Pendahuluan
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya
guna, dan produktif.proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka
mengalami berbagai perasan sedih,cemas,kesepian, dan mudah tersinggung dan
depresi. Jika lansia mengaklami gangguan tersebut maka kondisi tersebut dapat
menggangu kegiatan sehari-hari lansia.mencegah dan merawat lansia dengan masalah
tersebut adalah hal yang sangat penting dlamupaya mendorong lansia bahagia
sejahtera di dalamkeluarga serta masyarakat.
1
perubahan sosial antara lain terjadinya penurunan aktivitas, peran dan partisipasi
sosial (Partini, 2002).
Dukungan sosial bagi lansia sangat diperlukan selama lansia masih mampu
memahami makna dukungan sosial tersebut scbagai penyokong atau penopang
kchidupannya. Namun dalam kenyataanya ada sebagian lansia yang mampu
memahami dan memanfaatkan dukungan sosial dengan optimal dan ada pula lansia.
yang kurang mampu memahami adanya dukungan sosial dari orang lain, schingga
meskipun ia telah menerima dukungan sosial tetapi masih saja menunjukkan adanya
ketidakpuasan, yang ditampilkan dengan perilaku yang maladaptif seperti, kecewa,
kesal dan perilaku menyimpang lainnya (Kuntjoro, 2002).
Dukungan sosial dari keluarga merupakan segala bentuk perilaku dan sikap
positif yang diberikan keluarga kepada salah satu anggota kcluarga yang lansia.
Dukungan keluarga memegang peranan penting dalam menentukan bagaimana
mekanisme koping yang akan ditunjukkan oleh lansia. Adanya dukungan dari
keluarga dapat membantu lansia menghadapi masalahnya.
2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam prnulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep teori lansia
2. Bagaimana konsep perubahan psikologis, psikososial dan spiritual pada lansia
3. Bagaimana asuhan keperawatan perubahan psikologis, psikososial dan spiritual
pada lansia
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui konsep teori lansia
2. Mengetahui kosep perubahan psikologis, perubahan psikososial dan perubahan
spiritual pada lansia
3. Mengetahui asuhan keparawatan perubahan psikologis, perubahan psikososial
dan perubahan spiritual pada lansia
3
BAB II
Pembahasan
Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial
sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum
muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi,
pengaruh terhadap pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang
semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas
4
sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14
Maret 1997).
3. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
4. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa kanak-kanak, masa dewasa dan
5
masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahapan ini berbeda baik secara biologis maupun
secara psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik
maupun secara psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor.
rambut putih, penurunan pendengaran, penglihatan menurun, gerakan lambat,
kclainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat.
Adapun beberapa factor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi
kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut :
6
2. Penurunan fungsi dan potensi seksual
3. Perubahan aspek psikososial
4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
5. Perubahan dalam peran social dimasyarakat
Selain itu depresi dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan
kejiwaan pada alam perasaan (afektif mood), yang ditandai dengan kemurungan,
kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain
sebagainya.
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan
penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda
Wahywlingsih dan Sukamto)
2.2.4 Etiologi
a. Penyakit fisik
b. Penuaan
7
e. Faktor psikologis, berupa penyimpangan perilaku oleh karena cukup banyak
lansia yang mengalami peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan atau
cukup berat.
Tanda dan gejala yang sering timbul dari depresi adalah penurunan energi dan
konsentrasi, gangguan tidur terutama terbangun dini hari dan sering terbangun malam
hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan keluhan somatik.
Sedangkan menurut Greg Wilkinson, tanda dan gejala depresi terbagi atas:
Suasana Hati :
Sedih
Kecewa
Murung
Putus Asa
Menangis
Mudah tersinggung
Fisik :
8
Sakit
Gangguan tidur
Agitasi
Konstipasi
1. Faktor Psikososial
Berkurangnya interaksi sosial dan dukungan sosial yang kurang baik dapat
mengakibatkan penyesuaian diri yang negatif pada lansia. Menurunnya kapasitas
hubungan keakraban dengan keluarga, berkurangnya interaksi dengan keluarga yang
dicintai dapat menimbulkan perasaan tidak berguna, merasa disingkirkan, tidak
dibutuhkan lagi dan kondisi ini dapat berperan dalam terjadinya depresi.
