Kasus Kematian MU
Kasus Kematian MU
PENDAHULUAN
A. IDENTITAS
Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 25 tahun
Alamat : Solok
No. RM : 01.05.83.31
Masuk RS : l5/8/ 2019
Pendidikan : SMU
Suami
Nama : Tn.F
Umur : 27 tahun
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Solok Selatan
B. ANAMNESIS
Seorang pasien wanita, 25 tahun dikonsulkan dari medikal penyakit
dalam IGD RSUP dr. M Djamil Padang tanggal 15 April 2019 pukul 16.30 WIB
dengan penurunan kesadaran ec kolangitis + jaundice obstruksi ec susp CBD
stone + AKI + hipokoagulasi + ancaman DIC pada G1P0A0H0 gravid 31-32
minggu
F. RIWAYAT PERKAWINAN
1x tahun 2018
G. RIWAYAT KEHAMILAN/ABORTUS/PERSALINAN: 1 / 0 / 0
1. Sekarang
J. RIWAYAT KEBIASAAN
Merokok (-), alkoholik (-), pengguna obat-obatan terlarang (-)
PEMERIKSAAN FISIK :
Ku Kes TD Nd Nfs T SaO2
Status obstetrikus
Abdomen :
I : Tampak membuncit seperti kehamilan 32 minggu
Pa : L1 : FUT teraba pertengahan prosesus xhypoideus dan pusat, teraba massa
besar, lunak, noduler
L2 : Teraba tahanan terbesar janin di kiri dan bagian-bagian kecil janin di
kanan
L3 : Teraba bagian keras, bulat, tidak terfiksir
L4 : Tidak diperiksa
His : (-) TFU 26cm TBJ 2.170 gram
Au : DJJ (-)
Kesan :
Gravid 32-33 minggu sesuai biometri
Janin meninggal
Presentasi kepala
Hematokrit 32 % 37– 43
d-dimer 13.098
PCO2 19
PO2 121
HCO3- 8,7
Becf
SO2
URINALISA RESULT REFERENCE VALUE
Protein - -
Glukosa - -
Leukosit 6-8 0-5
Eritrosit 25-30 0-1
Silinder - -
Kristal - -
Epitel + gepeng +
Bilirubin - -
Urobilinogen + +
DIAGNOSIS :
Penurunan kesadaran ec susp Sepsis Associated Ensefalopati dd/ hipoglikemia + susp
kolangitis + Ikterus kolestasis ec Susp CBD stone + DIC overt pada G1P0A0H0
gravid preterm 32-33 minggu + susp AFLP + IUFD
SIKAP :
Kontrol KU, VS, balance cairan
Saat ini tidak ada tindakan akut di bagian obgyn
Acc rawat bersama dengan bagian penyakit dalam
RENCANA :
Perbaikan KU
Transfusi FFP/Cryopresipitate
IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf
Koreksi Meylon 300 mEq
Cefoperazone 3x1 gram
Inf Levofloxacin 1x750 mg
Protokol hipoglikemia
Pematangan serviks setelah transfusi cryo selesai Misoprostol 25 mikro/6 jam
R/ Partus pervaginam
KONSUL NEUROLOGI
A/ Sepsis related Ensefalopati
susp kolangitis
ikterus kolestasis ec CBD stone
IUFD
Advice :
Saat ini tidak ditemukan defisit neurologis total/global yang menyebabkan penurunan
kesadaran pada pasien ini. Penurunan kesadaran di sebabkan oleh kelainan metabolik
yang berat
FOLLOW UP
16-08-2019 (06.00)
S/tanda inpartu (-)
pasien penurunan kesadaran
O/KU Kes TD ND Nf T
berat delirium 110/70 90 24 37.3
• Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak iketrik
• Abd : His (-), FHR (-)
• Genitalia :V/U tenamg, PPV (-)
• A/ Penurunan kesadarann ec susp SAE dd/ hipoglikemia + susp kolangitis + Ikterus
kolestasis ec Susp CBD stone + DIC overt pada G1P0A0H0 gravid preterm 32-33
minggu + susp AFLP + IUFD
p/
• Kontrol KU, VS, Tanda inpartu
• IVFD D5% 8 jam/kolf
• Inj cefoperazone 3 x 1 gr
• Inj levofloksasin 1 x 750 mg
• Inj vit K 3 x 10 mg
• Inj transamin 3 x 500 mg
• NGT alir, sementara puasa
PT >300 10 – 13,6
16-08-2019 (12.00)
S/tanda inpartu (-)
pasien penurunan kesadaran
O/KU Kes TD ND Nf T
berat apatis 110/70 90 24 37.3
• Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak iketrik
• Abd : His (-), FHR ; (-)
• Genitalia :V/U tenamg, PPV (-)
• VT : pembukaan (-)
16-08-2019 (16.00)
O/KU Kes TD ND Nf T
berat delirium 110/70 90 24 37.3
• Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak iketrik
