Anda di halaman 1dari 16

ACARA IV

PENGENALAN ALAT-ALAT PENGOLAH TANAH DAN PENILAIAN


UNJUK KERJA LAPANGAN

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk
meningkatkan produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas
lahan, dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin
pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi,
efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja
petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia menunjukkan
bahwa perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan penataan
lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan
teknologi biologis, dan teknologi kimia. Penerapan teknologi mekanisasi
pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang disebabkan
kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung tanpa
disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya. Berbeda
halnya dengan Jepang yang melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi
lokal, kemudian baru memproduksi sendiri untuk digunakan oleh petani
mereka ( Hamilton dkk,1996).
Pengolahan tanah merupakan hal yang dianjurkan sebelum
melakukan penanaman. Tanah yang baik untuk tanaman adalah tanah
yang telah memenuhi persyaratan tumbuh bagi suatu tanaman, baik dari
segi kecukupan unsur hara, iklim lingkungan, ketersediaan air yang cukup
dan kondisi tanah yang mudah untuk dilakukan pengolahan lahan. Tanpa
pengolahan tanah, pertukaran udara dan air dari luar tanah ke dalam tanah
juga tidak akan berjalan dengan baik sehingga tanaman akan kekurangan
unsur-unsur tertentu dan mikrobia tanah tidak mampu berkembang dan
mengolah unsur hara lebih baik. Oleh karena itu petani diharuskan untuk
selalu menjaga pertukaran udara dan air. Dalam menjaga pertukaran ini
dapat dilakukan dengan proses mengolah tanah.

28
29

2. Tujuan
1. Mengetahui macam dan jenis alat pengolah tanah.
2. Mengetahui bagian-bagian dari alat pengolah tanah dan
kegunaannya.
3. Mengetahui kemampuan kerja dari suatu alat/mesin pertanian.

B. Dasar Teori
Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat
bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan
penyusun tanah tersebut berbeda komposisinya untuk setiap jenis tanah, kadar
air dan perlakuan terhadap tanah. Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah
dapat berubah keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifat-sifatnya yang
meliputi sifat fisik, kimia, dan sifat mekanis, serta keadaan lingkungan yang
keseluruhannya menentukan produktifitas tanah. Pada tanah pertanian, sifat
mekanis tanah yang terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang
bekerja pada tanah, dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati adalah
perubahan tingkat kepadatan tanah (Yuswar, 2004).
Pengolahan tanah adalah semua pekerjaan pendahuluan sebelum proses
penanaman. Tujuan utama dari pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi
tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman dengan usaha yang
seminimum mungkin. Sebagai awal kegiatan budidaya pertanian sebelum
kegiatan lainnya dilakukan, kegiatan ini perlu diupayakan secara efektif dan
efisien, oleh karena menyangkut kualitas hasil dan ketepatan waktu
pengolahan tanah (Mundjono, 1989). Pengolahan tanah biasanya digunakan
alat dengan tenaga tarik hewan atau menggunakan tenaga traktor.
Penggunaan tenaga tarik traktor akan meningkatkan kapasitas kerja dan hasil
yang didapatkan pada pengolahan akan lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan hewan (Haerani, 2001).
Dalam pengolahan lahan sampai lahan tersebut siap untuk ditanami
mengalami beberapa proses. Tergantung jenis lahan yang mau diolah. Ada
dua jenis lahan yang dapat diolah menggunakan traktor roda dua yaitu lahan
basah atau sawah dan lahan kering atau lahan yang biasa ditanami sayur-
30

sayuran. Pada lahan sawah memerlukan tiga tahapan proses perlakuan dengan
menggunakan implemen traktor roda dua hingga lahan siap untuk ditanami.
Tahapan itu adalah pembajakan, pengglebekan, dan penggaruan. Sementara
pada lahan kering hanya memerlukan dua tahapan yaitu pembajakan dan
penggaruan atau pengglebekan tergantung jenis tanah pada lahan kering
tersebut dan kebiasaan masyarakat sekitar (Yuswar, 2004).
Menurut Daywin dkk, (1999) tujuan utama dari penggunaan mesin-
mesin dibidang pertanian adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja
petani dan mengubah pekerjaan berat menjadi lebih ringan. Kegiatan
pengolahan tanah pada lahan kering untuk tanaman hortikultura merupakan
kegiatan yang cukup berat, kegiatan ini memerlukan waktu dan tenaga serta
biaya yang cukup besar. Mekanisasi pertanian dapat meningkatkan kualitas
hasil produksi (Haerani, 2001).
Untuk mengetahui performa dari alat pengolah tanah maka harus
dilakukan terlebih dahulu pengujian terhadap kapasitas kerja lapang dari alat
tersebut. Yang dimaksud dengan kapasitas kerja lapang adalah penggunaan
daya dari alat dan mesin yang berhubungan dengan “field” (lapangan). Dalam
pelaksanaan kerja di lapangan harus dipertimbangkan faktor-faktor teknis
yang menentukan aspek ekonomis penggunaan daya dari alat dan mesin
tersebut. Faktor-faktor teknis ini antara lain kapasitas dan efisiensi yang
ditentukan oleh alat itu sendiri, kondisi lahan yang diolah (meliputi keadaan
tanah, topografi wilayah, ukuran, dan bentuk petakan), ketrampilan operator,
serta pola pembajakan yang dilakukan dalam pengolahan tanah (Ikawati,
1995).
Kapasitas kerja lapangan adalah kemampuan kerja suatu alat atau mesin
memperbaiki hasil (hektar, kg, lt) per satuan waktu. Jadi kapasitas kerja
pengolahan tanah adalah berapa hektar kemampuan suatu alat dalam
mengolah tanah per satuan waktu. Sehingga satuannya adalah hektar per jam
atau jam per hektar atau hektar per jam per HP traktor. Kapasitas kerja suatu
alat pengolahan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Ukuran dan bentuk petakan
2. Topografi wilayah : datar, bergelombang atau berbukit
31

3. Keadaan traktor : lama dan baru


4. Keadaan vegetasi (tumbuhan yang ada) dipermukaan tanah : alang-
alang atau semak belukar
5. Keadaan tanah : kering, basah, atau lembap, liat atau berlempung,
atau keras
6. Tingkat keterampilan operator : sudah berpengalaman, terampil atau
belum berpengalaman
7. Pola pengolahan tanah : pola spiral, pola tepi, pola tengah, dan pola
alfa (Mulyanto Harjosentono, 1978).
Bajak rotary adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar,
bajak ini terdiri dari pisau–pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada
poros yang berputar karena digerakkan oleh motor. Bajak ini banyak ditemui
pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi. Meski termasuk
golongan bajak, tetapi bajak rotary berfungsi tidak untuk membalik dan
melempar tanah, tetapi hanya untuk memotong tanah saja. Bajak rotary ini
terdiri dari pisau-pisau putar yang terpasang pada poros. Semakin cepat
putaran poros maka semakin cepat putaran pisau.
Dalam penggunaannya seringkali tanah lengket dan menempel pada
mata pisau. Untuk mengurangi tanah lengket yang menempel pada mata pisau
saat penggunaannya bisa dilakukan dengan mengurangi jumlah pisau atau
memperlambat gerakan saat menggunakannya.mPrinsip kerja bajak ini ialah
pisau-pisau dipasang pada poros secara melingkar hingga beban terhadap
mesin merata dan dapat memotong tanah secara bertahap. Pada saat poros
berputar dan alat bergerak maju, pisau akan memotong tanah. Luas tanah
yang terpotong tergantung pada kedalaman dan kecepatan alat (Badan
Penyuluh dan Pengembangan SDM Pertanian, 2015).
Bajak singkal merupakan jenis bajak tertua yang dikenal manusia untuk
mengolah tanah. Bajak singkal dapat digunakan untuk berbagai macam jenis
tanah dan sangat baik untuk membalik tanah. Bajak singkal dibedakan
menjadi 2 golongan yakni Bajak singkal satu arah / one way moldboard plow
dan Bajak singkal dua arah / two way moldboard plow. Bagian bajak singkal
32

yang memotong dan membalik tanah disebut bottom. Bottom terdiri dari
bagian-bagian utama yaitu:
a. Singkal (mold board) berguna untuk melempar tanah.
b. Pisau (share) berguna untuk memotong tanah
c. Penahan samping (landside) berguna untuk menyeimbangkan serta
menahan bajak.
Ketiga bagian tersebut diikat pada bagian yang disebut penyatu (frog).
Unit ini dihubungkan dengan rangka (frame) melalui batang penarik / balok
(beam). Selain bagian diatas bajak singkal dilengkapi dengan alat yang
disebut pisau pemotong (coulter). Alat ini berfungsi untuk membelah tanah
atau tumbuhan, sampah-sampah yang ada di atas tanah sebelum pisau bajak
memotong tanah, dengan demikian sisa tumbuhan dapat dibalik dengan baik
dan memperingan pekerjaan pisau bajak.
Ada dua bentuk pisau pemotong, yakni: Pisau pemotong tetap (stationery
knife) dan Pisau pemotong berputar (rolling coulter)
Bajak singkal bekerja memotong dan membalik tanah maka akan
terbentuk alur yang disebut furrow. Macam alur yang terbentuk ialah
Kerataan tanah (furrow slice) yang membentuk alur tumpukan tanah
kesamping, Alur balik (back furrow) yang membentuk alur tumpukan tanah
di tengah dan Alur mati (dead furrow) membentuk alur tanpa tumpukan tanah
(Badan Penyuluh dan Pengembangan SDM Pertanian, 2015).

C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat
Hari, Tanggal : Rabu, 18 April 2018
Waktu : 12.30 WIB s.d Selesai
Tempat Praktikum :Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak,
Sleman, Yogyakarta
2. Alat, Bahan dan Cara Kerja
a. Traktor
b. Bajak
c. Roll meter
33

d. Stopwatch
e. Patok
f. Hand counter
g. Gelas ukur

3. Cara Kerja
a. Menyiapkan traktor dan alat – alat, mencatat spesifikasi alat yang
digunakan serta mencatat kondisi lapang/daerah
b. Mengisi penuh tangki bahan bakar
c. Mengambil jarak dilapangan sepanjang 20 meter (jarak A-B)
d. Menyiapkan stopwatch dan dua orang mencatat waktu, seorang
bertugas mengamati waktu pembajakan sepanjang A-B dan seorang
lagi mengamati waktu yang dipakai traktor untuk membelok dan
seorang lagi berjaga – jaga bisa selama operasi terjadi kerusakan
atau kemacetan
e. Memberi tanda pada roda belakang kanan dan kiri dan dua orang
pengamat, yang masing – masing bertugas menghitung jumlah
putaran roda tersebut sepanjang jarak A-B sewaktu traktor berjalan.
Memngukur diameter ban
f. Menjalankan traktor berawal dari patok A ke patok B
g. Ketika bajak melewati patok A stopwatch dihidupkan dan setelah
bajak sampai patok B stopwatch dimatikan. Mencatat waktu dan
mencatat jumlah putaran roda kanan dan kiri pada jarak A-B
h. Menghidupkan stopwatch setelah bajak melewati patok B, setelah
sampai pada patok A stopwatch dimatikan dan mencatat waktu untuk
belok
i. Sebaliknya, ketika bajak melewati patok B, menjalankan stopwatch
lagi hingga sampai pada patok A, demikian seterusnya sampai
didapatkan data waktu pembajakan dari A ke B dan dari B ke A,
waktu untuk belok, dan jumlah putaran roda belakang kanan dan
kiri, serta data lebar kerja pembajakan pada masing – ma,sing
34

lintasan, dan data kedalaman pembajakan pada masing – masing


lintasan.
j. Setelah memperoleh data secukupnya, maka operasi dihentikan dan
mencatat pula data – data pemakaian bahan bakar, luas lahan yang
dikerjakan, dan lama pengujian.
k. Memasukkan semua data yang diperoleh dari hasil praktikum
tersebut dalam lembar data yang tersedia.

