Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERAN DAN FUNGSI AGAMA

Disusun Oleh :
Cyltriani Lase
066119127
Kelas 2 D Farmasi

Dosen Mata Kuliah :


Viktor Hutabarat

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)


PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS PAKUAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “FUNGSI DAN
PERAN AGAMA”. Selama penulisan makalah ini, penulis banyak menerima bantuan dan
dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada teman-teman yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena adanya
keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran
yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, 24 Februari 2020


Penulis

Cyltriani Lase
BAB I
PENDAHULUAN

1. Pengertian Agama Secara Umum


Merumuskan pengertian agama bukan suatu perkara mudah, dan ketidak sanggupan
manusia untuk mendefinisikan agama karena disebabkan oleh persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan kepentingan mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar lagi, karena itu tidak
mengherankan jika secara internal muncul pendapat-pendapat yang secara apriori
menyatakan bahwa agama tertentu saja sebagai satu-satunya agama samawi, meskipun
dalam waktu yang bersamaan menyatakan bahwa agama samawi itu meliputi Islam, Kristen
dan Yahudi.
Sumber terjadinya agama terdapat dua katagori, pada umumnya agama Samawi dari
langit, agama yang diperoleh melalui Wahyu Illahi antara lain Islam, Kristen dan Yahudi.—
-dan agama Wad’i atau agama bumi yang juga sering disebut sebagai agama budaya yang
diperoleh berdasarkan kekuatan pikiran atau akal budi manusia antara lain Hindu, Buddha,
Tao, Khonghucu dan berbagai aliran keagamaan lain atau kepercayaan.
Dalam prakteknya, sulit memisahkan antara wahyu Illahi dengan budaya, karena
pandangan-pandangan, ajaran-ajaran, seruan-seruan pemuka agama meskipun diluar Kitab
Sucinya, tetapi oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai Perintah Illahi, sedangkan
pemuka-pemuka agama itu sendiri merupakan bagian dari budaya dan tidak dapat
melepaskan diri dari budaya dalam masa kehidupannya, manusia selalu dalam jalinan
lingkup budaya karena manusia berpikir dan berperilaku.
Beberapa acuan yang berkaitan dengan kata “Agama” pada umumnya; berdasarkan
Sansekerta yang menunjukkan adanya keyakinan manusia berdasarkan Wahyu Illahi dari
kata A-GAM-A, awalan A berarti “tidak” dan GAM berarti “pergi atau berjalan, sedangkan
akhiran A bersifat menguatkan yang kekal, dengan demikian “agama: berarti pedoman
hidup yang kekal”
Berdasarkan kitab, SUNARIGAMA yang memunculkan dua istilah; AGAMA dan
UGAMA, agama berasal dari kata A-GA-MA, huruf A berarti “awang-awang, kosong atau
hampa”, GA berarti “genah atau tempat” dan MA berarti “matahari, terang atau bersinar”,
sehingga agama dimaknai sebagai ajaran untuk menguak rahasia misteri Tuhan, sedangkan
istilah UGAMA mengandung makna, U atau UDDAHA yang berarti “tirta atau air suci” dan
kata GA atau Gni berarti “api”, sedangkan MA atau Maruta berarti “angin atau udara”
sehingga dalam hal ini agama berarti sebagai upacara yang harus dilaksanakan dengan
sarana air, api, kidung kemenyan atau mantra.
Berdasarkan kitab SADARIGAMA dari bahasa sansekerta IGAMA yang
mengandung arti I atau Iswara, GA berarti Jasmani atau tubuh dan MA berarti Amartha
berarti “hidup”, sehingga agama berarti Ilmu guna memahami tentang hakikat hidup dan
keberadaan Tuhan.
Istilah Agama dalam bahasa sansekerta terdiri dari kosa kata ”a” berarti “tidak” dan
“gama” yang berarti kacau. Jadi kalau kedua kata itu digabungkan maka agama berarti tidak
kacau. Istilah yang ke dua adalah “ugama” yang berarti “peraturan”, “tata tertib”, “hukum
taurat”. Dari kedua kata diatas dapat disimpulkan bahwa agama adalah upaya manusia untuk
mengaitkan dan menyesuaikan seluruh hidupnya dengan tata tertib, hukum serta peraturan
Ilahi. Sehingga relasi dengan yang Ilahi, manusia dan alam dapat berjalan dengan baik dan
tertib.
Dalam bahasa latin agama’ disebut “religeo” kata ini berasal dari akar kata
“religere” yang berarti “mengembalikan ikatan”, “mengikatkan kembali”. Dari istilah ini
dapat diartikan bahwa “agama” usaha manusia untuk mengembalikan, memulihkan
hubungan yang rusak antara manusia dengan Allah. Hubungan yang rusak antara manusia
dengan Allah pertama sekali terjadi ketika manusia (Adam dan Hawa) jatuh dalam dosa.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Peran Agama Bagi Individu


a. Menjawab pertanyaan yang tak mampu dijawab oleh logika manusia
b. Memberi paradigma kepada manusia tentang Allah sebagai Tuhan
c. Membedakan antara yang hak dan yang batil
d. Fungsi kreatif, mendorong manusia untuk bekerja, beramal, dan kerja kreatif
e. Pedoman penyempurnaan akhlak
f. Fitrah manusia yang membutuhkan agama, adanya kekuatan adikodrati di luar
kemampuan manusia
g. Membangun dan membimbing dalam pembentukan ilmu pengetahuan dan
teknologi

2. Fungsi agama bagi individu


a. Sebagai sistem nilai yang membuat norma-norma tertentu
b. Norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah
laku agar sejalan degan keyakinan agama yang dianutnya
c. Agama memberikan kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindungi, rasa sukses
dan rasa puas
d. Agama dapat mendorong individu melakukan sesuatu aktivitas, karena perbuatan
yang dilatar belakangi keyakinan agama dinilai memiliki unsur kesucian dan
ketaatan