• Abd : His 2x/20"/sedang, FHR: (-)
• Genitalia :V/U tenamg, PPV (-)
• VT : pembukaan lengkap , ketuban (-), Sisa kehijauna, teraba kepala, UUK
depan , H III-IV
p/
•Kontrol KU, VS, PPV
•Pimpin persalinan
•Terapi lain sesuai TS interne
16-08-2019 (17.00)
S/ pasien penurunan kesadaran
os tampak kesakitan
O/KU Kes TD ND Nf T
berat Sopor 110/70 90 24 37.3
• Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak iketrik
• Abd : His 2-3x/25”/sedang, FHR ; (-)
• Genitalia :V/U tenamg, PPV (-)
• VT : pembukaan lengkap , ketuban (-), presentasi kepala, UUK depan , H III-IV
• A/ Penurunan kesadaran ec susp Sepsis Associated Ensefalopati dd/ hipoglikemia +
susp kolangitis + Ikterus kolestasis ec Susp CBD stone + DIC overt pada G1P0A0H0
gravid preterm 32-33 minggu + susp AFLP + IUFD
I/
•Kontrol KU, VS, PPV, DJJ
•IVFD RL + oksitosin 1 amp oksitosin 20 tpm /menetap
•Terapi lain sesuai TS interne
16-08-2019 (20.15)
O/KU Kes TD ND Nf T
berat Sopor 80/50 110 28 37.3
I/
•Kontrol KU, VS, PPV, DJJ
•Drip oksitosin stop
•Resusitasi cairan
•Drip vascon bertingkat (0,4 cc-0,8cc-1,2cc – 1,6cc –1,0 cc-2,1cc – 2,9cc)
•Terapi lain sesuai TS interne
17-08-2019 (00.00)
O/KU Kes TD ND Nf T
berat delirium 80/pulse 120 30 37.3
• Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak iketrik
• Abd : His (-), FHR: (-)
• Genitalia :V/U tenamg, PPV (-)
• VT : pembukaan lengkap , ketuban (-), presentasi kepala, UUK depan , H III-IV
I/
•Kontrol KU, VS, PPV
•Drip vascon ( 0,4 cc-0,8cc-1,2cc – 1,6cc –1,0 cc-2,1cc – 2,9cc)
•Drip dobutamin (1,94 – 2,64 -3,3 –3,96 – 4,62)
•Terapi lain sesuai TS interne
17-08-2019 (01.00)
O/KU Kes TD ND Nf T
berat soporous 60/pulse 125 30 37.3
• Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak iketrik
• Abd : His (-), FHR: (-)
• Genitalia :V/U tenamg, PPV (-)
• VT : pembukaan lengkap , ketuban (-), presentasi kepala, UUK depan , H III-IV
Hematokrit 23 % 37 – 43
17-08-2019 (02.00)
S/ pasien penurunan kesadaran
O/KU Kes TD ND Nf T
berat soporous 60/pulse 110 26 37.3
• Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak iketrik
• Abd : His (-), FHR: (-)
• Genitalia :V/U tenamg, PPV (-)
• VT : pembukaan lengkap , ketuban (-), presentasi kepala, UUK depan , H III-IV
• A/ syok Sepsis + Penurunan kesadaran ec susp Sepsis Associated Ensefalopati dd/
hipoglikemia + susp kolangitis + Ikterus kolestasis ec Susp CBD stone + DIC overt
pada G1P0A0H0 gravid preterm 32-33 minggu + susp AFLP + IUFD
I/
•Kontrol KU, VS, PPV
•Drip vascon (0,4 cc-0,8cc-1,2cc – 1,6cc –1,0 cc-2,1cc – 2,9cc)
•Drip dobutamin (1,94 – 2,64 -3,3 –3,96 – 4,62)
•Terapi lain sesuai TS interne
17-08-2019 (02.30)
S/ pasien penurunan kesadaran
O/KU Kes TD ND Nf T
berat soporous 50/pulse 125 30 37.3
• Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak iketrik
• Abd : His (-), FHR: (-)
• Genitalia :V/U tenamg, PPV (-)
• VT : pembukaan lengkap , ketuban (-), presentasi kepala, UUK depan , H III-IV
I/
•Kontrol KU, VS, PPV,
•Drip vascon (0,4 cc-0,8cc-1,2cc – 1,6cc –1,0 cc-2,1cc – 2,9cc)
•Drip dobutamin (1,94 – 2,64 -3,3 –3,96 – 4,62)
•Terapi lain sesuai TS interne
17-08-2019 (03.00)
S/ pasien penurunan kesadaran
O/KU Kes TD ND Nf T
berat koma 80/pulse 115 12 37.3
• Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak iketrik
• Abd : His (-), FHR: (-)
• Genitalia :V/U tenamg, PPV (-)
• VT : pembukaan lengkap , ketuban (-), presentasi kepala, UUK depan , H III-IV
I/
•Kontrol KU, VS, PPV
•Drip vascon (0,4 cc-0,8cc-1,2cc – 1,6cc –1,0 cc-2,1cc – 2,9cc)
