XIA/25/2017
Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa yang terbukti dalam sengketa banding ini adalah
sebesar Rp21.528.526.335,00 dengan pokok sengketa adalah Koreksi
K
Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp21.528.526.335,00 (Dasar Pengenaan
Pajak menurut Terbanding sebesar Rp53.447.714.720,00, sedangkan Dasar
Pengenaan Pajak menurut Pemohon Banding sebesar
JA
Rp31.919.188.385,00), dengan rincian sebagai berikut:
Tabel Nilai Sengketa atas Objek Pajak sampai dengan Surat Uraian Banding
No Koreksi Positif atas Dasar Pengenaan Pajak Nilai Sengketa
PA
(Rp)
1 Koreksi Positif DPP PPh Final Pasal 4 ayat (2) – Biaya Sewa dan 21.528.526.335
Penambahan Aset dalam Kontruksi
Nilai sengketa terbukti sampai dengan Surat Uraian Banding 21.528.526.335
N
dan Terbanding pada saat pemeriksaan, Terbanding pada saat keberatan
berpendapat sebagai berikut :
ILA
a. Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan diketahui bahwa
koreksi Terbanding terhadap dasar pengenaan pajak sebesar Rp21.791.127.235,00
dikarenakan berdasarkan hasil ekualisasi antara biaya-biaya sewa dan penambahan aset dalam
konstruksi pada buku besar sebagai objek PPh Pasal 4 ayat (2) dengan objek yang telah
dilaporkan Pemohon Banding, masih terdapat selisih sebesar nilai koreksi;
AD
b. Bahwa dalam surat permohonan Bandingnya, Pemohon Banding pada intinya beralasan bahwa
Terbanding hanya melakukan pengakuan atas seluruh aktivitas tersebut tanpa melakukan
pengidentifikasian aktivitas transaksi antara Aktivitas Jasa dan aktivitas Pembelian Material,
dimana seharusnya atas aktivitas transaksi Pembelian Material bukan merupakan objek atau
NG
d. Bahwa Terbanding telah meminta Pemohon Banding meminjamkan buku, catatan, data dan
informasi seperti yang tercantum dalam surat permintaan buku, catatan, data dan informasi
pertama nomor S-437/WPJ.02/BD.06/2015 tanggal 23 April 2015 dan surat permintaan buku,
catatan, data dan informasi kedua nomor
AT
e. Bahwa Terbanding juga telah mengirimkan surat Panggilan Dalam Rangka Pembahasan dan
RI
juga telah dituangkan dalam Berita Acara Ketidakhadiran Pemohon Banding nomor
BA-187/WPJ.02/BD.06/2015 tanggal 26 Oktober 2015.
g. Bahwa Terbanding tidak dapat meneliti data, dokumen dari pihak Pemohon Banding karena
sampai dengan laporan ini disusun, Pemohon Banding tidak pernah memberikan penjelasan
tertulis ataupun memberikan data/dokumen terkait permohonan keberatan.
K
h. Bahwa terkait alasan Pemohon Banding yang menyatakan bahwa Terbanding hanya melakukan
SE
pengakuan atas seluruh aktivitas Asset Dalam Konstruksi tanpa melakukan pengidentifikasian
aktivitas transaksi antara Aktivitas Jasa dan aktivitas Pembelian Material, dimana seharusnya
atas aktivitas transaksi Pembelian Material bukan merupakan objek atau tidak terutang PPh
Pasal 4 ayat (2), Terbanding berpendapat :
- Terbanding telah melakukan equalisasi objek PPh Pasal 4 ayat (2) yang dilaporkan dalam
SPT dengan pos-pos biaya dan/atau pos-pos neraca;
- Berdasarkan hasil ekualisasi antara biaya-biaya sewa dan penambahan aset dalam
konstruksi pada buku besar sebagai objek PPh Pasal 4 ayat (2) dengan objek yang telah
dilaporkan Pemohon Banding, masih terdapat selisih sebesar nilai koreksi
Rp21.791.127.235,00.
- Terbanding telah melakukan equalisasi objek PPh Pasal 4 ayat (2) yang dilaporkan dalam
SPT.
- Pemohon Banding tidak dapat membuktikan alasannya dalam permohonan keberatannya
karena tidak disampaikannya bukti/dokumen pendukung yang mendukung alasan
Pemohon Banding tersebut.
- Terbanding tidak dapat meneliti data, dokumen dari pihak Pemohon Banding karena
sampai dengan laporan ini disusun, Pemohon Banding tidak pernah memberikan
K
penjelasan tertulis ataupun memberikan data/dokumen terkait permohonan keberatan.
JA
· Berita Acara Tidak Memenuhi Sebagian/Seluruhnya Permintaan Peminjaman Dan/Atau
Permintaan Keterangan Nomor BA-435/WPJ.02/2015 tanggal 05 November 2015.