Sulit bagi lansia meninggalkan rumah lamanya yang selama ini ditempati
bersama-sama orang-orang yang dicintainya. Yang tentu saja mempunyai kenangan
manis. Selain itu sikap konservatif lansia menambah sulit untuk menyesuaikan diri
9
pada lingkungan baru. Kondisi ini dapat menyebabkan perasaan tertekan, kesedihan
dan keputusasaan.
2. Faktor Psikologi
Seseorang yang ambisius, merasa dikejar-kejar akan tugas dan selalu berambisi
harus lebih maju, umumnya saat memasuki lansia cendrung untuk: gelisah, mudah
stres, was-was, mudah frustasi, merasa diremehkan, mudah cemas, sulit tidur, tidak
siap hidup dirumah saja, perasaan tidak berdaya dan tidak berguna. Sebaliknya
mereka yang berkepribadian tenang, keinginan untuk maju diimbangi dengan usaha
yang tidak terburu-buru berdasarkan pada pemikiran yang tenang pada umumnya
tidak menunjukkan perubahan psikologis yang negatif.
3. Faktor Budaya
Budaya barat dengan sifat mandiri dan individual yang sangat menonjol sering
mengganggap lansia sebagai trouble maker. Karena memandang lansia sebagai
kelompok masyarakat yang kurang menyenangkan karena sifat-sifat lansia yang
menjengkelkan, kondisi fisik yang menurun sehingga perlu bantuan dan sering
menjadi beban. Untuk langkah penyelesaiannya adalah dengan menitipkan lansia di
panti. Akibatnya perubahan psikologis lansia cendrung negatif dan cendrung
memperburuk kondisi kesehatan lansia. Disamping itu mendorong lansia merasa
10
tidak enak dan rendah mutunya, mereka akan cendrung kekurangan motivasi untuk
mengerjakan apa yang seharusnya mampu mereka kerjakan.
4. Faktor Biologik
Ini disebabkan karena kehilangan dan kerusakan sel-sel saraf maupun zat
neurotransmiter, resiko genetik maupun adanya penyakit misalnya: kanker, Diabetes
militus, post stroke dan lain-lain yang memudahkan terjadinya depresi.
1. Terapi Biologik :
Terdapat beberapa pilihan obat anti depresi yaitu jenis Selective Serotonin
Reuptake Inhibitors (SSRIs): Prozac (fluoxetine), Zoloft (setraine), Cipram
(citalopram) dan Paxil (paroxetine). Jenis NASSA: Remeron (mirtazapine). Jenis
Tricylic antidepresan: Tofranil (imipramine) dan Norpramin (desipramine).
Reversible Inhibitor Mono Amine Oxidase (RIMA) Inhibitors: Aurorix. Stablon.
(Tianeptine).
11
Terapi psikososial (psikoterapi) bertujuan mengatasi masalah psikoedukatif,
yaitu mengatasi kepribadian maladaptif, distorsi pola berpikir, mekanisme koping
yang tidak efektif, hambatan relasi interpersonal. Terapi ini juga dilakukan untuk
mengatasi masalah sosiokultural, seperti keterbatasan dukungan dari keluarga,
kendala terkait faktor kultural, perubahan peran sosial
2.3.1 Definisi
12
maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap
menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-
kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak
mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir
fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
b) Penurunan Fungsi dan Potensial Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan
dengan berbagai gangguan fisik seperti:
1. Gangguan jantung
2. Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus
3. Vaginitis
4. Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi
5. Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan
sangat kurang
6. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,
tranquilizer
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:
1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh
tradisi dan budaya .
3. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
4. Pasangan hidup telah meninggal
5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa
lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
13
Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
Lanjut Usia, antara lain sebagai berikut:
1. Permasalahan Umum
a. Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2. Permasalahan Khusus
14
b. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan
Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial
psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat
lingkungan sekitarnya.
d. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan
bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai
penghasilan cukup.
15
Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk
kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti
nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena
pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara,
sahabat)menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama
yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan,
berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima
kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).
Setelah orang memasuki lanjut usia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
fisik yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, kulit makin
keriput, gigi mulai rontok, tulang makin rapuh, dan lain-lain (Kuntjoro, 2002).
Adapun perubahan fisik yang dialami meliputi seluruh sistem tubuh yakni sistem
pendengaran, penglihatan, persarafan, dan sistem tubuh lainya (Nugroho, 1999).
