Anda di halaman 1dari 3

TERIMA KASIH KAMI BUPATI

....."Cerita Lokalisasi THM Nusa di Kelurahan Marobo, Kecamatan Sabbang yang telah berpuluh-
puluh tahun meresahkan akhirnya tinggal kenangan kelam dalam ingatan masyarakat Luwu Utara.

Berkat kepedulian dan keberanian Kakak Indah Putri sebagai pemimpin yang religius namun tegas
memutuskan penutupan lokalisasi THM Nusa yang kerap dijadikan tempat asusila.

Keputusan itu jelas mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan dari rana prostitusi. Juga
menyangkut masalah pendidikan moral, psikologi anak-anak serta perlindungan pada keutuhan
keluarga dari masyarakat yang berada tak jauh dari lokasi tersebut.

-------------------------------

Cerita Lama: Panggilan Shalat di Lokalisasi Nusa

.....Suara Azan (panggilan untuk Sholat) isya yang berkumandang dari menara-menara masjid, sayup-
sayup terdengar di salah satu warung yang menghidangkan jagung rebus di sekitar kawasan tempat
hiburan malam di Kelurahan Marobo, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara.

Oleh : AYI

Tak jauh berbedah dengan suasana malam sebelum memasuki bulan Ramadhan kali ini, pengunjung
dari kalangan pria tetap memadati warung-warung jualan yang berjejer sepanjang 2 kilometer ini.

Dari menu hidangan yang disuguhkan tiap kedai itu, biasa-biasa saja, tak ada yang terlalu istimewa,
namun hampir di setiap kedai yang menghidangan menu jagung rebus tak pernah sepi akan
pengunjung.

Salah satu perbedaan pada malam bulan Ramadhan kali ini dengan malam lainnya, di kawasan yang
disebut Nusa ini, tidak lagi didengarkan hingar bingar dentuman musik dari arah belakang jejeran
warung tersebut.

Sekitar 50 meter ke arah belakang warung itu, terdapat kompleks bangunan yang kerap di kunjungi
para penggemar gemerlapnya kelap-kelip lampu hiburan pada malam hari. Di kompleks tersebut
sedikitnya ada dua puluhan bangunan dengan penghuninya siap memberikan fantasi hiburan bagi
mereka yang ingin menghabiskan malam di Kompleks tempat hiburan malam (THM) Nusa.
Sebelum bulan Ramadhan 1432 h, saat melintasi jalan berpasir menujuh kompleks THM di kawasan
Nusa, para penggemar hiburan malam akan disambut dentuman suara musik dari pintu-pintu
bangunan yang memancarkan cahaya remang-remangnya.

Sorotan kecil lampu yang silih berganti mengeluarkan cahaya berwarna-warni, menyinari sejumlah
wanita berdandan seksi dengan aroma parfum murahan, siap memberikan pelayanan menggiurkan
pada lelaki hidung belang yang berada di balik pintu bangunan tersebut.

Sesuai penuturan salah seorang pengusaha THM di Nusa berinisial 'A' (35) mengungkapkan bila
beberapa tahun belakangan ini, persaingan bisnis THM makin meningkat dengan menjamurnya THM
di kawasan Nusa. Untuk mempertahankan bisnis yang dirintisnya 5 tahun silam tersebut, Andi harus
pintar-pintar menarik langganannya dengan menyediakan layanan plus-plus.

"Saat ini, ada sekitar 21 tempat hiburan malam di kawasan ini. Untuk mengakali persaingan rata-rata
THM yang ada, seperti di tempat saya, tidak membatasi keinginan pelanggan terhadap pelayanan
yang mereka inginkan," ujarnya.

Menurut A, selain untuk menarik pelanggan, pengusaha THM memberikan pelayanan plus-plus
lantaran banyaknya pungutan liar yang dibebankan kepada setiap pengusaha THM di Nusa.

"Banyak pengusaha terpaksa membuat kamar di THM untuk ditempati pelayan tinggal. Setiap
bulannya mereka membayar sewa kamar kos itu. Uang sewa itulah digunakan membayar beragam
pungutan terhadap kami," jelasnya.

Si A, berharap agar di kawasan itu, diberlakukan aturan yang jelas, karena selama ini terlalu muda
mendapatkan izin membuka usaha di kompleks tersebut, sehingga THM menjamur. "Rata-rata THM
yang ada hanya menggunakan izin menjual makanan dan minuman. Tapi bila hendak diperpanjang,
pengusaha harus bayar dengan nominal harga yang besar dan beragam," keluhnya.

Saat ini, Selasa (2/8/11), hari kedua bulan Ramadhan, suasana terasa hening di kompleks hiburan
malam itu, tak terlihat seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada lagi hingar bingarnya dentuman
musik dan gemerlapnya kilauan warna-warni lampu, namun yang ada tinggal cubitan-cubitan binal
dari pelayan di kompleks THM Nusa.

Hal itu diungkapkan seorang janda beranak dua yang berjualan jagung rebus di sekitar jalan masuk
ke kompleks THM Nusa. Menurutnya selama bulan Ramadhan, THM pada tutup, tapi sekitar ratusan
pelayan yang bekerja di kompleks tersebut, masih ada puluhan yang menetap di kamar THM mereka
dan tidak memilih untuk mudik ke kampung halamannya.

"Mungkin setengah dari mereka tidak pulang dan masih menetap di dalam kamar kosnya. Rata-rata
pelayan banyak dari luar, namun ada juga dari Lutra. Mereka yang tinggal biasanya masih lakukan
pelayanan pada pelanggan dengan cara sembunyi-sembunyi," ungkapnya.

Tak lama berselang seorang pelayan di salahsatu THM bermerk T, sebut saja Citra, menghampiri
warung yang sejak tadi saya tongkrongi untuk menikmati jagung rebus usai berbuka puasa. Rupanya
Citra ke warung tersebut bukan untuk membeli jagung rebus, tetapi hendak tepati janji bertemu
pelanggan di warung tersebut.

Secara jujur, Citra mengaku bila usianya belum mencapai 17 tahun dan tidak dapat melanjutkan
pendidikannya di sekolah menengah pertama karena terbentur biaya. Menurutnya hari pertama di
bulan Ramadhan ia masih melayani pelanggan di tempat kerjanya dengan cara diam-diam.

"Biar tidak ketahuan, pintu kafe ditutup dan suara musik dikecilkan. Para langganan masuk melalui
pintu belakang dan malah mereka kadang pesan minuman di kamarku. Seperti salahsatu pelanggan
yang akan datang ini," kata Citra.

Setelah menghabiskan setengah lusin jagung rebus dengan harga Rp5000, segera kugeber motorku
meninggalkan si janda pemilik warung dan Citra yang menunggu pengagumnya di warung tersebut,
karena sayup-sayup dari menara-menara masjid telah berkumandang ajakan untuk shalat tarawih.

#LuwuUtaraReligi

Anda mungkin juga menyukai