· Berita Acara Ketidakhadiran Pemohon Banding Dalam Rangka Pembahasan Dan
Klarifikasi Sengketa Perpajakan Nomor BA-187/WPJ.02/BD.06/2015 tanggal 26 Oktober
PA
2015.
i. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 13 ayat (8) PMK nomor 9/PMK.03/2013, Terbanding
berkesimpulan sama dengan tim Terbanding KPP Madya Pekanbaru tetap mempertahankan
koreksi objek PPh Final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Januari s.d. Desember 2012 atas nama
N
Pemohon Banding NPWP 01.002.747.2-218.001
bahwa Terbanding dalam persidangan menyerahkan Matrik Sengketa, yang pada pokoknya
ILA
mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
Penjelasan ringkas koreksi Objek Penghasilan Kena Pajak PPh Final Pasal 4 ayat (2):
- Hasil pengujian terhadap biaya-biaya sewa dan penambahan aset dalam konstruksi pada
buku besar sebagai objek PPh Final Pasal 4 ayat (2);
TA
bahwa rincian koreksi Objek PPh Final Pasal 4 ayat (2) sudah ada dalam Kertas Kerja
Pemeriksaan dan Laporan Penelitian Keberatan;
bahwa Terbanding dalam persidangan menyampaikan pendapat secara lisan dan menghadirkan
RE
Banding sudah memahami data-data yang harus diserahkan namun data-data tersebut
belum diserahkan;
SE
bahwa Terbanding menggunakan dokumen sumber berupa SPT PPh Badan dalam
melakukan koreksi;
bahwa saat terutangnya PPh Pasal 4 ayat (2) pada prinsipnya adalah pada saat
pembayaran, sehingga untuk sengketa jasa kontruksi harus diketahui terlebih dahulu
kontrak dan tata cara pembayarannnya, kontruksi dikerjakan oleh Pemohon Banding atau
oleh Pihak Ketiga, untuk diketahui saat terutangnya PPh Pasal 4 ayat (2);
bahwa Terbanding dalam persidangan menyampaikan Berita Acara Uji Bukti, yang pada pokoknya
mengemukakan hal sebagai berikut :
Berdasarkan hasil uji bukti atas sengketa Banding PPh Pasal 4 ayat (2) tahun 2012 diketahui bahwa
pokok sengketa banding terdiri dari :
K
Persewaan Tanah dan/atau Bangunan 9.142.781.975 9.892.473.934 749.691.959
Jasa Konstruksi 22.513.805.510 42.805.548.827 20.291.743.317
Jumlah 31.656.587.485 52.698.022.761 21.041.435.276
JA
Sengketa menurut Pemohon Banding 21.041.435.276
Selisih 0
Terdapat selisih antara sengketa dalam SUB dengan hasil penelitian pada saat uji bukti yaitu sebagai
PA
berikut:
N
Nilai sengketa hasil uji bukti 52.698.022.761
selisih 749.691.959
ILA
Selisih sebesar Rp749.691.959,00 tersebut merupakan koreksi atas obyek PPh Pasal 4 ayat (2) atas
sewa yang diperhitungkan dua kali oleh pemeriksa.
A. Jasa Konstruksi
AD
DPP Jasa Konstruksi cfm Terbanding Rp42.805.548.827,00
DPP Jasa Konstruksi cfm PB (SPT) Rp22.513.805.510,00
Sengketa Banding Rp20.291.743.317,00
DPP Jasa Konstruksi cfm Terbanding sebesar Rp42.805.548.827,00 bersumber dari akun biaya
NG
Setelah dilakukan uji bukti terhadap ketiga akun biaya tersebut pendapat Terbanding adalah
sebagai berikut:
AT
Hasil uji bukti atas akun ini dapat digambarkan dalam tabel berikut :
RI
GV 4 185.215.896 - 185.215.896
I 472 13.178.026.183 - 13.178.026.183
K 40 1.454.615.400 - 1.454.615.400
MPL 262 716.621.318 - 716.621.318
RE
R 9 446.625.000 - 446.625.000
Jumlah 1.061 31.777.590.447 10.962.454.150 20.815.136.297
Berdasarkan total koreksi dari akun biaya 230102 (Aset Dalam Kontruksi-Bangunan) adalah
sebesar Rp31.777.590.447,00 dari jumlah tersebut terdapat transaksi yang sudah di potong
K
PPh Pasal 4 ayat (2) dan PPh Pasal 23 sebesar Rp10.962.454.150,00. Bukti yang
diserahkan adalah berupa bukti pemotongan dan Laporan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat
(2) dan PPh Pasal 23.
SE
Pada saat uji bukti Pemohon Banding hanya memberikan soft copy dan print out G/L, SPT
Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2), bukti potong dan penjelasan mengenai kode akun.
Hasil uji bukti atas akun ini dapat digambarkan dalam tabel berikut :
K
I 156 1.103.130.701 - 1.103.130.701
K 1 21.858.550 - 21.858.550
JA
MPL 18 889.008.613 - 889.008.613
R 0 - - -
JUMLAH 274 5.951.748.813 870.629.000 5.081.119.813
PA
adalah sebesar Rp5.951.748,00 dari jumlah tersebut terdapat transaksi yang sudah dipotong
PPh Pasal 4 ayat (2) dan PPh Pasal 23 sebesar Rp870.629.000,00. Bukti yang diserahkan
adalah berupa bukti pemotongan dan Laporan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan
PPh Pasal 23.
N
penjelasan bahwa transaksi tersebut adalah transaksi pembelian material dan jurnal reklas
dan jurnal adjustment.
