Anda di halaman 1dari 52

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana

2017

Hubungan Pola Makan dengan


Pengalaman Karies pada Siswa SMP
Yayasan Perguruan Kristen Andreas

Adrien, Alfin

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1638
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN PENGALAMAN
KARIES PADA SISWA SMP YAYASAN PERGURUAN
KRISTEN ANDREAS MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi


Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Alfin Adrien
NIM : 090600118

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/
Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2017

Alfin Adrien
Hubungan Pola Makan dengan Pengalaman Karies pada Siswa SMP Yayasan
Perguruan Kristen Andreas.
ix + 34 halaman
Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan
banyak faktor, salah satunya adalah pola makan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pola makan dan pengalaman karies gigi pada siswa SMP
Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Andreas. Survei cross sectional dilakukan pada 99
siswa SMP YPK Andrea (45 siswa perempuan dan 54 laki-laki) dengan rentang usia
11-17 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner yang berisi
informasi mengenai jenis makanan, minuman dan cemilan selama 5 hari dalam
seminggu. Kategori pola makan diukur menggunakan Dental Health Diet Score
(DHDS) yang meliputi Food Group Score (FGS), Nutrient Score (NS) dan Sweet
Score (SS). Sedangkan, pengalaman karies ditentukan dengan menggunakan indeks
DMFT sesuai dengan kriteria WHO. Selanjutnya dilakukan analisis data
menggunakan sistem komputerisasi. Rerata DHDS pada seluruh siswa SMP YPK
Andreas sebesar 57,21 tergolong ke dalam kategori sedang, dengan rerata
DHDS pada siswa perempuan 53,49 12,60 dan laki-laki 60,31 14,04 yang juga
tergolong ke dalam kategori sedang. Pengalaman karies siswa SMP YPK Andreas
secara keseluruhan berada pada kategori sedang, dengan rerata skor DMFT total
sebesar 4,18 Rerata skor DMFT pada siswa perempuan lebih tinggi yaitu
4,80 3,35 dari pada siswa laki-laki 3,67 2,31, keduanya berada pada kategori
sedang. Hasil uji statistik Kruskal Wallis menunjukkan adanya perbedaan

Universitas Sumatera Utara


pengalaman karies dan pola makan pada siswa perempuan dan laki-laki SMP YPK
Andreas (p=0,000). Hasil analisis uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara pola makan dan pengalaman karies, pada siswa perempuan dan laki-
laki SMP YPK Andreas (p=0,000), sehingga dapat disimpulkan semakin baik pola
makan siswa SMP YPK Andrea, maka pengalaman karies gigi akan semakin rendah,
sebaliknya semakin buruk pola makan siswa SMP YPK Andreas, maka pengalaman
karies gigi akan semakin tinggi.
Daftar Rujukan: 28 (2004-2016)

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Pola Makan dengan
Pengalaman Karies pada Siswa SMP Yayasan Perguruan Kristen Andreas” yang
merupakan satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan
dan doa dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan
hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes Sp.RKG(K), Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D, Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia
memberikan masukan, arahan, waktu dan semangat yang luar biasa sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Simson Damanik, drg., M. Kes dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M. Kes
selaku tim penguji skripsi yang telah bersedia memberikan masukan, arahan dan
waktu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan saran, masukan dan semangat dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Winny Gober dan drg.Desy serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan
satu persatu atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
kedua orang tua tercinta Ayah (Choi Sung Yong), Ibu (Melissa) dan adik (Vivian)
yang selalu memberikan semangat, nasehat, doa dan dukungan baik moril maupun
materil serta pengorbanan tak terhingga kepada penulis.

Universitas Sumatera Utara


Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki,
sehingga masih diperlukan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya penulis
mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pikiran
yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi
khususnya Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi
Masyarakat.

Medan, 26 July 2017


Penulis,

Alfin Adrien
090600118

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 26 July 2017

Pembimbing: Tanda Tangan

Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D


NIP : 19640712 198903 2 001 ….………………………

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 26 July 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Simson Damanik, drg., M. Kes


ANGGOTA : 1. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph. D
2. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M. Kes

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..


HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………….…..
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ………………………………….
KATA PENGANTAR ………………………………………………….... iv
DAFTAR ISI …………………………….………………………………. vi
DAFTAR TABEL ….……………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………….……………………. x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………….. 4
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………... 4
1.4 Hipotesis Penelitian ………………………………………... 4
1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Karies Gigi …………………………………………………. 5
2.1.1 Patofisologi Karies Gigi ……………………….………….. 5
2.1.2 Etiologi ……………………………………….…………… 7
2.1.3 Faktor Risiko Karies Gigi …………………….…………... 9
2.2 Indeks Karies Gigi Dewasa ………………………….……… 12
2.3 Indeks Pengukuran Diet/Pola Makan ………………………. 13
2.4 Pola Makan Berpengaruh Terhadap Karies ……………....… 15
2.5 Kerangka Konsep …………………………………………… 17

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ……………………………………………... 18
3.2 Besar Sampel Penelitian ………………….………………… 18
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………… 18
3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian ………….……..… 18
3.5 Etika Penelitian ……….…………………………………….. 19
3.5 Cara Pengambilan Data …………………………….…..….. 20

Universitas Sumatera Utara


3.6 Pengolahan dan Analisis Data ……………………………… 20

BAB 4 HASIL PENELITIAN


4.1 Karakteristik Umum Responden Penelitian …………..…… 21
4.2 Gambaran Pola Makan ……………………………….……. 21
4.3 Gambaran Pengalaman Karies …………………………..… 23
4.4 Hubungan Pola Makan dengan Pengalaman Karies……..…
23
4.5 Perbedaan Pengalaman Karies berdasarkan Jenis Kelamin.... 25

BAB 5 PEMBAHASAN ………………………….…………..………... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ………………………………..……..…………. 31
6.2 Saran ………………………………………………………... 31

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..…. 33

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indeks Pengukuran DMFT (WHO)…………………………………... 12

2. Nutrisi Makanan dan Sumber Nutrisi ………………….…………….. 14

3. Karakteristik Sosiodemografi Siswa SMP YPK Andreas……………. 21

4. Rerata Skor Pola Makan Siswa SMP YPK Andreas………………… 22

5. Persentase Pola Makan Siswa SMP YPK Andreas…………………. 22

6. Rerata Pengalaman Karies Siswa SMP YPK Andreas…………..….. 23

7. Hubungan Pola Makan dengan Pengalaman Karies pada Seluruh


Siswa SMP YPK Andreas…………………………………. 24

8. Hubungan Pola Makan dengan Pengalaman Karies pada Siswa


Perempuan SMP YPK Andreas……………………………… 24

9. Hubungan Pola Makan dengan Pengalaman Karies pada Siswa Laki-


laki SMP YPK Andreas……………………………… 25

10. Perbedaan Pengalaman Karies Siswa SMP YPK Andreas


berdasarkan Jenis Kelamin………………………..…………………. 25

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema
yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial.…. 7
2. Kurva Stephan menunjukkan perubahan pH dalam plak setelah
mengonsumsi karbohidrat atau gula dan bahan pengganti gula
(xylitol dan sorbitol)………………………………………………….. 10

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner Hubungan Pola Makan dengan Pengalaman Karies pada Siswa SMP
Yayasan Perguruan Kristen Andreas

2. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

3. Lembar persetujuan subjek penelitian

4. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan

5. Surat keterangan selesai penelitian dari Kepala Sekolah SMP Yayasan Perguruan
Kristen Andreas

6. Output hasil perhitungan statistik

7. Daftar riwayat hidup penulis

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu komponen penting dari
kesehatan umum. Hal ini menekankan mengenai pentingnya perhatian terhadap
kesehatan mulut sejak dini karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi
kesejahteraan dan kualitas kehidupan manusia. Kesehatan secara keseluruhan,
kesejahteraan, pendidikan dan pengembangan anak, keluarga dan masyarakat dapat
dipengaruhi oleh kesehatan mulut. Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus
dipertahankan kebersihannya, sebab organ ini merupakan celah untuk masuknya
berbagai kuman yang dapat mengakibatkan berbagai jenis penyakit lainnya.
Kurangnya menjaga kebersihan rongga mulut dapat menyebabkan kerusakan gigi
yang apabila dibiarkan tidak diobati dapat mengakibatkan infeksi yang dapat
menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga berbahaya.1
Salah satu kerusakan gigi yang banyak dijumpai pada masyarakat luas dalam
beberapa dekade ini yaitu karies gigi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2007, sebanyak 46,5% penduduk Indonesia menderita karies
gigi.2 Berdasarkan survei di Amerika pada tahun 2004 oleh National Health and
Nutrition Examination Survey, karies gigi menyerang semua golongan usia baik
anak-anak maupun dewasa dimana yang paling banyak terjadi di golongan usia 12-15
tahun yaitu 40,6%. Hal ini menunjukkan bahwa karies gigi merupakan masalah
kesehatan gigi yang dialami baik di negara maju maupun negara berkembang.3
Karies gigi adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang ditandai oleh
rusaknya email dan dentin disebabkan oleh aktifitas metabolisme bakteri dalam plak
yang menyebabkan terjadinya demineralisasi akibat interaksi antar produk
mikroorganisme. Karies gigi bukan hanya terjadi pada golongan dewasa tetapi juga
pada golongan anak-anak yaitu 60% hingga 90%. Dengan kata lain, enam hingga

Universitas Sumatera Utara


sembilan dari sepuluh orang mengalami karies gigi. Substrat atau diet berhubungan
dengan pola makan dimana pola makan ini berhubungan dengan frekuensi
mengonsumsi makanan yang nantinya dapat menimbulkan karies. Dengan demikian,
karies gigi adalah penyakit menular yang paling umum di seluruh dunia dan bahkan
hingga saat ini karies masih merupakan masalah kesehatan, baik di negara maju
maupun di negara berkembang. Oleh sebab itu, masalah ini perlu menjadi perhatian
untuk dapat ditanggulangi.4
Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan akibat
melekatnya karbohidrat pada permukaan gigi sehingga meningkatkan aktivitas
bakteri kariogenik di dalam plak. Karbohidrat jenis monosakarida dan disakarida
memiliki berat molekul yang rendah, dapat berdifusi melalui plak dengan cepat,
mudah larut, mudah difermentasikan dan berfungsi sebagai sumber energi bagi
mikroorganime. Pada saat makan atau minum, pH mulut akan turun dan masuk ke
dalam zona kritis (pH<5,5). Selanjutnya saliva berusaha mengembalikan pH ke
dalam zona aman, namun kebiasaan makan cemilan yang manis dan mengandung
karbohidrat menyebabkan pH mulut kembali turun ke dalam zona kritis. Sehingga
hasil fermentasi karbohidrat oleh bakteri tersebut menyebabkan terjadinya
demineralisasi yaitu hilangnya mineral gigi dan terbentuknya kavitas.5
Peningkatan prevalensi karies gigi banyak dipengaruhi perubahan dari pola
makanan pada masyarakat zaman sekarang.6 Seseorang mengalami masalah
kesehatan gigi dan mulutnya mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan dalam
mengatur pola makan yang baik untuk mencegah kerusakan pada gigi. Kerusakan
gigi semakin meningkat disebabkan faktor makanan/diet yang memicu kerusakan
pada gigi seperti minuman bersoda dan permen. Selain itu, karbohidrat berperan
penting terhadap terjadinya karies pada gigi.7
Jajanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi.
Jajanan umumnya mengandung karbohidrat terutama sukrosa yang merupakan salah
satu penyebab terjadinya karies. Selain itu, jajanan umumnya dimakan diluar jam-jam
makan atau di antara jam-jam makan. Konsumsi makanan kariogenik yang sering dan
berulang-ulang akan menyebabkan pH plak tetap di bawah normal dan menyebabkan

Universitas Sumatera Utara


demineralisasi enamel tanpa diimbangi dengan remineralisasi, sehingga terjadilah
pembentukan karies. Anak-anak dan makanan jajanan merupakan dua hal yang sulit
dipisahkan. Anak-anak memiliki kegemaran mengonsumsi jenis jajanan secara
berlebihan, khususnya anak-anak sekolah dasar dan menengah. Sehari-hari banyak
dijumpai anak-anak yang selalu dikelilingi penjual makanan jajanan, baik yang ada di
rumah, di lingkungan tempat tinggal hingga di sekolah.11,17
Pola makan, komposisi gizi, kesehatan mulut yang buruk dan akumulasi plak
akan berinteraksi dan memiliki peranan dalam terbentuknya karies. Pola makan dan
frekuensi konsumsi makanan manis yang terdapat dalam pola jajan anak merupakan
faktor utama terjadinya diet kariogenik. Asupan gula yang tinggi ditambah
kebersihan mulut yang buruk akan meningkatkan kemungkinan terjadinya karies.
Dari penelitian yang dilakukan Holt di Inggris menyatakan bahwa anak-anak yang
mengonsumsi snack dan minuman bergula empat kali atau lebih dalam sehari
menghasilkan deft lebih tinggi (1,69) dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi
hanya sekali per hari (1,01).26
Penelitian lain yang dilakukan oleh Hedge juga menunjukkan adanya
peningkatan pengalaman karies pada anak yang mengonsumsi lebih dari 4 kali
makanan manis setiap harinya. Selain itu, hasil penelitian Subramaniam dan Singh
menyatakan bahwa anak dengan berat badan berlebih yang sering mengonsumsi
karbohidrat dan makanan cepat saji juga memiliki pengalaman karies yang tinggi.7
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi
karbohidrat terutama sukrosa rentan mengalami kerusakan pada giginya. Sedangkan,
orang dengan pola makan yang mengandung lemak dan protein jarang atau bahkan
tidak mengalami karies gigi.3 Di negara dengan asupan gula di bawah
18kg/orang/tahun (50g/orang/hari) memiliki angka karies gigi yang rendah (DMF<3),
sedangkan negara dengan asupan gula lebih dari 44 kg/orang/tahun (120g/orang/hari)
menunjukkan level karies yang jauh lebih tinggi.7 Dengan kata lain, pola makan
seseorang sangat berpengaruh dalam pembentukan karies gigi, sehingga pencegahan
karies sebaiknya ditekankan pada pengontrolan pola makan. Oleh karena itu,

Universitas Sumatera Utara


berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
pengalaman karies yang dihubungkan dengan pola makan.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada hubungan pola makan terhadap pengalaman karies gigi pada siswa
SMP YPK Andreas?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pola makan siswa SMP YPK Andreas berdasarkan jenis
kelamin dengan menggunakan Dental Health Diet Score (DHDS).
2. Untuk mengetahui gambaran pengalaman karies gigi (DMFT) pada siswa di
SMP YPK Andreas berdasarkan jenis kelamin.
3. Untuk menganalisis hubungan pola makan dengan pengalaman karies gigi
pada siswa SMP YPK Andreas.
4. Untuk mengetahui perbedaan pengalaman karies siswa SMP YPK Andreas
berdasarkan jenis kelamin.

1.4 Hipotesis Penelitian


1. Tidak ada hubungan pola makan menggunakan Dental Health Diet Score
(DHDS) dengan pengalaman karies (DMFT) pada siswa SMP YPK Andreas.
2. Tidak ada perbedaan pengalaman karies siswa SMP YPK Andreas
berdasarkan jenis kelamin.

2.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
khususnya siswa, orang tua siswa dan guru mengenai pentingnya menjaga pola
makan bagi kesehatan gigi anak sejak dini.
2. Bagi peneliti
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih
lanjut.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies Gigi


Karies gigi adalah suatu proses penghancuran setempat jaringan kalsifikasi
yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses dekalsifikasi lapisan email
gigi yang diikuti oleh kerusakan struktur organik secara enzimatis sehingga terbentuk
kavitas yang bila didiamkan akan menembus email serta dentin dan dapat mengenai
bagian pulpa. Karies gigi merupakan proses kerusakan gigi yang dimulai dari enamel
terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multifactorial) di
dalam rongga mulut yang berinteraksi satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut
meliputi faktor gigi, mikroorganisme, substrat dan waktu.2
Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras
gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya.10 Dua bakteri yang paling umum
bertanggung jawab untuk gigi berlubang adalah Streptococcus mutans dan
Lactobacillus. Jika dibiarkan dan tidak diobati, maka dapat menyebabkan rasa sakit,
infeksi dan kehilangan gigi.9

2.1.1 Patofisiologi Karies Gigi


Karies gigi terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu gigi, substrat,
mikroorganisme dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa
dan glukosa yang dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam
sehingga pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5 menit.
Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu mengakibatkan
demineralisasi permukaan gigi.11
Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak dipermukaan gigi. Plak
terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti musin, sisa-sisa sel
jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula

Universitas Sumatera Utara


terbentuk, lama kelamaan menjadi kelat, tempat bertumbuhnya bakteri.16
Selain karena adanya plak, karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa (gula) dari
sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi
asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) sehingga
menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut menjadi karies gigi. Secara
perlahan-lahan demineralisasi internal yang berjalan kearah dentin tetapi belum
sampai kavitas (pembentukan lubang). Kavitas baru timbul bila dentin terlibat dalam
proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi
sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitas
makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang terlihat hanya lapisan keempat
(lapisan transparan, terdiri dari atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk
rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak
atau tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin
merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblast). Selanjutnya setelah
terbentuk kavitas, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat
dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah
sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima.13
Patofisologi karies gigi menurut Miller, Black dan William adalah awalnya
asam (H+) terbentuk karena adanya gula (sukrosa) dan bakteri dalam plak (kokus).
Gula (sukrosa) akan mengalami fermentasi oleh bakteri dalam plak hingga akan
terbentuk asam (H+) dan desxtran. Desxtran akan melekatkan asam (H+) yang
terbentuk pada permukaan email gigi. Apabila hanya satu kali makan gula (sukrosa),
maka asam (H+) yang terbentuk hanya sedikit. Tapi bila konsumsi gula (sukrosa)
dilakukan berkali-kali atau sering maka akan terbentuk asam hingga pH mulut turun
menjadi kurang lebih 5.
Asam (H+) dengan pH kurang lebih 5 dapat masuk ke dalam email ekor enamel
port (port d’entre). Tapi permukaan email lebih banyak mengandung Kristal
fluorapatit yang lebih tahan terhadap serangan asam sehingga asam hanya dapat
melewati permukaan email dan akan masuk ke bagian bawah permukaan email.
Asam yang masuk ke bagian bawah permukaan email akan melarutkan Kristal

Universitas Sumatera Utara


hidroksiapatit yang ada. Reaksi kimianya adalah sebagai berikut:
Ca10 (PO4)6 (OH)2 + 8H+ 10 Ca++ + 6HPO4 = +2H2O
Hidroksiapatit ion Hidrogen Kalsium Hidrogen Fosfat Air
Apabila asam yang masuk kebawah permukaan email sudah banyak, maka
reaksi akan terjadi berulang kali. Maka jumlah Ca yang lepas bertambah banyak dan
lama kelamaan Ca akan keluar dari email. Proses ini disebut dekalsifikasi, karena
proses ini terjadi pada bagian bawah email maka biasa disebut dekalsifikasi bagian
bawah permukaan. Ringkasan terjadinya karies gigi menurut Schatz:13
Sukrosa + Plak Asam
Asam + Email Karies

2.1.2 Etiologi
Ada tiga faktor utama yang memegang peranan dalam proses karies gigi yatiu
faktor host, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu,
yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang tindih. Setiap faktor yang
terlibat harus saling mendukung yaitu tuan rumah (host) yang rentan,
mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dengan waktu yang lama.1

HOST AGEN
KARIES

SUBSTRAT

WAKTU

Gambar 1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit


multifaktorial.1

Universitas Sumatera Utara


a. Host
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai Host terhadap
karies yaitu faktor morfologi gigi, struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit
dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan
mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu,
permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan
membantuk perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan
susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral, air 1% dan bahan organic
2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan
mengandung banyak fluor, fosfat, dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan Kristal
enamel sangat menentukan daya larut enamel. Semakin banyak enamel yang
mengandung mineral menyebabkan kristal enamel semakin padat dan enamel akan
semakin resisten. Kemungkinan alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya
prevalensi karies pada anak-anak.3
b. Agen atau Mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam terjadinya karies. Plak adalah suatu
lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di
atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat pada permukaan gigi yang tidak
dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak
berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis
yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans dan Lactobacillus. Pada
penderita karies aktif, jumlah Lactobacillus pada plak gigi berkisar 104- 105 sel/mg
plak.
c. Substrat
Subtrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembang-biakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan
enamel. Selain itu dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan
menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan
lain yang aktif yang dapat mengakibatkan timbulnya karies.1 Bakteri pada mulut

Universitas Sumatera Utara


seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui
sebuah proses glikolisis yang disebut dengan fermentasi. Bila asam ini mengenai gigi
dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi
bila pH dinetralkan misalnya dengan pasta gigi berfluoride dan cairan pencuci mulut,
dengan kata lain proses demineralisasi terhenti.7
d. Waktu
Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat
memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan
mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat metabolisme gula menjadi asam
melalui proses fermentasi sehingga menurunkan kadar pH. Dengan kadar asam yang
tinggi maka dapat mengakibatkan demineralisasi yang terus menerus sehingga
terjadinya karies gigi. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang
menjadi suatu kavitas cukup, diperkirakan 6-48 bulan.3

2.1.3 Faktor Risiko Karies Gigi


Berikut adalah beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko yakni :
a. Pola Makan
Makanan yang mengandung karbohidrat dan mudah difermentasikan dapat
meningkatkan risiko terjadinya karies gigi. Gula yang paling bersifat kariogenik
adalah sukrosa. Sukrosa mudah larut dan berdifusi sehingga memicu terbentuknya
plak pada gigi. Selain itu, sukrosa juga sangat cepat difermentasikan untuk
pembentukan cairan asam yang efektif menurunkan pH saliva di bawah 5.5 secara
drastis dan memudahkan terjadinya demineralisasi.12 Frekuensi asupan gula pada
pola makan seseorang berpengaruh besar terhadap pembentukan karies gigi. Hasil
penelitian Vipeholm menyatakan bahwa angka terjadinya karies gigi rendah apabila
gula dikonsumsi sebanyak empat kali sehari pada waktu makan.7
Sehari-hari banyak dijumpai anak yang selalu dikelilingi penjual makanan
jajanan, baik yang ada di rumah, di lingkungan tempat tinggal hingga di sekolah.
Anak yang sering mengkonsumsi jajanan yang mengandung disakarida dan
monosakarida (glukosa) seperti biskuit, permen, es krim memiliki skor karies yang

Universitas Sumatera Utara


lebih tinggi di bandingkan dengan anak yang mengonsumsi jajanan non kariogenik
seperti buah-buahan. Disakarida dan monosakarida akan difermentasi oleh bakteri
dalam rongga mulut dan menghasilkan asam yang menyebabkan terjadinya
demineralisasi sehingga terjadi karies atau lubang pada gigi. pH di dalam plak akan
turun dalam beberapa menit (5-10 menit) sampai dibawah 5 atau 5,5, yaitu pH kritis
yang menyebabkan terjadinya demineralisasi pada email gigi. Kurva Stephan
menunjukkan adanya hubungan jajanan yang mengandung karbohidrat atau gula
terhadap penurunan pH dalam plak yang menyebabkan terjadinya demineralisasi.3

Gambar 2. Kurva Stephan menunjukkan pola makan dapat menyebabkan


terjadinya perubahan pH

Berdasarkan Kurva Stephan diatas dapat dilihat terjadinya penurunan pH


dibawah 5,5 setelah sarapan pagi, morning snack, makan siang, afternoon snack dan
makan malam. Untuk mengembalikan pH kedalam zona aman (pH>5,5) saliva
membutuhkan waktu selama 30-40 menit. Sebelum saliva melakukan fungsi buffer
secara maksimal, mengonsumsi jajanan atau cemilan yang mengandung gula diantara
jam makan (minum kopi) menyebabkan grafik menjadi turun kembali dan suasana
rongga mulut menjadi asam. Selanjutnya pH mulut yang asam, tergolong ke dalam
zona kritis (pH<5,5) dan dapat memicu terjadinya demineralisasi dalam rongga mulut.
Proses demineralisasi yang tanpa diimbangi dengan remineralisasi ini berlangsung
sepanjang hari mulai dari sarapan pagi, makan siang hingga makan malam yang dapat

Universitas Sumatera Utara


meningkatkan risiko terjadinya karies.
b. Penggunaan fluor
Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Pemberian fluor yang
teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting dalam
mengurangi terjadinya karies karena dapat meningkatkan remineralisasi.7 Pemberian
dosis tergantung pada usia dan konsenstrasi fluoride yang terkandung. Dalam rangka
menjaga kesehatan gigi dan mulut diperlukan fluoridasi air minum yang adekuat dan
menggosok gigi dengan pasta gigi berfluoride secara teratur, sehingga dapat
mengurangi risiko terjadinya karies.13
c. Umur
Terjadinya peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur.
Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat
karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai
dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak mempunyai risiko
karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orang dewasa
lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.11
d. Jenis Kelamin
Selama masa anak-anak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih
tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik
sehingga komponen gigi yang hilang (missing) lebih sedikit daripada pria.
Sebaliknya, pria mempunyai komponen tambalan gigi (filling) yang lebih banyak
dalam indeks DMFT.3
e. Sosial Ekonomi
Rendahnya status sosial ekonomi cenderung mempengaruhi pola hidup
masyarakat. Prevalensi karies lebih tinggi pada status ekonomi rendah. Faktor yang
mempengaruhi keadaan ini adalah pendidikan dan pekerjaan yang berhubungan
dengan kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Hal ini dikarenakan makanan yang
bersifat kariogenik, rendahnya pengetahuan akan kesehatan gigi dapat dilihat dari
kesehatan mulut yang buruk, karies tinggi pada keluarga, dan jarang melakukan
kunjungan ke dokter gigi, sehingga banyak karies gigi yang tidak dirawat.10

Universitas Sumatera Utara


Pada penelitian ini sampel penelitian merupakan siswa SMP Yayasan
Perguruan Kristen (YPK) Andreas yang berada di pinggiran kota Medan. Meskipun
tergolong ke dalam sekolah swasta, SMP YPK Andreas memiliki bangunan yang
tidak terlalu terawat dengan kondisi dan fasilitas kelas yang seadanya. Sebagian besar
kelas minim dengan fasilitas modern dengan bangku dan meja tulis yang terbuat dari
kayu yang penuh coretan tanpa disertai pendingin ruangan dan masih menggunakan
papan tulis dengan alat tulis dari kapur.