Sikap kerja sangat penting bagi semua tingkat usia terutama usia lanjut karena
sikap kerja ini tidak hanya kualitas kerja yang mereka lakukan tetapi juga sikapnya
terhadap masa pensiun yang akan datang (Hurlock, 1999). Masa pensiun seringkali
dianggap sebagai suatu kondisi yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masa
tiba mereka merasa cemas pada kehidupan yang akan dihadapinya. Oleh karena itu,
sebagian lanjut usia umumnya kurang menikmati masa tua dengan hidup santai,
namun sebaliknya mengalami masalah kejiwaan maupun fisik (Rini, 2001).
16
c. Penyesuaian terhadap berbagai perubahan dalam keluarga
Penyesuaian utama yang harus dilakukan oleh lanjut usia adalah penyesuaian
yang dilakukan karena kehilangan pasangan hidup. Kehilangan tersebut dapat
disebabkan oleh kematian atau penceraian (Hurlock, 1999). Kondisi ini
mengakibatkan gangguan emosional dimana lanjut usia akan merasa sedih akibat
kehilangan orang yang dicintainya (Hidayat, 2004).
b. sumber dukungan
17
keadaan sakitnya khususnya jika penyakit tersebut membutuhkan waktu
penyembuhan yang lama.
c. sumber konflik
Pada suatu situasi bisa terjasi konflik antara keyakinan agama dengan
praktik kesehatan.Misalnya: ada yang menganggap penyakitnya adalah cobaan
dari Tuhan.
Melepaskan
pakaian dalam
merupakan
tekanan
18
menyebab
kan penyakit
Terkadang Tidak
memiliki mempertimbangkan
pandangan transplantasi organ
kesehatan yang
salah
Tidak melakukan
euthanasia
1. Verbalisasi distress
19
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual, biasanya akan
meverbalisasikanyang dialaminya untuk mendalatkan bantuan.
2. Perubahan perilaku
Mengharapkan orang
tidak berbuat baik
dan tidak tergantung
20
Ingin kebutuhan
dipenuhi segera
tidak dapat
menunggu
Tidak terbuka
kepada Tuhan
Takut terhadap
maksud Tuhan
Menerima pengampunan
Tuhan.
21
Kebutuhan Tanda pola atau prilaku Tanda pola atau prilaku
adaptif maladaptive
22
kehidupan setelah kematian Merasa terisolasi dari
kepercayaan masyarakat
Mengekspresikan kebutuhan
sekitar
untuk memasuki kehidupan
dan ataui Merasa pahit, frustasi dan
memahamikehidupan marah terhadap Tuhan
manusia dengan
Nilai, keyakinan dan tujuan
wawasanyang lebih luas
hidup yang tidak jelas
Mengekspresikan kebutuhan
Konflik nilai
ritual
Tidak mempunyai
Mengekspresikan kehidupan
komitmenm
untuk merasa berbagi
keyakinan
Kebutuhan Tanda pola atau prilaku adaptif Tanda pola atau prilaku
maladaptive
23
dirawat inap secara konstruktif Tidak mempunyai visi
alternatif yang
Mencari cara untuk
memungkinkan
mengekspresikan diri
Takut terhadap terapi
Mencari kenyamanan batin
daripada fisik Putus asa
Telah menunda
pengambilan keputusan.
24
Telah menunda
pegambilan keputusan
I
yang penting.
n
t
ervensi dala
a. Tehnik Meditasi:
Strategi pengajaran:
3. Jelaskan bahwa musik yang tenang dan bunyi yang mendesing dapat
mengganggu meditasi
5. Anjurkan pasien untuk melakukan meditasi selama 10-20 menit dua kali sehari
Evaluasi:
25
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
26
c. Respon kognitif
Bagaimana tingakat orientasi klien?
Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal - hal yang baru saja
atau yang sudah lama terjadi?
Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan?
Kurang mampu membuat penilaian?
27
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
Gangguan alam perasaan : depresi
28
Gangguan pola tidur
Definisi : gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal.
Domain 4, Aktivitas/Istirahat
Class 1, Tidur/Istirshat
Tujuan/Keriteria Hasil Intervensi Rasional
setelah dilakukan tindakan 1. Jangan menganjurkan klien untuk 1. Irama sikardian (siklus tidur bangun ) yang
keperawatan kunjungan klien tidur siang apabila berakibat efek tersinkronisasi disebabkan oleh tidur siang
memiliki pola tidur yang negative terhadap tidur pada malam yang singkat.
teratur. hari. 2. Gangguan psikis terjadi bila terdapat
Klien mampu memahami 2. Evaluasi efek obat klien yang penggunaan kortikosteroid termasuk
factor penyebab gangguan mengganggu tidur perubahan mood, insomnia.
pola tidur. 3. Tentukan kebiasaan dan rutinitas 3. Mengubah pola tidur yang sudah terbiasa
Klien mampu memahami waktu tidur malam dengan dari asupan makan klien pada malam hari
rencana khusus untuk kebiasaan klien terbukti mengganggu tidur.
menangani atau mengoreksi 4. Berikan lingkungan yang nyaman 4. lingkungan n yang nyaman dapat membuat
penyebab tidur tidak untuk meningkatkan tidur. klien mudah untuk tidur.
adekuat. 5. Buat jadwal intervensi untuk 5. gangguan tidur terjadi dengan seringnya tidur
Klien mampu menciptakan memungkinkan waktu tidur lebih dan mengganggu pemulihan sehubungan
pola tidur yang adekuat lama dengan gangguan psikologis dan fisiologis,
dengan penurunan terhadap sehingga irama sikardian terganggu.
pikiran yang melayang-
29
layang (melamun).
Klien tampak atau
melaporkan dapat
beristirahat yang cukup.
30
untuk mengatasi anggapan sebenarnya saat klien penghargaan diri dan kemuliaan (
diri yang negatif. Klien mengungkapkan ide yang salah, kebahagiaan personal )
mampu mengenali jika tidak meningkatkan
perubahan dalam berfikir kecemasan.
atau tingkah laku dan factor
penyebab
Klien mampu
memperlihatkan penurunan
tingkah laku yang tidak
diinginkan, ancaman, dan
kebingungan.
31
Klien mampu alat bantu dengar sesuai kebutuhan atau menurunkan kesalahan interpretasi
mengembangkan strategi 3. Pertahankan hubungan orientasi stimulasi
psikososial untuk realita. Memberikan petunjuk pada 3. Menurunkan kekacauan mental dan
mengurangi stress atau orientasi realita dengan kalender, meningkatkan koping terhadap frustasi
mengatur perilaku. jam, atau catatan. karena salah persepsi dan disorientasi. Klien
Klien mampu 4. Ajarkan strategi mengatasi stres menjadi kehilangan kemampuan mengenali
mendemonstrasikan 5. Libatkan dalam aktivitas sesuai keadaan sekitar
respon yang sesuai indikasi dengan keadaan tertentu, 4. Menurunkan kebutuhan akan halusinasi
stimulasi. seperti satu ke satu pengunjung, 5. R : Memberi kesempatan terhadap stimulasi
kelompok sosialisasi pada pusat partisipasi dengan orang lain
demensia, terapi okupasi.
32
Lansia dapat sesering mungkin dengan sikap 2. Dengan sikap sabar dan empati lansia akan
mengungkapkan empati dan lebih banyak memakai merasa lebih diperhatikan dan berguna
perasaanya. bahasa non verbal. Misalnya 3. Meminimalkan terjadinya perilaku
Lansia tampak lebih memberikan sentuhan, anggukan. mencederai diri.
bahagia. 3. Pantau dengan seksama risiko
Lansia sudah bisa bunuh diri / melukai diri sendiri.
tersenyum ikhlas. Jauhkan atau simpan alat-alay yang
dapat digunakan untuk mencederai
dirinya / oranglain.
33
ASKEP TEORI PERUBAHAN SOSIAL PADA LANSIA
I. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tangggal
MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
b. Orang-orang terdekat
Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-
fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses interaksi dalam keluarga.
c. Kultural
Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem rujukan
penyakit), nilai-nilai yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan,
faktor-faktor kultural yang dihubungkan dengan penyakit secara umum dan
respons terhadap rasa sakit, kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan.
d. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang
lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari, dependen.
e. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, kegagalan /frustasi berulang, tekanan dari kelompok;
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus
dioperasi, kecelakaan dicerai suami, perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
f. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien
g. Aspek Psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri;
34
Citra tubuh: Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang
tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang, mengungkapkan
keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
3) Identitas diri: Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan
4) Peran: Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua.
5) Ideal diri: Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya,
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
6) Harga diri: Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai
diri, dan kurang percaya diri. Klien mempunyai gangguan / hambatan
dalam melakukan hubungan sosial dengan orang lain terdekat dalam
kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
h. Status Mental
Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang
dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
i. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)
j. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,
therapy okopasional, TAK , dan rehabilitasi.
35
II. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah berhubungan dengan merasakan/mengantisipasi kegagalan
pada peristiwa-peristiwa kehidupan.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan sistem
saraf; kehilangan memori; ketidakseimbangan tingkah laku adaptif dan
kemampuan memecahkan masalah.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional/maturasional.
36
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
37
pelayanan dan konseling.
38
Mampu mengidentifikasi
strategi tentang koping
Ansietas
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom (seringkali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu); perasaan akut yang disebabkanoleh antisipasi oleh bahaya. Perasaan ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
Domain 9, koping/toleransi stress
Class 2 : respon koping
Kriteria Hasil/ Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam, Pahami rasa takut/ansietas perasaan adalah nyata dan membantu
ansieta teratasi dengan KH : Kaji tingkat realita bahaya bagi pasien pasien untuk terbuka sehingga dapat
klien mampu mengidentifikasi dan tingkat ansietas. mendiskusikan dan menghadapinya.
dan mengungkapkan gejala Dorong pasien untuk berbicara menyediakan petunjuk untuk
cemas mengenai apa yang terjadi saat ini dan membantu pasien dalam
mengidentifikasi, apa yang telah terjadi untuk mengembangkan kemampuan koping
mengungkapkan dan mengantisipasi perasaan tidak dan memperbaiki ekuilibrium.
39
menunjukabn teknik untuk tertolong dan ansietas.
mengtrol cemas
vital sign dalam batas normal
postur tubuh, ekspresi wajah
Bahasa tubuh dan tingkat
aktifitas menunjukan
berkurangnya kecemasan
40
ASKEP TEORI GANGGUAN KEBUTUHAN SPIRITUAL
I. Pengkajian
Spiritual sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk individu yang berbeda pula (Mcsherry dan ross, 2002)
1. Alifiasi nilai
a. Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif atau tidak
b. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
2. Keyakinan agama dan spiritual
a. Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima ritual atau upacara agama
b. Strategi koping
II. Diagnosa
41
1. Distress spiritual
2. Koping inefektif
III. Intervensi
Distress Spiritual
Definisi : Hambatan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan dalam hidup melalui
hubungan dengan diri sendiri, orang lain, musik, seni, buku, alam ataupun dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Domain 10, Prinsip Hidup
Class 3 : Nilai/Keyakinan/Keselarasan Tindakan
NIC-NOC
a. Menunjukkan harapan Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
b. Menunjukkan kkan kesejahteraan spiritual: Tentukan konsep ketuhanan klien
Berarti adalam hidup Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasisien
Pandangan tentang spiritual Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual
Ketentraman, kasih sayang dan ampunan dan kesehatan
Berdoa atau beribadah Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati
Berinteraksi dengan pembimbing ibadah praktik keagamaan
Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, Kolaborasi dengan pastoral
perasaan dan kenyataan
42
c. Klien tenang
Koping Ketidakefektif
Definisi : Ketidakmampuan untuk melakukan penilaian yang valid terhadap stresor, ketidakadekuatan pilihan responyang
diperaktikan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.
Domain 9, Koping/Toleransi Stres
Class 2 : Respon Koping
NIC-NOC
Koping efektif Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan
Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif kesesuaiannya
Pengendalian impuls : kemmapuan mengandalikan Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal
diri dari perilaku kompulsif Peningkatan koping :
Pemrosesan informasi : kemampuan untuk - Nilai keseuaian pasien terhadap perubahan gambaran
mendapatkan dan menggunakan informasi diri
- Nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran
- Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat
keputusan
- Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
- Berikan pelatihan keterampilan social yang sesuai
Libatkan sumber-sumber yang ada untuk mendukung pemberian
43
pelayanan kesehatan
44
IV. Evaluasi
Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secaara umum tujuan tercapai
apabila klien ( Achir Yani, 1999)
45
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan
kepribadian (Splitting of personality), prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-
batas normal (Hawari Dadang, 2001).
46
3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami buat, kami menyadari masih terdapat
banyak kekurangan pada makalah yang kami susun. Atas kekurangan dan kelebihan
kami mohon maaf yang sebesar – besarnya.Kami juga memohon untuk saran dan
kritik untuk makalah kami apabila ada yang kurang berkenan.
47