Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Makan Seimbang

Pola makan adalah perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam

memenuhi kebutuhan zat gizi yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial-

budaya dan pendidikan. Pola makan seimbang adalah kebiasaan makan yang

memenuhi kebutuhan semua zat gizi, seperti zat tenaga (karbohidrat dan lemak),

zat pembangun (protein) dan zat pengatur (vitamin dan mineral). Pola makan

seimbang haruslah bervariasi dan seimbang dari kuantitas maupun kualitas

makanan itu sendiri. Bervariasi yang dimaksud yaitu di dalam porsi makanan ada

semua zat gizi dan kuantitasnya seimbang, sehingga tidak ada satu jenis zat gizi

yang berlebihan dalam porsi makanan.

2.1.1 Pola Makan Seimbang Pada Anak Sekolah Dasar

Pola makan yang baik pada anak usia sekolah dibentuk dari sejak dini,

yang dapat dimulai saat anak diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)

dengan mengenalkan padanya makanan yang mengandung zat gizi walaupun pada

saat itu anak belum mengerti manfaat dari hal tersebut. Pembentukan pola makan

pada anak dimulai dari pola makan di dalam keluarga, jika orangtua suka makan

sayur dan buah, anak pasti suka, begitupun sebaliknya.

Pola makan pada anak usia sekolah sudah mendekati pola makan pada

orang dewasa, dengan pemilihan makanan yang bervariasi dan dibentuk

semenarik mungkin sehingga anak dapat menerapkan kebiasaan pola makan yang

sehat sampai dewasa.

25
Universitas Sumatera Utara
26

Makanan yang dikonsumsi secara seimbang zat gizinya oleh anak usia

sekolah sesuai kebutuhan dan kecukupan dapat membuat pertumbuhan dan

perkembangan fisik yang optimal, peningkatan kecerdasan intelektual dan

menurunkan resiko penyakit degeneratif di masa mendatang. Makanan seimbang

adalah setiap makanan yang dimakan oleh anak terdiri dari makanan pokok, lauk

pauk, sayur dan buah yang jadwal makannya tiga kali sehari makanan utama, dua

kali selingan dan susu cukup dua kali sehari.

Gizi seimbang untuk anak sekolah harus memenuhi zat gizi makro dengan

karbohidrat 45-65 persen total energi, protein 10-25 persen total energi dengan

perbandingan protein hewani dan nabati = 2:1, lemak 25-40 persen total energi,

selain itu harus memenuhi kebutuhan zat gizi mikro seperti halnya vitamin dan

mineral (Devi, 2012).

Beberapa zat gizi diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan

perkembangan anak yang optimal :

1. Energi dan protein dapat diperoleh dari makanan pokok seperti nasi, mi, roti

dan biskuit, sedangkan protein dapat diperoleh dari lauk pauk seperti ikan,

daging, ayam, telur, tempe, tahu, dan kacang-kacangan. Dengan tercukupinya

kebutuhan energi dan protein sesuai kebutuhan dapat mencegah terjadinya

gizi kurang dan kegemukan pada anak.

2. Vitamin A, C, B1 dapat diperoleh dari sayuran, buah dan kacang-kacangan.

Dengan terpenuhinya zat gizi tersebut dapat meningkatkan daya tahan tubuh

terhadap penyakit infeksi, mencegah kebutaan dan meningkatkan konsentrasi

belajar.

Universitas Sumatera Utara


27

3. Kalsium dapat diperoleh dari susu, ikan, kacang-kacangan. Zat besi dapat

diperoleh dari ikan, ayam, daging, tempe, oncom, kacang-kacangan, sayuran

hijau yang dapat membantu pertumbuhan tulang dan mencegah anemia.

Menu yang disiapkan untuk anak sekolah harus disesuaikan dengan

kebutuhan, kesukaan dan kebiasaan mereka serta bervariasi sesuai dengan selera

makan. Hal yang perlu diperhatikan dalam menu makanan anak sekolah yaitu

harus selalu ada lima sumber zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin

dan mineral. Menu anak sekolah harus memenuhi kecukupan kalori sebanyak

1.550-2.400 kkal per hari.

