Anda di halaman 1dari 21

Konsep Dasar Penyakit

A. Definisi
Demam adalah meningkatnya temperature suhu tubuh secara abnormal.
Tipe demam yang mungkin dijumpai anatara lain: (Sudoyo dkk, 2009)
1. Demam septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
ingin kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.

2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi
dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan
demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti :
abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak
dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari
para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu
penyakit yang self-limiting seperti influenza atau penyakit virus sejenis lainnya.

B. Etiologi
1. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi
suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain : ketelitian pengambilan
riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan
penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat
dan holistic.
2. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dari gejala lain yang menyertai demam.
3. Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami
demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,30C dan tetap
belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara
intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.

C. Manifestasi Klinis
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 0C-40 0C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
(Sylvia dan Wilson, 2009)
D. Patofisiologi
Demam terjadi karena penglepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya
telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikrorganisme atau
merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Dewasa
ini diduga bahwa pirogen adalah suatu protein yang identik dengan interleukin-1.
Didalam hipotalamus zat ini akan merangsang penglepasan asam arakhidonat serta
mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan
suatu pireksia (Sudoyo et al, 2007).
Penyebab eksogen demam antara lain bakteri, jamur, virus, dan produk-produk
yang dihasilkan oleh agen-agen tersebut (misal, endotoksin). Kerusakan jaringan oleh
sebab apapun dapat menyebabkan demam. Faktor-faktor imunologi seperti kompleks
imun dan limfokin menimbulkan demam pada penyakit vaskuler kolagen dan keadaan-
keadaan hiperdsensitivitas. Seluruh substansi di atas menyebabkan sel-sel fagosit
mononuklear-monosit, makrofag jaringan, atau sel kupfer- membuat pirogen endogen
(EP = endogenous pirogen). EP adalah suatu protein kecil yang mirip interleukin 1, yang
merupakan suatu mediator proses imun antar sel yang penting. EP telah diisolasi dari
netrofil, eosinofil, monosit, sel kupfer, makrofag alveoli, dan sinovium, EP juga
ditemukan dalam sel-sel penyakit Hodgkin, limfoma histiositik, dan kanker sel ginjal. EP
menginduksi demam melalui pengaruhnya pada area pre-optik di hipotalamus anterior.
EP melepaskan asam arakhidonat di hipotalamus yang selanjutnya diubah menjadi
prostaglandin. Hipotalamus anterior mengandung banyak neuron termosensitif. Area ini
juga kaya dengan seroton dan norepinefrin yang memperantarai terjadinya demam. EP
meningkatkan konsentrasi mediator tersebut. Selanjutnya kedua mono-amina ini akan
meningkatkan adenosin monofosfat siklik (AMP siklik) dan prostaglandin di susunan
saraf pusat (Declan, 1997).
E. Pathway
FEBRIS
Agen infeksius Dehidrasi
Mediator inflamasi Tubuh kehilangan cairan
Monosit/makrofag Penurunan cairan intrasel
Sitokin pirogen
Mempengaruhi hipotalamus
Anterior

DEMAM

Peningkatan evaporasi Meningkatnya Ph berkurang Peningkatan


Metabolik tubuh anoreksia suhu tubuh
F.Resiko defisit Kelemahan Intake makanan
volume cairan
berkurang Hipertermi
Intoleransi
aktivitas
Nutrisi kurang
dari
kebutuhan

gangguan rasa nyaman

tidak bisa tidur

gelisah

Gangguan
ansietas istirahat tidur
Defisiensi
Pengetahuan

(Hadid,2013)
G. Pemeriksaan penunjang
1. Uji coba darah
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-tiga.
Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih
normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan faktor
II,V, VII, IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat (SGPT), ureum, dan pH
darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3. Dalam tahap melalui biopsy pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa.

