Anda di halaman 1dari 10

DASAR-DASAR SEMANTIK

Annisa Ilma Lely Anggraini Khoirun Ni’mah Anggraeni Ida P. Mirza Krisna G. P
Shella Wahyuni Verica Putri R. A.

ABSTRAK

Semantik boleh didefinisikan sebagai “penyelidikan makna”


(Pengantar Teori Linguistik, John Lyons : 393). Sedangakn menurut J.
WM. Verhaar, semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti
atau makna. Maka dapat disimpulkan bahwa semantik adalah studi
makna. Semantik terbagi menjadi dua, yaitu semantik gramatikal dan
semantik leksikal. Dalam semantik, kajian tentang makna, terbagi
menjadi beberapa jenis yaitu makna referensial dan non-referensial,
makna denotatif dan konotatif, makna kata dan istilah, makna
konseptual dan asosiatif, makna idiomatikal dan peribahasa.
Sedangkan berdasar relasinya, terdapat beberapa bentuk makna
diantaranya sinonimi, antonimi dan oposisi , homonimi, homofoni,
dan homografi, hiponimi dan hipernimi, polisemi, ambiguitas,
redundansi, meronimi, makna asosiatif,makna afektif, dan makna
etimologis. Makna dalam semantik juga memiliki beberapa
perubahan yaitu generalisasi, spesialisasi, ameliorasi, peyorasi,
asosiasi, dan sinestesia. Adapula analisis yang terdapat dalam
semantik, yaitu analisis ekstensional dan intensional, analisis
komponensial (Kata kunci : makna, gramatikal, leksikal)

Pendahuluan

Semantik adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Disini,


makna dapat diartikan sebagai isi dari suatu kata yang merujuk pada
penggunaannya. Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa semantik adalah
ilmu tentang makna. Dalam bukunya, Ferdinand de Saussure mengemukakan
definisi makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada
suatu tanda linguistik.

Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi beberapa


definisi, yaitu Maksud Pembicara ; Pengaruh Penerapan Bahasa dalam
pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia ; Hubungan
dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara
ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya ; Cara menggunakan lambang-
lambang bahasa.

Dalam berujar atau menciptakan suatu kalimat, seorang linguis setidaknya


dapat memahami apa makna dari tiap-tiap kata yang terdapat dalam kalimat
yang ia buat. Ibaratnya, ketika kita memakan suatu jenis makanan, kita perlu
tahu makanan itu terbuat dari apa, dan apa manfaatnya bagi kita. Sama halnya
dengan semantik. Ketika kita membaca/menulis/mendengar suatu kalimat, maka
kita harus tahu apa makna dari kata-kata yang ada dalam kalimat tersebut. Untuk
itu seorang linguis perlu mempelajari semantik sebagai dasar pengetahuan untuk
menguraikan arti atau makna dalam kalimat-kalimat yang ia susun guna
penelitian bahasa yang didasarkan pada linguistika.

Maka, dengan adanya semantik, seorang linguis yang awalnya tidak


mengetahui makna dalam unsur-unsur kalimat yaitu kata , maka dengan
mempelajari semantik ia mampu mendefinisikan makna atau arti dari kata dalam
kalimat yang ia buat, memudahkan dalam menganalisis suatu bahasa,
menambah tingkat penguasaan linguistika.

1. Pengertian

Semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Semantik
sendiri dibagi menjadi dua yaitu semantik gramatikal dan leksikal ( Asas-asas
linguistik, J.W.M Verhaar : 385). Semantik didefinisikan pada permulaan dan
sementara waktu sebagai “penyelidikan makna”. Istilah “sematik” berasal dari
verba yunani yang berarti “menandakan”. Istilah ini diciptakan pada akhir abad
19 (Pengantar Teori Linguitik, John Lyons:393).

Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna bahasa.


Menurut Chaer (1990: 2) semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang
mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Objek yang dibahas oleh semantik
mencakup keseluruhan makna yang terkandung dalam bahasa. Seperti yang
dikemukakan oleh Nikelas (1988) dalam Ainin dan Asrori (2008), bahwa objek
semantik adalah telaah tentang makna yang mencakup lambang-lambang atau
tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna, yang satu dengan yang
lainnya serta pengaruh makna terhadap manusia dan masyarakat pengguna
bahasa.

a) Semantik Gramatikal

Makna gramatikal (struktur) dalam semantik ialah makna baru yang timbul
akibat terjadinya proses gramatikal (pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan).
Contoh:
berumah : mempunyai rumah

rumah-rumah : banyak rumah

rumah makan : rumah tempat makan

rumah ayah : rumah milik ayah

b) Semantik Leksikal
Semantik leksikal menyelidiki makna yang ada pada leksem dari bahasa. Oleh
karena itu, makna yang ada dalam leksem disebut makna leksikal. Leksem adalah
satuan bahasa yang bermakna. Istilah leksem ini dapat disetarakan dengan istilah
kata, yang biasa digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis dan didefinisikan
sebagai satuan gramatik bebas terkecil. Semantik leksikal menyangkut makna
leksikal.

Berdasarkan maknanya, dapat diartikan makna leksikal ialah makna kata


secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (frase
klausa atau kalimat).

Contoh:
rumah : bangunan untuk tempat tinggal manusia

makan : mengunyah dan menelan sesuatu

makanan : segala sesuatu yang boleh dimakan

2. Jenis-jenis Makna

1. Referensial dan Non Referensial

Referensial adalah kata-kata yang memiliki referen. Sedangkan, Non-


Referensial adalah kata-kata yang tidak memiliki referen.

Contoh:

a.Referensial: kata meja bermakna referensial karena memiliki referen, yaitu


sejenis perabot rumah tangga yang disebut meja.

b.Non-referensial: kata karena tidak mempunyai referen sebab kata “karena”


termasuk kata yang bermakna nonreferensial.

2. Denotatif dan Konotatif

Denotatif adalah kata yang memilliki makna yang sebenarnya. Sedangkan,


konotatif adalah kata yang memiliki makna rasa baik positif maupun negatif.

Contoh:

a. Denotatif : kata perempuan dan wanita kedua kata itu mempunyai dua makna
yang sama, yaitu ’manusia dewasa bukan laki-laki’.

b.Konotatif: kata ceramah dulu kata ini berkonotasi negatif karena berarti
’cerewet’, tetapi sekarang konotasinya positif.

3. Kata dan Istilah


Setiap kata atau leksem memiliki makna, namun dalam penggunaannya makna
kata itu baru menjadi jelas kalau “kata” itu sudah berada di dalam konteks
kalimatnya atau konteks situasinya. Berbeda dengan kata, “istilah” mempunyai
makna yang jelas, yang pasti, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks
kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks. Hanya
perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau
kegiatan tertentu. Perbedaan antara makna kata dan istilah dapat dilihat dari
contoh berikut :

(1) Tangannya luka kena pecahan kaca.

(2) Lengannya luka kena pecahan kaca.

Kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau
bermakna sama. Namun dalam bidang kedokteran kedua kata itu memiliki
makna yang berbeda. Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari
tangan; sedangkan lengan adalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal
bahu.

4. Konseptual dan Asosiatif

Konseptual adalah makna yanng dimiliki oleh sebuah kata yang terlepas dari
konteks asosiasi. Sedangkan, Asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah
leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu
yang berada di luar bahasa.

Contoh:

a. Kata kuda memiliki makna konseptual ’sejenis binatang berkaki empat yang
biasa dikendarai’.
b. Kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian.

5. Idiomatikal dan Peribahasa

Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat ”diramalkan” dari
makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.
Sedangkan, peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau
dilacak dari makna unsur- unsurnya karena adanya ”asosiasi” antara makna
asli dengan maknanya sebagai peribahasa.

Contoh:

a. bentuk membanting tulang dengan makna ’bekerja keras’, meja hijau dengan
makna ’pengadilan’.

b. peribahasa Seperti anjing dengan kucing yang bermakna ’dikatakan ihwal dua
orang yang tidak pernah akur’.
3. Relasi Makna

Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa
yang satu dengan satuan bahasa yang lain.

 Sinonimi

Sinonimi adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama tetapi


berbeda bentuk kata. Contohnya “menyenangkan” dengan “memuaskan”;
“bingung” dengan “galau”.

 Antonimi (Oposisi)

Antonimi adalah kata yang berupa timbal balik dari kata itu sendiri.
Contohnya baik dan buruk. Antonimi berkaitan erat dengan oposisi (perlawanan
kata).

 Homonimi, Homofoni, Homografi

Homonimi adalah hubungan diantara dua kata atau lebih, sedemikian


rupa sehingga bentuknya sama dan maknanya berbeda (bentuk, ucapan,
tulisannya sama tetapi beda makna). Contohnya bisa dalam arti mampu, dan bisa
dalam arti racun. Disamping homonimi ada pula istilah homofoni (yang
mempunyai kesamaan bunyi tanpa memperhatikan
ejaanya, dengan makna yang berbeda) dan homografi (kata yang memiliki ejaan
sama, tetapi ucapan dan maknanya beda). Homofoni dilihat dari segi “bunyi”
(homo=sama, fon=bunyi), sedangkan homografi dilihat dari segi “tulisan, ejaan”
(homo=sama, grafo=tulisan).
Contoh:
Homofon

1. Bang : sebutan saudara laki-laki


2. Bank : tempat penyimpanan dan pengkreditan uang

Homograf

1. Apel : buah
2. Apél : rapat, pertemuan
 Hiponimi Dan Hipernimi

Hiponimi dalam pasangan kata adalah hubungan kata antara yang lebih kecil
(secara ekstensional) dan kata yang lebih besar (secara ekstensional pula).
Contohnya :
- merah merupakan hiponimi dari warna,
- ikan hipernimnya tongkol, gabus, lele, teri.

Jika relasi antara dua buah kata yang bersinonim, berantonim, dan berhomonim
bersifat dua arah, maka relasi anatar dua buah kata yang berhiponim ini adalah
searah.

 Polisemi

Polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari
satu atau kata yang memiliki makna yang berbeda-beda tetapi masih dalam satu
aluran arti. Dalam kasus polisemi ini, biasanya makna pertama ( yang didaftarkan
kamus) adalah makna leksikal, makna denotatif dan makna konseptualnya. Yang
lainnya adalah makna yang dikembangkan berdasarkan salah satu komponen
makna yang dimiliki kata atau satuan ujaran itu. Oleh karena itu, makna pada
polisemi masih berkaitan satu sama lain.

Contoh:
Rambut di kepala nenek sudah putih.( Kepala yang berarti bagian tubuh yang
bagian atas)
Pak Harjo adalah seorang kepala sekolah.( Kepala yang menyatakan pimpinan)

 Ambiguitas

Ambiguitas adalah gejala yang terjadi akibat kegandaan makna akibat


tafsiran gramatikal yang berbeda. Tergantung jeda dalam kalimat. Umumnya
terjadi pada bahasa tulis, karena bahasa tulis unsur suprasegmentalnya tidak
dapat digambarkan secara akurat.
Contoh:
Buku sejarah baru. Dapat diartikan (1) buku sejarah yang baru. Dapat juga
bermakna (2) buku tentang sejarah baru.

 Redundansi

Makna redudansi diartikan sebagai kata yang berlebih-lebihan pemakaian


unsur segmental dalam satu bentuk ujaran. Secara semantik masalah redudansi
sebetulnya tidak ada, sebab salah satu prinsip dasar semantik adalah bila bentuk
berbeda maka makna pun akan berbeda.

Contoh :

Hamid menggenakan topi berwarna ungu, tidak akan berbeda maknanya dengan
Hamid bertopi ungu.

 Meronimi
Meronimi adalah bentuk ujaran yang maknanya merupakan bagian atau
komponen dari bentuk ujaran yang lain. Contohnya pintu, jendela, dan atap
adalah meronimi dari rumah.

 Makna Asosiatif

Makna asosiasi adalah makna kata yang berkenaan dengan adanya


hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Contohnya kata
melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian, kata merah
berasosiasi berani.

 Makna Afektif

Makna afektif adalah makna yang berkenaan dengan perasaan pembicara


terhadap lawan bicara atau terhadap objek yang dibicarakan. Contohnya ”tutup
mulut kalian !” bentaknya kepada kami.

3. Perubahan Makna

- Perluasan Makna (generalisasi)


Perluasan makna ialah perubahan makna dari yang lebih khusus atau
sempit ke yang lebih umum atau luas. Cakupan makna baru tersebut
lebih luas daripada makna lama.
Contoh:

Makna Lama Makna Baru


Bapak (orang tua laki-laki)Bapak (semua orang laki-
laki yang lebih tua atau
berkedudukan lebih tinggi)
Saudara (anak yang Saudara (orang yang sama
sekandung) umur/ derajat)

- Penyempitan Makna (Spesialisasi)


Penyempitan makna ialah perubahan makna dari yang lebih umum/ luas
ke yang lebih khusus/ sempit. Cakupan baru/ sekarang lebih sempit
daripada makna lama (semula).
Contoh:
Makna Lama Makna Baru
sarjana : cendikiawan sarjana : lulusan
perguruan tinggi
pendeta : orang yang pendeta : guru Kristen
berilmu

- Peninggian Makna (ameliorasi)


Peninggian makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna
yang baru dirasakan lebih tingg/ hormat/ halus/ baik nilainya daripada
makna lama.

Contoh:
Makna Lama Makna Baru
Buruh Pekerja Pabrik/Karyawan
Bunting Hamil

- Penurunan Makna (Peyorasi)


Penurunan makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna
baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik/ kurang menyenangkan nilainya
daripada makna lama.

Contoh:
Makna Lama Makna Baru
Mengeluarkan Mendepak
Memasukkan Menjebloskan

- Persamaan (asosiasi)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat
antara makna lama dan makna baru.

Contoh:
Makna Lama Makna Baru
Amplop (sampul surat) Amplop (uang sogok)
Bunga (bagian dari Bunga (gadis cantik)
tumbuhan)
Mencatut (mencabut Mencatut (menarik
dengan catut) keuntungan)

- Pertukaran (sinestesia)
Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua
indera yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari
indera perasa ke indera pendengar, dan sebagainya.

Contoh:
 suaranya terang sekali (pendengaran - penglihatan)
 rupanya manis (penglihat - perasa)
 namanya harum (pendengar - pencium)
4. Analisis Semantik

- Analisis ekstensional dan analisis intensional.

Makna ekstensional adalah makna pragmatis, menurut makna


ekstensionalnya kata X merujuk pada hal-hal yang ekstralingual, misalnya
kata perabot merujuk pada perabot yang bermacam-macam. Menurut
makna intensional kata X terdiri dari semantis tertentu, misalnya makna
‘’perabot’’, dalam kata perabot secara intensional mengandung unsur-unsur
semantis “perlengkapan” rumah tangga dan lain sebagainya.

Hukum semantis menyangkut hubungan antara makna intensional


dan ekstensional adalah sebagai berikut : semakin besar jumlah unsur
semantis intensional, semakin kecil jumlah objek yang dirujuk, dan
sebaliknya. Semacam perbandingan terbalik. Misalnya, secara intensional
jumlah unsur semantis kata perabot adalah kecil, tetapi besar secara
ekstensional, karena yang dirujuk adalah perabot yang bermacam-macam
seperti kursi, meja, tempat tidur, dan lain-lain.

- Analisis komponensial.

Analisis komponensial adalah teori analisis makna yang menggunakan


pendekatan melalui komponen-komponen makna. Pendekatan analisis
komponensial ini berdasarkan kepada kepercayaan bahwa makna kata dapat
dipecah-pecah menjadi elemen-elemen makna yang merupakan ciri makna
yang bersangkutan. Elemen-elemen itu disebut komponen makna, oleh
karena itu analisis ini disebut analisis komponensial (Kentjono, 1990: 82).

Analisis ini dapat dipergunakan untuk mendeskripsikan tata hubungan


antar butir leksikal dalam sebuah medan makna atau mendeskripsikan sistem
dan struktur medan leksikal (Wedhawati (1999) dalam Ainin dan Asrori, 2008:
110). Oleh karena itu cara ini lebih tepat dipakai untuk memerikan makna
leksikon. Makna suatu leksikon dapat diungkap bila unsur-unsur pemberi
makna bisa diungkapkan.

Kentjono (1990: 83) memberikan contoh komponen makna yang disusun


dan digambarkan dengan diagram seperti berikut.

Dewasa = kawin

Manusia = anak-anak belumkawin

Bernyawa = hewan

Benda = tidak bernyawa


Kesimpulan

Dalam studi bahasa (linguistika), semantik sangat diperlukan guna


mempermudah telaah unsur-unsur bahasa yang dijadikan objek kajian.

Seperti yang telah dijelaskan, Semantik adalah ilmu tentang makna, suatu
cabang dari ilmu bahasa (linguistika). Maka, guna memperoleh dasar dalam
penelitian bahasa, seorang linguis harus menguasai semantik agar tidak terjadi
kesalahan dalam proses penelitian bahasa yang ia lakukan, mengingat begitu
banyaknya variasi makna dalam satu atau dua kata.

Semantik dibedakan menjadi dua, yaitu semantik leksikal dan semantik


gramatikal. Sedangkan berdasarkan maknanya, terdapat beberapa jenis makna,
yaitu referensial dan non-referensial, denotatif dan konotatif, kata dan istilah,
konseptual dan asosiatif, idiomatikal dan peribahasa. Makna dalam semantik pun
mengalami proses yaitu relasi makna (sinonimi, antonimi, homofoni, homonimi,
homografi, hiponimi, hipernimi, polisemi, ambiguitas, meronimi, redundansi,
makna asosiatif, makna afektif) dan perubahan makna (generalisasi, spesialisasi,
ameliorasi, peyorasi, asosiasi, dan sinestesia). Dalam analisisnya, terdiri dari dua
analisis yaitu analisis ekstensional dan analisis intensional, dan analisis
komponensial.

Sumber Referensi :

Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Asas-Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta : PT gramedia pustaka


utama.

Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka


Cipta.

Kentjono, Djoko. 1990. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: FS UI

http://tantrapuan.wordpress.com/2009/05/13/relasi-makna/ (diakses 22
November 2013, pukul 16:02)

Anda mungkin juga menyukai