•Drip dobutamin (1,94 – 2,64 -3,3 –3,96 – 4,62)
•Terapi lain sesuai TS interne
17-08-2019 (03.15)
S/ respon (-)
O/KU Kes TD ND Nf T
berat --- ---- --- ---
• Mata : midriasis , RC -/-
• Abdomen : -
• Genitalia : v/u tenang, PPV (-)
• A/apnea
I/
TD : tidak terukur
ND : tidak teraba
EKG : asisitole
Pasien dinyatakan meninggal pukul 10.30 WIB
Pasien dinyatakan meninggal dihadapan dokter, perawat dan keluarga
03. 15 WIB
A. DEFINISI
Acute fatty liver of pregnancy (AFLP) merupakan gangguan hati yang unik pada
ibu hamil. Pertama kali di uraikan pada tahun 1934 sebagai “yellow acute atrophy
of the liver” dan telah dianggap menjadi suatu penyakit klinik yang spesifik pada
tahun 1940. AFLP tergolong jarang terjadi, tetapi dapat menimbulkan gangguan
yang berat pada kehamilan trisemester ketiga atau periode postpartum dan secara
signifikan mengakibatkan mortalitas perinatal dan maternal. AFLP dapat
mengakibatkan gagal hati dan ensephalopati, jika terjadi keterlambatan diagnosis
dapat menyebabkan kematian janin maupun ibu (Ibdah, 2006)
27
membrane mitokondria. Setelah ditransport ke bagian dalam
mitokondria, asam lemak akan dipecah oleh 4 jenis enzim.
Pemecahan asam lemak ini akan menghasilkan energy dari
asam lemak bebas untuk digunakan otak, jantung, liver dan otot
skeletal jika produksi glikogen menurun. Pada pasien AFLP
terjadi defisiensi dari enzim ketiga atau dikenal dengan Long
Chain 3-hydroxyacyl-CoA dehydrogenase (LCHAD) yang
berakibat tidak dipecahnya asam lemak dan pada akhirnya
terjadi penimbunan asam lemak rantai menengah dan panjang
(Wanders, Vreken, Boer, Wijburg & Gennip, 1999). Mekanisme
pasti dari penimbunan asam lemak hingga menyebabkan
kerusakan liver berat pada ibu masih belum jelas. Dugaan dari
peneliti adalah, timbunan asam lemak ini kembali ke ibu
melalui plasenta dan memasuki sirkulasi ibu. Timbunan asam
lemak ini kemudian dideposit di hepatosit hepar dan
memperberat kerja hepar ibu yang menimbulkan munculnya
gejala-gejala AFLP (Tein, 2000). Kadar normal asam lemak di
hepar adalah 5%, pada pasien AFLP kadar asam lemak di
hepatosit naik hingga 13-19%. Akumulasi asam lemak ini
ditambah dengan produksi ammonia dari aktivitas hepatosit
berlebih memberikan dampak nekrosis, inflamasi dan gagalnya
fungsi hepar yang pada akhirnya membuat keadaan koagulopati
dan hipoglikemia. Asam lemak ini sebagian kecil juga
terdeposit di ginjal, pancreas, otak, sumsum tulang (Sheehan,
1940 ; Varner & Rinderknecht, 1980 ; McNulty, 2004) Teori ini
didukung dengan hasil oksidasi asam lemak yang berangsur-
angsur normal setelah janin dilahirkan (Bellig, 2004).
C. EPIDEMIOLOGI
AFLP termasuk jarang terjadi, angka kejadian antara 1
dalam 10.000-15.000 kehamilan. Di Inggris angka kejadian
AFLP 1 kasus tiap
28
D. FAKTOR RESIKO
29
Tabel 1. Tanda dan gejala klinis AFLP (Nulty, 2011)
Tabel 2. Prevalensi gejala AFLP (Riely, Latham, Romero & Duffy,
1987)
F. TEMUAN LABORATORIUM
30
Dapat juga ditemukan pemanjangan prothrombine time,
peningkatan enzim liver (biasanya 300-500 U/L), DIC (75%
pasien), leukositosis (biasanya lebih dari 15.000), hipoglikemia
berat (sekunder akibat gagalnya proses glikogenolisis di hati),
peningkatan total bilirubin dan creatinin. Alkaline phosphatase
(ALP) mungkin meningkat hingga 10x nilai normal; ALP
normalnya memang meningkat sedikit pada trimester ketiga
(Tucker, Calhoun, Thorneycroft, Edwards, 1993 ; Woll &
Record, 1979 ; Warner, Zoller, Baskin & Eichmann, 1988 ;
Riely, Latham, Romero & Duffy, 1987).