2.2 Pendidikan Gizi

Pendidikan diberikan kepada setiap orang dengan memberikan informasi

untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan. Menurut Undang

Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.

Pendidikan gizi memiliki pengertian yaitu suatu usaha terencana dengan

proses belajar yang dilakukan dengan memberikan informasi tentang gizi, baik

dari pola makan maupun pemilihan makanan yang dapat mempertahankan atau

meningkatkan status gizi menjadi lebih baik. Tujuan dari pendidikan gizi menurut

Universitas Sumatera Utara


28

WHO secara umum yaitu mendorong terjadinya perubahan perilaku yang positif

yang berhubungan dengan makanan dan gizi.

Jurnal tentang pengaruh pemberian pendidikan gizi terhadap peningkatan

pengetahuan gizi pada anak sekolah dasar (Candra, 2014) menunjukkan bahwa

rata-rata tingkat pengetahuan gizi subjek sebelum dan setelah intervensi

pemberian pendidikan gizi adalah sebesar 47,53% (kurang) dan 67,59% (baik).

Peningkatan tingkat pengetahuan gizi subjek sebesar 20,06%. Berdasarkan hasil

uji statistik paired t test, terdapat perubahan pengetahuan gizi yang signifikan

antara sebelum dan setelah intervensi (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa

intervensi pendidikan gizi yang diberikan selama sebelas hari memberikan

pengaruh terhadap pengetahuan gizi subjek.

Adapun hasil penelitian dari jurnal tentang pengaruh edukasi gizi terhadap

pengetahuan anak gizi lebih (Thasim, 2013) bahwa sebelum pemberian edukasi

gizi sebanyak 41 responden (74,5%) memiliki pengetahuan yang cukup dan

meningkat menjadi 51 responden (92,7%) setelah pemberian edukasi. Responden

yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 14 responden (25,5%) dan menjadi

4 responden (7,3%) setelah pemberian edukasi. Adanya peningkatan pengetahuan

setelah pemberian edukasi sebanyak 1,57. Nilai p. menunjukkan hasil bahwa ada

perbedaan antara pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian edukasi gizi

dengan nilai p. = 0,000 (p.<0,05).

Universitas Sumatera Utara


29

2.2.1 Langkah-langkah Perencanaan Pendidikan Gizi

Ada lima langkah merencanakan pendidikan gizi (Supariasa, 2013) yaitu:

1. Identifikasi Masalah

Dalam langkah identifikasi masalah, dilakukan pengkajian terhadap:

a. Keberadaan dan penyebab masalah.

b. Karakteristik populasi.

c. Kondisi geografis.

2. Diagnosis Masyarakat

Dalam rangka perencanaan materi dan teknik pendidikan, beberapa hal yang

harus diketahui, yaitu:

a. Pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat.

b. Perilaku spesifik yang berhubungan dengan masalah gizi.

c. Masalah politik, sosial, budaya, ekonomi, kependudukan, pendidikan,

dan lain sebagainya.

d. Organisasi sosial yang ada di masyarakat.

e. Tokoh masyarakat atau key person.

f. Tenaga, keuangan, dan fasilitas yang tersedia.

3. Penetapan Tujuan

Tujuan pendidikan gizi harus dideskripsikan secara jelas agar setiap individu

yang terlibat dalam pendidikan gizi memiliki persepsi yang sama. Tentukan

juga fokus perilaku yang akan diubah.

