Anda di halaman 1dari 47

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya
guna, dan produktif.proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka
mengalami berbagai perasan sedih,cemas,kesepian, dan mudah tersinggung dan
depresi. Jika lansia mengaklami gangguan tersebut maka kondisi tersebut dapat
menggangu kegiatan sehari-hari lansia.mencegah dan merawat lansia dengan masalah
tersebut adalah hal yang sangat penting dlamupaya mendorong lansia bahagia
sejahtera di dalamkeluarga serta masyarakat.

Meningkatnya jumlah lansia membutuhkan penanganan yang serius karena


secara alamiah lansia itu mengalami kemunduran baik dari fisik, biologis, maupun
mentalnya. Hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi, sosial dan budaya sehingga
perlu adanya peran serta dan dukungan dari keluarga dalam penanganannya.
Menurunnya fungsi berbagai organ, lansia menjadi rentan terhadap penyakit yang
bersifat akut atau kronis. Ada kecenderungan terjadi penyakit degeneratif dan
penyakit metabolik (Nugroho, 2000).

Selain penyakit degeneratif, masalah psikologis merupakan faktor penting yang


dapat mempengaruhi kehidupan lansia, diantaranya adalah: kesepian, keterasingan
dari lingkungan, ketidakberdayaan, ketergantungan, kurang percaya diri,
keterlantaran terutama bagi lansia yang miskin serta kurangnya dukungan dari
anggota keluarga. Hal tersebut dapat mengakibatkan depresi yang dapat
mwnghilangkan kebahagiaan, hasrat, harapan, ketenangan pikiran dan kemampuan
untuk merasakan ketenangan hidup, hubungan yang bersahabat dan bahkan
menghilangkan keinginan menikmati kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada

1
perubahan sosial antara lain terjadinya penurunan aktivitas, peran dan partisipasi
sosial (Partini, 2002).

Permasalahan yang dihadapi lansia memerlukan pemecahan sebagai upaya


untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap masalah dan tekanan yang
menimpa mereka. Konsep untuk memecahkan masalah ini disebut dengan mekanisme
koping. Koping dilakukan untuk menyeimbangkan emosi individu dalam situasi yang
penuh tekanan. Koping merupakan reaksi terhadap tekanan yang dibutuhkan lansia
untuk memecahkan, mengurangi, dan menggantikan kondisi yang penuh tckanan
(Hawari, 1997).

Dukungan sosial bagi lansia sangat diperlukan selama lansia masih mampu
memahami makna dukungan sosial tersebut scbagai penyokong atau penopang
kchidupannya. Namun dalam kenyataanya ada sebagian lansia yang mampu
memahami dan memanfaatkan dukungan sosial dengan optimal dan ada pula lansia.
yang kurang mampu memahami adanya dukungan sosial dari orang lain, schingga
meskipun ia telah menerima dukungan sosial tetapi masih saja menunjukkan adanya
ketidakpuasan, yang ditampilkan dengan perilaku yang maladaptif seperti, kecewa,
kesal dan perilaku menyimpang lainnya (Kuntjoro, 2002).

Dukungan sosial dari keluarga merupakan segala bentuk perilaku dan sikap
positif yang diberikan keluarga kepada salah satu anggota kcluarga yang lansia.
Dukungan keluarga memegang peranan penting dalam menentukan bagaimana
mekanisme koping yang akan ditunjukkan oleh lansia. Adanya dukungan dari
keluarga dapat membantu lansia menghadapi masalahnya.

Pasien yang sedang dirawat dirumah sakit membutuhkan asuhan keperawatan


yang holistik dimana perawat dituntut untuk mampu memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif bukan hanya pada masalah secara fisik namun juga
spiritualnya. Untuk itulah materi spiritual diberikan kepada calon perawat guna
meningkatkan pemahaman dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kebutuhan spiritual.

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam prnulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep teori lansia
2. Bagaimana konsep perubahan psikologis, psikososial dan spiritual pada lansia
3. Bagaimana asuhan keperawatan perubahan psikologis, psikososial dan spiritual
pada lansia

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui konsep teori lansia
2. Mengetahui kosep perubahan psikologis, perubahan psikososial dan perubahan
spiritual pada lansia
3. Mengetahui asuhan keparawatan perubahan psikologis, perubahan psikososial
dan perubahan spiritual pada lansia

3
BAB II
Pembahasan

2.1 Konsep Teori Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU no 4 tahun 1965 adalah seseorang


yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari arang lain (Wahyudi 2000)
sedangkan menurut UU no.2 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia)
adalah sescorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Usia
lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan
kematian (Hutapea, 2005).

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami


proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan
fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel
jaringan, serta sistem organ Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang
sebagai beban dari pada scbagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa
kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai
beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif
sebagai beban keluarga dan masyarakat.

Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial
sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum
muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi,
pengaruh terhadap pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang
semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas

4
sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14
Maret 1997).

Psikogeriatri atau psikiatri adalah cabang ilmu kedokteran yang


memperhatikan pencegahan, diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan psikologis atau
psikiatrik pada lanjut usia. Saat ini disiplin ini sudah berkembang menjadi suatu
cabang psikiatrik, analaog dengan psikiatrik anak. Diagnosis dan terapi gangguan
mental pada lanjut usia memerlukan pengetahuan khusus, karena kemungkinan
perbedaan dalam manisfestasi klinis, pathogenesis dan patofisiologi gangguan mental
antara pathogenesis dewasa muda dan lanjut usia. Faktor penyulit pada pasien lanjut
usia juga perlu dipertimbangkan, antara lain sering adanya penyakit dan kecacatan
medis kronis penyerta, pemakaian banyak obat (polifarmasi) dan peningkatan
kerentanan terhadap gangguan kognitif.
Sehubungan dengan meningkatnya populasi usia lanjut, perlu mulai
dipertimbangkan adanya pelayanan psikogeriatrik di rumah sakit yang cukup besar.
Bangsal akut, kronis dan day hospital, merupakan tiga layanan yang mungkin harus
sudah mulai difikirkan.

