Anda di halaman 1dari 14

2407-7232

JURNAL PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 1, No. 1, Januari 2015

Penanggung Jawab
Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns., M.Kes

Ketua Penyunting
Sandy Kurniajati, S.KM., M.Kes

Sekretaris
Desi Natalia Trijayanti Idris, S.Kep., Ns

Bedahara
Dewi Ika Sari H.P., SST., M.Kes

Penyunting Pelaksana
Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns., M.Kes
Tri Sulistyarini, A.Per Pen., M.Kes
Dewi Ika Sari H.P., SST., M.Kes
Erlin Kurnia, S.Kep., Ns., M.Kes
Dian Prawesti, S.Kep., Ns., M.Kep
Maria Anita Yusiana, S.Kep., Ns., M.Kes
Srinalesti Mahanani, S.Kep., Ns., M.Kep

Sirkulasi
Heru Suwardianto, S.Kep., Ns

Diterbitkan Oleh :
STIKES RS. Baptis Kediri
Jl. Mayjend Panjaitan No. 3B Kediri
Email :stikesbaptisjurnal@ymail.com
2407-7232

JURNAL PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 1, No. 1, Januari 2015

DAFTAR ISI

Potensi Guided Imagery dalam Menurunkan Tekanan Darah 1-10


Lansia dengan Hipertensi
Dewi Ika Sari H.P. | Dian Prawesti | Kili Astarani

Senam Diabetes Mellitus Menurunan Kadar Gula Darah Puasa pada Pasien 11-20
Diabetes Mellitus Tipe II
Maria Anita Y. | Aries Wahyuningsih | Srinalesti Mahanani

Efektifitas Terapi Musik Klasik dan Relaksasi Napas Dalam Terhadap 21-33
Penurunan Tekanan Darah
Andri Setiawan | Tri Sulistyarini

Senam Lansia Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi 34-43
Erlin Kurnia | Akde Triyoga | Dian Taviyanda

Relaksasi Napas Dalam Mengatasi Pre-Menstruation Syndrome pada Remaja 44-53


Putri
Frince Nety Noritasari | Selvia David Richard

Penyediaan Air Bersih, dan Personal Hygiene yang Buruk Berpengaruh 54-65
Terhadap Infeksi Kulit pada Remaja
Evi Philiawati | Erwin Pujiastuti

Pemberian Toilet Training oleh Orang Tua Berhubungan dengan Frekuensi 66-75
Enuresis pada Anak Usia Prasekolah
Suprihatin | Vitaria Wahyu A. | Erva Elli K.

Status Gizi Dan Sanitasi Makanan Berpengaruh Terhadap Kejadian Diare Akut 76-86
pada Balita
Ika Pratiwi Susetyo Rini | Sandy Kurniajati

Terapi Imajinasi Terbimbing Menurunkan Nyeri pada Pasien Section Cesarean 87-96
Aries Wahyuningsih | Almadya Candra Setiawaty
Latihan Fisik dalam Meningkatkan Rentang Gerak Sendi Penderita 97-106
Rheumatoid Arthritis
Oky Retno Palupi | Dian Prawesti
Jurnal Penelitian Keperawatan
Volume 1, No. 1, Januari 2015

SENAM DIABETES MELLITUS MENURUNAN KADAR GULA DARAH PUASA


PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II

DIABETES GYMNASTICS DECREASING BLOOD SUGAR LEVELS IN


DIABETES MELLITUS TYPE II

Maria Anita Yusiana, Aries Wahyuningsih, Srinalesti Mahanani


STIKES RS. Baptis Kediri
Jl. Mayjend Panjaitan 3B Kediri
Telp. (0354) 683470. Email: stikesbaptisjurnal@ymail.com

ABSTRAK

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana)
didalam darah tinggi (Tjokroprawiro, 2006). Senam diabetes merupakan aplikasi dari
manajemen aktivitas yang menjadi salah satu pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus.
Tujuan penelitian adalah mempelajari Potensi Senam Diabetes Mellitus Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas
Pesantren I Kediri. Desain penelitian adalah Pra Experiment Design bentuk Pre-Post Test
Design. Populasi penelitian adalah seluruh pasien Diabetes Mellitus Tipe II, jumlah
subjek sebesar 40 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Pengumpulan data untuk pengukuran kadar gula menggunakan alat ukur Glucotest.
Analisa data penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi penurunan kadar gula darah
puasa dalam 1 bulan selama intervensi senam. Uji normalitas data menggunakan
Kolmogorov Smirnov dan kemudian dianalisis menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed
Ranks Test. Hasil penelitian menunjukkan senam Diabetes Mellitus efektif menurunkan
kadar gula darah puasa pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang dibuktikan dengan
adanya perbedaan kadar gula darah puasa sebelum dan sesudah intervensi dengan
signifikansi p=0,000, z-score = -3,771 dimana kadar gula darah puasa sebelum intervensi
lebih tinggi dari kadar gula darah sesudah intervensi dengan selisih kadar gula darah
puasa sebesar 31,35 mg/dl. Senam Diabetes Mellitus efektif menurunkan kadar gula
darah puasa pasien Diabetes Mellitus.