Universitas Sumatera Utara


30

4. Pengembangan Rencana Operasional

Ada beberapa hal yang perlu dikembangkan secara operasional, yaitu:

a. Materi yang akan disampaikan sesuai dengan masalah yang ada.

b. Siapa sasaran pendidikan gizi, apakah pengambil kebijakan, guru

sekolah, orang tua dan sektor swasta lainnya, seperti perusahaan

makanan, restoran, dan rumah sakit.

c. Pendidik

Pendidik dapat ahli gizi, dietesien, perawat, bidan, dokter, dan penyuluh

kesehatan lainnya.

d. Saluran

Pendidikan gizi dapat dilakukan melalui jalur rumah sakit, puskesmas,

sekolah, media elektronik, mediacetak, pameran, dan melalui jalur

instansi pemerintah.

e. Metode

Metode yang digunakan dapat pendekatan individu, kelompok, dan

massa.

f. Evaluasi

Evaluasi didasarkan pada tujuan yang telah ditentukan. Oleh sebab itu,

tujuan harus dapat diukur. Jenis evaluasi berdasarkan waktu dapat berupa

evaluasi jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

g. Pengembangan Kegiatan

Kegiatan pendidikan gizi harus dijabarkan secara perinci dan lengkap.

Jenis kegiatan dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu persiapan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

Universitas Sumatera Utara


31

2.2.2 Pendidikan Gizi di Sekolah Dasar

Pendidikan gizi dilakukan dari sedini mungkin yang dimulai dari anak

tingkatan sekolah dasar. Menurut Suhardjo (1996), ada beberapa keuntungan

melakukan pendidikan gizi di sekolah yaitu:

1. Anak-anak mempunyai pemikiran yang terbuka dan pengetahuan yang

diterima dapat menjadi dasar pembinaan bagi kebiasaan makannya.

2. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dan ingin mempelajarinya

lebih jauh.

Tujuan dilakukannya pendidikan gizi di sekolah bagi anak-anak yaitu:

1. Dapat meningkatkan kesehatan dan tumbuh kembang fisik anak.

2. Dapat membentuk kebiasaan makan dan pemilihan makanan yang baik bagi

anak.

3. Dapat meningkatkan pengetahuan anak tentang makanan bergizi bagi

kesehatan.

4. Dapat membantu anak dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan

tentang gizi, dari cara produksi, pengolahan, pengawetan, penyimpanan,

pemilihan makanan yang ada kaitannya dengan konsumsi zat gizi.

2.3 Media Pendidikan Gizi

Media adalah alat peraga atau suatu perantara komunikasi untuk

menyampaikan pesan-pesan dan informasi dari sumber tentang hal apapun kepada

penerima. Media yang diketahui dapat berupa media cetak (leaflet, brosur, lembar

balik, poster, dll.) dan media elektronik (televisi dan radio). Seiring

berkembangnya zaman, teknologi semakin canggih, media dapat dikombinasikan

Universitas Sumatera Utara


32

antara yang satu dengan lainnya (multimedia). Media dapat dibuat melalui

software komputer dan kemudian dicetak atau dapat ditampilkan dalam bentuk

gambar dan video. Media dalam pendidikan gizi sangat penting karena dapat

mempermudah penyampaian pesan, memperjelas pesan yang akan disampaikan

dan menambah efektivitas proses pendidikan gizi (Supariasa, 2013). Media

pendidikan gizi harus menarik, disesuaikan dengan sasaran didik, mudah

ditangkap, singkat dan jelas, sesuai dengan pesan yang akan disampaikan dan

harus sopan.

2.3.1 Hakikat dan Sejarah Permainan Monopoli

Permainan adalah sesuatu yang identik dengan anak-anak karena mereka

sangat menyenangi hal tersebut. Permainan adalah kegiatan yang memiliki awal

dan akhir serta aturan-aturan. Menurut McLuhan (Turner dan West, 2007) bahwa

permainan adalah kesenian populer, reaksi sosial, model dari kehidupan psikologi

dan sebagai media interpersonal dalam berkomunikasi. Didalam penelitian

Pengaruh Permainan Sebagai Media Promosi Terhadap Perilaku Gizi Seimbang

Pada Siswa SMA Negeri 1 Bagan Sinembah (Khoirani,2012) bahwa pengetahuan

pelajar sebelum dilakukan promosi kesehatan terbanyak umumnya berada pada

kategori baik yaitu sebesar 80,77%, pengetahuan dengan kategori sedang

sebanyak 17,31% dan pengetahuan dengan kategori kurang sebanyak 1,92%.