31
Diagnosis AFLP harus dipertimbangkan bila ditemukan
adanya gangguan fungsi liver pada wanita selama masa akhir
kehamilan. Castro dkk telah melaporkan sebanyak 28 kasus
AFLP selama 15 tahun. Digambarkan adanya masa prodromal
selama 1 hingga 21 hari (rata-rata 9 hari) dengan gejala mual
muntah (71%), malaise (64%), nyeri abdomen (50%), demam
(32%), kuning/jaundice atau warna urin gelap (29%), nyeri
kepala (21%), gatal (11%) dan nyeri tenggorokan (11%).
Hepatic encephalopathy merupakan gejala yang ditemukan
pada periode akhir penyakit dan sering merupakan pertanda
yang buruk pada AFLP.
32
H. DIAGNOSA BANDING
34
klinis dan laboratorium akan segera tampak pada hari kedua
setelah persalinan (Porter, 2010).
36
menimbulakan banyak perdarahan. Jika persalinan diduga akan
menimbulkan banyak perdarahan atau pasien direncanakan
operasi, gangguan koagulopati sebaiknya dikoreksi dengan
pemberian platelet, FFP atau cryopresipitat. Keberhasilan
penggunaan antithrombin dan faktor VII juga telah dilaporkan
dalam beberapa penelitian.
J. ANALGESIA
Paracetamol umumnya aman pada gangguan hepar
apabila dipakai dalam dosis normal. NSAID merupakan
kontraindikasi karna dapat mengganggu fungsi platelet dan
dapat memicu gangguan ginjal (Porter, 2010).
K. OUTC
OME
Outcom
e
matern
al
Jika persalinan dapat sesegera mungkin dilakukan maka
mortalitas ibu dan bayi akan sangat menurun. Komplikasi yang
dapat dialami ibu
37
diantaranya DIC, hipoglikemia berat, encephalopati hepatic,
pankreatitis, gagal ginjal akut dan ruptur hepar (Froelich &
Reid, 2009).
Outcome janin
38
stabil. Penyabab terjadinya fetal distress pada ibu dengan AFLP
yang secara klinis stabil belum diketahui. Keadaan yang
mungkin adalah terjadinya insufisiensi uteroplasenta (Froelich,
Reid, 2009). Dibutuhkan monitoring janin ketat dan resusitasi
yang baik pada kasus AFLP (Fesenmeier, Coppage, Lambers,
Barton & Sibai, 2005).
39
dan 400 kasus per tahun di Inggris. ALF diperkirakan
penyumbang 0,1% dari semua kematian di Amerika Serikat dan
6% dari kematian yang berhubungan dengan penyakit hati. Mori
et al (2005) melaporkan bahwa berdasarkan surveilans
epidemiologi nasional, kejadian tahunan ALF di Jepang terus
menurun setiap tahunnya, diperkirakan 3700 kasus pada tahun
1972, 1050 kasus pada tahun 1995, dan 429 kasus pada tahun
2004 (Bernal & Auzinger, 2010 ; Mori et al, 2005).
C. KLASIFIKASI
40
Tabel 6. Klasifikasi, Gejala Klinis dan Prognosis ALF menurut
sistem
41
D. PENYEBAB
42
Gambar 2. Etiologi ALF di Dunia42
Virus
44
dengan hepatitis B dapat menyebabkan tidak hanya dari
infeksi akut baru tetapi juga infeksi kronis ketika perubahan
status virus. ALF akibat hepatitis B memiliki masa inkubasi
lebih lama dan prodromal dibandingkan hepatitis A atau E,
dan biasanya memiliki pola akut daripada hiperakut (Bernal,
Auzinger, Dhawan & Wendon, 2010).
45
penyebab ALF adalah lebih atau sama dengan 7,5-10 g/hari.
Overdosis berulang ≥10 g/hari atau ≥6 g dalam 24-48 jam
dapat dikaitkan dengan hepatotoksisitas berikutnya dan pasien
harus menjalani evaluasi di fasilitas perawatan kesehatan. Batas
bawah 4-10g untuk evaluasi dapat dipertimbangkan dalam
populasi berisiko tinggi. Pada suatu laporan kasus Kurtovics et
al (2003) menemukan terjadinya ALF pada pemberian dosis
4g/hari pada pasien malnutrisi. Meskipun kebanyakan studi
telah melaporkan keamanan penggunaan jangka pendek dan
jangka panjang dari acetaminophen pada dosis maksimum yang
dianjurkan 4 g, studi Watkins et al (2006) pada 145
sukarelawan sehat melaporkan bahwa asupan harian
acetaminophen 4 g selama 14 hari dikaitkan dengan
peningkatan asimtomatik SGPT (ALT) (> 3 kali batas atas
normal) hingga 40% dari subyek (Wang, Yin & Yao, 2013).
