Anda di halaman 1dari 19

HANDOUT SEJARAH WAJIB XII MIPA & IPS

PERSIAPAN TRY OUT PENABUR DAN UJIAN SEKOLAH


2019-2020

KONSEP BERPIKIR DIAKRONIK DAN SINKRONIK DALAM SEJARAH


1. Berpikir Diakronik
Berpikir sejarah diakronis berasal dari kata diakronik atau diachronich; (diachronich, terdiri dari dua
kata, yaitu “dia” dalam bahasa latin artinya melalui/melampaui dan “chronicus” artinya waktu).
Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang.
Berpikir diakronik adalah berpikir kronologis (urutan) dalam menganalisis sesuatu. Kronologis adalah
catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu kejadiannya. Kronologi dalam peristiwa
sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara
tepat, selain itu dapat juga membantu untuk membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama
di tempat berbeda yang terkait peristiwanya. Sejarah itu ilmu diakronis, yang mementingkan proses,
sejarah akan membicarakan suatu peristiwa tertentu yang terjadi pada suatu tempat tertentu sesuai
dengan urutan waktu terjadinya. Melalui pendekatan diakronis, sejarah berupaya menganalisis
evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bahwa
perubahan itu terjadi sepanjang masa..
Sejarah itu diakronis maksudnya memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis
maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu
peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B.
Contoh:
1) Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920.
2) Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930.
3) Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949.
4) Gerakan Zionisme 1897-1948.

2. Berpikir Sinkronik
Berpikir sejarah secara sinkronis yaitu berpikir meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Pendekatan sinkronik biasa digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Sinkronik lebih menekankan pada
struktur, artinya meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat
tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang
perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu
kondisi seperti itu. Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam
waktu yang panjang itu. Sebagai contoh berpikir sinkronis yaitu peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945 dengan menguraikan berbagai aspek, seperti aspek sosial, ekonomi, politik, dan
hubungan internasional. Berpikir sinkronik merupakan cara berpikir yang khas ilmu-ilmu sosial.

3. Perbedaan berpikir Sinkronik dan Diakronik


Cara berpikir Sinkronis Cara berpikir Diakronis

1. Meluas, berdimensi ruang. 1. Memanjang, berdimensi waktu.


2. Sistem terstruktur. 2. Kausalitas/sebab akibat.
3. Deskriptif integrative. 3. Naratif.
4. Statis. 4. Dinamis.
5. Digunakan oleh ilmu-ilmu sosial: Geografi, 5. Digunakan dalam ilmu Sejarah.
Sosiologi, Politik, Ekonomi, Antropologi
dan Arkeologi.

TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRAAKSARA DAN MASA AKSARA


Tradisi masyarakat Indonesia masa Praaksara:
A. Zaman Paleolitikum (zaman batu kasar)
1) Zaman hidup berpindah.
2) Pithecanthropus.
3) Mengumpulkan makanan (food gathering).
4) Hidup di gua-gua.
5) Kebudayaan Pacitan: Chopper (kapak penetak/kapak genggam). Stone culture (budaya batu).
6) Kebudayaan Ngandong: Bone culture. Kapak genggam, chalcedon (batu indah berwarna).

B. Zaman Mesolitikum
1) Memiliki kemajuan hidup.
2) Kjokkenmoddinger (sampah kerang).
3) Abris sous roche (gua tempat tinggal).
4) Alat-alat: Kapak genggam (kapak Sumatra), kapak pendek, dan pipisan.

1
C. Zaman Neolitikum (zaman batu halus)
1) Food producing: Mengusahakan bercocok tanam sederhana dengan membakar hutan, mengolah
lahan, dan menahan lahan (berhuma). Jenis tanamannya: ubi, talas, padi, dan jelai.
2) Peralatan yang lebih bagus seperti beliung persegi (kapak persegi) dan kapak lonjong.
3) Kehidupan bermasyarakat dengan gotong royong sudah mulai berkembang.
4) Sudah bisa membuat perahu rakit atau perahu bercadik.
5) Pada masa ini terjadi perpindahan penduduk dari daratan Asia (Tonkin ke Indocina) ke Nusantara
yang disebut bangsa Proto Melayu pada tahun 1500 SM. Kebudayaan Bacson-Hoabinh.

D. Tradisi Megalitikum
1) Menhir: Tugu batu besar tempat memuja roh nenek moyang. Ditemukan di Sumatra Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
2) Dolmen: Meja batu besar (altar). Terdapat di Bondowoso, Jatim.
3) Sarkofagus: tempat untuk menyimpan jenazah.
4) Waruga: kubur atau makam leluhur orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua
bagian. Bagian atas berbentuk segitiga seperti bubungan rumah.

E. Tradisi Zaman Perundagian


1) Sudah mampu membuat alat dari logam (budaya dongson).
2) Telah mengenal sawah dan sistem pengairan.
3) Sudah mengenal system perdagangan.
4) Jenis benda logam:
a. Nekara: Tambur besar yang ditemukan di Bali, Roti, Alor, Kei, dan Papua.
b. Kapak corong: Bagian tangkainya berbentuk corong. Sebutan lainnya adalah kapak sepatu.
Ditemukan di Makassar, Jawa, Bali, Pulau Selayar dan Papua.
c. Arca Perunggu: Ditemukan di daerah Bangkinang, Riau, dan Limbangan, Bogor.

PROSES KEDATANGAN NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA


Persebaran nenek moyang bangsa Indonesia diperkirakan melalui dua gelombang. Gelombang pertama
ialah Melayu Tua (Proto Melayu) sekitar 2000 SM dan gelombang yang kedua yakni Melayu Muda (Deutro
Melayu) sekitar 500 SM. Berbagai ahli sejarah menerka bahwa kepindahan tersebut disebabkan beberapa
hal antara lain: kekurangan bahan makanan, kerusakan lingkungan di daerah asal, bencana alam, terdesak
oleh pendatang, peperangan, dll.

1. Proto Melayu
Jalur perpindahan dari Yunan menuju wilayah Indonesia dibagi menjadi dua rute yakni rute barat dan
rute timur. Jalur barat dari Yunan ke Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali dan
Nusa Tenggara kebudayaan yang dibawa adalah kapak persegi. Sedangkan jalur timur dimulai dari
Teluk Tonkin menyusuri pantai Asia Timur menuju Taiwan, Filipina, Sulawesi, Maluku, Papua sampai
Australia dengan membawa kebudayaan kapak Lonjong. Keturunan bangsa Proto Melayu misalnya
saja suku bangsa Batak, Dayak dan Toraja. Bangsa Proto Melayu sudah bermukim secara menetap,
dengan berternak dan pengolahan tanah secara sederhana.

2. Deutro Melayu
Persebaran Deutro Melayu menempuh jalur barat dengan membawa kebudayaan Dongson dari
Vietnam. Kebudayaan Dongson merupakan bebudayaan yang menghasilkan alat-alat dari perunggu
seperti kapak corong (kapak perunggu), nekara, moko dan perhiasan dari perunggu. Bangsa Deutro
Melayu memilih tinggal di daerah pesisir, muara dan sungai yang merupakan daerah yang subur. Deutro
Melayu sudah bercocok tanam lebih modern dibangindkan Proto Melayu. Deutro Melayu sudah
mengenal irigasi. Bangsa Indonesia sekarang yang merupakan keturunan dari bangsa Deutro Melayu
adalah suku bangsa jawa, Madura, Menado dan Melayu.

PERKEMBANGAN KERAJAAN HINDU BUDDHA DAN ISLAM DI INDONESIA


1. Kerajaan Sriwijaya
Sejarah Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Budha yang berdiri pada abad ke-7 dibuktikan dengan
adanya prasasti kedukan Bukit di Palembang (682). Sriwijaya menjadi salah satu kerajaan yang kuat di
Pulau Sumatera. Nama Sriwijaya berasal dari bahasa Sanskerta berupa "Sri" yang artinya bercahaya
dan "Wijaya" berarti kemenangan sehingga dapat diartikan dengan kemenangan yang bercahaya atau
gemilang. Pada catatan perjalanan I-Tsing, pendeta Tiongkok yang pernah mengunjungi Sriwijaya pada
tahun 671 selama 6 bulan menerangkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi
Muara Takus (Provinsi Riau sekarang). Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa
sebagai raja pertama dan mencapai kejayaan pada masa Balaputra Dewa.

2
Bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya sebagai pusat penyebaran agama Budha di Asia Tenggara ada pada
prasasti Nalanda, prasasti Talang Tuo, dan prasasti Kota Kapur

Kejayaan Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya berjaya pada abad 9-10 Masehi dengan menguasai jalur perdagangan maritim di
Asia Tenggara. Sriwijaya telah menguasai hampir seluruh Asia Tenggara, diantaranya, Jawa, Sumatera,
Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Sriwijaya menjadi pengendali rute
perdaganagan lokal yang mengenakaan bea cukai kepada setiap kapal yang lewat. Hal ini karena
Sriwijaya menjadi penguasa atas Selat Sunda dan Malaka. Selain itu, Kerajaan Sriwijaya berada di jalur
perdagangan India-Cina untuk mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang
perdagangan yang melayani pasar Tiongkok dan India.

Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya mengalami keruntuhan ketika Raja Rajendra Chola, penguasa Kerajaan
Cholamandala menyerang dua kali pada tahun 1007 dan 1023 M yang berhasil merebut bandar-bandar
kota Sriwijaya. Peperangan ini disebabkan karena Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Cholamandala
bersaing pada bidang perdagangan dan pelayaran. Dengan demikian, tujuan dari serangan Kerajaan
Cholamandala tidak untuk menjajah melainkan untuk meruntuhkan armada Sriwijaya. Hal ini
menyebabkan ekonomi Kerajaan Sriwijaya semakin melemah karena para pedagang yang biasanya
berdagang di Kerajaan Sriwijaya terus berkurang. Tidak hanya itu, kekuatan militer Sriwijaya juga
semakin melemah sehingga banyak daerah bawahannya yang melepaskan diri. Akhirnya, Kerajaan
Sriwijaya runtuh pada abad ke-13.

2. Kerajaan Majapahit
Raja yang pernah memerintah:
a) Raden Wijaya: bergelar Sri Rajasa Jayawardhana, peletak dasar-dasar kerajaan
b) Jayanegara: penuh dengan pemberontakan, salah satunya pemberontakan Kuti yang berhasil
ditumpas oleh Gajah Mada. Jayanegara dibunuh oleh tabib istana, dan tidak meninggalkan
keturunan
c) Tribuwana Tunggadewi (Bhre Khuripan): ekspedisi hingga seluruh Nusantara. Maha Patih Gajah
Mada mengucapkan Sumpah Palapa untuk menyatukan Nusantara
d) Hayam Wuruk (Kertajasa Jayawardhana) : anak Bhre Kahuripan, Gajah Mada mewujudkan
sumpahnya, Majapahit di puncak Kejayaan Kerajaan ini runtuh karena perang saudara antara
Wikramawardhana (suami Kusumawardahani, anak Hayam Wuruk), dan Bhre Wirabhumi (anak
laki-laki Hayam Wuruk dari selir). Perang ini disebut perang Paregreg, dan Wirabhumi kalah.
Kekuasaan Majapahit melemah, dan banyak wilayah yang melepaskan diri. Selain itu terdapat
serangan dari Kerajaan Demak.

Beberapa kitab peninggalan Kerajaan Majapahit


a) Kitab Negara Kertagama
Kitab peninggalan kerajaan Majapahit pertama yang cuku dikenal adalah Kitab Negara Kertagama.
Kitab ini karangan Empu Prapanca, Isi dari kitab ini menceritakan tentang keadaan kota Trowulan,
Kerajaan Majapahit serta daerah jajahannya serta kisah perjalanan Raja Hayam Wuruk
mengelilingi daerah kekuasaannya.
b) Kitab Sutasoma
Kitab Sutasoma merupakan kitab peninggalan kerajaan Majapahit yang dikarang oleh Empu
Tantular. alam kitab ini terdapat ungkapan yang hingga saat ini di jadikan sebagai Motto Negara
Kesatuan Republik Indonesia yaitu ” Bhinekka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrawa “.
c) Kitab Arjuna Wiwaha
Kitab Arjunawiwāha ini karangan Empu Kanwa, didalam kitab ini diceritakan tentang Arjuna
Sasrabahu yang berhasil mengalahkan raksasa jahat dan kejam.
d) Kitab Kunjarakarna
Isi kitab ini menceritakan tentang raksasa yang berkeinginan untuk menjadi Manusia.
e) Kitab Sudayana
Isi Kitab Sudayana adalah tentang Peristiwa Bubat, yaitu rencana pernikahan antara Raja Hayam
Wuruk dengan Dyah Pitaloka, putri Sri Baduga Maharaja.

Sebab keruntuhan kerajaan Majapahit


1) Tidak ada tokoh pengganti yang berwibawa sesudah Hayam Wuruk (1389 M) dan Gadjah Mada
(1364 M)
2) Perang Paregreg (Perang saudara) antara Kusumawardhani dengan Bhre Wirabhumi. Perang
Paregreg berlangsung berkepanjangan dan menyebabkan Majapahit menjadi lemah
3) Banyak negeri bawahan Majapahit yang berusaha melepaskan diri.
4) Berkembangnya agama Islam di pesisir pantai utara Pulau Jawa telah mengurangi dukungan
terhadap Kerajaan Majapahit.
5) Munculnya Kerajaan Islam, Demak

3
3. Kerajaan Demak
Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa. Menurut tradisi Jawa,
Demak sebelumnya merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai
kekuatan baru mewarisi legitimasi dari kebesaran Majapahit.
Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor dan pusat penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan
Indonesisia pada umumnya, Walaupun tidak berumur panjang dan segera mengalami
kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1560
kekuasaan Demak beralih ke Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir/Hadiwijaya.
Salah satu peninggalan bersejarah Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang menurut tradisi
didirikan oleh Wali Songo

4. Kerajaan Mataram Islam


Masa kejayaan Mataram Islam kekuasaannya hampir seluruh Pulau Jawa kecuali Banten, Cirebon,
Batavia dan Blambangan. Pernah dua kali menyerang Batavia dari Belanda yaitu tahun 1628 dan 1629
tetapi mengalami kegagalan. Kerajaan Mataram mengalami kejayaan pada waktu pemerintahan Sultan
Agung Hanyakra Kusuma tahun 1613-1645.

Prestasi yang dicapai Sultan Agung antara lain:


1) Memperluas daerah kekuasaannya meliputi Madura, Palembang, Banjarmasin.
2) Mengatur dan mengawasi wilayah kekuasaan langsung dari kota Gede (pusatnya).
3) Melakukan mobilisasi militer secara besar-besaran terhadap persenjataannya.
4) Mengubah perhitungan tahun Jawa Hindu (Saka) dengan tahun Islam (Hijrah) yang berdasarkan
peredaran bulan sejak tahun 1633.
5) Menyusun karya sastra yang cukup terkenal yaitu Sastra Gending.
6) Menyusun kitab UU yang merupakan perpaduan hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang
disebut Surya Alam.
7) Penerus Sulta Agung tak ada yang cakap, sehingga mengalami kemunduran, apabila setelah
pendudukan Belanda – VOC ikut campur dalam kerajaan. Setelah Perjanjian Giyanti 1755 Mataram
dipecah menjadi dua yaitu : Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta, dan melalui perjanjian Salatiga
1757 Surakarta terpecah lagi dengan munculnya kekuasaan Mangkunegara, sedangkan Yogyakarta
juga terpecah lewat perjanjian dengan Inggris tahun 1813 dengan munculnya kekuasaan Paku
Alam.

AKULTURASI HINDU-BUDHA DAN ISLAM


1. Seni Bangunan
a) Makam: Pada makam Islam sering kita jumpai bangunan kijing atau jirat (bangunan makam yang
terbuat dari tembok batu bata) yang kadang-kadang disertai bangunan rumah (cungkup) di atasnya.
Pintu gerbangnya berbentuk gapura seperti candi. Makam terletak di tempat yang lebih tinggi dan
dekat dengan masjid.
b) Masjid: bentuknya seperti pendopo (balai atau ruang besar tempat rapat) dengan komposisi ruang
yang berbentuk persegi dan beratap tumpang. Penempatan masjid sesuai dengan komposisi
mocopat (yaitu masjid ditempatkan di sebelah barat alun-alun), dan dekat dengan istana (keraton).
2. Sistem Pemerintahan. Raja tidak lagi dipanggil maharaja, tetapi diganti dengan julukan sultan atau
sunan (susuhunan), panembahan, dan maulana. Pada umumnya nama raja pun disesuaikan dengan
nama Islam (Arab).
3. Sistem politik. Pada masa Hindu-Budha terdapat konsep dewa raja dimana raja merupakan titisan dewa,
disembah seperti dewa, namun pada masa Islam konsep dewa raja menjadi khalifah yaitu wakil Tuhan
untuk memimpin umat Islam di dunia.
4. Sistem Kalender. Sistem kalender Jawa atau Tarikh Jawa. Sistem kalender tersebut diciptakan oleh
Sultan Agung dari Mataram pada tahun 1043 H atau 1643 M.
5. Grebeg Maulid Nabi merupakan salah satu budaya Hindu yang digunakan untuk memperingati hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW di Jawa.
6. Kesenian berupa :
a) Seni rupa berupa kaligrafi
b) Seni musik, perpaduan budaya Nusantara dan Arab pada musik qasidah, dengan menggunakan
alat musik seperti gendang atau gambus dengan syair-syair Islami berbahasa Arab.
c) Seni sastra, cukup banyak yang dipengaruhi oleh budaya Arab
d) Seni Tari, contohnya Tari Saman
e) Seni Ukir, dengan menggunakan kaligrafi

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

4
A. Kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia

Bangsa Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tanggal 22 Juni 1596. Mereka mendarat di
pelabuhan Banten. Armada Belanda ini dipimpin oleh Cornelis de Houtman.

Semula kedatangan mereka ini disambut baik oleh penduduk Banten. Tetapi, lama-lama Belanda
menunjukkan sikap yang serakah, kasar, dan sombong. Mereka memaksa rakyat Banten untuk menyediakan
lada dan tidak mau membayarnya. Hal inilah yang menyebabkan rakyat Banten mengusirnya.

Akhirnya dengan terpaksa Belanda harus menyingkir dari Banten. Orang-orang Belanda kemudian berlayar
ke Bali. Namun armada Belanda di Bali tidak mendapat sambutan dengan baik. Akhirnya mereka
memutuskan kembali ke Eropa dengan tangan hampa serta menanggung kerugian yang sangat besar.

Tahun 1598 untuk kedua kalinya Belanda datang di Banten. Armada ini dipimpin oleh Jacob Van Neck dan
Van Warwijck. Sikap mereka lebih ramah daripada sebelumnya sehingga kedatangan mereka ini disambut
dengan baik. Dan karena sudah bersikap ramah, orang Indonesia mengizinkan mereka berdagang. Orang
Belanda semakin banyak yang datang ke Indonesia. Pelayaran bangsa Belanda yang kedua ini berhasil
mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Mereka pulang ke negeri Belanda dengan kapal-kapal yang
dipenuhi rempah-rempah.

Pembentukan VOC
Terbukanya jalur perdagangan di Indonesia menyebabkan munculnya persaingan di antara para pedagang,
baik dengan Belanda sendiri maupun dengan pedagang Eropa lainnya. Mereka bersaing untuk membeli
rempah-rempah sebanyak-banyaknya dari Indonesia.
Pada tanggal 20 Maret 1602, Belanda mendirikan persatuan dagang atau kongsi dagang yaitu Perkumpulan
Dagang Hindia Timur (Verenigde Oost Indische Compagnie) yang disingkat VOC. Tujuan utama
didirikannya VOC adalah untuk memenangkan persaingan dagang dan mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Pimpinan VOC disebut gubernur jenderal. Gubernur jenderal VOC yang pertama adalah
Pieter Both.

B. Kebijakan Pemerintahan Herman W. Daendel


Sebagai seorang revolusioner, Daendels sangat mendukung perubahan-perubahan liberal. Beliau juga
bercita-cita untuk memperbaiki nasib rakyat dengan memajukan pertanian dan perdagangan. Akan
tetapi, dalam melakukan kebijakan-kebijakannya beliau bersikap diktator sehingga dalam masa
pemerintahannya yang singkat, yang diingat rakyat hanyalah kekejamannya. Pembaruan-pembaruan
yang dilakukan Daendels dalam tiga tahun masa jabatannya di Indonesia adalah sebagai berikut.
1) Bidang Birokrasi Pemerintahan
a) Dewan Hindia Belanda sebagai dewan legislatif pendamping gubernur jenderal dibubarkan dan
diganti dengan Dewan Penasihat. Salah seorang penasihatnya yang cakap ialah Mr. Muntinghe.
b) Pulau Jawa dibagi menjadi 9 prefektuur dan 31 kabupaten. Setiap prefektuur dikepalai oleh
seorang residen (prefek) yang langsung di bawah pemerintahan Wali Negara. Setiap residen
membawahi beberapa bupati.
c) Para bupati dijadikan pegawai pemerintah Belanda dan diberi pangkat sesuai dengan ketentuan
kepegawaian pemerintah Belanda. Mereka mendapat penghasilan dari tanah dan tenaga sesuai
dengan hukum adat.

2) Bidang Hukum dan Peradilan


Dalam bidang hukum, Daendels membentuk 3 jenis pengadilan:
a) Pengadilan untuk orang Eropa.
b) Pengadilan untuk orang pribumi.
c) Pengadilan untuk orang Timur Asing.

3) Bidang Militer dan Pertahanan


Dalam melaksanakan tugas utamanya untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris,
Daendels mengambil langkah-langkah berikut ini:
a) Membangun jalan antara Anyer-Panarukan, baik sebagai lalu lintas pertahanan maupun
perekonomian.
b) Menambah jumlah pasukan dalam angkatan perang dari 3000 orang menjadi 20.000 orang.
c) Membangun pabrik senjata di Gresik dan Semarang. Hal itu dilakukan karena beliau tidak
dapat mengharapkan lagi bantuan dari Eropa akibat blokade Inggris di lautan.
d) Membangun pangkalan angkatan laut di Ujung Kulon dan Surabaya.

4) Bidang Ekonomi dan Keuangan


a) Membentuk Dewan Pengawas Keuangan Negara (Algemene Rekenkaer) dan dilakukan
pemberantasan korupsi dengan keras.

5
b) Mengeluarkan uang kertas.
c) Memperbaiki gaji pegawai.
d) Pajak in natura (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (Verplichte Leverantie) yang
diterapkan pada zaman VOC tetap dilanjutkan, bahkan ditingkatkan.
e) Mengadakan monopoli perdagangan beras.
f) Mengadakan Prianger Stelsel, yaitu kewajiban bagi rakyat Priangan dan sekitarnya untuk
menanam tanaman ekspoer (seperti kopi).

5) Bidang Sosial
a) Rakyat dipaksa melakukan kerja paksa (rodi) untuk membangun jalan Anyer-Panarukan.
b) Perbudakkan dibiarkan berkembang.
c) Menghapus upacara penghormatan kepada residen, sunan, atau sultan.
d) Membuat jaringan pos distrik dengan menggunakan kuda pos.

C. Kebijakan-Kebijakan Raffles
1) Bidang Birokrasi dan Pemerintahan
Langkah-langkah Raffles pada bidang pemerintahan adalah:
a) Membagi Pulau Jawa menjadi 18 keresidenan (sistem keresidenan ini berlangsung sampai
tahun 1964).
b) Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi
sistem pemerintahan kolonial yang bercorak Barat.
c) Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya yang mereka
peroleh secara turun-temurun.
d) Sistem juri ditetapkan dalam pengadilan.

2) Bidang Ekonomi dan Keuangan


Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedang pemerintah hanya
berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling
menguntungkan. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib
(verplichte leverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman VOC. Menetapkan sistem sewa tanah
(landrent) yang berdasarkan anggapan pemerintah kolonial. Pemungutan pajak secara perorangan.

3) Bidang Hukum
Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih baik daripada yang dilaksanakan oleh Daendels.
Karena Daendels berorientasi pada warna kulit (ras), Raffles lebih berorientasi pada besar kecilnya
kesalahan.

4) Bidang Sosial
Penghapusan kerja rodi (kerja paksa) dan penghapusan perbudakan, tetapi dalam praktiknya ia
melanggar undang-undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan. Peniadaan
pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan harimau.

5) Bidang Ilmu Pengetahuan


a) Ditulisnya buku berjudul History of Java di London pada tahun 1817 dan dibagi dua jilid.
b) Ditulisnya buku berjudul History of the East Indian Archipelago di Eidenburg pada tahun
1820 dan dibagi tiga jilid.
c) Raffles juga aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan
ilmu pengetahuan.
d) Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi.
e) Dirintisnya Kebun Raya Bogor.
f) Memindahkan Prasasti Airlangga ke Calcutta, India sehingga diberi nama Prasasti Calcutta.

PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA TERHADAP KOLONIALISME


1. Perang Diponegoro (1825 – 1830)
Dibawah pimpinan pangeran Diponegoro terjadinya perlawanan rakyat pada 1825 hingga 1830 yaitu
satu perlawanan kepada pemerintah kolonial Belanda. penyebab terjadinya perang Diponegoro dapat
disimpulkan ada dua alasan yaitu sebab umum dan juga sebab khusus.
Berikut ini sebab-sebab umum yang membuat terjadinya perlawanan Diponegoro antara lain sebagai
berikut:
a) Timbulnya rasa kekecewaan di kalangan para ulama, karena masuknya budaya barat yang tidak
sesuai dengan ajaran agama Islam
b) Wilayah kesultanan Mataram yang semakin sempit dan para raja sebagai pengusaha Pribumi yang
mulai kehilangan kedaulatan.
c) Belanda ikut campur tangan dalam masalah kesultanan
d) Sebagian dari bangsawan merasa kecewa karena Belanda tidak mau mengikuti adat istiadat dari
keraton.

6
e) Para bangsawan juga merasa kecewa karena Belanda telah menghapus sistem penyewaan tanah
oleh para bangsawan kepada petani yang mulai terjadi pada tahun 1824.
f) Kehidupan rakyat yang semakin menderita dan juga disuruh kerja paksa dan harus membayar
berbagai macam pajak.
 Pajak tanah
 Pajak jumlah pintu
 Pajak ternak
 Pajak pindah rumah
 Pajak pindah nama
 Pajak menyewa tanah atau menerima jabatan

Sedangkan sebab khusus perang Diponegoro adalah pemasangan patok oleh Belanda untuk
pembangunan jalan yang melintasi tanah dan juga makam para leluhur pangeran Diponegoro di
Tegalrejo, pemasangan ini terjadi tanpa izin dari kerajaan sehingga ditentang oleh Pangeran
Diponegoro. Hal ini dianggap sebagai penghinaan dan masyarakat Jawa umumnya sangat
menghargai dan menghormati para leluhur mereka.

2. Perang Aceh (1873-1904)


Pada tanggal 22 Maret 1871, Belanda mengutus F.N. Nieuwnhuysen menemui Sultan Aceh,
Muhammad Daud Syah. Ia menyampaikan surat yang berisi permintaan agar Aceh mengakui
kedaulatan Hindia-Belanda. Sultan Aceh menolak keinginan Belanda, akobatnya pada 26 Maret
1873, Belanda mengumukan perang terhadap Aceh. Yang dipimpin oleh Mayjen Kohler dan
dilanjutkan Jendral Van Swieten. Menghadapi penyerangan Belanda, perjuangan wakyat aceh
semakin meningkat dengan datangannya utusan Aceh Habib Abdurachman dari Turki. Selain itu
kepercayaan diri rakyat Aceh semakin bertambah dengan munculnya tokoh-tokoh perjuangan
seperti Teuku Cik Ditiro, Panglima Polim, Teuku Cik Peusangan, Cut Mutia, Teuku Umar dan
istrinya Cut Nyak Dien.

Belanda semakin kewalahan menghadapi perjuangan rakyat Aceh. Akhirya pemerintah Belanda
mengirim Dr. Snouck Hurgronje untuk menyelidiki kehidpan dan struktur masyarakat Aceh.
Dengan menyamar sebagai seorang Ulama bernama Abdul Gafar, Snouck Hurgronje berhasil
mengetahui kelemahan masyarakat Aceh dalam bukunya yang berjudul De Atjehers. Melalui
bukunya ia menggunakan siasat kekerasan dalam menghadapi perlawanan rakyat Aceh.

Pelaksanaan Politik Pintu Terbuka


Pelaksanaan politik pintu terbuka yaitu membuka Jawa bagi perusahaan swasta. Kebebasan dan keamanan
para pengusaha dijamin. Pemerintah kolonial hanya memberi kebebasan para pengusaha untuk menyewa
tanah, bukan untuk membelinya. Hal ini dimaksudkan agar tanah penduduk tidak jatuh ke tangan asing.
Tanah sewaan itu dimaksudkan untuk memproduksi tanaman dapat di ekspor ke Eropa.

Dampak Dari Kebijakan Politik Pintu Terbuka


Politik pintu terbuka yang diharapkan dapat memperbaiki kesejahteraan rakyat, justru membuat rakyat
semakin menderita. Rakyat semakin menderita dan sengsara karena eksploitasi terhadap sumber pertanian
dan tenaga manusia semakin hebat. Rakyat mengenal sistem upah dengan uang, juga mengenal barang-
barang ekspor dan impor. Industri/usaha pribumi mati karena pekerjanya pindah bekerja ke perkebunan dan
pabrik-pabrik. Indonesia menjadi wilayah eksploitasi penanaman modal asing,

Undang-Undang Agraria
Undang-Undang Agraria merupakan bentuk dari peraturan hukum agraria kolonial di Indonesia yang
berlangsung dari 1870 hingga 1960. Peraturan tersebut kemudian dihapus oleh para politik di Indonesia
dengan mengeluarkan Undang-Undang Pokok Agraria tahun 1960 oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Jadi Agrarische Wet tersebut sudah berlangsung selama 90 tahun sampai mendekati satu abad umurnya.
Wet itu tercantum dalam pasal 51 dari Indische Staatsregeling, yang menjadi peraturan pokok dari undang-
undang Hindia Belanda.

Tujuan Undang-Undang Agraria:


1. Menjaga hak pilik petani atas tanahnya dari penjajah dan pemodal asing.
2. Memberi peluang kepada pemodal asing untuk menyewa tanah dari penduduk Indonesia dari
penjajah.
3. Membuka peluang kerja kepada penduduk untuk sebagai buruh perkebunan.

Isi Undang-Undang Agraria:


1. Gubernur jenderal VOC tidak memperbolehkan menjual tanah milik pemerintah. Tanah tersebut bisa
disewakan paling lama sekitar 75 tahun.
2. Tanah milik pemerintah antara lain, hutan yang belum dibuka, tanah yang berada di luar kawasan
milik desa dan penghuninya dan tanah milik adat.
3. Tanah milik penduduk antara lain, semua sawah dan ladang yang dimiliki langsung oleh penduduk
desa. Tanah sejenis itu boleh disewa oleh pemodal asing sekitar 5 tahun.

7
Hak Guna Usaha dalam Undang-Undang Agraria:
1. Hak untuk perkebunan dan pertanian besar, maksimum 500 bahu dengan harga sewa minimum 5
florint per bahu.
2. Hak untuk perkebunan dan pertanian kecil bagi orang bangsa Eropa “miskin” atau perkumpulan
sosial di Hindia Belanda, minimum 25 bahu dengan harga sewa satu florint per bahu, namun pada
tahun 1908 diperluas menjadi minimum sekitar 500 bahu.
3. Hak untuk rumah tetirah dan pekarangannya seluas minimum sekitar 50 bahu.

Dampak Undang-Undang Agraria:


1. Rakyat Indonesia diperkenalkan akan pentingnya arus keluar masuknya modal dalam kehidupan
ekonomi.
2. Dengan meningkatnya perkebunan-perkebunan besar membuat produksi tanaman ekspor meningkat,
bahkan jauh melebihi produksi pada saat memakai “Sistem Tanam Paksa”.
3. Pada saat itu Indonesia merupakan penghasil kina nomor satu di dunia.
4. Rakyat Indonesia turut merasakan saran yang dibangun pada saat itu guna membantu pertumbuhan
perkebunan, seperti jalan, jembatan dan rel kereta api.

POLITIK ETIS
Politik etis awal kemunculannya di tahun 1890 karena desakan golongan liberal pada parlemen Belanda.
Ketika itu orang yang berhaluan progresif itu memberikan usulan supaya pemerintah Belanda memberikan
perhatian terhadap masyarakat Indonesia yang sudah bekerja keras mengisi keuangan negara Belanda
melalui program tanam paksa.
Desakan tersebut timbul dari adanya pemikiran bahwa negeri Belanda sudah berhutang banyak terhadap
kekayaan bangsa Indonesia yang dinikmati oleh Belanda.

Tujuan Politik Etis


Tujuan politik etis adalah untuk memajukan tiga bidang yakni edukasi dengan mengadakan pendidikan,
irigasi dengan membuat sarana dan jaringan pengairan, dan emigrasi dengan mengorganisasi perpindahan
penduduk.

Politik etis yang dijalankan Belanda dengan perbaikan pada bidang irigasi pertanian, emigrasi dan
pendidikan sepintas terlihat mulia. Namun dibalik itu, tujuan program-program itu dimaksudkan untuk
kepentingan Belanda sendiri.

Latar Belakang Politik Etis:


1) Sistem tanam paksan memunculkan penderitaan rakyat Indonesia.
2) Sistem ekonomi liberal tidak dapat memperbaiki kesejahteraan rakyat.
3) Belanda memberi penekanan dan penindasan kepada rakyat.
4) Rakyat kehilangan tanahnya.
5) Terdapat kritik dari kaum intelektual Belanda sendiri.

Gagasan politik ini dikemukakan oleh Van Deventer sebagai politik balas budi kepada rakyat Indonesia.
Kebijakan politik etis ini bertumpu pada tiga bidang: pendidikan, irigasi, transmigrasi. Ini pun bertujuan
untnuk mendukung perusahaan-perusahaan Belanda. Dari program politik etis ini di bidang pendidikan
lahirnya kaum terpelajar yang dalam perkembangannya menjadi pelopor dan pemimpin pergerakan
nasional.

MASA PERGERAKAN NASIONAL


Pergerakan Nasional lahir dan berkembang karena beberapa faktor yaitu :
A. Faktor Internal (dari dalam)
1) Keinginan untuk membebaskan diri dari penjajahan akibat penderitaan yang dialami rakyat.
2) Munculnya golongan terpelajar (elite nasional) akibat pelaksanaan politik etis.
3) Mengenang kejayaan masa lampau yang gemilang.
4) Adanya diskriminasi rasial.

B. Faktor Eksternal (dari luar)


1) Kemenangan Jepang atas Rusia (1904-1905).
2) Munculnya paham-paham besar di Eropa
3) Terpengaruh oleh gerakan nasional di negara lain, seperti:
a) Gerakan Kemerdekaan rakyat India yang dipimpin oleh Mahatma Gandhi.
b) Gerakan Turki Muda yang dipimpin Musthapa Kemal Pasha (Kemal Ataturk).
c) Gerakan Kemerdekan di Philipina dibawah pimpinan Yose Rizal.
d) Revolusi Cina (1911) yang dipelopori oleh Dr. Sun Yat Sen.

Sifat / ciri pergerakan nasional itu antara lain:

8
1) Pergerakan bersifat kebangsaan/ nasional
2) Pergerakan menggunakan sistem organisasi teratur, dan tidak terpusat ada pimpinan
3) Pergerakan dilakukan oleh pelajar yang berpandangan jauh ke depan
4) Perjuangan tidak bersifat fisik/ mengangkat senjata, namun berupa gerakan pendiidkan ekonomi
dan politik

Ciri pergerakan nasional sebelum 1908:


1) Kurang adanya persatuan/bersifat kedaerahan.
2) Faktor persenjataan masih sangat sederhana, masih menggunakan senjata tradisional.
3) Pemimpin perjuangan adalah pemimpin daerah atau golongan bangsawan.
4) Bersifat sporadis.

Ciri pergerakan nasional setelah 1908:


1) Mulai menonjolkan persatuan dan semangat kebangsaan.
2) Tidak lagi menggunakan senjata tradisiomal, melainkan menggunakan organisasi modern.
3) Pemimpin perjuangan dari golongan terpelajar.
4) Tujuannya kemerdekaan bangsa.

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya pergerakan nasional:


a) Faktor yang berasal dari luar negeri (eksternal)
(1) Pada waktu itu umumnya bangsa-bangsa di Asia sedang menghadapi imperialisme Barat. Hal inilah
yang mendorong bangkitnya nasionalisme Asia.
(2) Kemenangan Jepang dalam perang melawan Rusia tahun 1905 juga membuktikan bahwa ternyata
Bangsa Timur dapat juga mengalahkan Bangsa Barat.
(3) Adanya gerakan Turki Muda yang bertujuan mencari perbaikan nasib.
(4) Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang masuk ke Indonesia seperti
Liberalisme, Demokrasi, Nasionalisme dan Sosialisme yang mempercepat timbulnya Nasionalisme
di Indonesia.
b) Faktor yang berasal dari dalam negeri (internal)
(1) Adanya rasa tidak puas, penderitaan, rasa kesedihan dan kesengsaraan dari bangsa Indonesia
terhadap penjajahan dan penindasan kolonial.
(2) Kenangan kejayaan masa lampau: masa kejayaan kerajaan Majapahit.
(3) Munculnya kaum terpelajar atau cendekiawan.

Organisasi Pergerakan Nasional


Secara umum organisasi-organisasi tersebut dapat dibabakan ke dalam beberapa masa berdasarkan corak
pergerakannya, sebagai berikut:
a) Masa awal pergerakan nasional (1908 - 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam,
dan Indische Partij.
b) Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI),
Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
c) Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di
samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.

Budi Utomo
Pada awal abad ke-20 sudah banyak mahasiswa di kota-kota besar terutama di Pulau Jawa. Sekolah
kedokteran bernama STOVIA (School tot Opleideing van Inlandsche Aartsen) terdapat di Jakarta. Para
tokoh mahasiswa kedokteran sepakat untuk memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dengan memajukan
pendidikan rakyat.

Pada tanggal 20 Mei 1908 sebuah organisasi bernama Budi Utomo dibentuk di Jakarta. Ketua Budi Utomo
adalah dr Sutomo, dan tonggak berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dikenang sebagai Hari
Kebangkitan Nasional. Tokoh lain pendiri Budi Utomo adalah Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T.
Ario Tirtokusumo.

Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya adalah kemajuan bagi Hindia
Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah,
mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah,
membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan
bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang
layak.

Indische Partij
Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia. Para pendiri Indische Partij yang terkenal dengan
sebutan tiga serangkai E.F.E. Douwes Dekker (Danudirjo Setiabudi), Ki Hajar Dewantara (R.M. Suwardi
Suryaningrat), dan dr. Cipto Mangunkusumo. Indische Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912.
Tujuan Indische Partij sangat jelas, yakni mengembangkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia.
Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan tanpa memandang suku, agama, dan ras.

9
Pada tahun 1913 terdapat persiapan pelaksanaan perayaan 100 tahun pembebasan Belanda dari kekuasaan
Perancis. Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut memperingati hari tersebut. Para tokoh Indische
Partij menentang rencana tersebut. Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De
Expres, dengan judul Als Ik een Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda). Suwardi mengecam
Belanda, bagaimana mungkin bangsa terjajah (Indonesia) disuruh merayakan kemerdekaan penjajah.
Pemerintah Belanda marah dengan sikap para tokoh Indische Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat ditangkap dan dibuang ke Belanda

Perhimpunan Indonesia
Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische Vereeniging. Pelopor
pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto. Para mahasiswa lain
yang terlibat dalam organisasi ini adalah R. Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul
Rivai, Radjiman Wediodipuro (Wediodiningrat), dan Brentel. Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging
adalah Indonesia merdeka, memperoleh suatu pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada
seluruh rakyat. Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan Suwardi
Suryaningrat, sangat mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging. Indische Vereeninging pada
tahun 1924 berubah namanya menjadi Perhimpunan Indonesia (PI) Masuk konsep “Hindia Bebas” dari
Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang diperintah oleh rakyatnya sendiri. Perasaan anti-
kolonialisme semakin menonjol setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson tentang
kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah

Partai Nasional Indonesia


Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak berawal dari studie club. Salah satunya adalah
Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli
1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeene Studie Club. Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh
situasi sosio politik yang kompleks. Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk
menyusun kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian partai ini
dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr.
Soenarjo.
Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan
perjuangan PNI. Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional, dan perbuatan nasional.
Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI menggunakan tiga
asas yaitu self help (berjuang dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga
antipati dan nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah marhaenisme

KONGGRES PEMUDA II
Pada tanggal 3 Mei 1928 diadakan pertemuan lagi untuk persiapan kongres kedua, dan dilanjutkan pada 12
Agustus 1928. Pada pertemuan terakhir ini telah hadir perwakilan semua organisasi pemuda dan diputuskan
untuk mengadakan kongres pada bulan Oktober 1928, dengan susunan panitia yang membagi jabatan
pimpinan kepada satu organisasi pemuda (tidak ada organisasi yang rangkap jabatan) sebagai berikut:
 Ketua: Sugondo Djojopuspito (PPPI)
 Wakil Ketua: R.M. Joko Marsaid (Jong Java)
 Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Soematranen Bond)
 Bendahara: Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
 Pembantu I: Johan Mohammad Cai (Jong Islamieten Bond)
 Pembantu II: R. Katjasoengkana (Pemoeda Indonesia)
 Pembantu III: R.C.I. Sendoek (Jong Celebes)
 Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
 Pembantu V: Mohammad Rochjani Su'ud (Pemoeda Kaoem Betawi)

Hasil Keputusan Konggres


Salah satu hasil Kongres Pemuda II yaitu berhasil mengambil keputusan yang dikenal sebagai Sumpah
Pemuda, yang isinya sebagai berikut:
(1) Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
(2) Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
(3) Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Makna Sumpah Pemuda:


1) Menghargai perjuangan Indonesia.
2) Memberikan semangat untuk belajar.
3) Mencintai Indonesia dengan segenap hati.
4) Bangga menjadi bagian dari Indonesia.
5) Bangga mengguankan bahasa Indonesia.
6) Menjaga keutuhan NKRI.

Peranan pemuda masa kini dalam mengisi kemerdekaan Indonesia:

10
1) Menjaga dan melestarikan kebudayaan Indonesia.
2) Menjaga kelestarian wilayah Indonesia.
3) Melestarikan penciptaan yang yang sudah dihasilkan oleh bangsa Indonesia.
4) Menjaga keutuhan NKRI.
5) Membuat hal-hal baru yang berguna sesuai dengan kemajuan teknologi.

MASA PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA


1. Masuknya Jepang ke Indonesia
Pada tanggal 8 Maret 1942, Belanda dibawah pimpinan Letnan Jenderal Ter Poorten, menyerah tanpa
syarat di Kalijati kepada bala tentara Jepang di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitosi Immamura.
2. Struktur Pemerintahan Pendudukan Jepang
Terdapat 3 pemerintahan militer, yaitu:
a) Pemerintahan militer Angkatan Darat (Tentara ke-25) untuk Sumatra dengan pusat di Bukittinggi.
b) Pemerintahan militer Angkatan Darat (Tentara le-16) untuk Jawa dan Madura dengan pusat di
Jakarta.
c) Pemerintahan militer Angkatan Laut (armada Selatan ke-2) untuk Sulawesi, Kalimantan dan
Maluku dengan pusat di Makassar.
3. Bidang Ekonomi
a) Rehabilitasi terhadap perkebunan karet dan kina.
b) Melarang rakyat menanam tebu dan membuat gula.
c) Rakyat dibebani pekerjaan wajib, romusha (pekerja paksa) pada objek militer Jepang. Rakyat
memakai karung goni sebagai sandang.
d) Penerapan system autarki: sistem perekonomian yang mewajibkan setiap daerah memenuhi
kebutuhannya sendiri, dengan memberikan sumbangsih terhadap kepentingan perang asia timur
raya.
4. Bidang militer
Jepang membentuk organisasi kemiliteran antara lain:
a) Seinendan (barisan pemuda yang berfungsi untuk melindungi negara)
b) Keibodan (barisan pembantu polisi)
c) Heiho (pembantu prajurit Jepang)
d) Fujinkai (barisan wanita)
e) Jawa Hohokai ( Perhimpunan Kebangkitan Rakyat Jawa)
f) Peta (Pembela Tanah Air)

TERBENTUKNYA NEGARA INDONESIA


Janji Perdana Mentri Koiso
Kedudukan Jepang yang semakin terdesak di seluruh front Perang Pasifik mulai menurunkan moral
pasukannya. Hal itu juga menimbulkan krisis ekonomi dan politik di dalam negeri Jepang sendiri. Pada
tanggal 17 Juli 1944 Hideki Tojo meletakan jabatan sebagai Perdana Mentri. Ia digantikan oleh jendral
Kuniaki Koiso. Jendral Kuiniaki Koiso mempunyai tugas berat dalam memulihkan kewibawaan Jepang di
mata Asia. Oleh karena itu, ia menjanjikan kemerdekaan kepada sejumlah negara, termasuk Indonesia. Janji
tersebut dikemukakan didepan sidang Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang). Tujuannya agar rakyat Indonesia
membantu Jepang melawan sekutu dalam perang pasifik.

Pembentukan BPUPKI
1 Maret 1945 dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidikan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
sebagai realisasi janji koiso. Badan ini diresmikan 29 April 1945 dan diketuai oleh Dr. Radjiman
Wedyodiningrat. Dengan tujuan untuk mengetahui apa saja yang dibutukan untuk persiapan kemerdekaan.

Sidang BPUPKI
Sidang I 29 Mei – 1 Juni 1945 Menghasilkan rumusan dasar negara Indonesia, PANCASILA yang
dikemukakan oleh Soepomo, M. Yamin dan Soekarno.
Dibentuklah panitia Sembilan untuk membahas hasil sidang I BPUPKI tentang rumusan dasar negara

Sidang II 10 – 14 Juli 1945 menghasilkan rumusan dasar lengkap dengan pembukaannya.

Peristiwa Rengasdengklok
Berita kekalahan Jepang tanggal 14 Agustus 1945, tidak banyak diketahui rakyat karena radio-radio disegel
pihak Jepang, berita kekalahan dirahasiakan tentara Jepang di Indonesia, dinas propaganda Jepang hanya
mengumumkan berita kemenangan Jepang. Namun akhirnya berita kekalahan itu terdengar oleh para
pemuda. Saat Ir. Soekarno, Moh. Hatta, tiba di Jakarta dari kunjungan di Vietnam, pemuda langsung
mendesak beliau untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Soekarno tidak setuju untuk langsung
melakukan proklamasi karena harus didiskusikan dalam sidang PPKI.

Oleh karena itu, para pemuda, yaitu Sukarni, Yusuf Kunto, Moewardi, Syudanco Singgih, Chaerul Saleh,
melakukan rapat tanggal 15 Agustus, mereka sepakat untuk menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok

11
supaya mereka tidak terkena pengaruh Jepang. Pemilihan Rengasdengklok sendiri karena di
Rengasdengklok terdapat markas anggota PETA.

Pelaksanaan Proklamasi
Dilaksanakan pada hari Jumat pukul 10.00 tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan
Timur No. 56, Jakata. Dilakukan pengibaran bendera oleh pemuda, Suhud dan Latief Hendraningrat,
disusul dengan lagu "Indonesia Raya".

Makna Kemerdekaan untuk Bangsa Indonesia antara lain


1) bebasnya bangsa Indonesia dari berbagai bentuk penjajahan.
2) Indonesia sejajar dengan bangsa – bangsa lainnya.
3) titik puncak perjuangan bangsa Indonesia.
4) lahirnya negara Indonesia yang merdeka.

SIDANG PPKI
Sidang PPKI I
Pada tanggal 18 Agustus 1945 diadakan sidang PPKI yang pertama dengan hasil keputusan:
1) Mengesahkan dan menetapkan UUD RI yang dikenal dengan UUD 1945.
2) Memilih Ir Soekarno sebagai presiden dan Moh Hatta sebagai wakil presiden.
3) Sebelum terbentuk MPR, pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Komite Nasional.
(pemilihan presiden dan wakil presiden secara aklamasi atas usulan Otto Iskandardinata)

Sidang PPKI II
Sidang ke dua, tanggan 19 Agustus 1945 menetapkan:
1) Pembagian wilayah Indonesia menjadi 8 propinsi dan daerah istimewa (Yogyakarta dan Surakarta).
2) Pembentukan 12 departemen dan 4 menteri Negara.
3) Pembentukan Komite Nasional (terdiri dari KNIP di Pusat dan KNID di Daerah-daerah).

Sidang PPKI III


Dalam sidang ketiga, pada tanggal 22 Agustus 1945, PPKI mebentuk 3 badan yaitu :
1) Komite Nasional Indonesia, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) berkedudukan di Jakarta
sedangakan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) berkedudukan di ibu kota propinsi KNIP
diketuai oleh Kasman Singodimedjo.
2) Patai Nasional Indonesia (PNI) merupakan satu-satunya partai di Indonesia (tetapi keputusan tersebut
ditunda).
3) Badan Keamanan Rakyat (BKR) diprotes oleh golongan muda yang kemudian membentuk Komite van Actie.

Perjuangan Diplomasi

A. Persetujuan Linggajati

Perjanjian Linggarjati merupakan suatu perundingan yang berlangsung diantara pihak Indonesia dengan
pihak Belanda yang ditengahi oleh Inggris.

Hasil perundingan yang berlangsung di awal-awal masa kemerdekaan tersebut membuahkan hasil suatu
kesepakatan yang selanjutnya disebut sebagai “Perjanjian Linggarjati”.

Linggarjati atau Linggajati sendiri merupakan sabuah nama dari suatu desa yang secara geografis terletak
diantara Cirebon dengan Kuningan.

Isi dari Persetujuan Linggarjati:


1) Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi
Sumatera, Jawa, dan Madura. Belanda sudah harus meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal
1 Januari 1949.
2) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat yang
salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
3) Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda
sebagai ketuanya.
4) Dengan adanya perjanjian Linggajati ini, secara politis Republik Indonesia diuntungkan karena ada
pengakuan secara de facto. Perjanjian ini kemudian secara resmi ditandatangani pada tanggal 25 Maret
1947 di istana Bijswijk (Istana Merdeka) Jakarta.

B. Persetujuan Renville

Perjanjian Renville terjadi pasca adanya Agresi militer Belanda I tangga 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus
1947 atau terkenal dengan Operatie Product. Agresi militer tersebut merupakan pengingkaran Belanda
terhadap hasil Perundingan Linggarjati. Belanda menduduki tempat-tempat penting yang kaya akan sumber

12
daya alam. Serangan ini kemudian menimbulkan keceman keras dari dunia internasional. Salah satunya
adalah PBB yang kemudian membentuk Committee of Good Offices for Indonesia yang terkenal dengan
sebutan Komisi Tiga Negara (KTN) terdiri dari Amerika Serikat, Australia dan Belgia.

Atas usulan KTN pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan perundingan antara Indonesia dan Belanda.
Kembali permasalah terjadi, Belanda menginginkan tempat diadakannya perjanjian di wilayah yang
diduduki oleh Belanda, sebaliknya pula Indonesia menuntut agar perundingan dilaksanakan di wilayah
Indonesia. Atas usul Amerika Serikat, kemudian perundingan dilakukan di atas kapal USS Renville milik
Amerika Serikat yang berlabuh di Tanjung Priok.

Isi dari Persetujuan Renville:


1) Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).
2) Republik Indonesia sejajar kedudukannya dalam Uni Indonesia-Belanda.
3) Sebelum Republik Indonesia Serikat terbentuk, Belanda dapat menyerahkan kekuasaannya kepada
pemerintah federal sementara.
4) Republik Indonesia menjadi negara bagian dari Republik Indonesia Serikat.
5) Antara enam bulan sampai satu tahun akan diselenggarakan pemilihan umum untuk membentuk
Konstituante RIS.
6) Tentara Indonesia di daerah pendudukan Belanda (daerah kantong) harus dipindahkan ke daerah
Republik Indonesia.

Dampak dari Persetujuan Renville yang merugikan Indonesia:


1) Semakin sempitnya wilayah RI karena sebagian wilayah RI sudah dikuasai Belanda.
2) Diblokadenya perekonomian Indonesia oleh Belanda.
3) RI terpaksa menarik mundur tentaranya di daerah gerilya untuk masuk ke wilayah RI.
4) Dibuatnya Negara boneka oleh Belanda untuk memecah belah RI.

ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA


a. RMS (Republik Maluku Selatan)
- Pemberontakan ini terjadi di Maluku Selatan.
- Tujuan/sebab: mendirikan negara merdeka terpisah dari RI maupun RIS.
- Penyelesaian: melalui operasi militer, dipimpin oleh A.E Kawilarang.
- Menjadikan kota Ambon sebagai ibu kota RMS.

b. DI/TII
1. DI/TII Jawa Barat
- Pemberontakan ini terjadi di Jawa Barat.
- Pemimpin pemberontakan SM Kartosuwiryo.
- Tujuan/sebab: mendirikan negara Islam, kecewa terhadap hasil perjanjian Renville, dan
diharuskannya TNI pindah ke kantong-kantong kekuasaan RI.
- Penyelesaian: melalui operasi militer Baratayudha, taktik pagar betis di Gunung Geber.

2.DI/TII Aceh
- Pemberontakan ini terjadi di Aceh.
- Pemimpin pemberontakan: Tengku Daud Beureueh.
- Tujuan/sebab: kecewa terhadap pemerintah pusat yang menurunkan status Aceh menjadi
karesidenan kemudian mendirikan negara Islam dan bergabung dengan DI/TII Kartosuwiryo.
- Penyelesaian: diplomasi oleh M.Jasin (pimpinan pangdan Iskandar Muda) melalui Masyarakat
Kerukunan rakyat Aceh

c. PRRI/Permesta
- Pemberontakan terjadi di Sumatera (PRRI) dan Sulawesi (Permesta).
- Sebab: kecewa pada pemerintah pusat terutama dalam pemerataan penbangunan.
- Tuntutan PRRI/Permesta adalah presiden mencabut mandat Kabinet Djuanda secepat mungkin.
- Diawali denggan pembentukan dewan-dewan di daerah:
o Dewan Banteng di Sumatera Barat: dipimpin oleh Achmad Husein.
o Dewan Gajah di Sumatera Utara: dipimpin oleh Maludin Simbolon.
o Dewan Garuda di Sumatera Selatan: dipimpin Letkol Burlian.
o Dewan Manguni di Sulawesi Utara: dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.
o Memproklamasikan berdirinya PRRI tanggal 15 Februari 1958 dan kota Bukittinggi sebagai ibu
kota Negara, 17 Februari 1958 Permesta menyatakan bergabung dengas PRRI.
- Pemimpin pemberontakan: Syafrudin Prawiranegara (sebagai PM PRRI) AE. Kawilarang, Achmad
Husein.
- Penyelesaian: Melaslui operasi militer (operasi 17 Agustus untuk PRRI, operasi Merdeka untuk
Permesta).
- PRRI/Permesta sangat membahayakan bagi keutuhan negara RI dikarenakan:
(1) mendapat bantuan dari pihak asing.
(2) didukung oleh kelompok militer.

13
PERAN TOKOH NASIONAL DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
a) Sultan Hamengkubuwono IX
Sultan Hamengkubuwono IX lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 12 April 1912 dengan nama asli Gusti
Raden Mas Dorodjatun. Ia adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan permaisuri Kangjeng
Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegara.
Pada tanggal 2 Oktober 1988, Sultan Hamengkubuwono IX meninggal dunia di George Washington
University Medical Centre, Amerika Serikat. Atas jasa dan berbagai perannya dimana salah satunya ia
berperan dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 bagi bangsa dan negara Indonesia, Pemerintah RI
menganugerahi gelar Pahlawan Nasional.

b) Gatot Soebroto
Jenderal TNI (Purn.) Gatot Soebroto lahir di Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah, 10 Oktober 1907.
Jenderal Gatot Subroto dikenal sebagai tentara yang aktif di tiga zaman. Dia pernah menjadi Tentara
Hindia Belanda (KNIL), masa pendudukan Jepang, dan masa kemerdekaan beliau menumpas PKI.
Pada tanggal 11 Juni 1962 Gatot Soebroto wafat pada usia 54 tahun akibat serangan jantung. Pangkat
terakhir yang disandangnya adalah Letnan Jenderal. Atas jasa-jasa dan perjuangannya, ia dianugerahi gelar
Tokoh Nasional/Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gatot Soebroto adalah tentara asli indonesia. darma
baktinya kepada nusa dan bangsa ia tunjukkan dengan prestasi yang luar biasa.
Semua pemberontakan di tanah air mulai dari pki madiun 1948, DI/TII, dan PRRI Permesta. Selama
hidupnya sosok Gatot Soebroto merupakan sosok yang dianggap gila karena ucapannya yang terkadang
kasar namun karena sikapnya tersebut ia sangat dekat dengan para bawahannya di militer.

DEMOKRASI LIBERAL DAN DEMOKRASI TERPIMPIN


1. Demokrasi Liberal (1950 – 1959)
Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang dibentuk berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB)
di Deen Hag Belanda tidak dapat bertahan lama dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 negara Indonesia
kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menggunakan UUD Sementara (UUDS)
1950. Berdasarkan UUDS 1950 pemerintah RI mengikuti sistem Demokrasi Parlementer (Kabinet
Parlementer) dengan sistem Liberal, namun ciri khas negatif yang melekat pada masa ini adalah jatuh
bangunnya kabinet (kabinet yang bergonta-ganti) karena mosi tidak percaya yang diajukan oleh lawan
politiknya. Juga karena adanya perbedaan kepentingan partai-partai yang tidak pernah terselesaikan dengan
baik.

Berikut adalah kabinet-kabinet di masa demokrasi Liberal:


1. Kabinet Natsir (6 september 1950-21 maret 1951)
Penyebab jatuhnya Kabinet Natsir dikarenakan kegagalan Kabinet ini dalam menyelesaikan masalah Irian
Barat dan adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai
DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu
menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Kabinet Natsir harus mengembalikan
mandatnya kepada Presiden.

2. Kabinet Sukiman-Suwiryo (27 April 1951 – 3 April 1952)


Kejatuhan Kabinet Soekiman merupakan akibat dari ditandatanganinya persetujuan bantuan ekonomi dan
persenjataan dari Amerika Serikat kepada Indonesia atas dasar Mutual Security Act (MSA). Peretujuan ini
menimbulkan tafsiran bahwa Indonesia telah memasuki Blok Barat, yang berarti bertentangan dengan
prinsip dasar politik luar negri Indonesia yang bebas aktif.

3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)


Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap
kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada tanggal 2 Juni
1953.

4. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)


Kabinet yang paling lama memerintah.
Prestasi: menyelengarakan Konperensi Asia Afrika (KAA), membentuk Panitia Pemilihan Indonesia (PPI).

5. Kabiner Burhanudin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)


Prestasi: Berhasil menyelengarakan Pemilu I tahun 1955 dengan sukses
Mundur: Mengembalikan mandat karena sudah sukses menyelenggarakan Pemilu

6. Kabinet Ali Sastroamidjojo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)


Kejadian penting: Tahun 1957 Moh Hatta mengundurkan diri dari jabatan sebagai Wakil Presiden.
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi (Januari 1957), membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan
menyerahkan mandatnya pada Presiden pada tanggal 14 Maret 1957.

14
7. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Merupakan kabinet terakhir masa demokrasi Liberal karena Presiden Sukarno melakukan Dekrit Presiden
tanggal 5 Juli 1959 dan kembali ke UUD 1945 (Zaken kabinet).
Kelebihan : menentukan batas laut.

PEMILU I 1955
 Panitia Pemilu dibentuk pada masa pemerintahan Kabinet Ali I tetapi dilaksanakan pada masa Kabinet
Burhanudin Harahap. Pemilu dilaksanakan dalam 2 periode :
 Periode I: pada tanggal 29 September 1955 dilakukan untuk memilih anggota DPR.
 Periode II: pada tanggal 15 Desember 1955 dilakukan untuk memilih anggota Dewan Konstituante
(Dewan yang betugas membuat UUD baru).
 Empat partai besar pemenang Pemilu tersebut secara berurutan adalah: PNI, Masyumi, NU dan PKI.
 Dianggap sebagai keberhasilan utama selama masa Demokrasi Liberal

2. Kebijakan Pemerintah Untuk Mengatasi Masalah Ekonomi Masa Liberal


Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil dengan baik dan tantangan yang
menghadangnya cukup berat. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi adalah sebagai
berikut:
a) Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong semua uang yang bernilai
Rp. 2,50; ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya.
Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan RIS.
Tujuannya untuk menanggulangi defisit anggaran akibat tingginya inflasi, sebesar Rp. 5,1 Miliar.
Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-orang
kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dan
pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman sebesar Rp. 200
juta.

b) Sistem Ekonomi Gerakan Benteng


Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan gagasan Sumitro Joyohadikusumo (menteri perdagangan)
yang bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional
(pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya:
1) Menumbuhkan kelas pengusaha pribumi dikalangan bangsa Indonesia.
2) Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan ekonomi nasional.
3) Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit.
4) Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng dimulai
pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia
menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik
meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar.

Kegagalan program ini disebabkan karena:


1) Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam kerangka sistem
ekonomi liberal.
2) Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
3) Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
4) Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
5) Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup mewah.
6) Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat dari kredit
yang mereka peroleh.

c) Sistem Ekonomi Ali-Baba


Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (mentri perekonomian kabinet Ali I).
Tujuan dari program ini adalah:
1) Untuk memajukan pengusaha pribumi.
2) Agar para pengusaha pribumi Bekerjasama memajukan ekonomi nasional.
3) Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka merombak
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
4) Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non pribumi.
Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusaha non
pribumi khususnya Cina.
 Pelaksanaan kebijakan Ali-Baba:
Pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-
tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf.
Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional

15
Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang
ada.
 Program ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab:
1) Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan
kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh
bantuan kredit.
2) Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan persaingan bebas.
3) Pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.

d) Nasinalisasi De Javasche Bank


De Javasche Bank merupakan bank sentral yang bersifat partikelir dan berada di bawah kekuasaan modal
asing. Memang sangat aneh bank ini terletak di Indonesia namun kekuasaan dipegang oleh orang asing.
Dari situlah pemerintah Indonesia merasa risau dan berupaya untuk menjadikan bank ini menjadi milik
bangsa Indonesia secara murni tanpa campur tangan orang asing, dengan melakukan nasionalisasi De
Javache Bank. Tujuan nasionalisasi ini bertujuaan untuk memulihkan perekonomian bangsa Indonesai
pasca gangguan dari Belanda.

3. Demokrasi Terpimpin (1959-1966)


Demokrasi terpimpin diawali dengan munculnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dekrit ini muncul karena
ketidakmampuan Dewan konstituante hasil Pemilu 1955 untuk membuat UUD yang baru. Hampir selama
4 tahun Dewan ini gagal membuat undang-undang baru karena terjadi perselisihan dimana masing masing
kelompok mencoba menonjolkan kepentingan individu dan kelompoknya masing-masing. Adapun isi Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 adalah:
1) Membubarkan Dewan Konstituante.
2) Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.
3) Membentuk MPRS dan DPAS.
Dengan demikian sejak saat itu sistem pemerintahan di Indonesia memasuki era Demokrasi terpimpin
dengan sistem kabinet presidensiil, namun ternyata ada penyelewengan arti terpimpin menurut presiden
Sukarno. Terpimpin yang seharusnya adalah berdasrkan sila ke 4 Pancasila tapi ditafsirkan terpimpin oleh
seorang presiden dalam diri Sukarno sehingga pada masa ini banyak terjadi penyelewengan terhadap
Pancasila dan UUD 1945.

Pernyataan terpimpin seharusnya adalah terpimpin menurut sila ke 4 Pancasila namun dalam
pelaksanaannya diselewengkan oleh presiden Sukarno. Pelaksanaan demokrasi terpimpin banyak
melalukan penyimpangan terhadap UUD 1945 diantaranya :
1) MPRS harusnya sebagai lembaga tertinggi Negara diatas presiden tetapi dalam pelaksanaanya
kedudukan MPRS ada di bawah presiden.
2) DPAS adalah lembaga tinggi negara yang kedudukannya sejajar dan terpisah dari presiden tetapi ketua
DPAS dirangkap oleh presiden.
3) Kedudukan presiden dan DPR sejajar dan tidak saling menjatuhkan tetapi presiden membubarkan DPR
hasil pemilu 1955 karena tidak sepaham dengan presiden bahkan presiden membentuk DPR baru
dengan nama DPR Gotong Royong (DPR GR).
4) Tanggal 17 Agustus 1959 presiden berpidato dengan judul Penemuan Kembali revolusi Kita yang
dikenal dengan MANIPOL ( manifesto politik) yang kemudian dijadikan GBHN, padahal GBHN
harusnya dibuat oleh MPRS dan presiden pelaksananya inti dari manipol adalah USDEK (U = UUD
1945, S = Sosialisme Indonesia, D = Demokrasi terpimpin, E = Ekonomi Terpimpin, K = Kepribadian
Indonesia).
5) Presiden mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup.
6) Pemerintah membelokkan politik Luar Negeri yang bebas aktif dibelokkan dengan condong ke Blok
Timur (Uni Soviet), dengan membentuk Poros Jakarta–Peking.

NEFO & OLDEFO


 Nefo (new emerging force) adalah kelompok atau bangsa-bangsa yang tertindas (Asia-Afrika), yang
gigih menentang Imperialisme, kolonialisme dan neo-kolonialisme.
 Oldefo (the old establish force) adalah negara-negara yang berjiwa penjajah (Blok barat).

Konfrontasi Indonesia-Malaysia
 Alasan konfrontasi: Malaysia membentuk Federasi (Penggabungan negara bekas jajahan Inggris) dan
oleh Soekarno dianggap membahayakan negara-negara NEFO.
 Tanggal 3 Mei 1964 Soekarno Mengeluarkan Dwikora:
1) Perhebat ketahanan Revolusi Indonesia.
2) Bantu perjuangan rakyat Malaysia, Singapura, Sabah, Serawak, Brunai untuk membubarkan Negara
boneka Malaysia.
 7 Januari 1965 Indonesia menyatakan keluar dari keanggotaan PBB dikarenakan Malaysia diangkat
sebagai anggota tidak tetap PBB.

Pembebasan Irian Barat

16
Berdasarkan hasil persetujuan Konperensi Meja Bundar (KMB) Belanda mengakui kedaulatan RI tetapi
status karesidenan Irian Barat ditangguhkan satu tahun ( KMB dilaksanakan tangal 27 Desember 1949,
harusnya Belanda mengembalikannya akhir tahun 1950 tatapi sampai tahun 1954 belum dikembalikan).
Pemerintah Indonesia menuntut dikembalikannya wilayah Irian. Puncaknya adalah ketika Presiden Sukarno
mencanangkan Tri Komando Rakyat (Trikora) di Yogyakarta tanggal 19 Desember 1961 yang berisi:
1) Gagalkan pembantukan negara Papua buatan kolonial Belanda
2) Kibarkan sang Merah Putih di Irian Barat, Tanah air Indonesia
3) Bersiaplah untuk mobilisasi umum
Dalam peristiwa perebutan Irian Barat telah gugur Yos Sudarso yang tenggelam di laut Aru bersama kapal
KRI Macan Tutul. Untuk menghentikan konfontasi Indonesia – Belanda, akhirnya terselenggaralah
Perundingan New York yang diprakarasai oleh E. Bunker dari Amerika Serikat.
Sebagai tindak lanjut dari Perundingan New York dibentuklah UNTEA oleh PBB sebagai pemerintahan
sementara dan penyelenggara pepera (penentuan pendapat rakyat) di Irian Barat.

Peralihan kekuasaan dari Sukarno ke Soharto


Tiga orang perwira tunggi TNI AD yang diutus Jendral Soeharto untuk meminta mandat Supersemar
kepada presiden Soekarno yang saat itu berada di Istana Bogor adalah: Mayjen Basuki Rachmat, Brigjen
M Jusuf, Brigjen Amir Machmud.
Supersemar (Surat perintah Sebelas Maret) merupakan tonggak lahirnya Orde Baru.

ORDE BARU
Orde Baru adalah suatu masa/periode yang berusaha melaksanakan seluruh kehidupan berbangsa dan
bernegara didasarkan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen.
a) Stabilitas Politik
Dalam menghadapi pemilihan umum (Pemilu) presiden mengeluarkan surat keputusan No. 34 yang
menetapkan organisasi-organisasi politik yang akan tampil dalam pemilu dan anggota DPR/DPRD yang
diangkat. Orde Baru melakukan penyederhanaan partai politik dengan tujuan lebih mudah mengawasi
partai politik.Adapun fusi partai tersebut adalah :
1. Partai parti yang berbasis agama Islam (NU, Permusi, PSII, Masyumi, Perti dll) tergabung dalam Partai
Persatuan Pembangunan (PPP)
2. Partai-partai nasionalis dan agama non Islam (partai Katolik, PNI, IPKI, Murba dll) terbagi dalam
Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
3. Golongan Karya (Golkar) sebagai partai fungsionaris dan profesional yang dibentuk oleh Order Baru
Pemilu pada masa Orde baru dilakukan sebanyak 6 kali tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997
dengan kemenangan GOLKAR.

Orde Baru juga melaksanakan indoktrinasi idiologi salah satunya dengan melaksanakan penataran P 4
(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Upaya yang ditempuh untuk menciptakan stabilitas
politik adalah dengan menempatkan peran ganda ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) dengan
istilah Dwi Fungsi ABRI dimana ABRI ditempatkan sebagai kekuatan Sosial Budaya dan Pertahanan
Keamanan (SosBudHanKan). Dimana peran ABRI masuk dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara

Orde Baru adalah orde yang sangat tidak suka dikritik karena itu dilakukan pengawasan yang sangat ketat
terhadap jurnalistik. Oposisi ditekan dan dipersempit ruang geraknya.

b) Kebijakan-Kebijakan Populer Masa Orde Baru


 Keluarga Berencana: merupakan program yang dicanangkan mulai tahun 1970-an hal yang
melatarbelakangi lahirnya program ini adalah adanya ledakan penduduk, perkembangan jumlah
penduduk di Indonesia yang tidak terkendali sehinga perlu adanya pembatasan jumlah kelahiran serta
berupaya mensejahterakan rakyat dengan mengatur jumlah dan jarak kelahiran dengan slogan “Dua anak
cukup”
 Transmigrasi: perpindahan penduduk dari walayah pendat penduduk ke wilayah yang masih jarng
penduduknya. Dalam transmigrasi ada kota/tempas asal dan tempat tujuan. Tempat/pulau asal adalah
Jawa, Madura dan Bali sedangkan daerah tujuan adalah Sumatera, Kalimantan Sulawesi dan Papua/Irian

c) Politik Luar Negeri Orde Baru


a) Normalisasi hubungan dengan Malaysia.
b) Sebagai salah satu pelopor pembentukan ASEAN.
c) Kembali menjadi anggota PBB pada 28 September 1967.
d) Terlibat dalam berbagai organisasi internasional seperti OKI, APEC, OPEC, dll.

GERAKAN REFORMASI INDONESIA


a) Tujuan Reformasi
Atas kesadaran rakyat yang dipelopori mahasiswa, dan kaum intelektual mengadakan suatu gerakan
reformasi dengan tujuan memperbaharui tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa, bemegara, agar sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

17
Kabinet Pembangunan VII dilantik awal Maret 1998 dalam kondisi bangsa dan negara krisis, yang
mengundang keprihatinan rakyat. Memasuki bulan Mei 1998 mahasiswa di berbagai daerah melakukan
unjuk rasa dan aksi keprihatinan dengan agenda/tuntutan: (1) hapuskan korupsi, kolusi, dan nepotisme; (2)
bubarkan golkar; (3) turunkan dan adili Soeharto dari kursi kepresidenan ; (4) penegakan supremasi hukum,
HAM, dan demokrasi; (5) Amandemen UUD 1945; (6) hapuskan dwifungi ABRI; (7) otonomi daerah

b) Masa Pemerintahan Presiden Habibie (1998-1999)


Tugas B.J. Habibie adalah mengatasi krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun
1997, menciptakan pemerintahan yang bersih, berwibawa bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
Hal ini dilakukan oleh presiden untuk menjawab tantangan era reformasi.

c) Langkah-langkah Pemerintahan Habibie


1) Pembentukan Kabinet
Membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan pada tanggal 22 Mei 1998 yang meliputi perwakilan
militer (TNI-PoIri), PPP, Golkar, dan PDI.
2) Upaya Perbaikan Ekonomi
Dilakukan rekapitulasi bank-bank bermasalah, dikeluarkannya undang-undang mengenai otonomi
daerah, dll.
3) Reformasi di Bidang Politik
Presiden mengupayakan politik Indonesia dalam kondisi yang transparan dan merencakan pemilu yang
luber dan jurdil, sehingga dapat dibentuk lembaga tinggi negara yang betul-betui representatif.
Tindakan nyata dengan membebaskan narapidana politik diantaranya yaitu: (1) DR. Sri Bintang
Pamungkas dosen Universitas Indonesia (UI) dan mantan anggota DPR yang masuk penjara karena
mengkritik Presiden Soeharto. (2) Mochtar Pakpahan pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena
dituduh memicu kerusuhan di Medan dalam tahun 1994.
4) Kebebasan Menyampaikan Pendapat
Kebebasan ini pada masa sebelumnya dibatasi, sekarang masa Habibie dibuka selebar-lebarnya baik
menyampaikan pendapat dalam bentuk rapat umum dan unjuk rasa.
5) Masalah Dwi Fungsi ABRI
Pada era reformasi posisi ABRI dalam MPR jumlahnya sudah dikurangi dari 75 orang menjadi 38
orang. ABRI yang semula terdiri atas empat angkatan yang termasuk Polri, mulai tanggal 5 Mei 1999
Kepolisian RI memisahkan diri menjadi Kepolisian Negara RI. Istilah ABRI berubah menjadi TNI
yaitu angkatan darat, laut, dan udara.
6) Reformasi di Bidang Hukum
Pada masa pemerintahan Orde Baru telah didengungkan pembaharuan bidang hukum namun dalam
realisasinya produk hukum tetap tidak melepaskan karakter elitnya.
7) Sidang Istimewa MPR
Salah satu jalan untuk membuka kesempatan menyampaikan aspirasi rakyat ditengah-tengah tuntutan
reformasi total pemerintah melakasanakan Sidang Istimewa MPR pada tanggal 10-
13 Nopember 1998, diharapkan benar-benar menyuarakan aspirasi masyarakat dengan perdebatan
yang lebih segar, dan terbuka.
8) Pemilihan Umum 1999
Faktor politik yang penting untuk memulihkan krisis multidimensi di Indonesia yaitu dilaksanakan
suatu pemilihan unum supaya dapat keluar dari krisis diperlukan pemimpin
yang dipercaya rakyat.
9) Masalah Timor-Timur
Dalam jajak pendapat pada tanggal 30 Agustus 1999 yang hasilnya diumumkan pihak PBB pada
tanggal 4 September 1999, sebanyak 78,5% memilih opsi merdeka (memisahkan diri dari RI) dan
21,5% memilih opsi Otonomi luas. Presiden Habibie berusaha membela kebijakannya dalam Pidato
Pertanggungjawaban Presiden (Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia) di
Depan Sidang Umum MPR-RI, 14 Oktober 1999. Namun, MPR menolak pertanggungjawaban
tersebut. Penolakan ini, membuat BJ Habibie merasa tidak pantas mencalonkan diri kembali jadi
Presiden pada SU-MPR Oktober 1999 itu.

KONTRIBUSI INDONESIA DALAM PERDAMAIAN DUNIA DAN KERJASAMA GLOBAL


REGIONAL
a) ASEAN
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi
dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8
Agustus 1967, berdasarkan Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,
dan Thailand. 5 Menteri Perwakilan ASEAN tersebut adalah sebagai berikut:
1) Adam Malik (Indonesia)
2) Tun Abdul Razak (Malaysia)
3) S. Rajaratnam (Singapura)

18
4) Nercisko Ramos (Filipina)
5) Thanat Khoman (Thailand)

Peran Indonesia di Kawasan Asia Tenggara


Salah satu bentuk peran aktif pemerintah Indonesia di ASEAN adalah ikut serta meredam konflik antara
Vietnam dan Kamboja, yaitu dengan cara menggelar Jakarta Informal Meeting.

b) Gerakan Non Blok


Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955 merupakan proses awal lahirnya GNB. Adanya dua
kubu yaitu Amerika Serikat dan Uni Sovyet dan banyak negara yang tidak ingin memihak ke dalam salah
satunya mempercepat proses pembentukan GNB. Tokoh-tokoh yang memegang peran kunci sejak awal
adalah Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India
Jawaharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito. Kelima tokoh
dunia ini kemudian dikenal sebagai para pendiri GNB.

Indonesia ikut dalam GNB karena Indonesia adalah negara yang tidak memihak dalam salah satu blok
dengan politik luar negi kita yang bebas aktif dan Indonesia ingin mewujudkan perdamaian dunia.

19

Anda mungkin juga menyukai