Sesudah dilakukan promosi kesehatan menunjukkan adanya peningkatan

pengetahuan menjadi kategori baik sebanyak 100%.

Universitas Sumatera Utara


33

Monopoli adalah salah satu permainan papan yang paling terkenal di

dunia. Tujuan permainan ini adalah untuk menguasai semua petak di atas papan

melalui pembelian, penyewaan dan pertukaran property dalam system ekonomi

yang disederhanakan.

Permainan ini masuk kedalam kategori “board games” seiring dengan

munculnya ludo, halma, ular tangga dan sebagainya. Bisa dilihat bahwa

permainan Monopoli pada umumnya memiliki peraturan yang sulit, namun

mendidik dan menghibur anak-anak dengan cara yang positif dan interaktif.

Setiap pemain melemparkan dadu secara bergiliran untuk memindahkan

bidaknya, dan apabila ia mendarat di petak yang dimilik oleh pemain lain, ia dapat

membeli petak itu sesuai harga yang tertera. Bila petak itu saudah dibeli pemain

lain, ia harus membayar uang sewa yang jumlahnya juga sudah ditetapkan.

Sebelum monopoli sudah ada permainan-permainan yang serupa,

diantaranya adalah The Landlord’s Game yang diciptakan oleh Elisabeth Magie

untuk mempermudah orang mengerti bagaimana tuan-tuan tanah memperkaya

dirinya dan mempermiskin para penyewa. Magie memperkenalkan permainan ini

ditahun 1904.

Walaupun permainan ini dipatenkan, tidak ada produsen yang

memproduksinya secara luas sampai tahun 1910 oleh The Economic Game

Company di New York.Di Britania Raya permainan ini diterbitkan pada tahun

1913 oleh The Newbie Game Company di London dengan nama Brer Fox an’Brer

Rabbit.

Universitas Sumatera Utara


34

Universitas Sumatera Utara


35

Pengetahuan gizi adalah hasil dari suatu pendidikan gizi yang dapat

merubah perilaku gizi seseorang baik dalam pemilihan makanan, pola makan dan

kesadaran terhadap kebiasaan makan. Didalam penelitian Hubungan Antara

Tingkat Pengetahuan Tentang Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian

Obesitas Pada Remaja (Anisa, 2012) bahwa mayoritas responden memiliki

pengetahuan yang tinggi tentang pola makan sebanyak 47 (50,5%)responden,

mayoritas responden dengan tingkat pengetahuan tentang pola makan berkategori

baik tidak mengalami obesitas yaitu sebanyak 40 (67,8%). Berdasarkan uji

statistik diperoleh nilai X2 sebesar 22,43 yang lebih besar dari X2 tabel (df=2)

yaitu sebesar 5,99 dan p-value sebesar 0,000 < α =0,05 maka disimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pola makan dengan

kejadian obesitas.

Penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Gizi terhadap Pola Makan pada

Mahasiswa yang Aktif Berolahraga (Iqbal, 2013) yaitu bahwa rata-rata responden

memiliki pengetahuan gizi yang cukup baik dengan rincian 28 orang (46,67%)

memiliki pengetahuan gizi cukup baik, 10 orang (16,67%) memiliki pengetahuan

gizi dalam kategori baik dan 22 orang (36,66%) memiliki pengetahuan gizi dalam

kategori kurang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh gambaran

mengenai pola makan yang dimiliki oleh responden. Rata-rata responden

memiliki pola makan yang cukup baik dengan rincian 50 orang (46,67%)

memiliki pola makan dalam kategori cukup baik, 2 orang (3,33%) memiliki pola

makan dalam kategori baik dan 8 orang (13,34%) memiliki pola makan dalam

kategori kurang.Dari hasil analisis data dengan menggunakan rumus Pearson

Universitas Sumatera Utara


36

Korelasi Momen dalam program SPSS 17 didapatkan hasil nilai pearson

correlation antara pengetahuan gizi dengan pola makan menunjukkan angka

0,285. Angka tersebut menunjukkan adanya korelasi dan positif yang artinya

adanya hubungan antara pengetahuan gizi terhadap pola makan pada mahasiswa

yang aktif berolahraga.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan jenis

kuesioner yang bersifat self administered questioner yaitu jawaban diisi sendiri

oleh responden. Dan bentuk pertanyaanya berupa pilihan berganda.

2.5 Sikap Gizi

Sikap menurut Sarwono (2009), adalah respon tertutup seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi

yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan

sebagainya). Sedangkan Newcomb, salah seorang ahli pskologi social menyatakan

bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, daan

bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum

merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi merupakan

predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Dalam menentukan sikap

yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan

penting (Notoatmojo,2010).

Sikap (attitude) adalah istilah yangmencerminkan rasa senang, tidak

senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu.

Kalau yang timbul terhadap sesuatu tersebut adalah perasaan senag, maka disebut

Universitas Sumatera Utara


37

siakp positif. Sedangkan jika perasaan tidak senang, sikap negative. Kalau tidak

timbul perasaan apa-apa, berarti sikapya netral (Sarwono, 2009).

Berdasarkan pengertian yang diuraikan diatas dapat diartikan bahwa sikap

gizi adalah respon tertutup seseorang mengenai pola makan seimbang meliputi

kebutuhan dalam pemenuhan gizi seimbangpada anak sekolah dan sumber-sumber

zat gizi yang dibutuhkan..

Menurut Azwar (2012), pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung

atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara

langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan

menggunakan kata “setuju” atau “ tidak setuju “ terhadap pernyataan-pernyataan

terhadap objek tertentu.

2.6 Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar adalah anak berumur 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun

yang berada pada tahap pendidikan awal. Anak sekolah dasar adalah anak yang

tetap mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial dan

intelektual. Anak-anak pada usia ini tetap masih dalam masa pertumbuhan yang

biasanya berkaitan dengan peningkatan masukan dan nafsu makan.

Perkembangan fisiologik pada anak usia sekolah meningkat secara

progresif. Anak-anak mampu melakukan gerakan-gerakan yang lebih kompleks,

sehingga memacu mereka untuk mengikuti kegiatan-kegiatan seperti dansa,

olahraga, gimnastik dan aktivitas fisik lainnya. Selama awal periode sekolah,

Universitas Sumatera Utara


38

persentase lemak tubuh mencapai minimum 16% pada perempuan dan 13% pada

laki-laki (Sulistyoningsih, 2012).

Menurut Sulistyoningsih (2012) karakteristik kognitif yang dimiliki anak

usia sekolah pada perkembangan kognitifnya yaitu:

1. Anak sudah mampu memberikan perhatian pada beberapa aspek.

2. Anak mulai memiliki alasan rasional dan sistematik.

3. Anak mulai mengembangkan rasa percaya diri sendiri, semakin mandiri dan

mempelajari perannya dalam keluarga, di sekolah maupun di masyarakat.

4. Egosentris anak mulai berkurang, anak mulai dapat menerima pendapat orang

lain.

5. Terkait dengan pola makan, anak mulai menyadari pentingnya makanan

bergizi untuk pertumbuhan dan kesehatan, meyakini pentingnya waktu

makan, serta mulai timbul konflik dalam pemilihan waktu makan.

6. Pengaruh lingkungan terhadap anak mulai meningkat.

7. Hubungan peer meningkat sangat penting.

Anak usia ini sering dianggap sedang memasuki fase Johnny won’t eat

(Adriani dan Wirjatmadi, 2014). Sehingga membuat orangtua khawatir setiap kali

anak tidak mau makan. Ada beberapa cara untuk membuat anak mau makan,

yaitu:

1. Orangtua hendaknya memerhatikan porsi yang pantas untuk anak. Tidak

perlu memberi porsi yang langsung banyak, secukupnya saja, apabila anak

dapat menghabiskannya berikan dia pujian.

2. Izinkan anak menentukan porsi makannya sendiri, apabila orangtua melihat

porsi makan anak sangat kurang, coba cari tahu apa penyebabnya.

Universitas Sumatera Utara


39

3. Sajikan makanan ketika anak sedang lapar.

4. Pola makan orang tua sebaiknya memenuhi anjuran gizi seimbang sehingga

dapat diterapkan pada anak-anaknya, karena biasanya anak mengikuti

kebiasaan orangtuanya dan juga kebiasaan makan yang baik ditanamkan sejak

kecil sehingga dapat terus diterapkan hingga dewasa.

5. Ciptakan suasana yang hangat antara orangtua dan anak, karena hal tersebut

dapat meningkatkan nafsu makan anak.

2.6.1 Faktor yang Memengaruhi Kebiasaan Makan Anak Sekolah Dasar

Makan dapat dijadikan media oleh orangtua untuk mendidik anak supaya

dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang dikonsumsi yang baik bagi

kesehatan dan menentukan jumlah makanan yang cukup dan bermutu untuk

dikonsumsi. Pada anak dapat dibina kebiasaan yang baik tentang makan dan

melalui cara pemberian makan yang teratur sehingga anak makan sesuai waktu

yang sudah lazim ditentukan, sehingga anak tidak terkena penyakit yang

berhubungan dengan pencernaan seperti maag.

Manusia hidup bermasyarakat atau membentuk kelompok hidup bersama,

memiliki pola makan dan kebiasaan makan seperti kelompoknya. Pola budaya,

agama, taraf ekonomi, lingkungan alam dan sebagainya. Kebiasaan makan

individu, keluarga, dan masyarakat dipengaruhi oleh:

1. Faktor perilaku, seperti cara pandang terhadap makanan. Kemudian

dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Kejadian ini

berulang kali dan dilakukan secara berkelanjutan sehingga menjadi kebiasaan

makan.

Universitas Sumatera Utara


40

2. Faktor lingkungan sosial, seperti tingkat pendidikan.

3. Faktor lingkungan ekonomi, seperti pendapatan dan daya beli.

4. Lingkungan ekologi, seperti kondisi tanah, iklim dan lingkungan biologi.

5. Faktor ketersediaan bahan makanan,dipengaruhi oleh kondisi yang bersifat

hasil karya manusia seperti sistem pertanian, prasarana dan sarana kehidupan.

6. Faktor perkembangan teknologi seperti bioteknologi yang menghasilkan

jenis-jenis bahan makanan yang lebih praktis dan lebih bergizi, menarik dan

awet jika disimpan dalam waktu yang lama.

Jadi dapat dikatakan bahwa pola makan anak sangat dipengaruhi oleh pola

makan keluarganya sendiri atau di lingkungan masyarakat tempat anak tinggal.

Oleh karena itu, di lingkungan anak hidup terutama keluarga perlu pembiasaan

makan yang memerhatikan kesehatan dan gizi.

TV menjadi salah satu media elektronik yang berdampak cukup besar

dalam memengaruhi kebiasaan makan anak. Hal ini dikarenakan sangat seringnya

anak-anak menonton TV yang terkadang di sela-sela acaranya ada iklan-iklan

terutama iklan makanan. Menurut Merryana dan Bambang (2014), pengaruh TV

terhadap kebiasaan makan dapat terjadi melalui dua proses, yaitu:

1. Iklan TV akan menyebabkan meningkatnya alokasi pembelian jenis makanan

baru yang sebelumnya tidak pernah dikonsumsi. Anak-anak yang konsumsi

makannya sangat tergantung pada ketersediaan pangan di rumah akhirnya

terkondisi dengan jenis-jenis makanan baru yang sedang dicoba ibunya.

Akhirnya, terbentuklah kebiasaan makan dengan komoditas pilihan

berdasarkan iklan TV.