2.1.2 Batasan Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi :

1. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.

3. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.

4. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

2.1.3 Proses Menua

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa kanak-kanak, masa dewasa dan

5
masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahapan ini berbeda baik secara biologis maupun
secara psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik
maupun secara psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor.
rambut putih, penurunan pendengaran, penglihatan menurun, gerakan lambat,
kclainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat.

2.2 Perubahan Psikologis

2.2.1 Teori Tugas Perkembangan


Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua antara
lain adalah:
1. Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan
3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
4. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes

Selain tugas perkembangan diatas, terdapat pula tugas perkembangan yang


spesifik yang dapat muncul sebagai akibat tuntutan:
1. Kematangan fisik
2. Harapan dan kebudayaan masyarakat
3. Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi

2.2.2 Perubahan psikologis pada lansia

Adapun beberapa factor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi
kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut :

1. Penurunan kondisi fisik

6
2. Penurunan fungsi dan potensi seksual
3. Perubahan aspek psikososial
4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
5. Perubahan dalam peran social dimasyarakat

2.2.3 Pengertian Depresi

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan


kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan
kepribadian (Splitting of personality), prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-
batas normal (Hawari Dadang, 2001).

Selain itu depresi dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan
kejiwaan pada alam perasaan (afektif mood), yang ditandai dengan kemurungan,
kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain
sebagainya.

Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan
penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda
Wahywlingsih dan Sukamto)

2.2.4 Etiologi

a. Penyakit fisik

b. Penuaan

c. Kurangnya perhatian dari pihak keluarga

d. Gangguan pada otak (penyakit cerebrovaskular)

7
e. Faktor psikologis, berupa penyimpangan perilaku oleh karena cukup banyak
lansia yang mengalami peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan atau
cukup berat.

f. Serotonin dan norepinephrine

g. Zat-zat kimia didalam otak (neurotransmitter) tidak seimbang. Neurotransmitter


sendiri adalah zat kimia yang membantu komunikasi antar sel-sel otak.

2.2.5 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang sering timbul dari depresi adalah penurunan energi dan
konsentrasi, gangguan tidur terutama terbangun dini hari dan sering terbangun malam
hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan keluhan somatik.
Sedangkan menurut Greg Wilkinson, tanda dan gejala depresi terbagi atas:

 Suasana Hati :

 Sedih

 Kecewa

 Murung

 Putus Asa

 Rasa cemas dan tegang

 Menangis

 Perubahan suasana hati

 Mudah tersinggung

 Fisik :

 Merasa kondisi menurun, lelah, pegal-pegal

8
 Sakit

 Kehilangan nafsu makan

 Kehilangan berat badan

 Gangguan tidur

 Tidak bisa bersantai

 Berdebar-debar dan berkeringat

 Agitasi

 Konstipasi

Namun seringkali gejala-gejala fisik tersebut disalahtafsirkan sebagai gejala akibat


penyakit fisik tertentu.

2.2.6 Patofisiologi Depresi

Terjadinya depresi pada lansia :

1. Faktor Psikososial

Berkurangnya interaksi sosial dan dukungan sosial yang kurang baik dapat
mengakibatkan penyesuaian diri yang negatif pada lansia. Menurunnya kapasitas
hubungan keakraban dengan keluarga, berkurangnya interaksi dengan keluarga yang
dicintai dapat menimbulkan perasaan tidak berguna, merasa disingkirkan, tidak
dibutuhkan lagi dan kondisi ini dapat berperan dalam terjadinya depresi.

 Kemampuan adaptasi (lamanya tinggal dipanti)

Sulit bagi lansia meninggalkan rumah lamanya yang selama ini ditempati
bersama-sama orang-orang yang dicintainya. Yang tentu saja mempunyai kenangan
manis. Selain itu sikap konservatif lansia menambah sulit untuk menyesuaikan diri

9
pada lingkungan baru. Kondisi ini dapat menyebabkan perasaan tertekan, kesedihan
dan keputusasaan.

2. Faktor Psikologi

 Motivasi Masuk Panti

Motivasi merupakan suatu dorongan dalam pikiran untuk bertindak. Motivasi


sangat penting bagi lansia untuk menentukan tujuan hidup dan apa yang ingin
dicapainya dalam kehidupan di panti. Adanya keinginan yang muncul dari dalam
individu lansia untuk tinggal di panti akan membuatnya bersemangat meningkatkan
toleransi dan merasa berguna. Kondisi ini akan menimbulkan efek yang baik bagi
kehidupan lansia.

 Rasa rendah diri atau tidak berdaya

Seseorang yang ambisius, merasa dikejar-kejar akan tugas dan selalu berambisi
harus lebih maju, umumnya saat memasuki lansia cendrung untuk: gelisah, mudah
stres, was-was, mudah frustasi, merasa diremehkan, mudah cemas, sulit tidur, tidak
siap hidup dirumah saja, perasaan tidak berdaya dan tidak berguna. Sebaliknya
mereka yang berkepribadian tenang, keinginan untuk maju diimbangi dengan usaha
yang tidak terburu-buru berdasarkan pada pemikiran yang tenang pada umumnya
tidak menunjukkan perubahan psikologis yang negatif.