D. Hasil Pengamatan
1. Spesifikasi Alat yang Digunakan
Tabel 4.1 Spesifikasi Alat Mesin Traktor Roda Dua Singkal
Identifikasi Traktor Implemen
a. Jenis Traktor roda dua Bajak Singkal
b. Nama dagang Zeva Quick -
c. Tipe G6300 Pembalik 1 arah
d. Negara pembuat Indonesia Indonesia
e. Lebar kerja teoritis - 41 cm
implement

Tabel 4.2 Spesifikasi Alat Mesin Traktor Roda Dua Rotary


Identifikasi Traktor Implemen
a. Jenis Traktor Roda dua Bajak Rotary
b. Nama dagang Quick Zena -
c. Tipe - Mencacah tanah
d. Negara pembuat Jepang Jepang
e. Lebar kerja teoritis - 80 cm
implement

Tabel 4.3 Spesifikasi Alat Mesin Traktor Roda Empat Rotary


Identifikasi Traktor Implemen
a. Jenis Traktor Roda Empat Bajak Rotary
b. Nama dagang Kubota -
c. Tipe B6100 Mengaduk mencacah
d. Negara pembuat Jepang Jepang
e. Lebar kerja teoritis - 105
implement
2. Kondisi Daerah Penelitian
a. Lokasi : Kebun Percobaan Wedomartani
b. Topografi : Datar
35

c. Jenis tanah : Regosol


d. Kondisi tanah : Kering
e. Vegetasi yang ada : Rumput dan tekian
f. Ukuran petak :
1) Panjang : 20 meter
2) Lebar : 4 meter
3. Hasil Pengukuran / Perhitungan Efisiensi dan Kapasitas Kerja Pembajakan
Tabel 4.4 Perhitungan efisiensi dan kapasitas kerja pembajakan
Hasil Pengukuran/Perhitungan
Traktor Roda
No Keterangan Traktor mini Bajak
2 Bajak
roda 4 Singkal
Rotary
1. Luas lahan (ha) 0,009 0,01 0,08
Diameter roda rata-rata
2. 0.67 1 0,6
(m)
Total waktu operasi
3. 0,156 0,159 0,087
(jam)
Lebar kerja teoritis
4. 105 41 80
(cm)
Lebar kerja aktual
5. 0,935 40, 75 68,75
rata-rata (cm)
Kedalaman kerja
6. 10,167 12,5 6,3
aktual rata-rata (cm)
Waktu tempuh
7. 56 27,12 28,5
sepanjang A-B (detik)
Jumlah putaran roda
8. 21 7,61 11
rata-rata (A-B)
Waktu hilang (detik)
9.  Belok 47,1 7,27 7,42
 Macet 120 17,5 0,35
10. Kecepatan kerja (m/dt) 0,27 0.74 0.70
Persentase waktu
hilang (%)
11.  Lebar kerja (L1) (m) 0,109 0,03 0,14
 Slip (L2) (m) 0,66 0,012 0,035
 Belok (L3) (s) 0,83 0,20 0,024
 Macet/rusak (L4) (s) 0,21 0,006 0,001
Efisiensi kerja
12. 21,41 76,1 80,92
pembajakan (%)
36

Kapasitas kerja efektif


13. 0,057 0,062 0,92
(Ha/jam)
Daya untuk
14. 0,173 4,22 0,374
pembajakan (HP)
Kebutuhan bahan
15. 15,5 5 10
bakar (liter//Ha)
Penilaian hasil
pembajakan
- - -
 Pembalikan tanah
 Kehancuran tanah - - -
 Kemerataan hasil - - -
16.
pembajakan
 Keseragaman - - -
hasil pembajakan
 Luas tanah tak - - -
terbajak (Ha)
17. Pola pembajakan Tepi Tepi Tepi

a. Perhitungan traktor roda 4 rotary :


Jarak 15
Kecepatan Kerja Teoritis = Waktu = 561,6 = 0,027 m/s

47,1
Persentase Waktu Hilang (Belok) = 561,6 x 100 % = 8,38%

1) Efisiensi Kerja Lapangan


Wt-We
L1 = Wt
105-93,5
= 105

= 0,109 m
πDN-Jarak A ke B
L2 = πDN
(3,14 x 0,67 x 21)- 15
= 3,14 x 0,67 x 21
44,17-15
= 44,17

= 0,66 m
T belok
L3 = T total
47,1
= 561,6

= 0,083 s
37

T macet
L4 = T total
120
= 561,6

= 0,21 s
2) Ef = [(1-L1) (1-L2) (1-L3-L4)] x 100%
= [(1-0,109) (1-0,66) (1-0,083-0,21)] x 100%
= (0,891) (0,34) (0.707) x 100 %
= 82,24 %
A
3) Kapasitas kerja efektif = t total
0,009 Ha
= 0,156 jam

= 0,057 Ha/jam
ts x w x d x rpm x Er
4) Daya = 75 x 60
0,0189 x 68,75 x 6,33 x 151 x 0,63
= 75 x 60

= 0,173 HP
b. Perhitungan traktor roda dua singkal :
Jarak 20
Kecepatan Kerja Teoritis = = = 0,03 m/s
Waktu 572,4
7,27
Persentase Waktu Hilang (Belok) = 572,4 x 100 % = 1,27 %

1) Efisiensi Kerja Lapangan


Wt-We
L1 = Wt
41-40,75
= 41

= 0,006
лDN-jarak AB
L2 = лDN
(3,14 x 1 x 8)-20
= 3,14 x 1 x 8

= 0,20 m
T belok
L3 = T total
7,27
= 572,4

= 0,012 s
T macet
L4 = T total
38

17,5
= 572,4

= 0,03 s
2) Ef = [(1-L1) (1-L2) (1-L3-L4)] x 100%
= [(1-0,006) (1-0,2) (1-0,012-0,03)] x 100%
= 76,1 %
A
3) Kapasitas kerja efektif = t total
0,062 Ha
= 0,159 jam

= 0,062 Ha/jam
ds x w x d x s
4) Daya bajak singkal = 75
,84 x 4,75 x 12,5 x 0,74
= 75

= 4,22 HP
c. Perhitungan bajak roda dua rotary :
Jarak 20
Kecepatan Kerja Teoritis = Waktu = 313,2 = 0,06 m/s
7,24
Persentase Waktu Hilang (Belok) = 313,2 x 100 % = 2,31 %

1) Efisiensi Kerja Lapangan


Wt-We
L1 = Wt
80-68,75
= 80
11,25
= 80

= 0,14 m
πDN-Jarak A ke B
L2 = πDN
(3,14 x 0,16 x 11)- 20
= 3,14 x 0,16 x 11
0,72
= 20,72

= 0,035 m
t belok
L3 = t total
7,42
= 313,2

= 0,024 s
39

t macet
L4 = t total
0,35
= 313,2

= 0,001 s
2) Ef = (1-L1) (1-L2) (1-L3-L4) x 100%
= (1-0,14) (1-0,035) (1-0,024-0,001) x 100%
= (0,86) (0,965) (0,975) x 100 %
= 80,92 %
A
3) Kapasitas kerja efektif =
TP+T1
0,008 Ha
= 0,087 jam

= 0,92 Ha/jam
Ts x w x d x rpm x Er
4) Daya singkal = 75 x 60
0,0189 x 68,75 x 6,33 x 325 x 0,63
= 75 x 60
1684,7
= 4500

= 0,374 HP

E. Pembahasan
Syarat agar menjadikan tanah sebagai media tumbuh yang baik yaitu
mencampur humus dan sisa tanaman secara merata untuk memperbaiki aerasi
tanah. Pengolahan tanah terbagi menjadi pengolahan primer dan sekunder.
Pengolahan secara primer menggunakan alat cangkul, bajak singkal, bajak
piring dan bajak rotary. Fungsinya agar memotong tanah menjadi bongkahan
tanah, mencegah tumbuhnya gulma, sisa-sisa tanaman terbenam dan
membusuk. Pengolahan secara sekunder dengan menggunakan alat cangkul,
garu sisir, garu piring, bajak rotary, dan leveler. Fungsinya menghancurkan
bongkahan tanah dan meratakan hasil pengolahan tanah primer.

Kegiatan praktikum pengenalan alat pengolah tanah dan penilaian


unjuk kerja lapangan dilakukan di kebun percobaan wedomartani yang
40

memiliki topografi tanah datar dengan jenis tanah regosol dan kondisi tanah
kering serta remah, di lokasi terdapat vegetasi berupa rumput dan tekian.
Kegiatan ini menggunakan tiga jenis traktor yaitu traktor mini roda empat
rotary, traktor roda rotary dan traktor roda dua bajak singkal. Pada traktor
mini roda empat nama dagangnya Kubota B 6100 dengan tipe diesel. Negara
pembuat Jepang. memiliki model R 1000 dengan tipe mengaduk, mencacah
dengan berat 115 kg, jumlah pisau 26 buah dengan lebar kerja 105 cm.
Traktor roda dua rotary memiliki tipe Kubota K 120 C dengan tipe diesel
yang dibuat oleh negara Jepang. Model implement yang digunakan R 1000
dengan tipe mencacah yang dibuat oleh negara Jepang dengan lebar kerja 66
cm. Traktor roda dua bajak singkal dengan merek dagang Quick 3000 Zeva
dengan tipe diesel yang dibuat oleh negara Indonesia. Implemen yang
digunakan memiliki tipe pembalik tanah satu arah dengan lebar kerja sekitar
41 cm.
Pada traktor mini roda empat luas lahan yang digunakan yaitu 0,009 ha,
diameter roda 0,67 m, waktu operasi 0,156 jam, lebar kerja teoritis yaitu 105
cm, rata-rata lebar kerja aktual 93,5 cm rata-rata kedalaman kerja aktual
10,167 cm. Waktu yang diperlukan oleh traktor mini roda empat dari jarak
A-B adalah 56 detik dengan jarak A- B yaitu 20 m. Rata- rata jumlah putaran
roda 21 dengan waktu kehilangan untuk belok sebesar 47,1 detik dan macet
120 detik. Kecepatan kerja teoritis traktor roda empat yaitu 0,27 m⁄s dengan
persentase waktu hilang untuk belok 83,38 %. Waktu yang hilang disebabkan
karena belok, slip, macet dan rusak. Efisiensi kerja lapang traktor mini roda
empat yaitu 82,24 % dengan kapasitas kerja efektif 0,057 ha/jam dan daya
singkal yang digunakan sebesar 0,173 HP.
Pada bajak singkal luas lahan yang digunakan yaitu 0,01 ha dengan
diameter roda 1 m dan waktu total operasi untuk membajak lahan tersebut
yaitu 0,159 jam. Lebar kerja teoritis bajak singkal yaitu 32 cm sedangkan
rata-rata lebar kerja aktual 40,75 cm dan rata-rata kedalaman kerja aktual 12,5
cm. Waktu yang diperlukan bajak singkal ini untuk menempuh jarak dari A-B
yaitu 27,12detik dengan rata-rata jumlah putaran roda 7,61. Selama
pembajakan juga terdapat waktu hilang untuk berbelok selama 7,27 detik dan
41

macet17,5 detik. Kecepatan kerja teoritis bajak singkal traktor roda dua ini
yaitu 0,74 m/s dengan persentase waktu hilang yang diperlukan untuk belok
sebesar 1,27%. Bajak singkal ini memiliki efisiensi kerja lapangan sebesar
76,1% dengan kapasitas kerja efektif 0,062 ha/jam dan daya yang dihasilkan
sebesar 4,22 HP.
Pada bajak rotary luas lahan yang digunakan yaitu 0,08 ha dengan
diameter rodanya sebesar 0,6 m dan waktu total operasi untuk membajak
lahan tersebut yaitu 0,087 jam. Lebar kerja teoritis bajak singkal ini yaitu 98
cm sedangkan rata-rata lebar kerja aktual 68,75 cm dan rata-rata kedalaman
kerja aktual 6,3 cm. Waktu yang diperlukan bajak rotary ini untuk menempuh
jarak A-B yaitu 28,5 detik dengan rata-rata putaran roda 11. Selama
pembajakan juga terdapat waktu hilang untuk berbelok selama 7,42 detik dan
macet 0,35 detik. Kecepatan kerja teoritis bajak rotary traktor roda dua ini
yaitu 0,06 m/s dengan persentase waktu hilang yang diperlukan untuk
berbelok sebesar 2,31%. Bajak rotary ini memiliki efisiensi kerja lapangan
sebesar 80,92% dengan kapasitas kerja efektif 0,92 ha/jam dan daya yang
dihasilkan sebesar 0,374 HP.
Dalam penggunaan traktor untuk pengolahan lahan harus disesuaikan
dengan keadaan traktor, kecocokan alat dengan macam pekerjaan, keadaan
dan jenis tanah, ukuran dan bentuk petakan, topografi wilayah, keadaan
vegetasi, ketrampilan operator dan pengelolaan tanah. Setelah itu, akan
didapatkan efisiensi dalam pengerjaan dan waktu sehingga dapat menekan
aspek ekonomi dalam penggunaan alat dan mesin. Nilai efisiensi kerja yang
paling tinggi yaitu traktor roda dua bajak singkal. Hal ini dapat disebabkan
karena permukaan lahan terdapat vegetasi rumput. Sedangkan bajak rotary
tidak dapat membajak dengan cepat karena fungsinya memecah bongkahan
tanah dan keadaan dari permukaan tanah terdapat banyak vegetasi rumput
yang mampu mengahmbat kerja dari bajak rotary.

F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:
42

1. Pengolahan tanah terdapat dua tahap pengolahan yaitu pengolahan tanah


primer dan pengolahan tanah sekunder. Alat yang digunakan pada
pengolahan tanah primer yaitu cangkul atau garpu, bajak singkal, bajak
piring, dan bajak rotary. Alat yang digunakan untuk pengolahan tanah
sekunder yaitu cangkul, garu sisir, garu piring, bajak rotary dan leveler.
2. Setiap alat yang digunakan memiliki bagian-bagian dan fungsi yang
berbeda-beda. Penggunaan alat yang tepat dapat menigkatkan nilai
efisiensi kerja dari suatu alat.
3. Kemampuan kerja dari setiap traktor berbeda-beda tergantung jenis
traktor, tipe traktor, implemen yang digunakan. Kemudian disesuaikan
dengan keadaan traktor, kecocokan alat dengan macam pekerjaan, keadaan
dan jenis tanah, ukuran dan bentuk petakan, topografi wilayah, keadaan
vegetasi, ketrampilan operator dan pengelolaan tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Aak (Tim Penyusun), 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta


43

Anonim, 2008. Pengantar Mata Kuliah Mesin Peralatan Pertanian.


http://teknoperta.wordpress.com/2008/09/18/pengantar-mk-mesin-peralatan-
pertanian-2/. Diakses pada tanggal 4 Mei 2018
Anonim. 2015. Badan Penyuluh dan Pengembangan SDM Pertanian. Modul
Traktor Roda Dua (Hand Tractor). Kementerian Pertanian.
Mu’minah. 2009.Pengaruh Pengolahan Tanah Dan Pemberian Mulsa Jerami
Terhadap Produksi Tanaman Jagung, Kacang Tanah Dan Erosi
Tanah.Jurnal Agrisistem (5) 1 : 40- 46
Smith, H. P. dan Wilkes, L. H. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani
(Edisi keenam). Texas: Gadjah Mada University Press.
Su'ud, M.H. (1997). Pengenalan Pembangunan Pertanian dan Keterkaitannya,
FP Unsyiah, Banrda Aceh.
Sosroatmodjo, P.L.A. 1980. Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah.
Penunjang Pembangunan Nasional, Jakarta.
Soedijanto.1971.Laporan tentang kegiatan Dinas Alat-alat dan Mesin-mesin
Pertanian.Direktorat Teknik Pertanian : Jakarta.
Sumarna, Yana. 2010. Budi Daya Jati.Jakarta : Penebar Swadaya

Yazid dkk. 2011. Mempelajari Pengaruh Pengelolahan Tanah dan Cara Pemberian
Air Terhadap Pertumbuhan Tana man Cabai. Embryo (8)1 : 32-39

Anda mungkin juga menyukai