Universitas Sumatera Utara


41

2. Makanan dalam iklan TV sering kali ditampilkan dalam rangka menunjang

suatu aktivitas. Jadi tidak sekedar memenuhi rasa lapar, karena terlalu

banyaknya aktivitas dalam hidup seseorang maka jenis-jenis makanan yang

menyertai aktivitas itu pun akan semakin banyak dan bila makanan tersebut

bersifat low density nutrients maka ada kemungkinan kasus obesitas akan

segera muncul.

Pengetahuan tentang makanan sehat dan bergizi dalam memenuhi

konsumsi makanan sehari-hari sangat penting, karena pendidikan gizi sulit

berhasil bila tidak disertai peningkatan pengetahuan mengenai sikap, kepercayaan

dan nilai-nilai dari masyarakat atau keluarga yang akan dijadikan sasaran dan cara

mereka menerapkan hal tersebut kepada anak-anaknya.

2.6.2 Perilaku Gizi yang Salah Pada Anak Sekolah Dasar

Ketidaktahuan akan gizi yang baik pada anak ataupun orangtua karena

rendahnya pendidikan gizi tentang makanan yang baik bagi anak menyebabkan

perilaku salah dalam mengonsumsi zat gizi. Berikut beberapa perilaku gizi yang

salah pada anak sekolah (Devi, 2012).

1. Tidak Mengonsumsi Menu Gizi Seimbang

Menu gizi seimbang seharusnya menjadi pedoman bagi pola makan

anak sekolah. Saat makan harus tersedia makanan yang mengandung zat gizi

seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral baik dalam kualitas

maupun kuantitasnya. Akan tetapi, masih banyak anak sekolah atau orangtua

tidak memperhatikan kelengkapan menu seperti diatas. Misalnya, dalam

piring hanya tersedia nasi dengan ikan goreng saja atau nasi dengan telur

Universitas Sumatera Utara


42

rebus saja. Berarti zat gizi yang terpenuhi hanya dari karbohidrat, protein dan

lemak, tidak ada vitamin dan mineral yang di dapat dari sayur dan buah.

2. Tidak Sarapan Pagi

Sarapan pagi sangat penting bagi anak sekolah, karena hal tersebut

dapat memenuhi energi mereka untuk berkonsentrasi saat belajar, bermain

bersama teman dan menggantikan energi yang hilang saat mereka bangun di

pagi harinya. Sekarang ini banyak orangtua yang bekerja, yang tidak

memiliki waktu untuk menyiapkan sarapan pagi untuk anaknya ke sekolah

sehingga banyak anak sekolah yang tidak terbiasa makan pagi ataupun

sarapan di waktu yang telat.

Akibatnya, kebutuhan gizi anak tidak tercukupi, anak kekurangan

tenaga untuk berpikir dan beraktivitas, tidak dapat konsentrasi, cenderung

malas, dan badan lemas. Hal ini akan membuat anak sangat tidak nyaman

berada di sekolah dan akhirnya anak hanya “bermain-main” saja ketika guru

sedang mengajar.

3. Jajan Tidak Sehat di Sekolah

Makanan jajanan dalam membantu pasokan kalori tentunya baik,

namun keamanan jajanan tersebut dari segi mikrobiologis maupun kimiawi

masih dipertanyakan. Apalagi dalam waktu terakhir ini Badan POM telah

mengungkapkan temuannya tentang berbagai bahan kimia berbahaya seperti

formalin dan bahan pewarna tekstil pada bahan makanan yang ada di pasaran.

Sehingga perilaku makan pada anak di usia sekolah harus diperhatikan secara

cermat dan serius.

Universitas Sumatera Utara


43

4. Kurang Mengonsumsi Buah dan Sayur

Anak sekolah di Indonesia pada umumnya kurang mengonsumsi

sayuran dan buah. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran anak dan orangtua

akan pentingnya zat gizi dari buah dan sayuran. Kurangnya mengonsumsi

sayur dan buah merupakan pola makan yang salah, karena tidak memenuhi

menu gizi seimbang dan berakibat pada kesehatan anak sekolah. Anak

sekolah bisa saja mengalami kekurangan vitamin A, vitamin C, besi, kalsium

dan seng yang berakibat pada pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak serta

prestasi anak di sekolah.

