Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit
maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non
medis termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan
menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang
lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan
pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga
memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian maupun
kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus diklasifikasikan
termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan
meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada
dalam ancaman kematian karena adanya gangguan endokrin seperti ketoasidosis dan
hipoglikemia hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa
menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan kegawatdaruratan
pada system endokrin secara cepat,cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindar
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Penurunan kadar insulin dapat terjadi akibat dosis insulin yang diresepkan tidak adekuat atau
pasien tidak menyuntikkan insulin dengan dosis yang cukup.
c. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
4. Manifestasi Klinis
5. Patofisiologi
6. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan ketoasidosis diabetik
adalah :
a. edema paru
b. Hipertrigliseridemia
c. infark miokard akut
d. komplikasi iatrogenik ( hipoglikemia, hipokalemia, hiperkloremia, hipokalsemia dan edema
otak )
7. Penatalaksanaan Medis
Prinsip-prinsip pengelolaan KAD ( ketoasidosis diabetik ) adalah :
a. Penggantian cairan dan garam yang hilang.
b. Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan pemberian insulin.
c. Mengatasi stress sebagai pencetus KAD
d. Mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya pemantauan serta
penyesuaian pengobatan.
Ada 5 hal yang harus diberikan pada penderita KAD, yaitu :
a. Cairan
Untuk mengatasi dehidrasi digunakan larutan garam fisiologis. Berdasarkan perkiraan
hilangnya cairan pada KAD mencapai 100 ml / kg BB, maka diberikan 1-2 liter selama 2 atau
3 jam pertama. Ada 2 keuntungan rehidrasi pada KAD, yaitu untuk memperbaiki perfusi
jaringan dan menurunkan hormon kontraregulator insulin.
b. Insulin
Terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis KAD dan rehidrasi yang memadai.
Pemberian insulin akan menurunkan kadar hormon glukagon, sehingga dapat menekan
produksi benda keton di hati, pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak, pelepasan asam
amino dari jaringan otot dan meningkatkan utilisasi glukosa oleh jaringan. Insulin diberikan 4-
8 unit/jam sampai glukosa darah 250 mg/dl.
c. Kalium
Pada awal KAD biasanya kadar ion K serum meningkat. Hiperkalemia dan hipokalemia yang
fatal dapat terjadi selama pengobatan. Ion K terutama terdapat intraselular. Pada keadaan KAD,
ion K bergerak ke luar sel dan selanjutnya dikeluarkan melalui urine. Total defisit kalium yang
terjadi selama KAD diperkirakan mencapai 3-5 mEq/Kg BB. Selama terapi KAD ion K
kembali ke dalam sel. Untuk mengantisipasinya masuknya ion K ke dalam sel serta
mempertahankan kadar K serum dalam batas normal, perlu pemberian kalium.
a. Bila K+ < 3mEq/L, beri 75mEq/L per 24 jam
b. Bila K+ 3-3.5mEq/L, beri 50 mEq/L per 24 jam
c. Bila K+ 3.5 -4mEq/L, beri 25mEq/L per 24j jam
d. Glukosa
Setelah rehidrasi awal 2 jam pertama., biasanya kadar glukosa darah akan turun. Selanjutnya
dengan pemberian insulin diharapkan terjadi penurunan kadar glukosa. Tujuan pemberian
terapi KAD bukan untuk menormalkan glukosa tetapi untuk menekan ketogenesis.
e. Bikarbonat
Pemberian bikarbonat hanya dianjurkan pada KAD yang berat. Dengan keadaan:
a. Hiperkalemia
b. Hipotensi
c. pH kurang dari 7,1 atau bikarbonat < 12 mEq/L
8. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
Glukosa darah : meningkat 200 – 100 mg/dl atau lebih
Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkaat
Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
Elektrolit :
Natrium : mungkin normal , meningkat atau menurun
Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan selular),
selanjutnya akan menurun
Fosfor : lebih sering menurun
Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan
terakhir
Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
\ HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat atau normal (dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentrasi sebagai rrespons terhadap
stress atau infeksi
Ureum/kreatinin : Mungkn meningkaatt atau normal(dehidrasi/penurunan
fungsi ginjal)
Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab DKA
Urine : gula dan aseton positif , berat jenis dan osmolalitas
mungkin meningkat
Kultur dan sensitifitas : kemungkinan adanya infeksi saluran kemih, pernafasan
dan pada luka
B. Hipoglikemia
1. Pengertian
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah dibawah 60 mg/dl, yang
merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemi oral.( Hudak / Galu)
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl
secara abnormal rendah. ( http :/ www. Indonesiasehat. Com )
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat
dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:
a. Hipoglikemi murni : ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl
b. Reaksi hipoglikemi : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari
400 mg/dl menjadi 150 mg/dl
c. Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
d. Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3 – 5 jam sesudah makan.
3. Etiologi
Etiologi hipoglikemia pada diabete militus (DM) :
a. Hipoglikemia pada DM stadium dini
b. Hipoglikemia dalam ranka pengobatan DM
Pengunaan insulin
Pengunaan sulfoni lurea
Bayi yang lahir dari ibu pasien DM
4. Manifestasi klinis
a. Gejala adrenergic atau system syaraf otonom :
Pucat
Diahforesis
Takikardi
Rasa lapar
Palpitasi
Tremor halus
Gugup
Cepat marah
Parestisia pada bibir dan Jari
Piloereksi
b. Gejala Neuroglikopenia atau system syaraf pusat :
Sakit kepala
Konfulsi
Parestesis sirkumoral
Merasa lelah
Bicara tidak jelas
Diplopia
Emosi labil
Sering menguap
Gerakan spastic pada tungkai bawah
Kejang dan koma
c. Perubahan Psikis karena hipoglikemia :
Depresi dan iritabel
Ngantuk pada jam bangun dan malam hari tidak bias tidur
Tidak mampu kosentrasi
d. Gejala karena efek hipoglikemik pada system muskuler :
Lemah
Mudah capek
5. Patofisologi
Ketergantungan otak setiap saat pada glukosa yang disuplai oleh sirkulasi diakibatkan oleh
ketidak mampuan otak untuk membakar asam lemak berantai panjang, kurangnya simpanan
glukosa sebagai glikogen didalam otak orang dewasa, dan ketidak tersediaan keton dalam fase
makan atau posabsorbtif.
Respon SSP
6. Penatalaksanaan
Pengobatan harus cpat dilakukan. Bila pasienmasi sadar tindakan dapat dilakukan oleh
pasien itu sendii dengan minum larutan gula 10-30 g. pada pasien tidk sadar diberikan bolus
dekstrosa 15-25g. bila tindakan tersebut belum dapat dilakukan, oleskan mdu atau sirup
kemukosa pipi
Bila hipoglikemia terjadi pada pasien yang mendapatkan terapi insulin, maka selain
dekstrosa dapat juga digunakan suntikan glucagon 1mg im, lebih-lebih bila suntikan dekstrosa
iv sulit dilakukan.
Bila koma hipoglikmia terjadi pada pasien yang mendapat sulfomilure sebaiknya pasien
tersebut dirawat dirumah sakit, karena ada resiko jatuh koma lagi setelah suntikan dekstrosa.
Pemberian dektrosa diteruskan dengan infuse dekstrosa 10 % selama ± 3 hari. Monitr glukoa
darah setiap 3-6 jam sekali dan kadarnya diertahankan 90-180mg%. hipoglikemia karena
sulfonylurea ini idak efektif dngan pemberian glucagon.
Sebagian kecil pasien tidak berespon terhadap pengobatan diatas dan tetap tidak sadar
walaupun kadar glukosa darah sudah diatas normal. Pada pasien ini biasanya terjadi edema
serebri dan perlu pengobatan dengan manitol atau teksametasol. Dosis manitol 1,5-2g/kg BB
dibrika setiap6-8 jam. Dosis awal destrametason 10mg bolus dilanjutkan 2mg setiap 6 jam.
Pasien tetap mendapat infus dekstosa 10% dan glukosa darah dipertahankan sekitar 180mg%,
disamping dicari penyebab koma yan lain. Hindari fruktuasi kadar glikosa yang besar karena
akan memperberat edema serebri. Bila koma berlangsung lama, perlu diberikan insulin alam
dosis kecil.
7. Pemeriksaan Diagnostik
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis
Kulit rusak, lesi/ulserasi
Menurunnya kekuatan umum/rentang erak
Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)
Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikemia,
pengeluaran cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual, kacau mental
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral, status hipermetabolisme
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa,
penurunan fungsi lekosit, perubahan pada sirkulasi
4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan ketidkseimbangan
glukosa/insulin dan/atau elektrolit
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, insufisiensi insulin,
peningkatan kebtuhan energi : status hipermetabolik/infeksi
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang, ketergantungan pada orang
lain
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan pengoobatan berhubungan
dengan kesalahan menginterpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi
C. Intervensi Keperawatan
Batasan karakteristik :
- Peningkatan urin output
- Kelemahan, rasa haus, penurunan BB secara tiba-tiba
- Kulit dan membran mukosa kering, turgor kulit jelek
- Hipotensi, takikardia, penurunan capillary refill
Kriteria Hasil :
- TTV dalam batas normal
- Pulse perifer dapat teraba
- Turgor kulit dan capillary refill baik
- Keseimbangan urin output
- Kadar elektrolit normal
Intervensi Rasional
Kaji riwayat durasi/intensitas mual, muntah Membantu memperkirakan pengurangan volume
dan berkemih berlebihan total. Proses infeksi yang menyebabkan demam
dan status hipermetabolik meningkatkan
pengeluaran cairan insensibel.
Monitor vital sign dan perubahan tekanan Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh
darah orthostatik hipotensi dan takikardia. Hipovolemia berlebihan
dapat ditunjukkan dengan penurunan TD lebih
dari 10 mmHg dari posisi berbaring ke duduk atau
berdiri.
Monitor pola napas seperti adanya kussmaul Pelepasan asam karbonat lewat respirasi
atau pernapasan yang berbau keton. menghasilkan alkalosis respiratorik terkompensasi
pada ketoasidosis. Napas bau aceton disebabkan
pemecahan asam keton dan akan hilang bila sudah
terkoreksi.
Observasi ouput dan kualitas urin. Menggambarkan kemampuan kerja ginjal dan
keefektifan terapi.
Timbang BB
Menunjukkan status cairan dan keadekuatan
rehidrasi.
Pertahankan cairan 2500 ml/hari dalam batas
yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan Mempertahankan hidrasi dan sirkulasi volume.
cairan melalui oral sudah dapat diberikan.
Tentukan program diet dan pola makan pasien Mengidentifikasi kekurangan dan
dan bandingkan dengan makanan yang penyimpangan dari kebutuhan terapetik
dihabiskan pasien.
Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri Hiperglikemia dan ggn keseimbangan cairan
abdomen/perut kembung, mual, muntahan dan elektrolit dapat menurunkan
makanan yang belum dicerna, pertahankan puasa motilitas/fungsi lambung (distensi atau ileus
sesuai indikasi paralitik)yang akan mempengaruhi pilihan
intervensi.
Berikan makanan yang mengandung nutrien Pemberian makanan melalui oral lebih baik
kemudian upayakan pemberian yang lebih padat jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal
yang dapat ditoleransi baik
Libatkan keluarga pasien pada perencanaan Memberikan informasi pada keluarga untuk
sesuai indikasi memahami kebutuhan nutrisi pasien
Observasi tanda hipoglikemia, seperti perubahan Hipoglikemia dapat terjadi karena terjadinya
tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut metabolisme karbohidrat yang berkurang
nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas,sakit sementara tetap diberikan insulin , hal ini
kepala, pusing. secara potensial dapat mengancam kehidupan
sehingga harus dikaji.
Kolaborasi :
Pemeriksaan GDA dengan finger stick. Memantau gula darah lebih akurat daripada
reduksi urine untuk mendeteksi fluktuasi.
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan diabetes ketoasidosis disesuaikan
dengan intervensi yang telah direncanakan.
E. Evaluasi Keperawatan
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes ketoasidosis sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Evaluasi ini berdasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan
yang terjadi pada pasien.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes ketoasidosis adalah keadaan dekompensasi-kekacauan metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi berat
insulin. Diabetes Ketoasidosis merupakan komplikasi akut diabetes melitus ( DM ) yang serius
dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Penyakit ini paling sering ditemukan pada
penderita diabetes melitus tergantung insulin ( DMTI ) atau Insulin Dependent Diabetes
Mellitus ( IDDM ).
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat
dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:
a. Hipoglikemi murni : ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl
Reaksi hipoglikemi : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari
400 mg/dl menjadi 150 mg/dl
c. Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
d. Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3 – 5 jam sesudah makan.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikemia,
pengeluaran cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual, kacau mental
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral, status hipermetabolisme
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa,
penurunan fungsi lekosit, perubahan pada sirkulasi
4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan ketidkseimbangan
glukosa/insulin dan/atau elektrolit
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, insufisiensi insulin,
peningkatan kebtuhan energi : status hipermetabolik/infeksi
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang, ketergantungan pada orang
lain
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan pengoobatan berhubungan
dengan kesalahan menginterpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi
3.2 SARAN
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi delapan.
Jakarta : EGC
Mansjoer,A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.
Scanlon,Valerie C. Sanders,Tina. 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Edisi ketiga. Jakarta:EGC
http://www.scribd.com/doc/36410716/CSS-Penatalaksanaan-Ketoasidosis-Diabetikum
http://astagina-br-ginting.blogspot.com/2010/05/askep-pada-klien-dengan-kegawat.html