3. Peran agama bagi masyarakat


a. Agama memiliki fungsi yang vital, yakni sebagai salah satu sumber hukum atau
dijadikan sebagai norma.
b. Agama mengatur bagaimana gambaran kehidupan sosial yang ideal, yang sesuai
dengan fitrah manusia.
c. Agama memberikan contoh yang konkret mengenai kisah-kisah kehidupan sosio-
kultural manusia pada masa silam, yang dapat dijadikan contoh yang sangat baik
bagi kehidupan bermasyarakat di masa sekarang.
d. Kita dapat mengambil hikmah dari dalamnya. Meskipun tidak ada relevansinya
dengan kehidupan masyarakat zaman sekarang sekalipun, setidaknya itu dapat
dijadikan pelajaran yang berharga, misalnya agar tidak terjadi tragedi yang sama di
masa yang akan datang.
4. Fungsi agama bagi masyarakat
a. Fungsi Edukatif; ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang
harus dipatuhi; ajaran agama berfungsi menyuruh dan melarang. Dan karena unsur
suruhan dan larangan ini telah membimbing pribadi penganutnya menjadi baik dan
terbiasa dengan baik menurut ajaran agama masing-masing;
b. Fungsi Penyelamat; keselamatan yang diberikan mencakup dua alam, yakni dunia
dan akhirat.
c. Fungsi Pendamaian; melalui tuntunan agama orang yang bersalah atau berdosa
dapat mencapai kedamaian batin, misalnya dengan cara bertobat, pencucian atau
penebusan dosa;
d. Fungsi Social Control; ajaran agama yang berfungsi sebagai norma dapat menjadi
pengawasan sosial secara individu maupun kelompok;
e. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas; secara psikologis penganut agama yang sama
akan merasa memiliki kesamaan dan satu kesatuan; hal ini akan membina rasa
solidaritas yang bahkan dapat mengalahkan rasa kebangsaan;
f. Fungsi Transformatif, ajaran agama dapat merubah seseorang/kelompok menjadi
kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya;
g. Fungsi Kreatif; ajaran agama mendorong seseorang/kelompok untuk bekerja
produktif bukan saja untuk kepentingan pribadi maupun orang lain, melakukan
inovasi dan penemuan baru;
h. Fungsi Sublimatif; ajaran agama mengkusudkan segala usaha manusia, selama
tidak bertentangan dgn norma agama, bila dilakukan dengan tulis lillahi ta’ala
maka termasuk ibadah.

Fungsi Agama
Agama ada di Indonesia bukan tanpa fungsi tertentu. beberapa fungsi dari eksistensi
agama di dunia ini adalah diantaranya :

1. Mampu memberikan pandangan dunia kepada manusia dan berpengaruh pada


kebudayaan manusia.
2. Mampu menjawab berbagai macam pertanyaan yang mungkin tidak mampu
dijawab oleh sesama manusia lain.
3. Mampu memberikan rasa kekitaan yang nantinya akan dipunyai dan diyakini oleh
sekumpulan manusia.
4. Mampu berperan dalam sebuah peranan sosial karena mengandung garis kode
etika bagi setiap penganutnya.
5. Mampu dijadikan sebagai sumber pedoman dalam berkehidupan.
6. Mampu dijadikan aturan dalam berhubungan antara manusia dengan Tuhannya,
antar sesama makhluk hidup, dan hubungan lainnya dalam kehidupan.
7. Menentukan suatu tuntunan mengenai prinsip yang salah dan yang benar.
8. Menjadikan pedoman untuk dapat mengungkap suatu kebersamaan.
9. Dijadikan pedoman dalam membentuk sebuah keyakinan dan membentuk nilai
nilai dalam kehidupan.
10. Mengungkapkan bentuk dari keindahan dan sebagai pedoman dalam berekreasi
atau hiburan, serta
11. Berfungsi untuk memberi suatu identitas pada umat manusia karena telah menjadi
bagian dari sebuah agama.

Nilai dalam agama


1. Nilai spiritual yang tetap menjaga agar masyarakat tetap konsisten dalam menjaga
stabilitas lingkungan
2. Nilai kemanusiaan yang mengajarkan manusia agar dapat saling mengerti satu sama
lain, dan dapat saling bertenggang rasa.

Nilai kebenaran agama

1. Secara filosofis, kebenaran yang sebenarnya adalah satu, tunggal, dan tidak majemuk.
Yaitu sesuai dengan realitas. Dalam konteks agama, semua agama ingin mencapai realitas
tertinggi (the ultimate reality). Islam dan Kristen menerjemahkan realitas tertinggi itu
sebagai Allah (dengan pengucapan sedikit berbeda), Yahudi menyebutnya Yehova, ini
berarti bahwa yang dikejar sebagai realitas tertinggi itu adalah satu. Prithjof Schoun
mengatakan, bahwa semua agama itu sama pada alam transendental. Pada alam ini semua
agama mengejar realitas tertinggi.
2. Secara Sosiologi, menjadikan proses pencapaian dan penerjemahan Realitas Tertinggi,
menjadikan klaim agama berbeda. Islam memandang bahwa agamanyalah yang paling
benar, begitu juga dengan agama lainnya.

BAB III
BAB III
KESIMPULAN

Peran dan fungsi agama bagi manusia sangatlah berpengaruh terhadap


kehidupannya,karena agama adalah suatu pedoman hidup seseorang untuk mencapai
kebahagiaan dunia maupun akhiratnya
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab
yang sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama sudah
sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta
dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarnakan
ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta membandingkan agama
satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama.

Anda mungkin juga menyukai