5. Mengonsumsi Fast Food dan Junk Food

Fast food dan junk food adalah makanan yang tidak memenuhi gizi

seimbang, bahkan berbahaya bagi kesehatan karena padat kalori dan

tingginya kandungan lemak terutama asam lemak jenuh yang akan

menyebabkan kegemukan dan tingginya kolestrol darah. Tinggi garam

menyebabkan aliran dan tekanan darah meningkat yang berakibat pada

hipertensi, ginjal dan stroke. Kandungan gula yang tinggi dapat menyebabkan

diabetes, karies gigi dan obesitas.

6. Mengonsumsi Makanan Beresiko

Anak sekolah disadari atau tidak telah mengonsumsi makanan yang

menimbulkan resiko terhadap kesehatan mereka. Makanan beresiko tersebut

adalah penyedap makanan (MSG), makanan berkafein, makanan yang diberi

pengawet, dan bahan pewarna yang dilarang.

Universitas Sumatera Utara


44

2.6.3 Masalah Gizi Pada Anak Sekolah Dasar

1. Anemia defisiensi gizi

Pada anak yang sering jajan biasanya susah untuk menyantap makanan lain

yang tinggi zat gizi lain seperti zat besi, sehingga kandungan zat besi dalam

tubuhnya sangat rendah. Hal ini dapat diatasi dengan mengubah pola makan

anak secara perlahan dan memberikan suplementasi zat besi.

2. Defisiensi yodium

Hal ini biasanya terjadi pada anak yang tinggal di daerah endemik gondok

dan daerah dataran tinggi yang sumber makanannya rendah zat yodium yang

dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan fisik dan mental anak serta

syaraf.

3. Karies gigi

Pada anak hal ini sering terjadi karena terlau sering mengonsumsi makanan

tinggi gula seperti permen dan minuman manis serta perilaku tidak

menggosok gigi.

4. Obesitas

Obesitas pada anak terjadi karena terlalu tingginya konsumsi karbohidrat dan

lemak yang berlebihan setiap harinya yang didukung oleh tidak adanya

aktivitas fisik yang dilakukan. Pendidikan gizi tentang gizi seimbang sangat

penting untuk mencegah obesitas pada anak, agar anak tetap memiliki berat

badan yang normal.

Universitas Sumatera Utara


45

5. Berat badan kurang

Terjadinya berat badan kurang pada anak memiliki faktor yang kompleks.

Bisa aja anak selalu sakit-sakitan sehingga tidak memiliki selera makan, tidak

selalu tersedia makanan dirumah, sering tidak sarapan pagi dan keadaan

dirumah saat makan bersama keluarga membuat anak tidak selera makan.

2.7 Kerangka Konsep

Pendidikan gizi tentang pola makan seimbang disampaikan melalui

permainan Monogi. Konsep dari permainan Monogi adalah salah satu permainan

yang berisi petak-petak sumber zat gizi lengkap mencakup sumber zat tenaga

(karbohidrat dan lemak), zat pembangun (protein) dan zat pengatur (vitamin dan

mineral) yang terdapat pada papan permainan dan pemain diharuskan

mengumpulkannya untuk satu porsi makan dengan zat gizi lengkap secepat

mungkin. Gambar di dalam kartu dibuat dengan sederhana dan warna yang

mencolok agar anak-anak tertarik untuk memainkannya. Dari media yang

digunakan, dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap pengetahuan dan sikap anak

sekolah dasar SDN 060902 Mangkubumi Medan tentang pola makan seimbang.

Berdasarkan beberapa kajian teori dan tujuan penelitian, maka kerangka

konsep penelitian yang disusun adalah sebagai berikut:

Permainan Monogi Pengetahuan dan Sikap


Anak Sekolah Dasar

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai