginkan melanjutkan pendidikannya ke
Belanda, namun ibunya tidak memberikannya izin. Akhirnya Soekarno mendaftarkan
diri di Sekolah Tinggi Teknik (Technise Hogeschool) di Bandug. Ia dinyatakan lulus
pada tahun 1926 sebagai Insinyur.

Dari hasil belajarnya, Soekarno menghasilkan pemikiran-pemikiran yang


progresif. Baik itu di bidang filsafat, kenegaraan dan juga keagamaan. Pemikirannya
dianggap progresif karena pada masa itu Soekarno menonjolkan pemikiran-pemikiran
baru di Indonesia. Pemikiran yang paling dikenal dari Soekarno adalah Marhaenisme.
Dalam pemikirannya, Soekarno menawarkan paham pemersatu dan sebagai alat
perjuangan.

10
Ibid., 93.

8
DAFTAR PUSTAKA

Soekarno. 2017. Islam Sontoloyo. Yogyakarta: Basabasi.


Supriadi, Agus. 2007. Pemikiran Soekarno Tengtang Marhaenisme. Skripsi. UIN Syarif
Hidayatullah.
Wibowo. 2005. Marhaenisme; Ideologi Perjuangan Soekarno. Yogyakarta: Buana
Pustaka.
Simorangkir, O. P. 2002. Renungan Bapak Marhaen Indonesia; Bung Karno. Jakarta:
Univ. Krisnadwipayana.
Soekarno. 1956. Indonesia Menggugat. Jakarta: S. K. Seno.
Arianti Novi. 2018. Pengaruh Paham Marxisme terhadap Pemikiran Ir. Soekarno
dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia Selama Masa Pergerakan
Tahun 1926-1945. Skripsi. Universitas Lampung.
Silaban, Winner. 2012. Pemikiran Soekarno tentang Nasionalisme. Jurnal Dinamika
Politik: Vol. 1. No.1.
Farid. 2015. Pemikiran Marhaenisme Sukarno dalam Perspektif Filsafat Sosial. Skripsi.
UIN Sunan Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai