Malnutrisi yang terjadi pada pasien di rumah sakit akibat dari asupan makan tidak memenuhi karena kebutuhan gizi yang meningkat (Schenker, 2003; Alerda dkk, 2006, Norman, 2008), kurangnya kerja sama interdisipliner asuhan gizi (Mikkelsen dkk, 2003). Dengan demikian butuh tindakan pencegahan dan penatalaksanaan malnutrisi di RS agar tidak terjadi komplikasi. Berikutnya akan berdampak pada infeksi, mortalitas, biaya perawatan dan lama rawat pendek. Pencegahan malnutrisi di rumah sakit dapt dilakukan melalui skrining gizi terhadap pasien baru dan diulang secara periodik (Barendregt, 2008). Skrining gizi yang tepat kemudian dilaksanakannya intervesi gizi yang tepat akan mencegah timbulnya malnutrisi sehingga dapat mempercepat terjadinya proses penyembuhan (Wyszynski, 1997).
1. Bagaimana hasil penelitian terkait metode skrining gizi
Studi pendahuluan (susetyowati, 2009) membandingkan 4 metode skrining gizi (MST, SNAQ, MUST, dan NRS 2002) dengan gold standar (SGA). Hasil : sensitifitas 90%, 77%, 74%,dan 60% untuk MST, SNAQ, MUST, & NRS 2002. Kemudian juga didapatkan keempat metode yaitu MST, SNAQ, NRS, dan MUST berhubungan signifikan dengan SGA. Kesimpulan Skrining Gizi, yaitu; (1) Pasien tidak berisiko malnutrisi perlu skrining ulang tiap minggu selama perawatan di RS atau saat kunjungan ulang pada rawat jalan, (2) Pasien berisiko malnutrisi lanjut dengan asesmen gizi kemudian diagnosis gizi dan berikut terapi gizi.
2. Jelaskan algoritma asuhan gizi RS
Proses asuhan gizi terstandar adalah pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktifitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gzi sampai pemberian pelayanan untuk memenuhi kebutuhan gizi. Proses asuhan gizi terstandar meliputi 4 (empat) langkah yang saling berkaitan dan berpengaruh, yaitu pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring dan evaluasi gizi. Asesmen gizi Merupakan metode sistematik dalam mengumpulkan, melakukan verifikasi dan interpretasi data yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah, penyebabnya serta gejala atau tanda yang berkaitan dengan gizi. Langkah PAGT ini mencakup riwayat terkait gizi dan makanan, pengukuran antropometri, data biokimia, tes dan prosedur medis, hasil pemeriksaan fisik terkait gizi, riwayat klien, pengobatan. Diagnosis gizi Merupakan kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah gizi yang aktual dan atau kondisi berisik menyebabkan masalah gizi yang merupakan tanggung jawab dietisien untuk menanganinya secara mandiri. Langkah ini dinyatakan dalam format Problem (P) – Etiology (E) – Sign/symptom (S). Diagnosis gizi t4erdiri dari 3 domain, yaitu asupan, klinis dan perilaku-lingkungan. Intervensi gizi Merupakan tindakan terencana yang dirancang untuk mengubah perilaku, kondisi lingkungan terkait gizi atau aspek kesehtan dari individu termasuk keluarga dan pengasuh, kelompok sasaran tertentu atau masyarakat tertentu ke ara yang positif. Langkah ini mencakup proses perancangan preskripsi diet termasuk tujuan asuhan serta impleentasi rencana intervensi. Intervensi gizi terdiri dari domain; pemberian/diet, edukasi, konseling dan koordinasi asuhan gizi. Monitoring dan evaluasi gizi Merupakan proses mengkaji ulang dan mengukur status pasien/klien pada waktu yang terjadwal sesuai dengan diagnosis gizi, tujuan dan rencana intervensi dan hasilnya sedangkan evaluasi merupakan kegiatan membandingkan secara sistematis data – data klien saat inid enga status sebelumnya, tujuan intervensi, atau rujukan standar guna melihat dampak intervensi terhadap hasil. Pada kegiatan monitoring dan evaluasi gizi diputuskan untukkelanjutan tindakan dietetik yang akan dilakukan. Hasil evaluasi dapat diputuskan tindak lanjut yang akan dilakukan apakah pasien/klien perlu di re-asesmen atau dilanjutkan terapi diet yang sama.