Kata kunci : Senam Diabetes Mellitus, Diabetes Mellitus Tipe II, Kadar Gula Darah
Puasa

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is a disease which high glucose in blood because of


pancreas disturbance and insulin isproduced both in quantity and quality
(Tjokroprawiro, 2006). Diabetes Gymnasticsis an application form of management
activities become one of DM management pillars. The objective was to study potential
Diabetes Gymnastics decreasing Blood Sugar Level sin DM Type II in Community Health
Center of Pesantren I Kediri. Research design was experiment (Pre-Post Test Design).
Population was all patients with DM Type II, the samples were 40 respondents using
purposive sampling. Data collection of glucose measurement used instrument of

11
Senam Diabetes Mellitus Menurunan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Maria Anita Yusiana, Aries Wahyuningsih, Srinalesti Mahanani

Glucotest, and analysis to evaluate decreasing fasting blood sugar levels with in 1
month during intervention of gymnastics. Test data used Kolmogorov Smirnov normality
and then analyzed using Wilcoxon Signed Ranks Test. The results showed that Diabetes
Gymnastics was effective in decreasing fasting blood sugar levels to patients with DM
Type II evidenced by differences infasting blood sugar levels before and after intervention
with a significance of P=0.000, z-score = -3.771 where fasting blood sugar levels before
intervention was higher than after intervention by difference infasting blood glucose level
of 31.35mg/dL. Diabetes Gymnastics was effective in decreasing fasting blood sugar
levels to patients with DM

Keywords: Diabetes Gymnastics, DM Type II, Blood Sugar Levels

Pendahuluan Pesantren I Kediri pasien yang


mengalami Diabetes Mellitus tipe II
adalah sejumlah 40 orang.
Diabetes Mellitus adalah suatu Banyaknya penderita Diabetes
penyakit dimana kadar glukosa (gula Mellitus tersebut disebabkan oleh gaya
sederhana) didalam darah tinggi karena hidup masyarakat yang tidak
terdapat gangguan pada kelenjar memperhatikan pola hidup sehat. Gaya
pankreas dan insulin yang dihasilkan baik hidup yang tidak sehat memiliki banyak
secara kuantitas maupun kualitas faktor resiko antara lain pengetahuan,
(Tjokroprawiro, 2006). Diabetes Mellitus sikap, persepsi, motivasi, niat, referensi
merupakan penyakit kronik, penderita dan sosial budaya, sehingga masyarakat
perlu menguasai pengobatan dan belajar tidak sadar dan tidak tahu jika
bagaimana menyesuaikan diri agar kegemukan dan mengkonsumsi makanan
tercapai kontrol metabolik yang optimal. atau kalori yang berlebihan tanpa diikuti
Indonesia termasuk salah satu olah raga yang cukup merupakan
negara dengan penderita Diabetes kebiasaan yang tidak sehat, karena
Mellitus cukup tinggi. Berdasarkan pankreas tidak mampu lagi mengontrol
survey World Health Organisation kadar gula dalam darah pada batas
(WHO), jumlah penderita Diabetes normal. Jika penderita Diabetes Mellitus
Mellitusdi Indonesia ±17 juta orang tidak mampu mengontrol kadar gula
(8,6% dari jumlah penduduk) atau urutan dalam darah, akibatnya kadar gula dalam
terbesar ke-4 setelah India, Cina, dan darah selalu tinggi. Hal ini akan
Amerika Serikat. International Diabetic berpotensi terhadap terjadinya
Federation (IDF) mengestimasikan komplikasi Diabetes Mellitus seperti
jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun stroke, gagal ginjal, jantung, kebutaan
ke atas menderita Diabetes Mellitus bahkan harus menjalani amputasi jika
sebanyak 5,6 juta orang pada tahun 2001. anggota badan menderita luka yang
Survei Depkes 2001 mencatat 7,5% darahnya tidak bisa mengering (Sudoyo,
penduduk Jawa dan Bali menderita 2006).
Diabetes Mellitus. Sedangkan di Jawa Diit dan aktivitas fisik memegang
Timur (penduduk ± 30 juta) sebanyak peran utama sebagai langkah
222.430 menderita Diabetes Mellitus penatalaksanaan untuk mengendalikan
(Putro, 2011). Di Kota Kediri kadar gula darah Diabetes Mellitus tipe II
berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Smeltzer dan Bare, 2008). Pada saat
Kota pada tahun 2009 jumlah penderita seseorang melakukan olah raga terjadi
Diabetes Mellitus sebanyak 1.020 peningkatan kebutuhan bahan bakar
penderita. Data rekam medis Puskesmas tubuh oleh otot yang aktif. Disamping itu

12
Jurnal Penelitian Keperawatan
Volume 1, No. 1, Januari 2015

terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks sampling yang digunakan adalah non-
meliputi fungsi sirkulasi, metabolisme, probability sampling dengan jenis
dan susunan saraf otonom. Pada saat olah purposive sampling. Responden
raga, sumber energi utama adalah dilakukan pengumpulan data awal yaitu
glukosa dan lemak (Tjokronegoro, 2004). pengukuran kadar gula darah puasa
Senam diabetes merupakan jenis senam responden selama 1 bulan terakhir
baru yang dibuat khusus untuk penderita sebelum dilakukan intervensi.
Diabetes Mellitus. Setiap gerakan yang Selanjutnya pasien diberikan intervensi
dibuat akan mengembalikan metabolisme Senam Diabetes Mellitus sebanyak 3 kali
tubuh sehingga akan dapat pula setiap minggu selama 1 bulan. Setiap
mempertahankan kestabilan gula darah. sebelum dilakukan senam pasien diukur
Berdasarkan uraian diatas tujuan kadar gula darah puasanya dengan
penelitian ini adalah menganalisis potensi menggunakan alat Glucotest. Pada
senam Diabetes Mellitus terhadap minggu ke empat dilakukan pengukuran
penurunan kadar gula darah puasa pada kadar gula darah puasa sebagai data
pasien Diabetes Mellitus Tipe II di akhir. Hasilnya akan dianalisa penurunan
Wilayah Kerja Puskesmas Pesantren I gula darah puasa pasien selama 1 bulan.
Kediri Data dilakukan uji normalitas dengan
Kolmogorov Smirnov dan untuk
membandingkan perubahan yang antara
Metodologi Penelitian pre test dan post test pada kedua
kelompok menggunakan uji statistik
Wilcoxon Signed Ranks Test. Analisis
Penelitian ini bertujuan untuk data penelitian ini dilakukan dengan dua
mengevaluasi efektivitas Senam Diabetes tahap yaitu pengukuran penurunan kadar
Melitus terhadap kadar gula darah puasa gula darah puasa dengan menggunakan
pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Glucotest.pretest dan posttest.Untuk
Desain penelitian yang digunakan adalah membandingkan perubahan yang antara
Pra Experiment Design bentuk Pre-Post pre test dan post test pada kedua
Test Design. Populasi adalah seluruh kelompok menggunakan uji statistik
pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Besar Wilcoxon Signed Ranks Test
subjek dalam penelitian adalah 40
responden. Dalam penelitian ini teknik

Hasil Penelitian

Tabel 1 Kadar Gula Darah Puasa Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas
Pesantren I Kediri Bulan Juli 2014 (n = 40)
Kriteria Hasil
Kolmogorov Smirnov 0,000
Mean 147,15
Median 130,00
Minimum 81,00
Maksimum 385,00

Berdasarkan Tabel 1 ditunjukkan adalah 130 mg/dL. Data tidak


bahwa sebelum diberikan intervensi nilai terdistribusi normal.
median kadar gula darah puasa responden

1311
Senam Diabetes Mellitus Menurunan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Maria Anita Yusiana, Aries Wahyuningsih, Srinalesti Mahanani

Tabel 2 Kadar Gula Darah Puasa Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Setelah
Pemberian Senam di Puskesmas Pesantren I Kediri bulan Juli 2014 (n =
40)
Kriteria Hasil
Kolmogorov Smirnov 0,001
Mean 115,80
Median 109,00
Minimum 66,00
Maksimum 270,00

Berdasarkan Tabel 2 ditunjukkan adalah 109 mg/dl. Data tidak terdistribusi


bahwa sesudah diberikan intervensi nilai normal.
median kadar gula darah puasa responden

Tabel 3 Hasil Uji Statistik Pengaruh Senam Diabetes Mellitus Terhadap Kadar Gula
Darah Puasa Pada Responden Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di
Puskesmas Pesantren I Kediri bulan Juli 2014 (n = 40)
Kadar Gula Darah Kadar Gula Darah
Kriteria Perubahan
Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
Mean 147,15 115,80 31,35
Median 130,00 109,00 21,00
Minimum 81,00 66,00 15,00
Maksimum 385,00 270,00 115,00
Hasil Uji Statistik Wilcoxon z = -3.771 dan p = 0,00

Tabel 4 Perubahan Kadar Gula Darah Puasa Pada Responden Penderita Diabetes
Mellitus Tipe II di Puskesmas Pesantren I Kediri bulan Juli 2014 (n = 40)
Kriteria Jumlah responden
Kadar gula darah puasa menurun sesudah intervensi 29 orang
Kadar gula darah puasa meningkat sesudah intervensi 9 orang
Kadar gula darah puasa sebelum intervensi sama dengan kadar
2 orang
gula darah puasa sesudah intervensi

14
Jurnal Penelitian Keperawatan
Volume 1, No. 1, Januari 2015

Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan Hiperglikemia ditandai dengan poliuria,


bahwa berdasarkan hasil Uji statistik polidipsi, dan poliphagia, serta kelelahan
Wilcoxon Signed Ranks Test dapat yang parah dan pandangan yang kabur.
dibuktikan bahwa terdapat penurunan (Nabyl, 2009). Peningkatan konsentrasi
kadar gula darah puasa sebelum dan kadar glukosa darah dalam sirkulasi
sesudah pelaksanaan senam Diabetes mengakibatkan peningkatan sekresi
Mellitus dengan selisih kadar gula darah insulin dan pengurangan glukagon.
puasa sebesar 31,35 mg/dl. Sebaliknya penurunan glukosa darah
mengakibatkan penurunan sekresi
insulin dan peningkatan glukagon.
Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 40 responden, 29 responden
(72,5 %) diantaranya menderita Diabetes
Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Mellitus selama kurang dari 2 tahun,
Diabetes Mellitus sedangkan dari seluruh responden hanya 12
orang (30,0%) yang patuh melaksanakan
diit DM, 17 orang (42,5%) patuh kontrol
Berdasarkan hasil penelitian dan minum obat. Responden yang
didapatkan data bahwa responden melakukan senam secara mandiri minimal
penelitian ini memiliki kadar gula darah 3 kali seminggu sebelum diberikan
rata-rata sebesar 147,15mg/dL dengan intervensi adalah sejumlah 16 orang
rentang kadar gula darah tertinggi adalah (40,0%). Jumlah responden yang patuh
385 mg/dL dan terendah 81 mg/dL. terhadap diit, kontrol, minum obat dan
Hasil tersebut menunjukkan bahwa melakukan senam masih dalam jumlah
responden mengalami hiperglikemi yang minimal (kurang dari 50% dari
berdasarkan hasil interpretasi kadar gula seluruh responden) serta mayoritas
darah puasa responden lebih dari normal responden menderita Diabetes Melitus
dengan standar kadar gula darah puasa masih kurang dari dua tahun sehingga
adalah sebesar 100-125 mg/dL. responden masih dalam tahap adaptasi
Kadar glukosa darah adalah terhadap penyakit. hasil penelitian yang
jumlah atau konsentrasi glukosa yang menunjukkan kadar gula darah puasa
terdapat dalam darah. Kadar glukosa responden lebih dari normal. Faktor
darah pada orang normal berlangsung resiko Diabetes Mellitus Tipe II antara
konstan, karena pengaturan karbohidrat lain usia, obesitas, riwayat keluarga
yang baik. Pengaturan kadar glukosa darah dengan Diabetes Mellitus Tipe II, etnis,
diatur oleh keseimbangan hormone yang penyebaran lemak, kebiasaan diit,
menaikan glukosa darah oleh hormon kurang berolah raga, wanita dengan
glukagon, hormon epinefrin, hormon penyakit ovarium polikistik, diabetes
glukokortikoid, dan hormon pertumbuhan. gestasional.
Hiperglikemia adalah keadaan dimana Penyebab terjadinya Diabetes
kadar gula darah melonjak atau Mellitus Tipe II bukan karena kurang
berlebihan, yang akhirnya akan menjadi atau tidak adanya produksi insulin tetapi
penyakit yang disebut Diabetes Melitus disebabkan karena menurunnya respons
yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat reseptor insulin terhadap insulin.
tubuh kekurangan hormone insulin, Berdasarkan penemuan baru dinyatakan
akibatnya glukosa tetap beredar di dalam bahwa kepekaan insulin berkurang
aliran darah dan sukar menembus sangat besar bila didapatkan lemak di
dinding sel. Keadaan ini biasanya dalam darah, juga didapatkan tanda
disebabkan oleh stress, infeksi, dan khusus bahwa penderita Diabetes
konsumsi obat-obatan tertentu. Mellitus mempunyai kadar lemak yang

11
Senam Diabetes Mellitus Menurunan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Maria Anita Yusiana, Aries Wahyuningsih, Srinalesti Mahanani

tinggi dalam darah. Diabetes Mellitus ini disebabkan oleh mutasi dari gen
tidak disebabkan oleh ketiadaan insulin, reseptor insulin yang menghalangi
tetapi akibat berkurangnya dayaguna transduksi sinyal insulin. Hal ini
dari insulin yang disebabkan oleh mengakibatkan gangguan pada
penumpukan lemak. penghantaran sinyal intraselular sebagai
Diabetes melitus tipe dua timbul mediasi efek insulin pada sel. Insulin yang
akibat kelainan pada sekresi insulin dan dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat
kerja insulin. Setiap populasi, defek diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat
primer pada kelainan insulin berbeda. membuka pintu masuknya glukosa
Untuk beberapa populasi, terjadi defek kedalam sel, kemudian didalam sel
primer pada sekresi insulin, yang glukosa dimetabolisme menjadi energi.
kemudian akan mengarah kepada Pada diabetes mellitus tipe 2 terjadi
terjadinya hiperglikemia, dan diakhiri gangguan pada mekanisme kerja insulin,
dengan resistensi insulin, sedangkan sehingga terjadi hambatan dalam
pada populasi lainnya terjadi defek penggunaan glukosa oleh sel dan
primer pada resistensi insulin, tetapi peningkatan kadar glukosa darah.
tidak berkembang menjadi Gangguan metabolism glukosa
hiperglikemia, sampai sel B pankreas disebabkan oleh dua faktor: tidak
mencapai tahap dimana sel B tidak dapat adekuatnya sekresi insulin secara
melakukan mekanisme kompensasi kuantitatif, bisa disebabkan oleh disfungsi
sehingga tidak dapat menyekresi insulin sel beta (defisiensi insulin) dan kurang
dalam jumlah normal. Kelainan sekresi sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin
insulin pada diabetes mellitus tipe dua (resistensi insulin). Dua faktor etiologi ini
spesifik distimulasi oleh glukosa, sekresi bersifat genetik (Price SA, 2006).
insulin oleh faktor lain tidak mengalami Mekanisme kompensasi insulin sel beta
gangguan. pulau Langerhans pankreas akan berusaha
Diabetes melitus tipe dua sangat mensekresi lebih banyak insulin untuk
dipengaruhi oleh genetik, namun pada normalisasi kadar glukosa darah, apabila
perkembangannya dapat dipengaruhi oleh kondisi ini berlangsung untuk waktu yang
faktor-faktor lingkungan, seperti obesitas lama, maka terjadi tahap dekompensasi,
dan kurangnya aktivitas fisik yang dapat yaitu suatu keadaan dimana sel beta
menyebabkan meningkatnya resistensi pankreas kelelahan sehingga terjadi
insulin (Sudoyo AW, 2006). Resistensi defisiensi insulin absolut. Hiperglikemia
insulin dapat diakibatkan oleh beberapa semakin parah, sehingga dapat terjadi
mekanisme terkait reseptor yaitu (1) Defek gangguan metabolisme lemak dan protein.
prereseptor, pada defek prereseptor Kerusakan jaringan dapat terjadi, terutama
kelainan diakibatkan oleh abnormalitas mikrovaskular. Kerusakan mikrovaskular
dari molekul insulin atau terdapat antibodi atau makrovaskular inilah yang akan
anti-insulin, yang menyebabkan insulin menjadi awal dari terjadinya komplikasi
tidak dapat berikatan dengan reseptornya; diabetes mellitus tipe 2 (Sudoyo AW,
(2) Defek reseptor, pada kelainan ini jarang 2006).
terjadi, yaitu dimana terjadi penurunan Kadar glukosa plasma yang
jumlah reseptor insulin. Kelainan ini meningkat sampai kadar yang tinggi akan
biasanya disebabkan oleh penyakit menyebabkan muatan glukosa yang
autoimun, terdapat antibodi terhadap difiltrasi melebihi transport maksimum
reseptor insulin yang menghalangi ikatan (transpor maksimum glukosa = 320
antara reseptor dengan insulin dan proses mg/menit) sehingga terjadi ekskresi
setelahnya. Kelainan ini dapat disebabkan glukosa di urin, atau glukosuria. Glukosuria
juga oleh mutasi pada reseptor insulin; ini akan mengakibatkan diuresis osmotik
(3) Defek postreseptor, pada kelainan yang meningkatkan pengeluaran urine

16 15
Jurnal Penelitian Keperawatan
Volume 1, No. 1, Januari 2015

(poliuria). Hiperosmolaritas plasma dengan jalan memecah glikogen hati,


mengakibatkan lebih banyak partikel sebaliknya bila glukosa darah terlalu
dalam plasma sehingga merangsang tinggimaka glukosa tersebut akan dibawa
reseptor rasa haus dan timbul rasa haus ke hati dan dirubah menjadi glikogen atau
(polidipsia) (Price SA, 2006). Akibat masuk ke otot dirubah menjadi glukogen
glukosa yang hilang bersama urine dan otot (Musaira, 2003).
insensitivitas reseptor insulin pada organ Pengendalian kadar gula darah
sasaran maka terjadi keseimbangan kalori yang baik dan optimal diperlukan untuk
negatif, dimana kurangnya glukosa yang dapat mencegah terjadinya komplikasi
dapat diubah menjadi energi oleh tubuh. kronik. Standar yang digunakan untuk
Efek dari hal ini akan timbul rasa lapar menyatakan kadar glukosa darah yang
yang semakin besar (polifagia) sebagai terkontol, tidak hanya tergantung pada
kompensasi akan kebutuhan energi yang hilangnya gejala Diabetes Mellitus saja,
tidak tercukupi didalam tubuh. Apabila tetapi harus dengan pemeriksaan kadar
kekurangan energi ini tidak teratasi, maka glukosa darah. Diabetes Mellitus yang
pasien akan merasa cepat lelah dan terkendali baik, tidak hanya kadar
mengantuk (Price SA, 2006). glukosa darahnya saja yang baik, tetapi
meliputi pula status gizi, tekanan darah,
kadar lipid maupun HbA1C (Soewondo,
Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus 2007). Pengendalian kadar gula darah
Tipe II Setelah Melakukan Senam dilakukan oleh insulin.
Diabetes Mellitus Insulin adalah suatu polipeptida
yang mengandung dua rantai asam amino
yang dihubungkan oleh dua jembatan
Setelah dilakukan intervensi, disulfida. Insulin dibentuk di retikulum
responden penelitian ini memiliki kadar endoplasma kasar sel Beta pankreas
gula darah rata-rata sebesar 115,80 (Gardner, 2007). Reseptor insulin adalah
mg/dl dengan kadar gula darah tertinggi suatu tetramer yang terdiri dari dua subunit
adalah 270 mg/dl dan terendah adalah glikoprotein α dan β, disintesis pada satu
66 mg/dl. Hasil tersebut menunjukkan mRNA dan mengalami pemisahan secara
bahwa kadar gula darah responden proteolisis lalu berikatan satu sama lain
setelah diberikan tindakan senam berada dengan ikatan-ikatan disulfida. Subunit α
pada rentang normal (100-125 mg/dl). mengikat insulin dan 16 terletak ekstrasel,
Karbohidrat yang sudah ditelan akan sementara subunit β terletak di membran.
dicerna menjadi monosakarida dan Bagian intrasel subunit β memiliki aktivitas
diabsorbsi terutama dalam duodenum dan tirosin kinase. Subunit α dan β mengalami
jejenum proksimal. Kadar glukosa darah glikosilasi, dengan residu glukosa meluas
sesudah diabsorbsi akan meningkat untuk kedalam cairan interstitium (Gardner,
sementara waktu dan akhirnya akan 2007).
kembali ke kadar semula (baseline). Pengikatan insulin mencetuskan
Pengaturan fisiologis kadar gula darah aktivitas tirosin kinase subunit β,
sebagian besar tergantung pada ekstraksi menyebabkan otofosforilasi subunit β
gula, sintesis glikogen dan glikogenolisis pada residu tirosin. Otofosforilasi memicu
dalam hati (Price dan Wilson, 2006). fosforilasi pada sebagian protein sitoplasma
Upaya mempertahankan kadar glukosa dan defosforilasi pada protein lainnya.
darah dalam batas normal dapat dilakukan Substrat pada reseptor insulin (IRS-1)
oleh tubuh dengan mempertahankan memperantarai sebagian dari efek pada
homeostatis dalam tubuh melalui 2 cara manusia. Sewaktu berikatan dengan
yaitu, bila glukosa darah terlalu rendah, reseptornya, insulin menggumpal dalam
maka glukosa akan disuplai dari hati bercak-bercak dan diambil oleh sel melalui

11
Senam Diabetes Mellitus Menurunan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Maria Anita Yusiana, Aries Wahyuningsih, Srinalesti Mahanani

proses endositosis yang diperantarai (stretching) Dilakukan peregangan pada


reseptor. Kompleks insulin-reseptor masuk semua otot tubuh selama lebih kurang 5
kedalam lisosom, yang mengakibatkan menit, untuk mencegah cedera otot; (2)
reseptor terurai atau didaur ulang. Pemanasan (warming up) Dilakukan dalam
Waktu paruh reseptor insulin adalah gerakan lambat selama 5-10 menit,
sekitar 7 jam (Price SA et al, 2006). Efek sehingga kecepatan jantung meningkat
utama insulin bersifat luas dan kompleks. secara bertahap; (3) Latihan inti dengan
Efek insulin berdasarkan efek kerja, yaitu kecepatan penuh (full speed) Dilakukan
(Price SA et al, 2006): (1) Cepat (per detik) dengan irama lebih cepat selama 20-30
dengan tahap peningkatan transpor menit, bertujuan untukmeningkatkan kerja
glukosa, asam amino, dan Kalium kedalam jantungdan paru-paru; (4) Pendinginan
sel peka-insulin; (2) Menengah (per menit) (cooling down) Dilakukan dalam tempo
dengan diawali dengan stimulasi sintesis lambat selama 5-10 menit, untuk mencegah
protein; penghambatan dan pemecahan nyeri atau cedera. (Soebardi & Yunir dalam
protein; pengakitfan enzim glikolitik dan Sudoyo,2006).
glikogen sintase dan enghambatan Olahraga pada pasien Diabetes
fosforilase dan enzim glukoneogenik; (3) Mellitus khususnya Tipe II berperan utama
Lambat (per jam) melalui peningkatan dalam pengaturan kadar gula darah. Pada
RNA enzim lipogenik dan enzim lain. tipe ini produksi insulin umumnya tidak
Insulin juga meningkatkan pemasukan terganggu terutama pada awal menderita 17
glukosa ke dalam sel hati dengan memicu penyakit ini. Masalah utama pada pasien
adanya glukokinase, meningkatkan dengan Diabetes Melitus adalah kurangnya
fosforilasi glukosa sehingga kadar glukosa respons reseptor insulin terhadap insulin,
bebas intrasel tetap rendah, mempermudah sehingga insulin tidak dapat masuk ke
masuknya glukosa ke dalam sel (Price SA dalam sel-sel tubuh kecuali otak. Otot
et al, 2006). yang berkontraksi atau aktif tidak akan
memerlukan insulin untuk memasukkan
glukosa ke dalam sel, karena pada otot
Senam Diabetes Mellitus Menurunkan yang aktif sensitivitas reseptor insulin
kadar gula darah puasa pada pasien meningkat. Oleh karena itu olahraga pada
Diabetes Mellitus Tipe II pasien Diabetes Mellitus menyebabkan
berkurangnya kebutuhan insulin eksogen
sehingga bermanfaat dalam mengontrol
Hasil uji statistik Wilcoxon Signed kadar gula darah. Selain bermanfaat
Ranks Test membuktikan bahwa ada dalam mengontrol kadar gula darah,
pengaruh intervensi senam Diabetes olahraga pada Pasien dengan Diabetes
Mellitus terhadap penurunan kadar gula Mellitus diharapkan dapat menurunkan
darah puasa pada pasien Diabetes Mellitus berat badan dan ini merupakan salah satu
Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas sasaran yang ingin dicapai, bahkan
Pesantren I Kediri. sebagian ahli menganggap bahwa manfaat
Santoso (2008) menyatakan bahwa olahraga akan lebih jelas bila disertai
olahraga secara umum bermanfaat bagi dengan penurunan berat badan. Seorang
penderita Diabetes Mellitus, manfaat penderita Diabetes Mellitus yang
tersebut adalah untuk (1) mengontrol gula melakukan berolahraga akan
darah, terutama pada Diabetes Mellitus tipe menggunakan lemak yang berada dalam
II. Olahraga yang teratur menyebabkan darah. Olahraga yang terus menerus kadar
kontraksi otot meningkat dan resistensi lemak dalam darah akan berkurang,
insulin berkurang (Ilyasa dalam Soegondo, sementara kadar lemak makin menurun,
2007). Tahap-tahap dalam melakukan insulin dalam tubuhnya makin bertambah
senam diabetes adalah (1) Peregangan

18
Jurnal Penelitian Keperawatan
Volume 1, No. 1, Januari 2015

peka, dan akhirnya kadar gulanya akan untuk meningkatkan kesegaran dan
menurun. ketahanan sistem kardiovaskuler dan
Intervensi dalam penelitian ini kebutuhan tubuh penderita Diabetes
adalah dengan memberikan senam Mellitus.
Diabetes Mellitus secara rutin selama 3 kali Durasi senam harus ditentukan
dalam satu minggu. Intervensi senam ini supaya maksud dan tujuan latihan oleh
efektif dalam menurunkan kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus memberikan
puasa menjadi normal melibatkan otot-otot manfaat yang baik. Latihan yang
besar tubuh. Aktivitas yang melibatkan otot berlebihan akan merugikan kesehatan,
besar tubuh akan mampu menstabilkan sedangkan latihan yang terlalu sedikit tidak
gula darah karena gerakan-gerakan ritmis begitu bermanfaat. Santoso (2008)
dan berkesinambungan (kontinyu) yang menyebutkan bahwa untuk mencapai efek
diberikan dalam durasi yang tepat akan metabolik, maka latihan inti berkisar antara
membakar lemak dan meningkatkan 30-40 menit dengan pemanasan dan
sensitifitas pada reseptor hormon insulin. pendinginan masing-masing 5-10 menit.
Perkembangan Senam Diabetes Mellitus Durasi yang kurang akan memberikan efek
dikembangkan dengan menekankan pada metabolik yang rendah, sebaliknya bila
gerakan ritmik otot, sendi, vaskuler dan berlebihan menimbulkan efek buruk
saraf dalam bentuk peregangan dan terhadap sistem muskuloskeletal dan
relaksasi. kardiovaskuler serta sistem respirasi. Hal-
Santoso (2008) menyatakan bahwa hal yang harus diperhatikan sebelum
olahraga yang dianjurkan untuk penderita memberikan intervensi senam kepada
Diabetes Mellitus adalah aerobic low pasien Diabetes Mellitus adalah sebagai
impact dan rithmis, misalnya berenang, berikut (1) menetapkan jenis dan porsi
jogging, naik sepeda, dan senam, latihan sesuai kemampuan; (2) melakukan
sedangkan latihan resisten statis tidak pengukuran kadar gula darah, nadi,
dianjurkan (misalnya olahraga beban respirasi dan tekanan darah sebelum dan
angkat besi dan lain-lain). Tujuan latihan sesudah senam; dan (3) minum banyak air
adalah untuk meningkatkan kesegaran putih sebelum dan sesudah latihan untuk
jasmani atau nilai aerobik optimal. Prinsip meminimalkan terjadinya dehidrasi, sebab
senam Diabetes Mellitus yang bak menurut dehidrasi akan meningkatkan kadar gula
Mardi Santoso (2008) adalah bersifat (1) darah.
Continuous, artinya latihan jasmani terus Senam bisa mengontrol berat badan
menerus tidak berhenti dapat pasien. Ini sangat penting karena kelebihan
menurunkan intensitas, kemudian aktif berat badanatau obesitas adalah salah satu
lagi dan seterusnya intensitas dikurangi faktor utama penyebab Diabetes Mellitus.
lagi. Aktif lagi dan seterusnya, melakukan Selain itu, olah raga juga bisa mengontrol
aktivitas latihan terus-menerus selama 50- kadar gula darah sehingga risiko
60 menit; (2) Rhytmical, artinya latihan komplikasi akibat dari penyakit Diabetes
harus dilakukan berirama, melakukan Mellitus bisa diminimalisasi. Manfaat
latihan otot kontraksi dan relaksasi. Jadi lainnya, fungsi jantung lebih baik, aliran
gerakan berirama tersebut diatur dan terus darah lancar, bobot tubuh yang berlebih
menerus; (3) Interval, artinya latihan pun turun. Namun penderita diabetes harus
dilaksanakan terselang-seling, kadang- lebih berhati-hati dalam berolahraga.
kadang cepat, kadang-kadang lambat tetapi Pemeriksaan kadar gula darah sebelum,
kontinyu selama periode latihan; (4) selama, dan setelah olahraga akan menjadi
Progresif, artinya latihan harus dilakukan dasar evaluasi dari kualitas senam yang
peningkatan secara bertahap dan beban dilakukan dan menentukan keberlanjutan
latihan juga ditingkatkan secara perlahan- pelaksanaan senam. Kadar gula darah
lahan; dan (5) Endurance, artinya latihan hiperglikemi dalam rentang 220-240

11
Senam Diabetes Mellitus Menurunan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Maria Anita Yusiana, Aries Wahyuningsih, Srinalesti Mahanani

mg/dL pasien perlu mengurangi porsi Diabetes Mellitus untuk mengajarkan pada
olahraga apabila lebih dari 240 mg/dL pasien supaya mampu melakukan secara
maka perlu menghentikan aktivitas senam rutin dan mandiri sehingga Senam Diabetes
dan perlu menurunkan kadar gula darah Mellitus menjadi salah satu intervensi yang
dalam batas normal. Pemberian senam efektif dalam mempertahankan kestabilan
tanpa terlebih dahulu menurunkan kadar gula darah dan menurunkan komplikasi
gula darah akan menyebabkan pasien penyakit Diabetes Mellitus.
berisiko mengalami gangguan metabolik
yang disebut ketosis, kondisi ini sangat
berbahaya dan akan menyebabkan pasien Daftar Pustaka
mengalami penurunan kesadaran serta
syok. Gardner, et al (2007). Molecular biology
Olahraga yang tepat dan rutin of the natriuretic peptide system:
ditambah pola makan yang sehat dan implications for physiology and
seimbang akan membuat produksi insulin hypertension. Pubmed Journal.
terkontrol dan kadar gula darah menjadi Diakses dalam
stabil. Kedua hal tersebut akan memberikan https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
dampak positif jika tidak hanya dilakukan med/17283251 pada September
sementara, namun dilakukan secara 2014
kontinyu sebagai gaya hidup. Beberapa Musaira, Mira (2003). Gambaran
penelitian telah menunjukkan bahwa Epidemiologi DM dan Faktor-Faktor
olahraga secara rutin akan menurunkan YangBerhubungan Dengan Kadar
insidensi terjadinya komplikasi penyakit Gula Darah Pada Pasien DM
diabetes. Anggota KlubPersadia RS.Islam
Jakarta Timur. Jakarta; FKM UI.
Nabyl. (2009). Cara Mudah Mencegah
Kesimpulan Dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta: Aula Publisher
Price dan Wilson. (2006). Patofisiologi
Pasien Diabetes Mellitus mengalami Konsep Klinis Proses-Proses
keadaan hiperglikemik yang ditunjukkan Penyakit Edisi 4. Jakarta; EGC
dengan tingginya kadar gula darah puasa. Putro, Prayugo (2011). Hubungan Pola
Setelah dilakukan Senam Diabetes Diit Tepat Jumlah, Jadwal, dan
Mellitus, kadar gula darah puasa Jenis Dengan Kadar Gula Darah
mengalami penurunan dan mencapai nilai Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di
standar. Senam Diabetes Mellitus efektif Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit
dalam menurunkan kadar gula darah puasa Baptis Kediri. Skripsi. Kediri;
pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II. STIKES RS Baptis Kediri.
Santoso, Mardi. (2008). Senam Diabetes
Indonesia Seri 4 Persatuan Diabetes
Saran Indonesia. Jakarta; Yayasan Diabetes
Indonesia.
Smeltzer S.C & Bare, Brunner & Suddarth
Senam Diabetes Mellitus perlu (2008). Keperawatan Medikal 19
diimplementasikan secara optimal dalam Bedah. (terj.) Edisi 8 Volume 2 alih
penatalaksanaan pengendalian kadar gula bahasa H.Y kuncura, Andry
darah pada Pasien Diabetes Mellitus, setiap Hartono, Monica Ester, Yasmin
gerakannya perlu dikembangkan lebih Asih. Jakarta: EGC
lanjut melalui penelitian selanjutnya dan
Puskesmas dapat melibatkan Komunitas

110
Jurnal Penelitian Keperawatan
Volume 1, No. 1, Januari 2015

Soegondo, Sidartawan. (2007). “Ketahui


Penyebab & Tipe Diabetes
Mellitus.”http://medicastore.com/dia
betes/penyebab diabetes mellitus
php. Online. Diakses tanggal 25 Juni
2014.
Sudoyo, Aru dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4.
Jakarta: FKUI
Tjokronegoro, Arjatmo dan Hendra Utama.
(2004). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Tjokroprawiro, Askandar. (2006). Hidup
Sehat Dan Bahagia Bersama
Diabetes Mellitus. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama

11

Anda mungkin juga menyukai