2.2 Indeks Karies untuk Gigi Dewasa (DMFT)


Indeks karies gigi dipakai untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap
karies gigi. DMFT merupakan indeks yang sering digunakan untuk pengukuran
karies pada gigi permanen (Tabel 1).

Tabel 1. Indeks Pengukuran DMFT (WHO)


Kode Kondisi
0 Sehat
1 Lubang
2 Tumpatan dengan lubang (karies sekunder)
3 Tumpatan baik
4 Hilang karena karies
5 Hilang oleh sebab lain
6 Fisure silent
7 Gigi penyangga jembatan, crown atau implant
8 Tidak tumbuh
T Trauma
9 Tidak diperiksa

Skor Decay (D) = ∑ kode 1 dan atau kode 2


Skor Missing (M) = ∑ kode 4
Skor Filling (F) = ∑ kode 3

Universitas Sumatera Utara


Rata-rata DMFT populasi =

Menurut WHO, DMFT dapat dibagi menjadi 5 kategori: 14


- Sangat rendah (0,0-1,1)
- Rendah (1,2 – 2,6)
- Sedang (2,7 – 4,4)
- Tinggi (4,5 – 6,5)
- Sangat tinggi (>6,6)

2.3 Indeks Pengukuran Diet / Pola Makan


Dental Health Diet Score (DHDS) adalah prosedur skrining yang digunakan
untuk mengungkapkan masalah diet yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut.
Pada dasarnya skrining dengan DHDS melihat kesehatan gigi dan mulut dari asupan
makanan. Didalam poin- poin dipenilaian DHDS terdapat kelompok makanan yang
cenderung menyebabkan kerusakan gigi atau karies.
Pada penilaian dengan menggunakan DHDS, terdapat kelompok- kelompok
makanan yang sering menyebabkan karies gigi. Pada kelompok makanan A
merupakan makanan dengan bentuk cair yang sering dikosumsi yang memicu karies
gigi. Pada kelompok makanan B merupakan makanan padat lunak sedangkan
kelompok C merupakan makanan dengan tekstur cenderung keras.15 Tahapan-
tahapan tersebut adalah:
1) Langkah 1. Menentukan makanan- makanan yang selalu dimakan sehari-hari
termasuk makanan snack diantara waktu makan, hasil perhitungannnya disebut
dengan Food Group Score (FGS). Untuk menentukan rerata asupan makanan harian
dilakukan dengan cara mengelompokkan makanan yang sering dimakan ataupun
diminum. Berikut kelompok makanan yang disarankan diantaranya adalah susu dan
keju 3 kali/hari; daging dan kacang-kacangan 2 kali/hari; buah dan sayuran 1
kali/hari; vitamin C 1 kali/hari; nasi, roti dan sereal 2 kali/hari; kelompok makanan

Universitas Sumatera Utara


lainnya 4 kali/hari. Selanjutnya dilakukan perhitungan dengan nilai maksimum FGS
tidak lebih dari 96 poin.
2) Langkah 2. Memilih makanan yang sering dikonsumsi pada kelompok
makanan, menuliskan frekuensi mengonsumsi dan mengklasifikasikan berdasarkan
nutrisinya, selanjutnya hasil perhitungan disebut dengan Nutrient Score (NS). Nilai
sempurna pada kelompok NS yaitu 56 poin, dengan klasifikasi nutrisi makanan
beserta sumbernya pada Tabel 2.

Tabel 2. Nutrisi Makanan dan Sumber Nutrisi


Nutrisi Makanan Sumber Nutrisi
Protein Kacang-kacangan, tahu, tempe, daging, telur,
udang, ikan, susu, keju, ungags, roti
Niasin (asam nikotinat) Kacang tanah, teri kering, sarden, ayam,
sarden, ikan bandeng, udang, daging sapi,
daging babi, hati sapi, hati ayam, tempe, keju,
susu
Zat Besi Daging merah, kuning telur, kacang-
kacangan, sayur-sayuran seperti bayam dan
asparasgus, tomat, roti
Asam Folat sayuran hijau, hati, daging tanpa lemak,
serelia utuh, biji – bijian, kacang – kacangan,
dan jeruk
Riboflavin Sayuran hijau seperti brokoli dan bayam,
ikan, hati, almond, kedelai, jamur, ayam,
bebek, susu, keju, roti, asparagus
Vitamin C (asam askorbat) Daun singkong, daun papaya, sawi, kol,
kemangi, kangkung, ketela pohon kuning,
jambu, papaya, manga, kedondong, jeruk,
nenas, rambutan (buah) dan jus buah
Kalsium Susu, udang, brokoli, kacang arab, ikan
salmon, ungags, keju, roti, jus buah
Fosfor Susu, daging, biji-bijian, kacang-kacangan,
ikan dan kerang, produk olahan kedelai

3) Langkah 3. Membuat daftar makanan manis yang sudah dimakan dan


mengalikan dengan angka yang sudah ditentukan dan hasil perhitungannya disebut

Universitas Sumatera Utara


dengan Sweet Score (SS). Setiap kelompok makanan dan minuman manis
dikelompokkan dalam bentuk makanan cair, padat dan sukar larut dan dilakukan
perhitungan, jika makanan berbentuk cair dikali 5, padat dikali 10 dan sukar larut
dikali 15 dengan skor tertinggi tidak lebih dari 35 poin.
4) Langkah 4. Menentukan kategori hasil penelitian bahwa setelah dilakukan
perhitungan dengan rumus DHDS:

DHDS = (FGS+NS) - SS

DHDS dibagi menjadi 4 kategori:


72-96 kategori sangat baik
64-72 kategori baik
56-64 kategori cukup
< 56 kategori buruk
Pada skor 60-100 tersebut, konsultasi tentang kesehatan gigi dan mulut sesuai
dengan permintaan yang diinginkan. Nilai <56 konseling yang akan diberikan
terprogram sebagai bagian dari pencegahan. Pemberian pendidikan kesehatan
dimaksudkan agar individu memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut serta dapat merubah perilaku untuk mengurangi terjadinya karies gigi.21

2.4 Pola Makan yang Berpengaruh terhadap Karies Gigi


Pola makan dan nutrisi yang dikonsumsi seseorang berpengaruh besar terhadap
terbentuknya karies gigi dan kerusakan enamel. Faktor diet atau pola makan
mempengaruhi pembentukan plak, sebab ikut membantu perkembangbiakan dan
kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel.
Pola makan yang mempengaruhi terjadinya karies gigi mencakup jenis
makanan dan frekuensi serta pola waktu makan.
a. Jenis makanan
Bentuk dan konsistensi makanan merupakan faktor potensial penurunan pH.
Bentuk makanan menentukan lamanya makanan berada di dalam mulut sehingga