3. Faktor Budaya

Budaya barat dengan sifat mandiri dan individual yang sangat menonjol sering
mengganggap lansia sebagai trouble maker. Karena memandang lansia sebagai
kelompok masyarakat yang kurang menyenangkan karena sifat-sifat lansia yang
menjengkelkan, kondisi fisik yang menurun sehingga perlu bantuan dan sering
menjadi beban. Untuk langkah penyelesaiannya adalah dengan menitipkan lansia di
panti. Akibatnya perubahan psikologis lansia cendrung negatif dan cendrung
memperburuk kondisi kesehatan lansia. Disamping itu mendorong lansia merasa

10
tidak enak dan rendah mutunya, mereka akan cendrung kekurangan motivasi untuk
mengerjakan apa yang seharusnya mampu mereka kerjakan.

4. Faktor Biologik

Ini disebabkan karena kehilangan dan kerusakan sel-sel saraf maupun zat
neurotransmiter, resiko genetik maupun adanya penyakit misalnya: kanker, Diabetes
militus, post stroke dan lain-lain yang memudahkan terjadinya depresi.

2.2.7 Penatalaksanaan Depresi pada Lansia

1. Terapi Biologik :

a. Pemberian obat antidepresan

Terdapat beberapa pilihan obat anti depresi yaitu jenis Selective Serotonin
Reuptake Inhibitors (SSRIs): Prozac (fluoxetine), Zoloft (setraine), Cipram
(citalopram) dan Paxil (paroxetine). Jenis NASSA: Remeron (mirtazapine). Jenis
Tricylic antidepresan: Tofranil (imipramine) dan Norpramin (desipramine).
Reversible Inhibitor Mono Amine Oxidase (RIMA) Inhibitors: Aurorix. Stablon.
(Tianeptine).

b. Terapi kejang listrik (ECT), shock theraphy

Penggunaan Electroconvulsive Therapy (ECT) dengan cara shock therapy


untuk pasien yang tidak memberi respon positif terhadap, obat antidepresan dan
psikoterapi. ECT bekerja untuk menyeimbangkan unsur kimia pada otak, dirasa.
cukup aman dan efektif serta dapat diulang 3 kali seminggu sampai pasien
menunjukan perbaikan. Efek samping ECT adalah kehilangan kesadaran
sementara.pada pasien namun cukup efektif untuk mengurangi resiko bunuh diri
pada pasien tertentu.

2. Terapi psikososial (psikoterapi)

11
Terapi psikososial (psikoterapi) bertujuan mengatasi masalah psikoedukatif,
yaitu mengatasi kepribadian maladaptif, distorsi pola berpikir, mekanisme koping
yang tidak efektif, hambatan relasi interpersonal. Terapi ini juga dilakukan untuk
mengatasi masalah sosiokultural, seperti keterbatasan dukungan dari keluarga,
kendala terkait faktor kultural, perubahan peran sosial

2.3 Perubahan psikososial

2.3.1 Definisi

Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang


utuh. Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia
berusaha menuntun generasi berikut (anak dan cucunya) berdasarkan sudut
pandangnya. Lansia yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan
menyesali masa lalunya karena tidak merasakan hidupnya bermakna (Anonim, 2006).
Sedangkan menurut Erikson yang dikutip oleh Arya (2010) perubahan psikososial
lansia adalah perubahan yang meliputi pencapaian keintiman, generatif dan integritas
yang utuh.

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Psikososial Lansia

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan psikososial


lansia menurut Kuntjoro (2002), antara lain:
a) Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya
kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya
tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok,
tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah
memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini
semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik

12
maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap
menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-
kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak
mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir
fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
b) Penurunan Fungsi dan Potensial Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan
dengan berbagai gangguan fisik seperti:
1. Gangguan jantung
2. Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus
3. Vaginitis
4. Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi
5. Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan
sangat kurang
6. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,
tranquilizer
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:
1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh
tradisi dan budaya .
3. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
4. Pasangan hidup telah meninggal
5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa
lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

2.3.3 Permasalahan Sosial terkait Kesejahteraan Lansia

13
Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
Lanjut Usia, antara lain sebagai berikut:

1. Permasalahan Umum

a. Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.

b. Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang berusia


lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung terjadi
perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada
bentuk keluarga kecil.

c. Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan yang


lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan
perhitungan untung rugi, lugas dan efisien, yang secara tidak langsung
merugikan kesejahteraan lanjut usia.

d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut


usia dan masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut
usia dengan berbagai bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan lanjut usia.

e. Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan lanjut


usia

2. Permasalahan Khusus

Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai Menurut permasalahan


khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia adalah sebagai berikut:

a. Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah baik


fisik, mental maupun sosial. Mundumya keadaan fisik yang menyebabkan
penuaan peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih tergantung kepada
pihak lain.

14
b. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan
Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial
psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat
lingkungan sekitarnya.

c. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja


muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan
mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa
menganggur.

d. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan
bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai
penghasilan cukup.

e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat


individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan dihormati serta
mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi terlantar.

f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak lingkungan,


polusi dan urbanisasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik lanjut usia.

2.4 Perubahan Spiritual


2.4.1 Pengertian

Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia


dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut
meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan
aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana
berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian,
toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Maslow 1970,
dikutip dari Prijosaksono, 2003).

2.4.2 Perkembangan Spiritual pada Lansia

15
Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk
kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti
nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena
pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara,
sahabat)menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama
yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan,
berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima
kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).

2.4.3 Penyesuaian- Penyesuaian pada Lanjut Usia

Beberapa penyesuaian yang dihadapi para lanjut usia yang sangat


mempengaruhi

kesehatan jiwanya diantaranya

a. Penyesuaian terhadap masalah kesehatan

Setelah orang memasuki lanjut usia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
fisik yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, kulit makin
keriput, gigi mulai rontok, tulang makin rapuh, dan lain-lain (Kuntjoro, 2002).
Adapun perubahan fisik yang dialami meliputi seluruh sistem tubuh yakni sistem
pendengaran, penglihatan, persarafan, dan sistem tubuh lainya (Nugroho, 1999).

b. Penyesuaian pekerjan dan masa pensiun

Sikap kerja sangat penting bagi semua tingkat usia terutama usia lanjut karena
sikap kerja ini tidak hanya kualitas kerja yang mereka lakukan tetapi juga sikapnya
terhadap masa pensiun yang akan datang (Hurlock, 1999). Masa pensiun seringkali
dianggap sebagai suatu kondisi yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masa
tiba mereka merasa cemas pada kehidupan yang akan dihadapinya. Oleh karena itu,
sebagian lanjut usia umumnya kurang menikmati masa tua dengan hidup santai,
namun sebaliknya mengalami masalah kejiwaan maupun fisik (Rini, 2001).

16
c. Penyesuaian terhadap berbagai perubahan dalam keluarga

Penyesuaian yang dihadapi lanjut usia diantaranya hubungan dengan pasangan,


perubahan perlaku, seksual dan sikap sosialnya, dan status ekonomi. Khususnya
aspek sosial pada lanjut usia yang pada umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh
sering menimbulkan keterasingan. Dari segi ekonomi, pendapatan yang diperoleh
lanjut usia akan berkurang karena tidak memiliki pekerjaan lagi (Kuntjoro, 2002).
Selain itu, lanjut usia akan merasa sulit untuk menyesuaikan diri dengan
permasalahan keuangan karena menyadari kecilnya kesempatan untuk memecahkan
masalah tersebut (Hurlock, 1999)

d. Penyesuaian terhadap hilangnya pasangan dan orang yang dicintai

Penyesuaian utama yang harus dilakukan oleh lanjut usia adalah penyesuaian
yang dilakukan karena kehilangan pasangan hidup. Kehilangan tersebut dapat
disebabkan oleh kematian atau penceraian (Hurlock, 1999). Kondisi ini
mengakibatkan gangguan emosional dimana lanjut usia akan merasa sedih akibat
kehilangan orang yang dicintainya (Hidayat, 2004).

2.4.4 Hubungan antara spiritual – kesehatan dan sakit

1) Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi


tingkat kesehatan dan prilaku klien. Beberapa pengaruh yang perlu dipahami:

a. menuntun kebiasaan sehari-hari

praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan


kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien, sebagai contoh:
ada agama yang menetapkan diet makanan yang boleh dan tidak boleh
dimakan.

b. sumber dukungan

pada saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan


agamanya. sumber kekuatan sangat diperlukan untuk dapat menerima

17
keadaan sakitnya khususnya jika penyakit tersebut membutuhkan waktu
penyembuhan yang lama.

c. sumber konflik

Pada suatu situasi bisa terjasi konflik antara keyakinan agama dengan
praktik kesehatan.Misalnya: ada yang menganggap penyakitnya adalah cobaan
dari Tuhan.

2.4.5 kepercayaan agama tentang kesehatan

Agama/ Budaya Kepercayaan Respon terhadap Penerapan pada


terhadap pelayanan penyakit kesehatan dan
kesehatan perawatan

Hindu Menerima ilmu Dosa masa lalu Waktu untuk doa,


medis terkini menyebabkan jimat, ritual, simbol
penyakit

Shikhism Menerima ilmu Wanita diperiksa Waktu untuk doa,


medis terkini wanita jimat, ritual, simbol

Melepaskan
pakaian dalam
merupakan
tekanan

Buddha Menerima ilmu Menolak


medis terkini pengobatan pada
hari suci

Roh non manusia


yang menyerang
manusia

18
menyebab

kan penyakit

Islam Harus dapat Menggunakan Kesehatan dan


mempraktikkan 5 kepercayaan spiritual saling
hukum islam penyembuhan berhubungan

Terkadang Tidak
memiliki mempertimbangkan
pandangan transplantasi organ
kesehatan yang
salah

Tidak melakukan
euthanasia

Yahudi Mempercayai Eutanasiaa Percaya penting


kesucian hidup dilarang hidup sehat

Ibadah hari sabath,


menolak
pengobatan hari
sabath

Kristiani Menerima ilmu Menggunakan Mendukung donor


medis terkini doa, kuas organ
penyembuhan

2.4.6 Manifestasi perubahan fungsi spiritual

1. Verbalisasi distress

19
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual, biasanya akan
meverbalisasikanyang dialaminya untuk mendalatkan bantuan.

2. Perubahan perilaku

Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi


spiritual.. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja
sedang menderita distress spiritual. Untuk jelasnya berikut terdapat tabel
ekspresi kebutuhan spiritual.

TABEL EKSPRESI KEBUTUHAN SPIRITUAL ADAPTIF DAN


MALLADAPTIF

Kebutuhan Tanda pola atau prilaku Tanda pola atau prilaku


adaptif maladaptif

Rasa percaya Rasa percaya terhadap diri Merasa tidak


sendiri dan kesabaran nyaman dengan
kesadaran diri
Menerima bahwa yang lain
akan mampu memenuhi Mudah tertipu
kebutuhan
Ketidakmampuan
Rasa percaya terhadap untuk terbuka
kehidupan walaupun terasa dengan orang lain
berat
Merasa bahwa hanya
Keterbukaan terhadap Tuhan orang tertentu dan
tempat tertentu yang
aman

Mengharapkan orang
tidak berbuat baik
dan tidak tergantung

20
Ingin kebutuhan
dipenuhi segera
tidak dapat
menunggu

Tidak terbuka
kepada Tuhan

Takut terhadap
maksud Tuhan

Kemampuan Menerima diri sendiri dan Merasa penyakit sebagai


memberi maaf orang lain dapat berbuat suatu hukuman
salah
Merasa Tuhan sebagai
Tidak mendakwa atau penghukum
berprasangka buruk
Merasa maaf hanya
Memandang penyakit diberikan berdasar prilaku
sebagai sesuatu yang nyata
Tidak menerima diri sendiri
Memaafkan diri sendiri
Menyalahkan diri sendari
Memaafkah orang lain atau orang lain.