ILA
Pada saat uji bukti Pemohon Banding hanya memberikan soft copy dan print out G/L, SPT
Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2), bukti potong dan penjelasan mengenai kode akun.
i
O 2 689.470.000 - 689.470.000
GV 20 2.038.442.675 - 2.038.442.675
I 2 689.470.000 - 689.470.000
K 0 - - -
MPL 669 1.355.006.893 - 1.355.006.893
PE
R 0 - - -
702 4.772.389.568 - 4.772.389.568
Berdasarkan total koreksi dari akun biaya 230190 (ADK-projek lainnya) 568 adalah sebesar
Rp4.772.389,00 dari jumlah tersebut tidak terdapat transaksi yang sudah di potong PPh
AT
Kesimpulan Terbanding setelah dilakukan uji bukti terkait dengan sengketa banding atas jasa
konstruksi adalah :
RI
1. Bahwa koreksi Pemeriksa pada saat pemeriksaan adalah karena tidak adanya bukti yang
cukup diserahkan oleh Pemohon Banding sehingga tidak diketahui apakah atas transaksi
Aset Dalam Konstruksi tersebut sudah dilakukan pemotongan pajaknya.
TA
2. Bahwa akun-akun yang dikoreksi tersebut terkait dengan proyek konstruksi yang
terhutang PPh Final Pasal 4 ayat (2), sepanjang Pemohon Banding tidak memberikan
bukti, tidak dapat diketahui berapa jumlah jasa dan jumlah material dalam pengeluaran
dan biaya tersebut.
3. Terbanding berpendapat untuk tetap mempertahankan koreksi yang dilakukan oleh
RE
Pemeriksa karena pada saat uji bukti Pemohon Banding tidak memberikan bukti yang
cukup untuk melakukan penghitungan PPh Final Pasal 4 ayat (2).
DPP PPh Pasal 4 ayat (2) atas Persewaan atas Tanah dan/atau Bangunan sebesar
SE
Rp9.892.473.934,00 berasal dari equalisasi atas biaya dalam G/L atas akun-akun sebagai
berikut:
- Akun 800113 (biaya penjualan-sewa gudang/tangki timbun) Rp8.958.736.362,00
- Akun 800115 (biaya penjualan-sewa gudang) Rp 322.626.465,00
- Akun 645113 (biaya overhead site-sewa gedung/rumah) Rp 611.111.107,00
Pada saat persidangan dan uji bukti, Pemohon Banding menyatakan bahwa Obyek PPh Pasal 4
ayat (2) atas Persewaan atas Tanah dan/atau Bangunan sudah dilaporkan dalam SPT Masa
PPh Final Pasal 4 ayat (2) Masa Januari s.d. Desember 2012 total sebesar Rp9.142.781.975,00
dengan melampirkan bukti berupa copy SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) Masa Januari s.d.
Desember 2012 beserta bukti pemotongannya.
Perincian jumlah Obyek PPh Final Pasal 4 ayat (2) Persewaan atas Tanah dan/atau Bangunan
berdasarkan laporan SPT dan bukti potongnya adalah sebagai berikut:
K
February 1.017.205.885 101.720.589
March 413.851.935 41.385.194
April 1.270.202.875 127.020.288
JA
May 689.367.216 68.936.722
June 297.873.314 29.787.331
July 1.086.644.874 108.664.487
August 802.626.465 80.262.647
PA
September 436.440.210 43.644.021
October 1.157.277.581 115.727.758
November 800.204.635 80.020.464
December 411.905.640 41.190.564
Total 9.142.781.975 914.278.197
N
Namun setelah dilakukan penelitian terhadap bukti tersebut terdapat satu transaksi di bulan Mei
yang tidak menjadi sengketa karena tidak masuk dalam DPP menurut Terbanding berdasarkan
ILA
rekap G/L yaitu Sewa Gudang/Tangki Timbun sebesar Rp22.319.340,00 dari PT DPA dengan
nomor Bukti Potong 000089/ST/FN/05/12.
Oleh karena itu, DPP menurut Pemohon Banding seharusnya Rp9.120.462.636,00 bukan
sebesar Rp9.142.781.975,00. Hal ini menyebabkan nila sengketa menjadi sebesar
Rp772.011.299,00 dengan obyek
AD
DPP cfm Terbanding Rp9.892.473.934,00
DPP cfm PB (SPT dan G/L) Rp9.120.462.636,00
Sengketa Banding Rp 772.011.299,00
Sehingga perincian dari nilai sengketa banding objek Persewaan atas Tanah dan/atau
NG
Bangunan sebesar Rp772.011.299,00 menjadi sesuai dengan G/L yang dijadikan dasar koreksi
oleh Terbanding.
Total 62.603.050
Total 394.444.444
Berdasarkan hasil uji bukti, Pemohon Banding memberikan penjelasan dan bukti sebagai berikut:
SE
1. Untuk akun 800113 Biaya Penjualan - Sewa Gudang/Tangki Timbun Pihak Ketiga sebesar
Rp314.963.805,00, Pemohon Banding menyatakan bahwa transaksi sewa tersebut telah
disetorkan dan dilaporkan dalam SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) Masa Januari 2013.