Universitas Sumatera Utara


berdampak pada aktivitas pembentukan asam. Makanan yang cair lebih mudah
dibersihkan dibandingkan makanan padat dan bersifat lengket. Konsumsi permen dan
lollipop menyebabkan paparan gula dalam mulut lebih lama, sehingga mendukung
proses demineralisasi.12
Karbohidrat terutama sukrosa memegang peranan penting dalam pembentukan
karies. Sukrosa (gula dapur) mempunyai efek kariogenik yang lebih besar daripada
glukosa karena sukrosa mempunyai kecepatan sintesis polisakarida ekstra sel yang
lebih cepat. Sukrosa mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap
pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibandingkan karbohidrat lainnya,
sehingga makanan yang mengandung sukrosa memicu terjadinya karies gigi.12
Selain itu, minuman dengan kadar pH<4 dapat menyebabkan karies gigi.
Berdasarkan penelitian, konsumsi minuman jus yang bersifat asam lebih mendorong
terjadinya kerusakan gigi dibandingkan konsumsi buah segar. Masalah kerusakan
gigi tersebut semakin banyak terjadi di negara industri seiring dengan meningkatnya
konsumsi minuman asam seperti minuman soda dan minuman jus lainnya. Percobaan
klinis menunjukkan bahwa minuman yang asam efektif dalam menurunkan kadar pH
pada saliva terutama jus anggur. Dengan demikian, asupan makanan dan minuman
yang mengandung zat asam juga dapat mengakibat karies gigi karena efektif
meningkatkan kadar asam saliva sehingga mendukung terjadinya demineralisasi.
Kebiasaan mengonsumsi makanan yang higienis, sehat dan nutrisi yang baik
juga dapat mencegah terjadinya proses demineralisasi. Hasil penelitian menunjukkan
orang yang diet dengan banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau
sama sekali tidak mengalami karies gigi. Mengonsumsi produk susu dan olahannya
dapat meningkatkan saliva yang kaya kalsium dan fosfat dan bermanfaat dalam
proses remineralisasi. Percobaan pada struktur enamel menunjukkan bahwa enamel
yang terpapar coca-cola selama 1 jam akan menjadi lunak, tetapi hal sebaliknya dapat
terjadi dengan mengonsumsi susu atau keju.7
b. Frekuensi dan pola waktu makan
Penelitian yang dilakukan Thomas menunjukkan bahwa anak yang
mengonsumsi jus anggur, jus jeruk dan coca-cola selama 6 minggu setiap hari

Universitas Sumatera Utara


terdapat tanda-tanda kerusakan pada gigi seri bagian labial. Penelitian observasi
epidemologi menunjukkan bahwa kerusakan gigi berpengaruh terhadap konsumsi
makanan dan minuman yang mengandung zat asam yaitu seringnya mengonsumsi
cuka atau asinan dan mengonsumsi buah-buahan pada malam hari (waktu tidur).
Selain itu, hasil penelitian menyimpulkan bahwa frekuensi mengonsumsi makanan
dan minuman yang asam merupakan faktor yang lebih penting dibandingkan dengan
jumlah makanan/minuman yang dikonsumsi terhadap terjadinya kerusakan gigi dan
hal ini cenderung terjadi pada orang dengan oral higiene yang baik. Oleh karena itu,
sebaiknya kebiasaan makan dan pola makan perlu menjadi perhatian utama.

2.5 Kerangka Konsep

Pengalaman Karies
Pola Makan Gigi pada siswa
Sehari-hari SMP YPK Andreas

DMFT :
Dental Health Diet Score
• Decay
• Missing
• Filling

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional
untuk mengetahui perbedaan pengalaman karies gigi terhadap pola makan, serta
untuk menganalisis hubungan pola makan dengan pengalaman karies gigi.

3.2 Besar Sampel Penelitian


Populasi penelitian adalah murid SMP YPK Andreas di Kabupaten Deli
Serdang yang berjumlah 116 orang. Cara sampling yang digunakan adalah total
sampling dimana seluruh anak menjadi sampel.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


a. Penelitian dilakukan di SMP YPK Andreas Kabupaten Deli Serdang.
b. Waktu penelitian dimulai dari pembuatan dan pengajuan proposal sampai
selesai penelitian dilakukan yaitu dari bulan November 2016 – Juli 2017.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Variabel Alat Skala
Definisi Operasional Hasil Ukur
Penelitian Ukur Ukur
Usia Ulang tahun terakhir subjek Tahun Kuesioner Rasio
saat dilakukan penelitian.
Jenis Kuesioner Nominal
Perempuan dan Laki-Laki -
Kelamin
Pola makan Prosedur skrining yang • Sangat baik Kuesioner Ordinal
(Skor menunjukkan penilaian pola (72-96)
DHDS) makan/diet seseorang • Baik
berdasarkan perhitungan (64-72)
Food Group Score (FGS), • Cukup
Nutrient Score (NS) dan (56-64)

Universitas Sumatera Utara


Swet Score (SS), sehingga • Buruk
diperoleh total Dental (<56)
Health Diet Score (DHDS).
Pengalaman 1. Penjumlahan skor Indeks WHO: kaca Rasio
Karies pengalaman karies (DMFT) • Sangat mulut dan
(Skor pada gigi permanen dengan rendah sonde
DMFT) kriteria : (0,0-1,1)
a. D: Semua gigi yang • Rendah
mengalami karies; karies (1,2-2,6)
sekunder yang terjadi pada • Sedang
gigi dengan tumpatan (2,7-4,4)
permanen; gigi dengan • Tinggi
tumpatan sementara. Karies (4,5 – 6,5)
diperiksa menggunakan • Sangat tinggi
sonde apabila terasa (>6,6)
tahanan pada permukaan
gigi dihitung sebagai karies.
b. M : semua gigi yang
telah hilang atau dicabut
karena karies; gigi yang
hilang akibat penyakit
periodontal dicabut untuk
perawatan ortodonti
TIDAK dimasukkan dalam
kategori.
c. F : semua gigi dengan
tumpatan permanen; gigi
yang sedang dalam PSA.
2. Gigi yang bebas karies
tidak dimasukkan dalam
lembar pemeriksaan.

3.5 Etika Penelitian


Etika penelitian mencakup:
1. Lembar persetujuan (informed consent) Peneliti melakukan pendekatan dan
memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan terlebih

Universitas Sumatera Utara


dahulu mengenai tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan dan menjelaskan
manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian.
2. Ethical Clearance
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi
Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat nasional maupun
internasional.

3.6 Cara Pengambilan Data


1. Seluruh responden dikumpulkan dan diberi arahan untuk mengisi informed
consent setelah diberi penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan.
2. Data nama, umur dilakukan dengan wawancara langsung sedangkan pola
makan dengan wawancara menggunakan kuesioner Dental Health Diet Score
(DHDS).
3. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang telah disediakan oleh pihak sekolah
dengan bantuan cahaya matahari dan lampu pada ruangan tersebut.
4. Setiap 3 murid dipanggil keluar dari kelas masing-masing dan dikumpulkan
di ruangan pemeriksaan, kemudian duduk di bangku yang telah disediakan.
5. Pemeriksaan pengalaman karies dilakukan dengan kaca mulut dan sonde
untuk menghitung skor DMFT.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


Data yang terkumpul sebelumnya dilakukan editing, koding dan entri data,
selanjutnya pengolahan data dilakukan secara komputerisasi yaitu data dimasukkan
kedalam program komputer untuk dianalisis menggunakan uji Chi-Square untuk
mengetahui hubungan pola makan dan pengalaman karies dan uji t tidak berpasangan
untuk mengetahui perbedaan pengalaman karies berdasarkan jenis kelamin.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sekolah SMP YPK Andreas merupakan salah satu sekolah swasta yang berada
di pinggiran kota. Selain itu, SMP YPK Andreas memiliki bangunan yang tidak
terlalu terawat dengan kondisi dan fasilitas kelas yang seadanya.

4.1 Karakteristik Umum Responden Penelitian


Pada saat penelitian sebanyak 10 siswa tidak masuk sekolah dan 7 orang siswa
menolak menjadi responden penelitian, sehingga jumlah keseluruhan sampel pada
penelitian ini berjumlah 99 orang.
Dalam penelitian ini, responden terbanyak berkisar pada usia 13-14 tahun yaitu
sebesar 45,50%, dengan rincian sebanyak 45,45% responden adalah perempuan dan
sebanyak 54,55% responden laki-laki (Tabel 3).

Tabel 3. Karakteristik Responden Siswa SMP YPK Andreas (n=99)


Karakteristik sosiodemografi n %
Usia (tahun)
11-12 18 27,25
13-14 48 45,50
>15 33 27,25
Jenis Kelamin
Perempuan 45 45,45
Laki-Laki 54 54,55

4.2 Gambaran Pola Makan


Tabel 4 menunjukkan rerata skor pola makan sehari-hari siswa SMP YPK
Andreas berdasarkan jenis kelamin. Pada kelompok Food Group Score (FGS) rerata
skor laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 52,13 11,93, demikian juga
halnya dengan kelompok Nutrient Score (NS), laki-laki memiliki rerata lebih tinggi

Universitas Sumatera Utara


dari perempuan yaitu 14,43 3,07. Namun, pada kelompok Sweet Score (SS) siswa
perempuan memiliki rerata lebih tinggi dari laki-laki yaitu 7,29 3,91. Berdasarkan
klasifikasi Dental Diet Health Score (DHDS), siswa perempuan dan laki-laki
tergolong ke dalam kategori cukup dengan rerata masing-masing yaitu 53,49 12,60
dan 60,31 14,04. Sehingga total keseluruhan DHDS pada siswa SMP YPK Andreas
tergolong ke dalam kategori cukup dengan rerata sebesar 57,21±13,77.

Tabel 4. Rerata Skor Pola Makan Siswa SMP YPK Andreas (n=99)
Pola Makan
Jenis
n Food Group Nutrient Dental Health
Kelamin Sweet Score
Score Score Diet Score
Perempuan 45 47,07 9,59 13,72 2,54 7,29 3,91 53,49 12,60
Laki-Laki 54 52,13 11,93 14,43 3,07 6,24 3,48 60,31 14,04
Total 99 49,83 14,11 6,72 3,69 57,21

Pola makan berdasarkan DHDS dikelompokan menjadi 4 kategori yaitu


sangat baik, baik, cukup dan buruk. Pada penelitian ini, kategori pola makan siswa
SMP YPK Andreas secara keseluruhan berada pada kategori “buruk”, dengan
persentase siswa perempuan lebih banyak dibandingkan dengan siswa laki-laki yaitu
sebesar 57,80%. Pola makan dengan kategori “sangat baik” lebih tinggi dijumpai
pada siswa laki-laki yaitu sebesar 25,90%, dan berbeda sangat jauh dengan siswa
perempuan yang hanya 6,7% saja (Tabel 5).

Tabel 5. Persentase Pola Makan Siswa SMP YPK Andreas


Pola Makan
Jenis Sangat Baik Baik Cukup Buruk
Kelamin (72-96) (64-72) (56-64) (<56)
n % n % n % n %
Perempuan 3 6,70 6 13,30 10 22,20 26 57,80
Laki-Laki 14 25,90 8 14,80 10 18,50 22 40,70
Total 17 17,20 14 14,10 20 20,20 48 48,50

Selain itu, pada kategori “baik” dan “cukup”, terlihat persentase pola makan
antara siswa perempuan dan laki-laki tidak terlalu berbeda. Akan tetapi, persentase

Universitas Sumatera Utara


siswa laki-laki pada kategori “baik” lebih besar daripada siswa perempuan yaitu
sebesar 14,80%, sedangkan pada kategori “cukup” lebih banyak dijumpai pada siswa
perempuan yaitu sebesar 22,20% (Tabel 5).

4.3 Gambaran Pengalaman Karies


Pada Tabel 6 terlihat bahwa rerata pengalaman karies menurut WHO pada
keseluruhan siswa SMP YPK Andreas berada pada kategori “sedang” yaitu sebesar
4,18 2,87. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, rerata pengalaman karies kategori
“tinggi” (4,80 3,35) dijumpai pada siswa perempuan dan kategori “sedang” pada
siswa laki-laki (3,67 2,31). Komponen indeks gigi karies atau decay paling tinggi
ditemukan pada siswa perempuan dengan rerata sebesar 4,16 2,64, sedangkan gigi
yang hilang atau missing sebesar 0,42 1,12 dan gigi yang memiliki tambalan atau
filling sebesar 0,09 0,35 memiliki rerata yang lebih rendah dan tidak terlalu berbeda
antara siswa perempuan maupun siswa laki-laki.

Tabel 6. Rerata Pengalaman Karies Siswa SMP YPK Andreas (n=99)


Pengalaman Karies (Mean±SD)
Jenis Kelamin n
D M F DMFT
Perempuan 45 4,16 2,64 0,60 1,51 0,04 4,80 3,35
Laki-Laki 54 3,26 0,28 0,627 0,13 0,44 3,67 2,31
Total 99 3,67 2.39 0,42 1,12 0,09 0,35 4,18

4.4 Hubungan Pola Makan dengan Pengalaman Karies


Berdasarkan uji normalitas data, kelompok variabel pola makan dan
pengalaman karies memiliki distribusi data yang normal, sehingga pengujian
dilakukan dengan menggunakan uji Chi square. Dari hasil perhitungan statistik
terhadap seluruh siswa SMP YPK Andreas diperoleh nilai p=0,000 yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan pola makan dan pengalaman karies pada
keseluruhan siswa SMP YPK Andreas (Tabel 7).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 7. Hubungan Pola Makan dengan Pengalaman Karies pada Seluruh Siswa SMP
YPK Andreas
Pola Makan n DMFT (Mean±SD) Nilai p
Sangat Baik 17 1,82±1,07
Baik 14 2,14±0,95
0,000*
Cukup 20 2,90±1,21
Buruk 48 6,09±2,89
*Uji Chi Square, p<0,05

Pada Tabel 8, pola makan sehari-hari responden perempuan paling banyak


dijumpai pada kategori “buruk” dengan nilai DMFT yang tinggi. Selain itu jika
diperhatikan lebih lanjut pada variabel pola makan sehari-hari, terdapat perbedaan
rerata pengalaman karies pada masing-masing kategori pola makan sehari-hari
tersebut. Sehingga, berdasarkan hasil perhitungan statistik diperoleh nilai p yang
signifikan (p=0,000). Hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan pola makan dan
pengalaman karies pada siswa perempuan SMP YPK Andreas.

Tabel 8. Hubungan Pola Makan dengan Pengalaman Karies pada Siswa Perempuan
SMP YPK Andreas
DMFT
Pola Makan n Nilai p
(Mean±SD)
Sangat Baik 3 2,00±0,00
Baik 6 2,17±0,75
0,000*
Cukup 10 2,91±1,04
Buruk 26 6,46±3,51
*Uji Chi Square, p<0,05

Selanjutnya pada Tabel 9 juga dapat dilihat rerata pengalaman karies berbeda
pada setiap kategori pola makan responden. Hal ini dapat dibuktikan melalui
perhitungan statistik dengan nilai p=0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan pola makan dan pengalaman karies pada siswa laki-laki SMP YPK
Andreas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin buruk pola makan sehari-hari

Universitas Sumatera Utara


siswa SMP YPK Andreas, maka semakin tinggi pula pengalaman kariesnya.
Demikian pula sebaliknya, semakin baik pola makan sehari-hari siswa SMP YPK
Andreas, maka pengalaman karies gigi akan semakin rendah.

Tabel 9. Hubungan Pola Makan dengan Pengalaman Karies pada Siswa Laki-laki
SMP YPK Andreas
DMFT
Pola Makan n Nilai p
(Mean±SD)
Sangat Baik 14 1,78±1,12
Baik 8 2,12±1,12
0,000*
Cukup 10 3,00±1,41
Buruk 22 5,73±1,83
*Uji Chi square, p<0,05

4.5 Perbedaan Pengalaman Karies berdasarkan Jenis Kelamin


Pada Tabel 10 pengalaman karies pada responden perempuan paling banyak
dijumpai pada kategori tinggi sebesar 57,8% dan pada responden laki-laki pada
kategori rendah sebesar 45,3%. Selanjutnya, pada kedua kelompok responden tidak
ditemukan pengalaman karies dengan kategori sangat rendah maupun sangat tinggi.
Sedangkan pada keseluruhan responden, pengalaman karies terbanyak berada pada
kategori tinggi dengan persentase sebesar 48,5%.

Tabel 10. Perbedaan Pengalaman Karies Siswa SMP YPK Andreas berdasarkan Jenis
Kelamin
Pengalaman Karies
Sangat
Jenis Rendah Sedang Tinggi
Rendah Nilai p
Kelamin (1,2-2,6) (2,7-4,4) (>4,5)
(0,0-1,1)
N % n % n % n %
Perempuan 0 0 13 28,9 6 13,3 26 57,8
0,000*
Laki-Laki 0 0 24 45,3 7 13,2 22 41,5
*Uji Chi Square, p<0,05

Universitas Sumatera Utara


Uji t tidak berpasangan dilakukan untuk menentukan perbedaan pengalaman
karies siswa SMP YPK Andreas berdasarkan jenis kelamin. Tabel 10 menunjukkan
bahwa perbedaan jenis kelamin berpengaruh secara signifikan terhadap pengalaman
karies dengan nilai p masing-masing adalah 0,000, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengalaman karies siswa perempuan SMP YPK Andreas berbeda dengan
pengalaman karies siswa laki-laki SMP YPK Andreas.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
PEMBAHASAN