Menerima pengampunan
Tuhan.

Pandangan yang realistik


terhadap masa lalu

TABEL EKSPRESI KEBUTUHAN SPIRITUAL ADAPTIF DAN


MALLADAPTIF

21
Kebutuhan Tanda pola atau prilaku Tanda pola atau prilaku
adaptif maladaptive

Mencintai dan Mengekspresikan perasaan Takut akan tergantung


ketertarikan dicintai oleh orang lain atau dengan orang lain
Tuhan
Menolak bekerja sama
Mampu menerima bantuan dengan tenaga kesehatan

Menerima diri sendiri Cemas berpisah dengan


keluarga
Mencari kebaikan dari orang
lain Menolak diri sendiri serta
angkuh dan mementingkan
diri sendiri

Tidak mampu untuk


mempercayai diri sendiri
dicintai oleh Tuhan, tidak
punya hubungan rasa cinta
dengan Tuhan

Merasa tergantung dan


hubungan bersifat magik
dengan Tuhan. Merasa jauh
dengan Tuhan.

Keyakinan Ketergantungan dengan Mengekspresikan perasaan


anugerah Tuhan ambivalens terhadap Tuhan

Termotifasi untuk tumbuh Tidak percaya terhadap


kekuasaan Tuhan
Mengekspresikan kepuasan
dengan menjelaskan Takut kematian

22
kehidupan setelah kematian Merasa terisolasi dari
kepercayaan masyarakat
Mengekspresikan kebutuhan
sekitar
untuk memasuki kehidupan
dan ataui Merasa pahit, frustasi dan
memahamikehidupan marah terhadap Tuhan
manusia dengan
Nilai, keyakinan dan tujuan
wawasanyang lebih luas
hidup yang tidak jelas
Mengekspresikan kebutuhan
Konflik nilai
ritual
Tidak mempunyai
Mengekspresikan kehidupan
komitmenm
untuk merasa berbagi
keyakinan

TABEL EKSPRESI KEBUTUHAN SPIRITUAL ADAPTIF DAN


MALLADAPTIF

Kebutuhan Tanda pola atau prilaku adaptif Tanda pola atau prilaku
maladaptive

Kreatifitas dan Meminta informasi tentang Mengekspresikan


harapan kondisi perasaan takut
kehilangan kendali diri
Membicarakan kondisinya
secara realistik Mengekspresikan
kebosanan diri
Menggunakan waktu selama

23
dirawat inap secara konstruktif Tidak mempunyai visi
alternatif yang
Mencari cara untuk
memungkinkan
mengekspresikan diri
Takut terhadap terapi
Mencari kenyamanan batin
daripada fisik Putus asa

Mengekspresikan harapan Tidak dapat menolong


tentang masa depan ayau menerima diri
sendiri
Terbuka terhadap
kemungkinan mendapatkan Tidak dapat menikmati
kedamaian apapun

Telah menunda
pengambilan keputusan.

Arti dan tujuan Mengekspresikan kepuasan Mengekspresikan tidak


hidup ada alasan bertahan
hidup
Menjalani kehidupan sesuai
dengan sistem nilai Tidak dapat menerima
arti penderitaan yang
Menggunakan penderitaan
dialami
sebagai cara memahami diri
Mempertanyakan arti
Mengekspresikan arti
kehidupan
kehidupan/ kematian
Mempertanyakan tujuan
Mengekspresikan komitmen
penyakit
dan orientasi hidup
Tidak dapat merumuskan
Jelas tentang apa yang penting
tujuan dan tidak
mencapai tujuan

24
Telah menunda
pegambilan keputusan
I
yang penting.
n
t
ervensi dala

2.4.7 intervensi dalam kesehatan spiritual Kehatan

Tehnik dalam kesehatan spiritual adalah dengan tehnik meditasi

a. Tehnik Meditasi:

Tujuan: klien dapat mengungkapkan perasaan relaksasi dan trandensi diri


setelah meditasi

Strategi pengajaran:

1. Berikan informasi singkat mengenai pengajaran / cara meditasi

2. Bantu klien mengidentifikasi ruangan dalam rumah yang tenang dan


mempunyai gangguan minimal

3. Jelaskan bahwa musik yang tenang dan bunyi yang mendesing dapat
mengganggu meditasi

4. Ajarkan langkah-langkah meditasi, duduk dalam posisi yang nyaman dengan


punggung lurus; bernafas perlahan; dan fokus pada suara, doa atau gambar

5. Anjurkan pasien untuk melakukan meditasi selama 10-20 menit dua kali sehari

6. Jawab pertanyaan klien dan perkuat informasi selama diperlukan

Evaluasi:

Ijinkan klien menggambarkan perasaan setelah melakukan meditasi

25
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

ASKEP TEORI PERUBAHAN PSIKOLOGIS

I. PENGKAJIAN

Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.

1. Kaji adanya depresi


2. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti
geriatric depression scale
3. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga
1) Lakukan observasi langsung terhadap :
a. Perilaku
 Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas
hidup sehari-hari?
 Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial?
 Apakah klien sering mengluyur dan mondar - mandir?
 Apakah klien menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?
b. Afek
 apakah kilen menunjukkan ansietas
 labilitas emosi
 depresi atau apatis
 lritabilitas
 curiga
 tidak berdaya
 frustasi

26
c. Respon kognitif
 Bagaimana tingakat orientasi klien?
 Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal - hal yang baru saja
atau yang sudah lama terjadi?
 Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan?
 Kurang mampu membuat penilaian?

2) Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga

1. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah


menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
2. Ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota
keluarga yang lain.
3. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya
komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
4. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
5. Identifikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberi
asuhan tentang dirinya sendiri.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas.
3. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi
neuron irreversible.
4. Perubahah persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi
dan atau integrasi sensori (defisit neurologis).
5. Risiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.

27
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
Gangguan alam perasaan : depresi

Tujuan/Keriteria Hasil Intervensi Rasional


Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan kerahkan sumber-sumber 1. Individu lebih percaya diri.
keperawatan selama 1X24 jam internal individu 2. Meningkatkan nilai spiritual lansia
lansia merasa tidak stres dan 2. Kaji sistem pemdukung keyakinan 3. Membangun motivasi pada lansia
depresi. ( nilai, pengalaman masa lalu, 4. Untuk memberi pemahaman kepada lansia
 Klien dapat meningkatkan aktivitas keagamaan, kepercayaan tentang obat
harga diri agama) 5. Prinsip 5 benar dapat memaksimalkan
 Klien dapat menggunakan 3. Bantu untuk memahami bahwa fungsi obat secara efektif
dukungan sosial klien dapat mengatasi 6. Menambah pengetahuan lansia tentang efek
 Klien dapat menggunakan keputusannya samping obat.
obat dengan benar dan 4. Diskusikan tentang obat ( nama,
tepat dosis, frekuensi, efek samping
minum obat)
5. Bantu menggunakan obat dengan
prinsip 5 benar (benar pasien, obat,
dosis, cara, waktu )
6. Anjurkan membicarakan efek
samping yang dirasakan.

28
Gangguan pola tidur
Definisi : gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal.
Domain 4, Aktivitas/Istirahat
Class 1, Tidur/Istirshat
Tujuan/Keriteria Hasil Intervensi Rasional
setelah dilakukan tindakan 1. Jangan menganjurkan klien untuk 1. Irama sikardian (siklus tidur bangun ) yang
keperawatan kunjungan klien tidur siang apabila berakibat efek tersinkronisasi disebabkan oleh tidur siang
memiliki pola tidur yang negative terhadap tidur pada malam yang singkat.
teratur. hari. 2. Gangguan psikis terjadi bila terdapat
 Klien mampu memahami 2. Evaluasi efek obat klien yang penggunaan kortikosteroid termasuk
factor penyebab gangguan mengganggu tidur perubahan mood, insomnia.
pola tidur. 3. Tentukan kebiasaan dan rutinitas 3. Mengubah pola tidur yang sudah terbiasa
 Klien mampu memahami waktu tidur malam dengan dari asupan makan klien pada malam hari
rencana khusus untuk kebiasaan klien terbukti mengganggu tidur.
menangani atau mengoreksi 4. Berikan lingkungan yang nyaman 4. lingkungan n yang nyaman dapat membuat
penyebab tidur tidak untuk meningkatkan tidur. klien mudah untuk tidur.
adekuat. 5. Buat jadwal intervensi untuk 5. gangguan tidur terjadi dengan seringnya tidur
 Klien mampu menciptakan memungkinkan waktu tidur lebih dan mengganggu pemulihan sehubungan
pola tidur yang adekuat lama dengan gangguan psikologis dan fisiologis,
dengan penurunan terhadap sehingga irama sikardian terganggu.
pikiran yang melayang-

29
layang (melamun).
 Klien tampak atau
melaporkan dapat
beristirahat yang cukup.

Gangguan proses pikir

Tujuan/Keriteria Hasil Intervensi Rasional


setelah dilakukan tindakan 1. Kaji derajat gangguan kognitif, 1. Memberikan dasar perbandinagn yang akan
keperawatan kunjungan klien seperti perubahan orientasi, datang dan memengaruhi rencana intervensi.
dapat berpikir rasional. rentang perhatian, kemampuan 2. Mengurangi kecemasan dan emosional,
 Klien mampu berpikir. seperti kemarahan, meningkatkan
memperlihatkan 2. Kembangkan lingkungan yang pengembangan evaluasi diri yang positif dan
kemampuan kognitif untuk mendukung dan hubungan mengurangi konflik psikologis.
menjalani konsekuensi perawat-klien yang terapeutik 3. Kebisingan merupakan sensori berlebihan
kejadian yang 3. Pertahankan lingkungan yang yang meningkatkan gangguan neuron
menegangkan terhadap menyenangkan dan tenang 4. Menimbulkan perhatian, terutama pada klien
emosi dan pikiran tentang 4. Tatap wajah klien ketika sedang dengan gangguan perseptual
diri. berbicara dengan klienl 5. Lamunan membantu dalam meningkatkan
 Klien mampu 5. Gunakan teknik distraksi. orientasi. Orientasi pada realita
mengembangkan strategi Bicarakan tentang kejadian yang meningkatkan perasaan realita klien,

30
untuk mengatasi anggapan sebenarnya saat klien penghargaan diri dan kemuliaan (
diri yang negatif. Klien mengungkapkan ide yang salah, kebahagiaan personal )
mampu mengenali jika tidak meningkatkan
perubahan dalam berfikir kecemasan.
atau tingkah laku dan factor
penyebab
 Klien mampu
memperlihatkan penurunan
tingkah laku yang tidak
diinginkan, ancaman, dan
kebingungan.