H. Penatalaksanaan
Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik, obat-obatan maupun
kombinasi keduanya.
1. Secara Fisik
a. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
b. Pakaian anak diusahakan tidak tebal
c. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
d. Memberikan kompres
2. Obat-obatan
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam.
Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang
bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai
kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus
melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivate para-aminofenol yang bekerja
menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat.
Dosis teraupetik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis
maksimal 90 mgr/kbBB/hari. Turunan asam propionate seperti ibuprofen juga bekerja
menekan pembentukan prostaglandin. Obat ini bersifat antipiretik, analgetik, dan
antiinflamasi. Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.
Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukan prostaglandin. Mempunyai
efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Dosis dianjurkan untuk anak kurang dari
6 bulan. Pemberiannya secara per oral, intramuscular atau intravena. Asam
mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat
dibandingkan sebagai antipiretik. Dosis pemberiannya 20 mgr/kg BB/hari dibagi 3
dosis. Pemberiannya secara peroral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6
bulan.

I. Konsep Tumbuh Kembang


Perkembangan Kognitif (Piaget) Praoperasional (3-6) tahun, karakteristik utama
perkembangan intelektual pada tahapan praoperasional didasari oleh sifat egosentris.
Ketidakmampuan untuk menempatkan diri. Pemikiran didominasi oleh apa yang
merekalihat dan rasakan dengan pengalaman lainnya. Pada anak usia (2-3) tahun, anak
berada diantara sensori motori dan praoperasional, yaitu anak mulai mengembangkan
sebab akibat, trial and error, dan menginterpretasi benda atau kejadian.

Tahap pemikiran Pra Operasional

Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai
melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget,
walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka
masih belum mampu untuk melaksanakan “Operation” (operasi) , yaitu tindakan mental
yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental yang
sebelumnya dilakukan secara fisik. Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah
“ kemampuan anak mempergunakan simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap
ini tampak dalam lima gejala berikut:

a. Imitasi tidak langsung.

Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang
sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi
waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang.
Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah
hasil imitasi.

b. Permainan Simbolis.

Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian
yang pernah dialami. Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya,
seakan-akan bonekanya adalah adiknya.

c. Menggambar

Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran
mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri
anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada
“usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang nyata”. Contoh: anak mulai
menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.

d. Gambaran Mental

Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang


lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih
mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau
transformasi yang ia amati. Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima
kelereng putih dan hitam.

e. Bahasa Ucapan

Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian.
Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada
orang lain

J. Konsep Hospitalisasi
1. Pengertian hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan sustu proses yang karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
2. Reaksi anak terhadap stres akibat sakit dan dirawat berdasarkan tahap perkembangan,
dipengaruhi oleh :
a. Perkembangan usia

b. Pengalaman sebelumnya terhadap sakit

c. Support sistem yang tersedia

d. Ketrampilan koping

Reaksi anak terhadap stres akibat sakit dan dirawat berdasarkan tahap
perkembangan :

Masa sekolah ( 6 – 12 tahun)

1) Cemas karena perpisahan dengan kelompok sosial (sekolah, teman sebaya),


takut kehilangan ketrampilan, merasa sepi
2) Kehilangan kontrol, akibat dari kehilangan kegiatan dalam kelompok dan
kegitan rutin di rumah sakit menyebabkan perubahan peran dalam keluarga,
kelemahan fisik, dan takut mati
3) Reaksi terhadap nyeri dan perlukaan : anak ingin tahu alasan tindakan,
mampu mengkomunikasikan rasa nyeri, mampu mengontrol perilaku jika
terasa nyeri (menggigit bibir, menggenggam sesuatu dengan erat).
3. Reaksi keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat
a. Reaksi orangtua
1) Takut dan cemas tergantung seriusnya penyakit
2) Frustrasi akibat kurang informasi tentang prosedur dan terapi, tidak
terbiasa dengan perawatan di rumah sakit, tidak percaya terhadap penyakit
anak, pengalaman sakit dan dirawat
3) Marah, merasa bersalah
4) Stresor lain : komunikasi keluarga, nilai, norma atau agama
b. Reakasi sibling (saudara kandung)
- Marah, cemburu, benci, merasa bersalah, takut
4. Peran perawat dalam mengurangi stres akibat hospitalisasi anak :
a. Mencegah/meminimalkan dampak perpisahan,khususnya anak umur
kurang dari 5 tahun
b. Mencegah perasaan kehilangan kontrol
c. Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan nyeri
Persiapan anak sebelum dilakukan prosedur tindakan yang menimbulkan
nyeri (penjelasan, support keluarga)
d. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
Bantu bonding orangtua-anak : beri kesempatan orangtua belajar tumbuh
kembang anak, reaksi anak terhadap stress, penyakit dan perawatan anak, beri
support
e. Memberi support pada anggota keluarga
Beri informasi tentang penyakit anak, reaksi emosional anak terhadap
hospitalisasi. Libatkan sibling terhadap program rumah sakit dan kunjungan
e. Bermain untuk mengurangi stress

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Identitas penderita

Meliputi : mana, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, status perkawinan,
suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

2. Keluhan Utama

Orang yang menderita observasi febris biasanya mengeluh suhu badannya naik
(panas), keluar banyak keringat, batuk-batuk dan tidak nafsu makan

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang


Pada umumnya didapatkan peningkatan suhu tubuh di atas 37,50C (normal 36,5-
37,50C atau ada masalah psikologis ( rasa takut dan cemas terhadap penyakitnya)

b. Riwayat penyakit dahulu

Umumnya dikaitkan dengan riwayat medis yang berhubungan dengan penyakit


febris.

c. Riwayat penyakit keluarga

Dalam susunan keluarga adalah riwayat penyakit febris yang pernah diderita atau
penyakit turunan dan menular yang pernag diderita atau anggota keluarga.

4. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

a. Persepsi kesehatan : pengetahuan klien tentang penyebab dan faktor yang


mempengaruhi penyakitnya.
b. Nutrisi : kebiasaan jumlah makan dan minum, jenisnya, pola makan, porsi.
c. Eliminasi : kaji pola BAB dan BAK (jumlah, warna, bau, konsistensi,
kemampuan mengontrol).
d. Istirahat tidur : kebiasaan tidur sebelum dan selama sakit (lamanya tidur, jam tidur
dan bangun, lingkungan tidur).
e. Aktivitas : kemampuan merawat diri (mandiri, bantuan orang lain, bantuan orang
lain dan alat, bantaun alat, tergantung total) sebelum dan selama sakit.
f. Persepsi dan kognitif : gambaran tentang indera (penglihatan, penciuman,
pendengaran, perasa, peraba).
g. Konsep diri : keadaan normal (pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial),
identitas diri, harga diri, gambaran diri, riwayat berhubungan dengan fisik dan
psikologis.
h. Koping : tingkat stress yang dirasakan, gambaran respon, strategi mengatasi
stress, hubungan antara manajemen stress dan keluarga.
i. Seksual dan reproduksi : jumlah suami/istri, jumlah anak, gambaran perilaku
seksual.
j. Peran-hubungan : berkaitan dengan keluarga, teman kerja, kepuasan
/ketidakpuasan menjalankan peran, dukungan keluarga, berhubungan dengan
orang lain.
k. Nilai dan kepercayaan : latar budaya, status ekonomi, pentingnya agama, dampak
masalah kesehatan terhadap spiritual

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, apatis / koma), badan lemahm frekuensi pernafasan
tinggi, suhu badan meningkat dan nadi meningkat
b. Kepala dan leher
Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
c. Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.
d. Mata
Umumnya mulai terlihat cowong atau tidak.
e. Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut
Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau tidak.
f. Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan
bising usus.
g. Sistem respirasi
Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam.
h. Sistem kardiovaskuler
Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
i. Sistem muskuloskeletal
Terjadi gangguan apa tidak.
j. Sistem pernafasan
Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan nafas dan biasanya
kesadarannya gelisah, apatis atau koma
B. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan
menurun
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
f. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume aktif
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kendala lingkungan

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Hipertermia Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Untuk
berhubungan tindakan keperawatan TTV, suhu mengetahui
dengan proses selama …x24 jam tiap 6 jam perkembang
penyakit diharapkan hipertermi sekali dan an keadaan
berkurang dengan membrane umum klien
kriteria hasil : mukosa
- Suhu tubuh 2. Kaji tanda 2. Untuk
dalam batas dan gejala mengidentifik
normal (36,5- adanya asi pola
37,50C) peningkatan demam klien
- Pasien tidak suhu tubuh
demam dan
- Pasien tampak penyebabnya
3. Menurunkan
nyaman 3. Anjurkan
suhu tubuh
- Tidak ada tanda- pasien untuk
mengakibatka
tanda dehidrasi minum
n penguapan
banyak 2-2,5
jadi perlu
liter/24 jam
diimbangi
dengan
asupan cairan
yang banyak
4. Monitor 4. Untuk
intake dan mengetahui
output ketidakseimb
angan tubuh
5. Beri posisi 5. Untuk
nyaman pada membuat
pasien pasien
nyaman
6. Anjurkan 6. Untuk
untuk menurunkan
memakai suhu tubuh
pakaian tipis
dan menyerap
keringat
7. Beri dan 7. Untuk
sarankan menurunkan
tindakan suhu tubuh
keperawatan
kompres air
hangat dan
pada ibu klien
untuk
memberi
kompres
sebagai
penanganan
pertama bila
suhu tubuh
anaknya tidak
normal
8. Kolaborasi 8. Membantu
untuk menurunkan
pemberian panas
cairan IV
sesuai
indikasi dan
obat
antipiretik
Intoleransi Setelah dilakukan 1. Catat respon 1. Mobilisasi
aktivitas tindakan keperawatan emosi yang
berhubungan selama …x 24 jam terhadap dipaksakan
dengan diharapkan klien dapat mobilisasi akan
kelemahan beraktifitas seperti memperbesar
fisik biasanya dengan kegelisahan
kriteria hasil : 2. Berikan 2. Meningkatka
- Klien dapat aktifitas normalitas
bergerak tanpa sesuai organ sesuai
pembatasan keadaan klien dengan yang
- Klien tidak diharapkan
berhat-hati dalam 3. Berikan 3. Memperbaiki
bergerak latihan gerak mekanika
pasif dan aktif tubuh’menghi
4. Bantu klien ndari hal yang
dalam dapat
melakukan memperparah
aktivitas yang keadaan
memberatkan
Gangguan Setelah dilakukan 1. Observasi nutrisi 1. Dasar
pemenuhan tindakan keperawatan pasien intervensi
nutrisi kurang selama …x24 jam selanjutnya
dari kebutuhan diharapkan kebutuhan
tubuh nutrisi dapat terpenuhi
berhubungan dengan kriteria hasil : 2. Berikan 2. Rasa mual
dengan nafsu - Klien dapat makanan selagi dan muntah
makan menghabiskan hangat dan dapat
menurun porsi yang sedikit demi berkurang
tersedia sedikit
- BB meningkat 3. Berikan 3. Dapat
informasi menambah
tentang informasi
pentingnya akan
nutrisi kebutuhan
nutrisi
4. Kolaborasi 4. Mengatur
dengan ahli gizi makanan
dalam yang dimakan
pemberian diit oleh klien
dalam sehari,
dengn diet
yang sesuai
dengan
penyakit dan
kondisi klien
Defisiensi Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada 1. Diharapkan
pengetahuan tindakan keperawatan klien tentang klien dapat
berhubungan selama …x24 jam penyakit dan mengerti
dengan kurang diharapkan rasa cemas gejala-gejala tentang
informasi klien dapat berkurang dan penyakitnya
dengan kriteria hasil : perawatan dan juga
- Mampu yang akan dapat
mengungkapkan dilakukan melakukan
tentang proses perawatan
penyakit dan serta bersifat
perawatannya kooperatif
2. Bantu klien 2. Diharapkan
untuk dapat
mengungkapk mengurangi
an beban
perasaannya perasaan dan
dan untuk
identifikasika mengetahui
n kecemasan tingkat
kecemasan
3. Alihkan 3. Dengan
perhatian melakukan
klien dan aktivitas
melakukan dapat
aktifitas yang melupakan
diperbolehkan masalah yang
dihadapi
4. Pertahankan 4. Diharapkan
lingkungan dapat
yang tenang memberikan
dan aman ketenangan
perasaan yang
dapat
mendukung
proses
kesembuhan

Resiko defisit Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Mengetahui


volume cairan tindakan masukan intake cairan
berhubungan keperawatan selama makanan /
dengan ...x24 jam cairan dan
kehilangan diharapkan cairan hitung intake
volume akut adekuat dengan kalori harian
kriteria hasil : 2. Berikan cairan 2. Mencegah
a. Mempertahankan IV dehidrasi
urine output sesuai 3. Dorong 3. Mencukupi
dengan usia dan BB, keluarga untuk kebutuhan
BJ urine normal, HT membantu energi
normal pasien makan
b. Tekanan darah, 4. Kolaborasi 4. Mempercepat
nadi, suhu tubuh dokter jika proses
dalam batas normal tanda cairan penyembuhan
c. Tidak ada tanda berlebih muncul
tanda dehidrasi, meburuk
elastisitas turgor
kulit baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
yang berlebihan
Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji dan 1. Membantu
berhubungan tindakan identifikasi serta keluarga
dengan kurang keperawatan selama luruskan paham tentang
pengetahuan …x24jam ansietas informasi yang penyakit
klien/keluarga hilang dimiliki
dengan kriteria hasil: klien/keluarga
a. Klien/keluarga mengenai
dapat hipertermi
mengidentifikasi hal- 2. Berikan 2. Mencegah
hal yang dapat informasi pada terjadinya
meningkatkan dan klien/keluarga salah presepsi
menurunkan suhu yang akurat tentang
tubuh tentang penyakit
b. Klien/keluarga penyebab
mau berpartisipasi hipertermi
dalam setiap tidakan 3. Validasi 3. Mengetahui
yang dilakukan perasaan kecemasan
c. Klien/keluarga klien/keluarga yang dirasakan
mengungkapkan dan yakinkan
penurunan cemas klien/keluarga
yang berhubungan bahwa
dengan hipertermi, kecemasan
proses penyakit merupakan
respon yang
normal
4. Diskusikan 4. Membantu
dengan dalam proses
klien/keluarga penyembuhan
rencana
tindakan yang
dilakukan
berhubungan
dengan
hipertermi dan
keadaan
penyakit
Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Kaji pola tidur 1. Mengetahui
tidur tindakan pasien pola tidur
berhubungan keperawatan selama pasien
dengan ...x24 jam 2. Berikan 2. Untuk
kendala diharapkan pasien lingkungan membantu
lingkungan dapat istirahat cukup yang nyaman tidur
dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan pasien 3. Untuk
a. pasien untuk memenuhi
mengatakan dapat meningkatkan istirahat dan
tidur dengan cukup istirahat tidur tidur
b. tidak 4. Kolaborasi 4. Membantu
menunjukkan dalam dalam proses
perilaku gelisah pemberian obat penyembuhan
c. suhu tubuh dalam
rentang normal
d. jumlah jam tidur
dalam batas normal

D. Implementasi keperawatan
Melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan sebagai pengukuran dari
keberhasilan rencana tindakan keperawatan.
Hasil evaluasi dapat berupa
a. Masalah teratasi
Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
b. Masalah teratasi sebagian
Jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standart yang telah ditetapkan
c. Masalah belum teratasi
Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali bahkan timbul
masalah baru
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H dan Kamitsuru, S. 2014. Nanda International Nursing Diagnosis:

Definition and Clasification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwel

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai
Kasus Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction

Anda mungkin juga menyukai