Kecukupan nutrisi merupakan suatu kebutuhan primer untuk mengoptimalkan


pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Pola makan anak didefinisikan
sebagai kombinasi antara makanan yang dikonsumsi dengan nutrisi yang terkandung
didalam makanan tersebut, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan
kemampuan kognitif, tingkah laku, dan juga fisik anak. Pola makan yang baik
mencakup beragam jenis makanan yang berperan sebagai media untuk
mendistribusikan nutrisi dalam menyediakan kebutuhan energi, sumber seluruh
aktivitas metabolisme tubuh dan mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan
tubuh pada umumnya dan gigi pada khususnya.15
Suatu pola makan yang baik dapat menghambat terjadinya kerusakan enamel
dan karies gigi, sehingga sangat penting untuk menghitung asupan makanan bernutrsi
secara adekuat melalui Dental Diet Health Score (DHDS). Total skor DHDS
diperoleh dari penjumlahan Food Group Score (FGS) dengan Nutrient Score (NS),
selanjutnya dikurangi dengan Sweet Score (SS). Selanjutnya, hasil rerata skor DHDS
dikelompokan menjadi 4 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup dan buruk.15 Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa rerata FGS responden laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan yaitu 52,13 11,93.
Pada kelompok Nutrient Score (NS), responden laki-laki memiliki rerata lebih
tinggi sebesar 14,43 3,07 dari siswa perempuan sebesar 13,72 2,54. Hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Torres dkk tahun 2014 yang menyatakan
bahwa anak perempuan memiliki pola makan NS yang lebih tinggi dari anak laki-
laki.21 Walaupun demikian bila diperhatikan lebih lanjut, hasil penelitian
menunjukkan bahwa adanya perbedaan rerata NS yang lebih rendah pada responden
laki-laki daripada perempuan. Hal ini mungkin disebabkan karena responden dalam
penelitian ini tergolong ke dalam kelompok remaja, dimana remaja laki-laki maupun

Universitas Sumatera Utara


perempuan membutuhkan asupan makanan yang lebih dan mereka sudah lebih peduli
dalam memperhatikan pola makannya untuk mendapatkan berat badan ideal.
Pada kelompok Sweet Score (SS), responden perempuan memiliki rerata lebih
tinggi sebesar 7,29 3,91 dari responden laki-laki yaitu 6,24 3,48. Penelitian ini juga
menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hegde tahun
2005, dimana rerata SS lebih tinggi dijumpai pada responden perempuan
(32,84 11,35) dari laki-laki (30,62 13,79). Hal ini mungkin disebabkan karena anak
laki-laki kurang menyukai makanan cemilan dan lebih gemar melakukan aktivitas di
luar rumah seperti berolahraga daripada dengan anak perempuan.23
Selanjutnya berdasarkan perhitungan DHDS secara keseluruhan, diperoleh
rerata Dental Diet Health Score (DHDS) pada siswa SMP YPK Andreas sebesar
57,21 yang tergolong ke dalam kategori cukup. Namun, hal penting yang
perlu digarisbawahi pada hasil penelian ini adalah kategori cukup termasuk ke dalam
”zona awas”, sehingga dibutuhkan konseling nutrisi yang adekuat sebagai program
preventif dalam rangka pencegahan karies gigi.15
Karies merupakan suatu penyakit kronis pada jaringan keras gigi yang
disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu makanan dan nutrisi. Pengalaman
karies dapat dihitung berdasarkan jumlah gigi yang terkena karies atau decay, gigi
yang hilang atau missing dan gigi yang memiliki tambalan atau filling.1-5,15 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa komponen indeks decay memiliki nilai rerata yang
paling tinggi (3,67 2.39), selanjutnya diikuti oleh missing (0,42 1,12) dan filling
(0,09 0,35). Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Basiir tahun
2014 mengenai pengalaman karies pada kelompok kontrol yang sehat, dimana rerata
filling (1,2 1,13) merupakan komponen paling rendah setelah missing (0,32 0,54)
dan decay (2,87 1,12). Hal ini mungkin disebabkan karena terjadinya proses
demineralisasi tanpa diimbangi dengan proses remineralisasi dan pembersihan rongga
mulut yang adekuat, sehingga rerata gigi yang terkena karies memiliki rerata yang
paling tinggi jika dibandingkan dengan gigi yang sudah pernah dilakukan restorasi
ataupun yang sudah hilang.28

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan jenis kelamin, pengalaman karies responden perempuan pada
penelitian ini tergolong tinggi dengan rerata sebesar 4,80 3,35. Sedangkan pada
responden laki-laki termasuk ke dalam kategori sedang dengan rerata 3,67 2,31. Hal
ini sangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Honne dkk tahun 2011 di
India bahwa anak laki-laki memiliki level karies yang lebih tinggi dari anak
perempuan. Honne menyatakan bahwa di India menganut sistem patriarki, dimana
anak laki-laki memiliki hak khusus dan penting, sehingga lebih diutamakan
ketersediaan dan keanekaragaman makanan sesuai kegemaran anak laki-laki tersebut
dibandingkan anak perempuan.26 Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Hasyim
terhadap anak preschool juga menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki rerata
DMFT yang lebih tinggi dari anak perempuan yaitu sebesar 4,7 4,8, sehingga
apabila tidak segera dilakukan pencegahan maka tidak menutup kemungkinan rerata
karies anak akan menjadi sangat tinggi pada usia remaja nantinya.27
Uji normalitas dan homogenitas data dilakukan untuk melihat distribusi data
dan menentukan uji statistik yang akan digunakan. Pada penelitian ini data
terdistribusi tidak normal, sehingga digunakan uji non-parametrik Kruskall Wallis.
Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan pengalaman karies terhadap pola
makan siswa SMP YPK Andreas (p=0,000) baik pada siswa perempuan atau laki-laki
dan juga pada keseluruhan siswa. Selain itu analisis hubungan pola makan dengan
pengalaman karies dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan dengan pengalaman
karies, baik pada siswa perempuan atau laki-laki dan juga pada keseluruhan siswa
pada siswa SMP YPK Andreas dengan nilai p masing-masing 0,000. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Moynihan yaitu peningkatan prevalensi karies
pada negara berkembang biasanya disebabkan karena adanya peningkatan dalam
mengonsumsi makanan atau minuman manis, sedangkan asupan fluoride belum
mencukupi.24 Selain itu, Johansson tahun 2010 juga menyatakan bahwa pengalaman
karies pada anak dipengaruhi oleh pola makan atau ngemil. Pengalaman karies akan
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi mengonsumsi makanan
manis tanpa disertai dengan pembersihan rongga mulut secara adekuat.22

Universitas Sumatera Utara


Pada penelitian ini diperoleh data yang membuktikan bahwa status DHDS
setiap kategori, yaitu pola makan sehari-hari kategori baik sampai dengan buruk
memiliki pengalaman karies yang berbeda. Artinya, pada pola makan sehari-hari
yang baik akan mempengaruhi penurunan risiko pengalaman karies. Akan tetapi,
dengan pola makan sehari-hari yang buruk akan semakin meningkatkan risiko
pengalaman karies. Hal ini mungkin disebabkan karena pola makan sehari-hari secara
tidak langsung berkaitan dengan nutrisi yang terkandung dalam makanan tersebut.
Status nutrisi dengan jumlah yang sesuai memiliki peranan penting khususnya pada
anak-anak dengan rentang usia yang dalam masa pertumbuhan gigi, seperti kalsium,
fosfor dan vitamin. Salah satu komponen mikronutrien lainnya yang berperan dalam
menghambat karies adalah fluoride. Flouride merupakan salah satu mikronutrien
yang berperan dalam metabolisme mikroselular kalsium. Pemanfaatan fluoride yang
tepat guna (kuantitas yang tepat) dapat secara efektif menghambat proses terjadinya
karies gigi.20,25
Untuk menurunkan risiko pengalaman karies, pola makanan yang seimbang
sebaiknya menjadi prioritas dan diaplikasikan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya perhitungan skor DHDS memberikan pengetahuan kepada
masyarakat bahwa sangat penting memperhatikan kandungan nutrisi
makanan/minuman yang dikonsumsi sehari-hari dan mengurangi konsumsi
berlebihan makanan/minuman manis yang dapat berdampak negatif terhadap
kesehatan sistemik secara umum dan kesehatan gigi-mulut secara khususnya.15

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pola makan sehari-hari seluruh siswa SMP YPK Andrea tergolong ke dalam
kategori cukup, dengan rerata DHDS sebesar 57,21 . Rerata DHDS siswa
perempuan 53,49 12,60 lebih rendah dari siswa laki-laki 60,31 14,04 yang masing-
masingnya masih berada dalam kategori cukup yang menunjukkan bahwa asupan
makanan yang dikonsumsi sehari-hari tidak adekuat (FGS=49,83 , khususnya
makanan yang mengandung nutrisi belum mencapai skor maksimal
(NS=14,11 , sedangkan jumlah mengonsumsi makanan manis memiliki skor
yang cukup tinggi (SS=6,72 3,69).
2. Pengalaman karies siswa SMP YPK Andreas secara keseluruhan berada pada
kategori sedang, dengan rerata DMFT sebesar 4,18 Siswa perempuan
memiliki pengalaman karies yang lebih tinggi (4,80 3,35) dari siswa laki-laki
(3,67 2,31).
3. Hasil analisis hubungan menggunakan uji Chi Square menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara pola makan dan pengalaman karies, pada siswa perempuan
dan laki-laki SMP YPK Andreas (p=0,000).
4. Hasil uji statistik menggunakan uji t tidak berpasangan menunjukkan
bahwa pengalaman karies siswa perempuan berbeda dengan pengalaman karies siswa
laki-laki SMP YPK Andreas (p=0,000).
5. Semakin baik pola makan siswa SMP YPK Andreas, maka pengalaman
karies gigi akan semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya semakin buruk pola
makan siswa SMP YPK Andreas, maka pengalaman karies gigi akan semakin tinggi.