Perubahah persepsi sensori

Tujuan/Keriteria Hasil Intervensi Rasional


setelah dilakukan dilakukan 1. Kaji derajat sensori atau gangguan 1. Keterlibatan otak memperlihatkan masalah
keperawatan kunjungan tidak persepsi dan bagaimana hal tersebut yang bersifat asimetris menyebabkan klien
terjadi penurunan lebih lanjut mempengaruhi klien termasuk kehilangan kemampuan pada salah satu sisi
pada persepsi sensori klien. penurunan penglihatan atau tubuh. Klien tidak dapat mengenali rasa lapar
 Klien mengalami pendengaran. atau haus
penurunan halusinasi. 2. Anjurkan memakai kacamata atau 2. meningkatkan masukan sensori, membatasi

31
 Klien mampu alat bantu dengar sesuai kebutuhan atau menurunkan kesalahan interpretasi
mengembangkan strategi 3. Pertahankan hubungan orientasi stimulasi
psikososial untuk realita. Memberikan petunjuk pada 3. Menurunkan kekacauan mental dan
mengurangi stress atau orientasi realita dengan kalender, meningkatkan koping terhadap frustasi
mengatur perilaku. jam, atau catatan. karena salah persepsi dan disorientasi. Klien
 Klien mampu 4. Ajarkan strategi mengatasi stres menjadi kehilangan kemampuan mengenali
mendemonstrasikan 5. Libatkan dalam aktivitas sesuai keadaan sekitar
respon yang sesuai indikasi dengan keadaan tertentu, 4. Menurunkan kebutuhan akan halusinasi
stimulasi. seperti satu ke satu pengunjung, 5. R : Memberi kesempatan terhadap stimulasi
kelompok sosialisasi pada pusat partisipasi dengan orang lain
demensia, terapi okupasi.

Risiko mencederai diri


Definisi : beresiko mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan suber-
sumber adaptif dan pertahanan individu.
Domain 11, Keamanan/Perlindungan
Class 2, CederaFisik
Tujuan/Keriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling percaya 1. Hubungan saling percaya dapat
keperawatan selama 1X24 jam dengan lansia. mempermudah dalam mencari data-data
lansia tidak mencederai diri. 2. Lakukan interaksi dengan pasien tentang lansia.

32
 Lansia dapat sesering mungkin dengan sikap 2. Dengan sikap sabar dan empati lansia akan
mengungkapkan empati dan lebih banyak memakai merasa lebih diperhatikan dan berguna
perasaanya. bahasa non verbal. Misalnya 3. Meminimalkan terjadinya perilaku
 Lansia tampak lebih memberikan sentuhan, anggukan. mencederai diri.
bahagia. 3. Pantau dengan seksama risiko
 Lansia sudah bisa bunuh diri / melukai diri sendiri.
tersenyum ikhlas. Jauhkan atau simpan alat-alay yang
dapat digunakan untuk mencederai
dirinya / oranglain.

33
ASKEP TEORI PERUBAHAN SOSIAL PADA LANSIA

I. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tangggal
MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
b. Orang-orang terdekat
Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-
fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses interaksi dalam keluarga.
c. Kultural
Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem rujukan
penyakit), nilai-nilai yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan,
faktor-faktor kultural yang dihubungkan dengan penyakit secara umum dan
respons terhadap rasa sakit, kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan.
d. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang
lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari, dependen.
e. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, kegagalan /frustasi berulang, tekanan dari kelompok;
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus
dioperasi, kecelakaan dicerai suami, perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
f. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien
g. Aspek Psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri;

34
Citra tubuh: Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang
tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang, mengungkapkan
keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
3) Identitas diri: Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan
4) Peran: Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua.
5) Ideal diri: Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya,
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
6) Harga diri: Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai
diri, dan kurang percaya diri. Klien mempunyai gangguan / hambatan
dalam melakukan hubungan sosial dengan orang lain terdekat dalam
kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
h. Status Mental
Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang
dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
i. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)
j. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,
therapy okopasional, TAK , dan rehabilitasi.

35
II. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah berhubungan dengan merasakan/mengantisipasi kegagalan
pada peristiwa-peristiwa kehidupan.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan sistem
saraf; kehilangan memori; ketidakseimbangan tingkah laku adaptif dan
kemampuan memecahkan masalah.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional/maturasional.

36
III. INTERVENSI KEPERAWATAN

Harga diri rendah


Definisi : Beresiko memiliki evaluasi diri/ perasaan diri negatif tentang diri sendiri atau kecakapan diri yang berlangsung
lama.
Domain 6, Persepsi Diri
Class 2 : Harga Diri
Kriteria Hasil/ Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam,  Dorong pengungkapan perasaan,  membantu pasien/orang terdekat untuk
lansia tidak mengalami harga diri menerima apa yang dikatakannya. memulai menerima perubahan dan
rendah dengan KH :  Bantu pasien dengan menjelaskan mengurangi ansietas mengenai
 Menunjukan penilaian pribadi hal-hal yang diharapkan dan hal-hal perubahan fungsi/gaya hidup.
tentang harga diri tersebut mungkin di perlukan untuk  memberi kesempatan untuk
 Mengungkapkan penerimaan dilepaskan atau dirubah. mengidentifikasi kesalahan konsep dan
diri komunikasi terbuka  Berikan informasi dan penyerahan ke mulai melihat pilihan-pilihan;
 Menggunakan strategi koping sumber-sumber komunitas. meningkatkan orientasi realita.
efektif memungkinkan pasien untuk
berhubungan dengan grup yang
diminati dengan cara yang membantu
dan perlengkapan pendukung,

37
pelayanan dan konseling.