Keganasan
46
hematogen dari tumor padat. Kegagalan fungsi hati yang berat
secara klinis dengan koagulopati dan ensefalopati akibat
keterlibatan tumor metastatik dapat ditemukan (Wang, Yin &
Yao, 2013).
Penyebab lain
47
stroke. Kasus ini sering mengikuti pola sub-akut, dan tingkat
kelangsungan hidup buruk tanpa transplantasi (Bernal,
Auzinger, Dhawan
E. PATOFISIOLOGI
48
glutamin oleh astrosit, yang dalam konsentrasi tinggi
menyebabkan edema sehingga terjadi stres oksidatif. Inflamasi
sistemik, terutama dengan adanya sepsis, juga menyebabkan stres
oksidatif, kerusakan endotel dengan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah otak, dan perubahan dalam aliran darah, yang
menyebabkan terjadinya edem cerebral dan hipertensi intrakranial
(Wang, Yin & Yao, 2013).
49
F. MANIFESTASI KLINIS
50
Tabel 7. Skala Modified Parsons-Smith pada Ensefalopat
Hepatkum (Bernal & Wendon, 2013)
Grade Manifestasi Klinis Tanda Neurologi Skala Koma
Glasgow
0/ Normal Hanya tampak pada tes 15
sub neuropsykometri
klinik
1 Kewaspadaan kurang, Tremor, apraxia, 15
perhatian kurang incoordinasi
2 Letargi, disorientasi, Asterixis, ataxia, 11-15
Perubahan disartria
kepribadian
3 Somnolen hingga Asterixis, ataxia 8-11
semi-stupor
4 Koma ±Deserebrasi <8
51
dan hampir selalu disebabkan oleh Candida albicans. Perlu dicatat
bahwa demam dan leukositosis adalah penanda infeksi utama pada
ALF, namun gejala dan tanda ini tidak selalu hadir pada sepertiga
dari pasien yang terinfeksi (Wang, Yin & Yao, 2013).
G. DIAGNOSIS
52
Kadar serum fosfat yang rendah dan peningkatan α-
fetoprotein dapat menunjukkan tanda-tanda regenerasi hati. Dalam
analisis retrospektif Baquerizo et al (2003) pada pasien ALF, 74%
pasien yang masih hidup pada minggu pertama memiliki kadar
fosfat <2,5, sedangkan pasien dengan kadar fosfat serum> 5 tidak
bertahan (Bernuau, Rueff & Benhamou, 1986).
H. PENATALAKSANAAN
Setiap pasien dengan ALF membutuhkan rencana
manajemen secara keseluruhan yang dimulai dengan identifikasi
etiologi, resusitasi, dan penilaian awal dari prognosis. Pasien harus
dirujuk ke pusat-pusat yang memiliki transplantasi hati (Mori,
Itanai & Washio, 2006).
Pemantauan dan investigasi
53
otak. Mempertahankan homeostasis metabolik melalui
kontrol tekanan darah, oksigenasi, gizi, kadar glukosa, dan
pemeliharaan elektrolit serum, sangat penting dilakukan
(Mori, Itanai & Washio, 2006).
54
et al (2005) menunjukkan bahwa monitor tekanan
intrakranial hanya digunakan pada 28% pasien dengan ALF
dan ensefalopati berat; Sepuluh persen memiliki perdarahan
intrakranial, dan dapat mengakibatkan kematian (Bernal &
Wendon, 2013).
Kardiovaskular dan Manajemen Cairan
Manajemen pernapasan
55
termasuk dehidrasi, nefrotoksisitas, hipotensi, sepsis, dan
sindrom hepatorenal. Manajemen termasuk menghindari
agen nefrotoksik, pengobatan infeksi, menjaga perfusi
ginjal, hingga dialisis. Sedangkan tujuan utama dari
dukungan ginjal adalah untuk mengontrol azotaemia,
mengobati kelainan elektrolit dan asidosis metabolik, dan
menjaga keseimbangan cairan, juga sangat efektif dalam
menghilangkan amonia. Leithead et al (2011) menunjukkan
53,5% pasien ALF mengalami gagal ginjal dan 64,9%
memerlukan terapi pengganti ginjal (Kim et al, 2011).
56
Terapi spesifik
57
tingkat infeksi atau meningkatkan kelangsungan hidup,
sehingga penelitian ini tidak mendukung penggunaan rutin
profilaksis antimikroba pada pasien ALF (O’Grady, Schaim
& Williams, 1993).
58
pasien sirosis. Perbedaan ini mencerminkan tingkat
keparahan penyakit dan kurangnya pilihan dalam pemilihan
donor. Kontraindikasi mutlak untuk transplantasi hati
termasuk sepsis, hipotensi refrakter, acquired
immunodeficiency syndrome dan hipertensi intrakranial yang
tidak terkontrol dengan dugaan kerusakan saraf permanen.
Setelah pasien dipilih untuk menjalani transplantasi hati,
kesesuaian mereka untuk transplantasi harus ditinjau secara
berkala karena sifat progresif dari penyakit (Bernal,
Auzinger, Dhawan & Wendon, 2010).
59
(AFP), laktat, pH arteri, fosfat, amonia, natrium, jumlah
trombosit, bilirubin, aspartat aminotransferase (AST), SGPT
(ALT), Rasio International Normalized (INR), Model Tahap Akhir
Penyakit Liver (Meld) skor, dan volume hati (Altinbas,
Bechmann, Akkiz, Gerken & Canbay, 2015).
60
dengan ALF. Pasien non-acetaminophen-induced ALF yang masih
bertahan tanpa transplantasi hati memiliki kadar Gc-globulin
tinggi dibanding populasi lain. Namun, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kelompok pasien dengan acetaminophen-
induced ALF (Ostapowicz et al, 2002).
III. ENSEF
ALOPATI
A.
DEFINISI
61
c. Ensefalopati hipoksia, yaitu ensefalopati akibat kekurangan
oksigen pada otak.
B. ETIOLOGI
g) tumor otak.
C. GEJALA
62
mendalam dan berkembang pesat (misalnya, anoksia otak
menyebabkan koma atau kematian dalam beberapa menit).
Seringkali, gejala perubahan status mental dapat hadir seperti
tidak dapat memberikan perhatian, penilaian buruk atau
buruknya koordinasi gerakan. Gejala serius lainnya yang
mungkin terjadi antara lain : (“Ensefalopati”, 2013)
a) Letargi.
b) Demensia.
c) Kejang.
d) Tremor.
g) Koma.
63
D. KLASIFIKASI
1. Ensefalopati
Akibat Infeksi a.
Definisi
b. Patogenesis.
64
monosit/makrofag, yang akan bereaksi langsung dengan
menginduksi ekspresi mediator inflamasi (Di Carlo & Frankel,
2004).
c. Gejala Klinis
d. Diagnosis
e. Penatalaksanaan
66
Pengobatan ensefalopati septik secara khusus masih
belum ada, penanganannya dilakukan dengan penanganan
sepsis pada umumnya.(7)Dibutuhkan terapi suportif seperti
menjaga suhu lingkungan yang hangat, memberi pengobatan
simptomatik seperti muntah, anemia dan demam. Kemudian
dilakukan pemberian antibiotik untuk penanganan definitif
selama kurang lebih 14 hari (Di Carlo & Frankel, 2004).
2. Ensefalopati akibat
toksis Ensefalopati
yang diinduksi obat.
a. Definisi
b. Gejala Klinis
c. Etiologi
Anti konvulsan lainnya yang dapat berefek seperti
asam valproat adalah fenobarbital dan phenitoin.
Fenobarbital dan phenitoin meningkatkan kadar ammonia
pada pasien yang mengkonsumsi asam valproat secara
bersamaan. Pada salah satu penelitian, penambahan
toporimate inhibitor siklus urea lainnya, pada penggunaan
asam valproat mempercepat terjadinya ensefalopati pada
pasien asimtomatis. Beberapa obat lainnya yang dapat
menyebabkan keadaan hiperamonia, yang mungkin dapat
merusak siklus urea atau meningkatkan produksi ammonia
renal ke dalam sirkulasi. Obat tersebut antara lain glysin
yang
67
ammonia, selain itu carbamazepin, dan salisilat dosis tinggi
juga memberikan kesan yang sama (Cotena & Piazza,
2012).
d. Patogenesis
e. Penatalaksanaan
3. Ensefalopati
akibat metabolik
a. Definisi dan
Klasifikasi
68
Gangguan metabolik yang biasa terjadi adalah
disfungsi hepar, disfungsi renal dan gangguan metabolik.
Gangguan yang paling sering terjadi adalah disfungsi hepar,
sehingga yang dibahas dalam referat kali ini adalah
ensefalopati hepatik. Kerusakan genetik dari metabolism
dapat menimbulkan bayi dengan ensefalopati yang berat dari
hanya hiperammonemia saja. Ketika kerusakan metabolik
terjadi setelah beberapa bulan hingga tahun kemudian,
derajat insufisiensi hepar dapat mempersulit kerusakan
metabolik tersebut. Pada hepatitis akut maupun fulminan
karena beberapa etiologi (misalnya infeksi, obat, toksik)
peningkatan ammonia serum mungkin hanya sedang tapi
faktor lain yang berkontribusi terjadinya ensefalopati yang
dapat terjadi dalam beberapa hari. Varian ketiga,
ensefalopati berat dihasilkan oleh ketoasidosis diabetik.
Edema serebral yang sangat berkaitan dengan ketoasidosis
diabetik.
b.
Pat
ofis
iolo
gi -
Teo
ri
Am
onia
Amonia sejak lama dikenal sebagai neurotoksin yang
bertanggung jawab dalam patogenesis ensefalopati hepatik.
Amonia dihasilkan dari beberapa jaringan termasuk ginjal dan
otot meskipun konsentrasi tertingginya berada pada vena
porta yang berasal dari bakteri pada kolon dan metabolisme
glutamine pada usus kecil. Pada orang normal, berkisar 80-
90% ammonia diekskresikan melalui metabolisme pertama.
Ekskresi berkurang baik pada keadaan hepatitis kronik
maupun akut. Mekanisme hiperammonaemia menyebabkan
ensefalopati masih belum terlalu jelas, penelitian
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar ammonia
pada sel hepatosit yang mengakibatkan perubahan pada
neurotransmiter terutama agonis GABA, sehingga
menyebabkan kegagalan penyediaan energi untuk otak.
Detoksifikasi ammonia pada astrosit menyebabkan akumulasi
glutamine, yang merupakan penyebab utama terjadinya
pembengkakan astrosit. Pada hepatitis akut,
69
pembengkakan glial juga ditemukan ketika adanya
pembengkakan otak. Pasien dengan ensefalopati hepatik
memiliki kadar serum ammonia lebih dari 90%, dan
menurunnya kadar serum ammonia berhubungan dengan
perbaikan tingkat ensefalopati hepatik. Penelitian
eksperimental menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
kuat antara kadar glutamine pada cairan serebro spinal dengan
derajat ensefalopati hepatik, tetapi kerusakan fungsi kognitif
seperti memori episodik, perhatian berkesinambungan yang
terjadi pada ensefalopati hepatik menunjukkan hubungan
dengan kadar ammonia serum ketika diperiksa dengan tes
psikometrik komputer (Leise, Poterucha, Kamath & Kim,
2014).
c. Gejala Klinis
Derajat gangguan status mental pada ensefalopati
diklasifikasikan berdasarkan kriteria. West Haven berkisar
dari gangguan pola tidur hingga perubahan fungsi kognitif
dan koma dalam.
d. Penatalaksaan
70
Setelah dilakukan resusitasi, maka yang perlu
dilakukan selanjutnya adalah keseimbangan cairan. Tujuan
penting yang ingin dicapai adalah normovolumik, karena
adanya hidrasi yang kurang 16 maupun lebih akan
mengganggu. Pemberian cairan yang sering dilakukan
pertama kali adalah pemberian cairan kira kira 70% dari
maintenance.Status hidrasi sebaiknya dimonitor dengan
menggunakan tekanan vena sentral,dengan target 6-8cm
H2O.Monitoring urin juga diperlukan untuk memonitoring
hidrasi,dan indikator fungsi renal.Pemberian cairan secara
intra vena sebagai media pemberian elektrolit dan glukosa
dimana pada keadaan ensefalopati terganggu. (Leise,
Poterucha, Kamath & Kim, 2014).
e. Pencegahan
f. Prognosis
4. Ensefalop
ati akibat
iskemik a.
Definisi
b. Patofisiologi
71
Ensefalopati hipoksik iskemik merupakan penyebab
cedera permanen yang penting pada sel sistem saraf pusat
yang mengakibatkan kematian neonatus atau nantinya, jejas
dapat bermanifestasi sebagai pals serebral atau defisiensi
mental.(6).Penyebab saat di dalam kandungan terdiri dari
(Haberland, 2006)
72
3) Kurangnya saturasi oksigen arteria disebabkan gagal
terjadinya pernapasan yang adekuat pada pasca lahir,
akibat cacat, nekrosis atau jejas pada otak.
c. Gejala Klinis
d. Penatalaksanaan
73
Pencegahan dan pengobatan nantinya diarahkan pada
keadaan dasar yang menyebabkannya, kematian dan
kecacatan kadang-kadang dapat dicegah melalui pengobatan
terhadap gejala yang timbul dengan memberikan oksigen
atau pernafasan buatan dan koreksi disfungsi multiorgan
terkait. Edema otak dapat timbul pada 24 jam berikutnya
dan mengakibatkan depresi batang otak yang berat. Selama
waktu ini dapat terjadi aktivitas kejang yang mungkin berat
dan kejang ini refrakter terjadap dosis biasa antikonvulsi.
Lorazepam (0,05-0,1 mg/kgBB/iv) dapat digunakan selama
kejang akut, sedangkan untuk mensupresi kejang secara
terus menerus mungkin memerlukan dosis pembebanan i.v.
20-25mg/kgBB fenobarbital atau 20mg/kgBB fenitoin.
Walaupun sebagian besar kejang sering merupakan akibat
dari ensefalopati hipoksik iskemik, kejang pada bayi baru
lahiryang mengalami asfiksia dapat juga disebabkan oleh
hipokalsemi atau hipoglikemia.(6)Pada keadaan hipoksik
iskemik terjadi turunnya suhu berkisar 20C. Terapi
hipotermia lebih bermaksud pada resusitasi dibandingkan
dengan neuroprotektor. Pada bayi dengan respon minimal
pada resusitasi konvensional, ditempatkan pada tempat
berisi air dingin berkisar 23-300C dan didiamkan hingga ia
menangis.
e. Prognosis
1. Ensefalitis
2. Perdarahan intracranial
3. Edema serebri
74
F. PENGOBATAN
G. KOMPLIKASI
75
e. Ensefalopati Hashimoto (kebingungan, intoleransi
panas, demensia)
H. PROGNOSIS
76
BAB IV
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSIS
presentasi kepala.
77
3. SGOT & SGPT >42
6. Leukositosis >11.000
79
hipoglikemia dan jaundice yang biasanya tidak didapatkan pada
pasien preeklampsia maupun HELLP sindrom. Perbedaan
temuan-temuan ini dapat menyingkirkan diferensial diagnosis
preeklampsia dan HELLP sindrom.
B. TATALAKSANA
Diagnosis yang cepat, Stabilisasi/tatalaksana suportif
yang intensif dan melahirkan bayi secepat mungkin merupakan
kunci penanganan AFLP. Tatalaksana awal pada pasien ini
sudah tepat, yakni dengan terminasi kehamilan segera secara
SC karena karena terjadi cepatnya penurunan kondisi pasien
dengan AFLP.
80
laboratorium akan segera tampak pada hari kedua setelah
persalinan. Pada kasus ini, pasien sempat mendapatkan
perawatan intensif post SC di ruang ROI. Namun pada hari ke-
2 post SC pasien dipindahkan ke ruangan HCU kebidanan. Satu
hari di ruang HCU pasien kembali mengalami perburukan
sehingga kembali dipindahkan ke ruang rawatan ROI.
Sebaiknya pada kasus ini, pasien tidak perlu buru-buru
dipindhkan ke ruang rawatan biasa karena proses kerusakan
multi organ masih mungki terjadi, sehingga perlu pemantauan
intensif di ruang rawatan intensif.
KESIMPULAN
Gastroenterologist ; 1:257-64.
Bellig LL, 2004. Maternal acute fatty liver of pregnancy and the
associated risk for long-chain 3-hydroxyacyl-coenzyme a
dehydrogenase (LCHAD) deficiency in infants. Adv Neonatal
Care ; 4:26-32.
376: 190-201
Davidson KM, Simpson LL, Knox TA, D’Alton ME, 1998. Acute fatty
liver of pregnancy in triplet gestation. Obstet Gynecol ; 91:806-
8.
Knox TA, Olans LB, 1996. Liver disease in pregnancy. N Engl J Med ;
335:569-76.
Lee WM, 2012. Acute Liver Failure. Semin Respir Crit Care Med ;
33:36-45
Leise M.D, Poterucha JJ, Kamath PS, Kim WR, 2014. Management of
hepatic encephalopathy in the hospital. Mayo Clinic
proceedings, 89(2), 241–253.
84
Lynch CM et al, 1999. AFLP : A Confusing Clinical Entity. In Case
Report. Turner White Communications Inc; Page 69-70
McNulty J, 2004. Acute fatty liver of pregnancy. In: Foley MR, Strong
TH, Garite
TJ, eds. Obstetric Intensive Care Manual, 2nd edn. New
York: The
Ostapowicz G., Fontana R.J., Schiodt F.V., Larson A., Davern T.J.,
Han S.H., and al, 2002 . Results of a prospective study of acute
liver failure at 17 tertiary care centers in the United States Ann
Intern Med ; 137 (12) : 947-954
Riely CA, Latham PS, Romero R, Duffy TP, 1987. Acute fatty liver of
pregnancy. A reassessment based on observations in nine
patients. Ann Intern Med ; 106:703-6.
Wanders RJ, Vreken P, den Boer ME, Wijburg FA, van Gennip AH,
IJlst L, 1999. Disorders of mitochondrial fatty acyl-CoA beta-
oxidation. J Inherit Metab Dis ; 22:442-87.
86
Werner CJ, Zoller DP, Baskin WN, Eichmann RE, 1988. Acute fatty
liver of pregnancy associated with maternal and fetal metabolic
acidosis. J Fam Pract ; 26:198-9.