Bukti yang diserahkan pada saat uji bukti adalah fotokopi SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2)
Masa Januari 2013.
Terkait dengan transaksi sewa tangki timbun, Terbanding berpendapat bahwa saat terutang PPh
Final Pasal 4 ayat (2) pada saat pembayaran atau terutangnya sewa tergantung peristiwa mana
lebih dahulu terjadi, sesuai Pasal 5 ayat (1)
KEP-227/PJ./2002 tanggal 23 April 2002 tentang Tata Cara Pemotongan dan Pembayaran, Serta
Pelaporan PPh dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan.
Sampai dengan uji bukti terakhir dilakukan, Pemohon Banding tidak menyerahkan data
pendukung seperti Invoice, Faktur Pajak, atau Perjanjian Sewa untuk dapat digunakan
K
menentukan saat terutangnya PPh Final Pasal 4 ayat (2).
Jika mengacu kepada ketentuan Pasal 15 ayat (3) PP No. 94 Tahun 2010 Tentang Penghitungan
JA
Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan, saat
terutangnya Pajak Penghasilan Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah pada saat
pembayaran, saat disediakan untuk dibayarkan (seperti: dividen) dan jatuh tempo (seperti: bunga
dan sewa), saat yang ditentukan dalam kontrak atau perjanjian atau faktur (seperti: royalti,
PA
imbalan jasa teknik atau jasa manajemen atau jasa lainnya).
Yang dimaksud dengan "saat jatuh tempo pembayaran" adalah saat kewajiban untuk melakukan
pembayaran yang didasarkan atas kesepakatan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis dalam
kontrak atau perjanjian atau faktur.
N
Berdasarkan perincian dalam detail G/L yang diberikan Pemohon Banding diketahui bahwa sewa
tangki tersebut terdiri dari ;
ILA
- Sewa tangki timbun No A5 untuk periode sewa 15-11-2012 s.d. 14-12-2012 sebesar
Rp26.963.805,00 yang dibebankan sebagai biaya pada tanggal 26-12-2012 dengan nomor
voucher 201209152.
- Sewa tangki timbun No A5 untuk periode sewa 15-12-2012 s.d. 14-01-2013 sebesar
Rp96.000.000,00 yang dibebankan sebagai biaya pada tanggal 26-12-2012 dengan nomor
voucher 201209153.
AD
- Sewa tangki timbun No A7 & A8 untuk periode sewa 01-01-2013 s.d. 31-01-2013 sebesar
Rp192.000.000,00 yang dibebankan sebagai biaya pada tanggal 26-12-2012 dengan nomor
voucher 201209154.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Terbanding berpendapat bahwa saat terutangnya PPh
NG
Final Pasal 4 ayat (2) atas Sewa Tangki Timbun tersebut adalah pada saat pembebanan dan
pemanfaatan atas aktiva berupa tangki timbun yaitu pada bulan Desember 2012.
Sehingga DPP untuk Obyek Pajak PPh Pasal 4 ayat (2) atas koreksi akun 800113 Biaya
Penjualan-Sewa Gudang/Tangki Timbun Pihak Ketiga adalah sebesar Rp314.963.805,00.
PE
2. Untuk akun 800113 Biaya Penjualan-Sewa Gudang/Tangki Timbun Pihak Ketiga sebesar
Rp62.603.050,00, Pemohon Banding menyatakan bahwa transaksi tersebut adalah transaksi
sewa tangki yang batal dan sudah direklas di sisi kredit G/L.
AT
Sampai dengan terakhir dilakukannya uji bukti Pemohon Banding hanya menyerahkan copy G/L
tanpa melampirkan bukti pendukung pencatatan terjadinya pembatalan transaksi sewa tangki
tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, Terbanding berpendapat bahwa bukti yang diserahkan masih belum
RI
cukup meyakinkan bahwa terjadi pembatalan atas sewa tangki. Oleh karena ini Terbanding tetap
berpendapat untuk mempertahankan koreksi sebesar Rp62.603.050,00.
TA
3. Untuk akun 645113 Overhead Site - Sewa Gedung/Rumah sebesar Rp394.444.444,00, Pemohon
Banding menyatakan bahwa transaksi tersebut adalah pencatatan double dan sudah direklas di
sisi kredit G/L namun tidak diperhitungkan oleh Terbanding.
Sampai dengan terakhir dilakukannya uji bukti Pemohon Banding hanya menyerahkan copy G/L
RE
tanpa melampirkan bukti pendukung yang menjelaskan terjadinya dobel pancatatan dalam G/L.
Berdasarkan hal tersebut, Terbanding berpendapat bahwa bukti yang diserahkan masih belum cukup
meyakinkan bahwa terjadi pencatatan yang dobel. Oleh karena ini Terbanding tetap berpendapat
untuk mempertahankan koreksi sebesar Rp394.444.444,00.
K
Menurut Pemohon : Koreksi Pemeriksa didasarkan pada Aktivitas Transaksi yang dimaksud oleh
SE
pemeriksa sebagai objek PPh Pasal 4 ayat (2), dimana aktivitas yang
dimaksud tersebut merupakan aktivitas Asset Dalam Konstruksi yang di
dalamnya terdiri atas aktivitas Jasa dan Pembelian Material. Sehingga
sangat tidak relevan apabila Pemeriksa hanya melakukan pengakuan atas
seluruh aktivitas tersebut tanpa melakukan pengidentifikasian aktivitas
transaksi antara Aktivitas Jasa dan aktivitas Pembelian Material, dimana
seharusnya atas aktivitas transaksi Pembelian Material bukan merupakan
objek atau tidak terutang PPh Pasal 4 ayat (2).
Sehingga menurut Pemohon Banding perhitungan PPh Final Pasal 4 ayat (2) Tahun 2012 secara
keseluruhan adalah sebagai berikut :
K
bahwa Pemohon Banding menyerahkan Matrik Sengketa, yang pada pokoknya mengemukakan hal-
hal sebagai berikut:
JA
No Yang Disengketakan Cfm SPM Cfm SKP Koreksi
1 Dasar Pengenaan Pajak 31.656.587.485 53.447.714.720 21.791.127.23
5
2 PPh Final Pasal 4 ayat (2) terutang 1.556.440.892 2.473.067.499 916.626.607
PA
No Yang Surat Keputusan Surat Banding Nilai Sengketa
Disengketakan Keberatan Keberatan
1 Dasar Pengenaan 31.656.587.48 53.447.714.720 31.656.587.485 21.791.127.23
Pajak 5 5
2 PPh Final Pasal 4 1.556.440.892 2.473.067.499 1.556.440.892 916.626.607
N
ayat (2) terutang
ILA
1. Alasan banding atas Koreksi Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp21.791.127.235,00
Pemeriksa beranggapan bahwa masih terdapat selisih ekualisasi antara biaya-biaya sewa dan
penambahan aset tetap dalam konstruksi pada buku besar sebagai objek PPh Pasal 4 ayat (2)
AD
dengan objek yang dilaporkan oleh Pemohon Banding;
Koreksi Pemeriksa didasarkan pada Aktivitas Transaksi yang dimaksud oleh Pemeriksa sebagai
NG
objek PPh Pasal 4 ayat (2), dimana aktivitas yang dimaksud tersebut merupakan aktivitas Asset
Dalam Konstruksi yang didalamnya terdiri atas Jasa dan Pembelian Material. Sehingga sangat
tidak relevan apabila Pemeriksa hanya melakukan pengakuan atas seluruh aktivitas tersebut
tanpa melakukan pengidentifikasian aktivitas transaksi antara Aktivitas Jasa dan Aktivitas
Pembelian Material, dimana seharusnya atas aktivitas transaksi.
PE
2. Alasan Banding atas koreksi PPh Pasal 4 ayat (2) Terutang sebesar Rp916.626.607,00
Terjadi koreksi terhadap Dasar Pengenaan Pajak berakibat pada berubahnya perhitungan Pajak
Terutangnya.
Bahwa Pemohon Banding telah melakukan perhitungan PPh Final Pasal 4 ayat (2) sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku;
TA
bahwa terkait dengan proses sengketa pajak dengan nomor sengketa 25-101063-2012, atas
RE
Menurut Terbanding
1. Sumber Pengujian :
- SPT Tahunan PPh Badan dan SPT Masa PPN
- Neraca dan Laporan Laba Rugi
- Buku Besar
- Buku Kas/Bank dan Rekening Koran
- SPT Masa PPh Pasal 23 dan bukti potong
- Bukti Pengeluaran
- Data MPN
K
- Kontrak sewa
JA
2. Pengujian yang dilakukan :
- Pos/pos-pos (objek PPh Pasal 4 ayat (2) final diperiksa sesuai dengan rencana
pemeriksaan dan program pemeriksaan.
- Pengujian dilakukan melalui metode langsung dan tidak langsung
PA
Simpulan :
Uraian Menurut
WP/SPT (Rp) Pemeriksa (Rp) Koreksi (Rp)
WP Sebagai Pemberi Penghasilan
a. Persewaan Tanah dan atau 9.142.781.975 9.892.473.934 749.691.959
N
Bangunan
b. Jasa Kontruksi 22.513.805.510 43.555.240.786 21.041.435.276
ILA
Jumlah 31.656.587.485 53.447.714.720 21.791.127.235
- Pemeriksa melakukan equalisasi objek PPh Pasal 4 ayat (2) yang dilaporkan dalam SPT
dengan pos-pos biaya dan/atau pos-pos neraca.
- Berdasarkan ekualisasi antara biaya-biaya sewa dan penambahan aset dalam konstruksi
AD
pada buku besar sebagai objek PPh Pasal 4 ayat (2) dengan objek yang telah dilaporkan
wajib pajak masih terdapat selisih sebesar Rp21.791.127.235,00
Setelah mempelajari LHP, KKP Terbanding (halaman 1 Indeks K), dapat Pemohon Banding
sampaikan sebagai tanggapan Pemohon Banding sebagai berikut:
· Bahwa SPT PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Januari s.d. Masa November 2012 untuk Objek
Persewaan Tanah dan Bangunan dan Objek Jasa Konstruksi, Terbanding comform dengan
PE
· Bahwa yang menjadi Sengketa Pajak atas Objek Persewaan Tanah dan Bangunan
sebesar Rp749.691.959,00 dan atas Objek Jasa Konstruksi sebesar Rp21.041.435.276,00
adalah hanya pada masa Desember 2012.
RI
Penghasilan yang bersifat final dipotong oleh Pengguna Jasa pada saat pembayaran,
dalam hal Pengguna Jasa merupakan pemotong pajak'
· Bahwa pada bulan Desember 2012 total transaksi pada akun aset dalam kontruksi adalah
RE
sebesar Rp7.275.012.802,00 dimana yang menjadi objek PPh Pasal 4 ayat (2) atas jasa
konstruksi adalah sebesar Rp3.121.710.750,00. Dan akun Sewa Gudang/Tangki Timbun
adalah sebesar Rp314.963.805,00. Untuk kewajiban perpajakannya telah Pemohon Banding
penuhi. (bukti sesuai dengan KKP Terbanding halaman 2 indeks K). Oleh karena itu,
Pemohon Banding mohon Terbanding dapat menjelaskan rincian transaksi atas objek Jasa
K
Konstruksi pada bulan Desember 2012 yang menurut Terbanding adalah sebesar
Rp24.163.146.026,00 dan rincian transaksi atas objek Persewaan atas Tanah dan Bangunan
pada bulan Desember sebesar Rp1.181.597.599,00 [seharusnya, Rp1.161.597.599,00].
SE
bahwa Pemohon Banding menyerahkan Penjelasan Tertulis Pengganti Surat Bantahan Nomor FIN-
TAX/15/A/EXT/EDI/I/2017 tanggal 02 Januari 2017, yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal
sebagai berikut:
bahwa sehubungan dengan Surat Uraian Banding Direktorat Jenderal Pajak Nomor
UB040/WP3.02/2016 tanggal 03 Juni 2016, bersama ini Pemohon Banding sampaikan bantahan
K
sebagai berikut
JA
Menurut Terbanding
PA
FIN-TAX/012/A/EDI/EXT/III/2016 tanggal 03 Maret 2016 yang diterima Pengadilan Pajak
tanggal 22 Januari 2016, diketahui hal-hal sebagai berikut :
a. Banding diajukan dengan surat banding dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan
Pajak;
b. Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima surat
keputusan yang dibanding;
N
c. Terhadap 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) surat banding;
d. Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas dan mencantumkan tanggal
ILA
diterima Surat Keputusan Terbanding Nomor
KEP-1740/WPJ.02/2015 tanggal 08 Desember 2015;
e. Surat banding dilampiri salinan surat keputusan yang diajukan banding, yaitu Surat
Keputusan Terbanding Nomor KEP-1740/WPJ.02/2015 tanggal 08 Desember 2015;
f. Jumlah pajak yang disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan
sebesar Rp0,00 namun atas jumlah PPh yang masih harus dibayar sebesar
AD
Rp1.301.609.782,00 telah dilunasi Wajib Pajak pada tanggal 21 Oktober 2014 dengan
NTPN 0606130503070502;
g. Surat banding ditandatangani oleh Pemohon Banding atas nama Antonius Edy Nugroho
selaku Direktur Utama Pemohon Banding.
NG
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, maka permohonan banding Pemohon Banding
dapat dipertimbangkan lebih lanjut.
3. Surat keputusan yang diajukan banding merupakan objek yang dapat diajukan banding
sebagaimana dimaksud Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
AT
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, dan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.
tanggal 22 Januari 2016 telah memenuhi ketentuan formal penyampaian Surat Permohonan
Banding sebagaimana diatur dalam Pasal 27 dan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2)
dan Pasal 36 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) serta Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang
RE
Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Sehingga berdasarkan uraian tersebut di
atas, Permohonan Banding Nomor TAX/011/A/EDI/EXT/II/2016 tanggal 24 Februari 2016
dapat dipertimbangkan lebih lanjut.
II. Bantahan atas Uraian Mengenai Ketetapan Semula, Surat Keberatan, dan Keputusan
K
Atas Keberatan
SE
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh Final Pasal 4 ayat (2) nomor 00031/240/12/218/14
tanggal 23 September 2014 Masaffahun Pajak Januari s.d. Desember 2012, diterbitkan
berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak KPP Madya Pekanbaru nomor
LAP-194/WPJ.02/KP.1005/2014 tanggal 23 September 2014, dengan perhitungan sebagai
berikut:
K
…………
g. Jumlah Pajak yang dapat dikreditkan Rp 1.556.440.892
4 Jumlah PPh yang tidak / kurang dibayar Rp 916.626.607
JA
5 Sanksi Administrasi:
a. Bunga Pasal 13 ayat (2) UU KUP Rp 384.983.175
b. Kenaikan Pasal 13 ayat (3) UU KUP Rp 0
c. Bunga Pasal 13 ayat (5) UU KUP Rp 0
PA
d. Kenaikan Pasal 13A KUP Rp 0
e. Kenaikan Pasal 17C ayat (5) UU KUP Rp 0
f. Kenaikan Pasal 17D ayat (5) UU KUP Rp 0
g. Jumlah Rp 384.983.175
6 Jumlah PPh yang masih harus dibayar Rp 1.301.609.782
7 Jumlah yang telah disetujui berdasarkan Pembahasan Akhir Hasil Rp 0
N
Pemeriksaan
ILA
2. Atas ketetapan tersebut, Pemohon Banding mengajukan Keberatan dengan surat nomor
TAX/442/A/EDI/EXT/XII/2014 tanggal 05 Desember 2014, yang diterima KPP Madya
Pekanbaru berdasarkan LPAD nomor PEM:01003951\218\dec\2014 tanggal 24 Desember
2014.
3. Atas surat keberatan Pemohon Banding telah diterbitkan Surat Keputusan Terbanding Nomor
AD
KEP-1740/WPJ.02/2015 tanggal 08 Desember 2015 dengan perhitungan sebagai berikut:
(Rp)
Penghasilan Kena Pajak/DPP 53.447.714.720 0 53.447.714.720
PPh Pasal 4 ayat (2) Final yang 2.473.067.499 0 2.473.067.499
terutang
Kredit Pajak 1.556.440.892 0 1.556.440.892
Pajak yang tidak/kurang dibayar 916.626.607 0 916.626.607
PE
Sanksi administrasi : 0
Bunga Pasal 13 ayat (2) UU KUP 384.983.175 0 384.983.175
Jumlah PPh yang masih harus dibayar 1.301.609.782 0 1.301.609.782
Pemohon Banding berpendapat bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh Final Pasal
4 ayat (2) nomor 00031/240/12/218/14 tanggal 23 September 2014 Masa/Tahun Pajak Januari
s.d. Desember 2012, diterbitkan berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak KPP Madya
Pekanbaru nomor
RI
Impact terhadap Keputusan Keberatan yang seharusnya menurut Pemohon Banding adalah
sebagai berikut:
K
Uraian Semula (Rp) Ditambah/ Menjadi (Rp)
(Dikurangi)
(Rp)
JA
Penghasilan Kena Pajak/DPP 53.447.714.720 (21.791.127.235) 31.656.587.485
PPh Pasal 4 ayat (2) Final yang 2.473.067.499 (916.626.607) 1.556.440.892
terutang
Kredit Pajak 1.556.440.892 0 1.556.440.892
PA
Pajak yang tidak/kurang dibayar 916.626.607 (916.626.607) 0
Sanksi administrasi : 0
Bunga Pasal 13 ayat (2) UU KUP 384.983.175 (384.983.175) 0
Jumlah PPh yang masih harus 1.301.609.782 (137.143.197) 0
dibayar
N
Sehingga berdasarkan uraian tersebut di atas, Pemohon Banding memohon kepada
Pengadilan Pajak untuk membatalkan Keputusan Terbanding Nomor
ILA
KEP-1740/WPJ.02/2015 tanggal 08 Desember 2015.
Menurut Majelis : bahwa berdasarkan penelitian Majelis dan keterangan dalam persidangan,
koreksi DPP PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp21.791.127.235,00 oleh
Terbanding dilakukan berdasarkan ekualisasi antara biaya-biaya yang
dibebankan di PPh Badan dengan kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 ayat
AD
(2) yang terdiri dari penghasilan jasa kontruksi sebesar
Rp21.041.435.276,00 dan sewa sebesar Rp749.691.959,00;
bahwa Pemohon Banding berpendapat telah melakukan kewajiban pemotongan PPh Pasal 4(2) atas
penghasilan jasa kontruksi dan sewa yang biayanya dibebankan di PPh Badan;
NG
bahwa Majelis berpendapat sengketa yang terjadi adalah sengketa pembuktian mengenai kewajiban
pemotongan PPh Pasal 4(2) atas penghasilan jasa kontruksi dan sewa yang biayanya dibebankan di
PPh Badan;
PE
bahwa Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan:
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
AT
pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
RI
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya;
TA
berdasarkan pemeriksaan Majelis diketahui pendapat Terbanding terhadap koreksi jasa kontruksi
didasarkan atas ekualisasi antara akun neraca penambahan aset dalam konstruksi dengan total DPP
RE
bahwa terdapat selisih antara sengketa jasa konstruksi dalam SUB dengan hasil penelitian pada saat
uji bukti yaitu sebagai berikut:
K
bahwa selisih sebesar Rp749.691.959,00 tersebut merupakan koreksi atas obyek PPh Pasal 4 ayat
(2) atas sewa yang diperhitungkan dua kali oleh pemeriksa;
bahwa dengan demikian Majelis berpendapat nilai jasa konstruksi menurut Terbanding adalah
sebesar Rp42.805.548.827,00 sedangkan menurut Pemohon Banding adalah sebesar
Rp22.513.805.510,00 sehingga nilai koreksi yang masih disengketakan adalah
Rp20.291.743.317,00;
bahwa dalam surat banding, Pemohon Banding menyatakan akun penambahan aset dalam
konstruksi terdiri dari aktivitas jasa dan pembelian material;
K
pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi;
bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap bukti-bukti yang disampaikan Majelis berpendapat
JA
akun penambahan aset dalam konstruksi digunakan untuk mencatat penambahan nilai aset yang
dalam proses pembangunan yang didalamnya tercatat pembebanan nilai aset berdasarkan
persentase penyelesaian untuk jasa konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor dan pembelian
material;
PA
bahwa kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) terutang pada saat terutang atau pada saat
pembayaran;
bahwa Majelis berpendapat nilai kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi
tidak harus sama dengan pencatatan penambahan aset dalam konstruksi yang berdasarkan
N
persentase penyelesaian;
ILA
bahwa Pemohon Banding juga dapat membuktikan bahwa tidak seluruh penambahan aset dalam
konstruksi berhubungan dengan jasa konstruksi tetapi juga berhubungan dengan pembelian material;
bahwa Majelis berpendapat koreksi Terbanding dengan menggunakan akun penambahan aset
dalam konstruksi tidak dapat digunakan sebagai dasar ekualisasi untuk kewajiban pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2);
AD
bahwa Majelis berpendapat untuk mengabulkan seluruh permohonan banding Pemohon Banding
atas koreksi jasa konstruksi sehingga koreksi Terbanding tidak dapat dipertahankan;
berdasarkan pemeriksaan Majelis diketahui pendapat Terbanding terhadap koreksi sewa didasarkan
atas ekualisasi antara akun biaya sewa dengan total DPP pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas
sewa;
PE
bahwa dalam surat banding, Pemohon Banding tidak menyatakan alasan banding atas koreksi sewa;
bahwa dalam persidangan, Pemohon Banding menyatakan alasan banding yang diberikan tidak
berdasarkan koreksi Terbanding karena Pemohon Banding tidak mengetahui rincian koreksi
Terbanding;
AT
bahwa karena dalam persidangan, Pemohon Banding memperoleh KKP Terbanding, Pemohon
Banding mengganti alasan banding dengan menyatakan Terbanding melakukan doubel perhitungan;
bahwa Pasal 50 ayat (3) Undang-Undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
RI
menyatakan:
Apabila Banding atau Gugatan tidak lengkap dan/atau tidak jelas sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) sepanjang bukan merupakan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat
TA
(1), Pasal 36 ayat (1) dan ayat (4), dan Pasal 40 ayat (1) dan/atau ayat (6), kelengkapan dan/atau
kejelasan dimaksud dapat diberikan dalam persidangan;
bahwa Majelis berpendapat untuk menerima penggantian alasan banding karena pada dasarnya
Pemohon Banding menyatakan ketidaksetujuan atas ekualisasi yang dilakukan Pemohon Banding
RE
sehingga Majelis meminta Pemohon Banding untuk membuktikan kebenaran penghitungan yang
dilakukan oleh Terbanding;
bahwa dalam persidangan, Pemohon Banding tidak memberikan penghitungan ekualisasi yang
menunjukkan kesesuaian antara pembebanan biaya sewa di PPh badan dengan DPP PPh Pasal 4
K
bahwa meskipun Pemohon Banding diperkenankan untuk mengubah alasan banding, Pemohon
Banding tidak dapat memberikan bukti-bukti yang meyakinkan Majelis bahwa biaya-biaya sewa di
PPh Badan yang merupakan objek PPh Pasal 4 ayat (2) telah seluruhnya dipotong PPh Pasal 4 ayat
(2);
bahwa Majelis berpendapat untuk menolak permohonan banding Pemohon Banding sehingga
koreksi Terbanding sebesar Rp749.691.959,00 tetap dipertahankan;
bahwa Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding sehingga
dari koreksi Terbanding atas DPP PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp21.791.127.235,00, koreksi
sebesar Rp21.041.435.276,00 tidak dapat dipertahankan sedangkan sisanya sebesar
Rp749.691.959,00 tetap dipertahankan;
bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, rekapitulasi pendapat Majelis atas pokok sengketa
adalah sebagai berikut :
Menimbang : bahwa nilai sengketa yang terbukti dalam sengketa banding ini adalah
K
sebesar Rp21.791.127.235,00 dengan pokok sengketa adalah Koreksi
Dasar Pengenaan Pajak, dengan rincian sebagai berikut:
JA
No Uraian Koreksi Total Sengketa Tidak Dipertahankan Dipertahankan
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Dasar Pengenaan Pajak 21.791.127.235,00 21.041.435.276,00 749.691.959,00
PA
Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif
pajak;
Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai kredit
pajak;
N
Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi
ILA
administrasi kecuali besarnya sanksi administrasi tergantung pada
penyelesaian sengketa lainnya;
K
Pajak Penghasilan Terutang Rp 1.620.313.972,00
Kredit Pajak Rp 1.556.440.892,00
JA
Pajak yang tidak/kurang dibayar Rp 63.873.080,00
Sanksi Administrasi : Bunga Pasal 13 ayat (2) UU KUP Rp 26.826.694,00
Jumlah PPh yang masih harus dibayar Rp 90.699.774,00
PA
Demikian diputus di Jakarta berdasarkan Musyawarah Majelis setelah pemeriksaan dalam persidangan
dicukupkan pada hari Senin tanggal 22 Mei 2017 oleh Hakim Majelis XI A Pengadilan Pajak dengan
susunan Majelis sebagai berikut :
N
Drs. A. Martin Wahidin. sebagai Hakim Ketua,
Drs. Arif Subekti . sebagai Hakim Anggota,
ILA
Andre Irwanda, SE., Ak., MBA., CIA., CA. sebagai Hakim Anggota,