Koping individu tidak efektif


Definisi : Ketidakmampuan untuk melakukan penilaian yang valid terhadap stresor, ketidakadekuatan pilihan responyang
diperaktikan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.
Domain 9, Koping/Toleransi Stres
Class 2 : Respon Koping
Kriteria Hasil/ Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1 x 24  Kaji munculnya kemampuan koping  jika individu memiliki kemampuan
jam, koping individu pada lansia positif, misalnya penggunaan teknik koping yang berhasil dilakukan dimasa
menjadi efektif, dengan KH : relaksasi keinginan untuk lampau, mungkin dapat digunakan
 mengidentifikasi pola koping mengekspresikan perasaan. sekarang untuk mengatasi tegangan dan
yang efektif  Perbaiki kesalahan konsep yang memelihara rasa kontrol individu.
 Mengungkapkan secara mungkin dimiliki pasien  membantu mengidentifikasi dan
verbal tentang koping yang membenarkan persepsi realita dan
efektif memungkinkan dimulainya usaha
 Mengatakan penurunan stress pemecahan masalah.
 Klien mengatakan telah
menerima keadaannya

38
 Mampu mengidentifikasi
strategi tentang koping

Ansietas
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom (seringkali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu); perasaan akut yang disebabkanoleh antisipasi oleh bahaya. Perasaan ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
Domain 9, koping/toleransi stress
Class 2 : respon koping
Kriteria Hasil/ Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam,  Pahami rasa takut/ansietas  perasaan adalah nyata dan membantu
ansieta teratasi dengan KH :  Kaji tingkat realita bahaya bagi pasien pasien untuk terbuka sehingga dapat
 klien mampu mengidentifikasi dan tingkat ansietas. mendiskusikan dan menghadapinya.
dan mengungkapkan gejala  Dorong pasien untuk berbicara  menyediakan petunjuk untuk
cemas mengenai apa yang terjadi saat ini dan membantu pasien dalam
 mengidentifikasi, apa yang telah terjadi untuk mengembangkan kemampuan koping
mengungkapkan dan mengantisipasi perasaan tidak dan memperbaiki ekuilibrium.

39
menunjukabn teknik untuk tertolong dan ansietas.
mengtrol cemas
 vital sign dalam batas normal
 postur tubuh, ekspresi wajah
Bahasa tubuh dan tingkat
aktifitas menunjukan
berkurangnya kecemasan

40
ASKEP TEORI GANGGUAN KEBUTUHAN SPIRITUAL

I. Pengkajian

Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif

Spiritual sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk individu yang berbeda pula (Mcsherry dan ross, 2002)

Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalah

1. Alifiasi nilai
a. Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif atau tidak
b. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
2. Keyakinan agama dan spiritual
a. Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima ritual atau upacara agama
b. Strategi koping

Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi:

a. Tujusn dan arti hidup


b. Tujuan dan arti kematian
c. Kesehatan dan arti pemeliharaan
d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain

II. Diagnosa

41
1. Distress spiritual
2. Koping inefektif

III. Intervensi

Distress Spiritual
Definisi : Hambatan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan dalam hidup melalui
hubungan dengan diri sendiri, orang lain, musik, seni, buku, alam ataupun dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Domain 10, Prinsip Hidup
Class 3 : Nilai/Keyakinan/Keselarasan Tindakan
NIC-NOC
a. Menunjukkan harapan  Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
b. Menunjukkan kkan kesejahteraan spiritual:  Tentukan konsep ketuhanan klien
 Berarti adalam hidup  Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasisien
 Pandangan tentang spiritual  Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual
 Ketentraman, kasih sayang dan ampunan dan kesehatan
 Berdoa atau beribadah  Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati
 Berinteraksi dengan pembimbing ibadah praktik keagamaan
 Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, Kolaborasi dengan pastoral
perasaan dan kenyataan

42
c. Klien tenang

Koping Ketidakefektif
Definisi : Ketidakmampuan untuk melakukan penilaian yang valid terhadap stresor, ketidakadekuatan pilihan responyang
diperaktikan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.
Domain 9, Koping/Toleransi Stres
Class 2 : Respon Koping
NIC-NOC
 Koping efektif  Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan
 Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif kesesuaiannya
 Pengendalian impuls : kemmapuan mengandalikan  Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal
diri dari perilaku kompulsif  Peningkatan koping :
 Pemrosesan informasi : kemampuan untuk - Nilai keseuaian pasien terhadap perubahan gambaran
mendapatkan dan menggunakan informasi diri
- Nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran
- Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat
keputusan
- Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
- Berikan pelatihan keterampilan social yang sesuai
Libatkan sumber-sumber yang ada untuk mendukung pemberian

43
pelayanan kesehatan

44
IV. Evaluasi

Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secaara umum tujuan tercapai
apabila klien ( Achir Yani, 1999)

1. Mampu beristirahat dengan tenang


2. Menyatakan penerimaan keputusan moral
3. Mengekspresikan rasa damai
4. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
5. Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah dan ansietas
6. Menunjukkan prilaku lebih positif
7. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya

45
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan
kepribadian (Splitting of personality), prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-
batas normal (Hawari Dadang, 2001).

Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang


utuh. Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia
berusaha menuntun generasi berikut (anak dan cucunya) berdasarkan sudut
pandangnya. Lansia yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan
menyesali masa lalunya karena tidak merasakan hidupnya bermakna (Anonim, 2006).
Sedangkan menurut Erikson yang dikutip oleh Arya (2010) perubahan psikososial
lansia adalah perubahan yang meliputi pencapaian keintiman, generatif dan integritas
yang utuh.
Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia
dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut
meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan
aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana
berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian,
toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Maslow 1970,
dikutip dari Prijosaksono, 2003).

46
3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami buat, kami menyadari masih terdapat
banyak kekurangan pada makalah yang kami susun. Atas kekurangan dan kelebihan
kami mohon maaf yang sebesar – besarnya.Kami juga memohon untuk saran dan
kritik untuk makalah kami apabila ada yang kurang berkenan.

47

Anda mungkin juga menyukai