6.2 Saran

Universitas Sumatera Utara


1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran anak dan orang tua siswa SMP YPK Andreas tentang pentingnya menjaga
pola makan yang sehat, mencakup status nutrisi yang baik pada anak yang sedang
dalam masa pertumbuhan seperti kalsium, protein dsb dalam rangka meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut anak sejak dini.
2. Orang tua dan guru harus mampu memotivasi anak untuk menjaga kesehatan
gigi dan mulutnya serta memeriksakan keadaan gigi dan mulut anak ke dokter gigi
setiap 6 bulan sekali.
3. Diharapkan bagi pengelola program kesehatan gigi agar memberikan edukasi
tentang kelompok/jenis makanan yang baik atau tidak baik bagi kesehatan gigi (food
group score) atau menganjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan manis (sweet
score).

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Haumschild MS, Haumschild RJ. The importance of oral health in long-term


care. JAMDA 2009; 10(9): 667-71.
2. Ticoalu RL, Wicaksono DA, Zuliari K. Gambaran kebutuhan perwatan karies
gigi pada siswa sekolah menengah atas di Kecamatan Lembeh Selatan Kota
Bitung. JeG 2013; 1.
3. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: Pencegahan dan
Pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 4-35.
4. Ozdemir D. Dental Caries: The most common disease worldwide and
preventive strategies. Int J Biology 2013; 5(4): 55-61.
5. Margarit R, Andrei OC, Daguci C, Farcasiu C. Diet and hygience as risk factors
in dental caries case report. Romanian J Oral Rehabil 2011; 3(1): 40-3.
6. Ash & Nelson. Wheeler’s dental anatomy, physiology and occlusion, 8th ed.
Saunders, 2003.
7. Subramaniam P, Singh D. Association of Age Spesific Body Mass Index,
Dental Caries and Sosioeconomic Status of Children and Adolescents. J Clin
Pediatr Dent. 2011; 36(2): 175-180.
8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. RIFASKES. (Riset Fasilitas
Kesehatan). 2011. Jakarta: 74.
9. Hongini YS. Kesehatan gigi dan mulut. Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2012:
37-38.
10. Putri HM. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung
gigi. Jakarta: EGC, 2010: 154-157.
11. Kidd EAM, Becha SJ. Dasar-dasar karies: Penyakit dan penanggulangannya.
Alih Bahasa Sumawinata N. Jakarta: EGC, 1991; 1(17), 79-96.
12. Ramayanti S, Purnakarya I. Peran makanan terhadap kejadian karies gigi.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2013; 7(2): 89-93.

Universitas Sumatera Utara


13. Noerdin S. Pencegahan karies dengan pemberian fluoride pada anak. J I TEK
GI 2010; 7(1): 31-36.
14. World Health Organisation. Masalah kesehatan anak dan karies gigi pada anak.
<http//kesehatan gigi anak.com> (20 Maret 2017).
15. Chour GV, Chour RG. Diet counselling – a primordial level of prevention of
dental caries. IOSR-JDMS 2014; 13(1): 64-70.
16. Suryawati, P.N. 100 Pertanyaan penting perawatan gigi anak. Dian Rakyat.
Jakarta 2010.
17. Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies. Edisi 2. Alih Bahasa. Sumawinata N,
Faruk S. Jakarta: EGC, 1992: 1-9, 73-74.
18. Cheng Y, Huang H, Wu C, Chen C, Yeh J, Correlation between dental caries
and diet, oral hygiene habits, and other indicators among elementary school
student in Xiulin Township, Hualien County Taiwan. Tzu Chi Medical Journal
2014: 175-181.
19. Denloye O, Papoola B, Ifesanya J. Association between dental caries and body
mass index in 12-15 year old private school children in Ibadan, Nigeria.
Pediatric Dental Journal 2015: 1-6.
20. Elangovan A, Mungara J, Joseph E. Exploring the relation between body mass
index, diet, and dental caries among 6-12-year-old children. Journal of Indian
Society of Pedodontic and Preventive Dentistry 2012; 4(30): 293-300.
21. Torres R, Santos E, Orraca L, Elias A, Palacios C. Diet quality, social
determinants, and weight status in Puerto Rican children aged 12 years. Journal
of The Academy of Nutrition and dietetics 2015: 1-6.
22. Johansson I, Holgerson PL, Kressin NR, Nunn ME, Tanner AC. Snacking
habits and caries in young children. Caries Res 2010; 44; 421-430.
23. Hegde P, Kumar A, Ankola A. Sugar consumption pattern of 13-year-old
school children in Belgaum City, Karnataka. J Indian Soc Pedod Prev Dent
2005:165-167.
24. Moynihan P, Petersen PE. Diet, nutrition and the prevention of dental disease.
Public Health Nutrition 2004; 7: 201-226.

Universitas Sumatera Utara


25. Irigoyen-Camacho E, Perez AG, Gonzales AM, Alvarez RH. Nutritional status
and dental fluorosis among schoolchildren in communities with different
drinking water flouride concentrations in a central region in Mexico. Science of
the Total Environment 2016: 512-519.
26. Honne T, Pentapati K, Kumar N, Acharya S. Relationship between
obesity/overweight status, sugar consumption and dental caries among
adolescents in South India. Int J Dent Hygiene 2011: 1-5.
27. Hashim R, William SM, Thomson WM. Diet and caries experience among
preschool children in Ajman, United Arab Emirates. Eur J Oral Sci 2009; 117:
734-740.
28. Bassir L, Amani R, Masjedi MK, Ahangarpor F. Relationship between dietary
patterns and dental health in type I diabetic children compared with healthy
controls. Iran Red Cres Med J 2004; 16: 1-4.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Alfin Adrien

Tempat/tanggal lahir : Balige, 18 February 1989

Alamat : Jln. Pabrik Tenun no.45 Medan Petisah

Agama : Kristen Protestan

Nama Orang Tua

Bapak : Choi Sung Yong

Ibu : Melissa

Alamat OrangTua : Jln. Pabrik Tenun no.45 Medan Petisah

Pendidikan

SD : SD Dian Harapan Lippo Karawaci

SMP : SMP Methodist 2 Medan

SMA : SMA Methodist 2 Medan

Perguruan Tinggi : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN /
KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN PENGALAMAN KARIES PADA
SISWA SMP YAYASAN PERGURUAN KRISTEN ANDREAS
MENGGUNAKAN INDEKS DMF-T

Nama : Nomor :
Tanggal :
A. 1) Jenis Kelamin : a. Pria
b. Wanita
2) Umur :

B. Pemeriksaan gigi

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27
47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

Indeks Karies ( Menurut WHO)

Kode Pemeriksaan Kondisi


0 Sehat
D Lubang
D Tumpatan dengan lubang (karies sekunder)
F Tumpatan baik
M Hilang karena karies

Skor DMF-T = (D) + (M)+ (F) =


Kriteria Skor karies =
Ketegori pengukuran karies :
Skor Kriteria
0 – 2,6 Rendah
2,7 – 4,4 Sedang
4,5 – 6,5 Tinggi

Universitas Sumatera Utara


C. Pemeriksaan Pola Makan :
Menu Makanan
Waktu Makan
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

Sarapan Pagi
(06.00-09.00)

Cemilan pagi (9.00-


10.00)

Makan Siang
(12.00-14.00)

Cemilan siang
(14.00-17.00)

Makan Malam
(18.00-19.00)

Cemilan malam (
19.00-22.00)

Skor DHDS = Food group score + Nutrient Score - Sweet Score

Kategori pengukuran skor pola makan :


Nilai Kriteria
72 - 96 Sangat Baik
64 - 72 Baik
56 - 64 Cukup
< 56 Buruk

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai