Batu Saluran Kemih
Batu Saluran Kemih
berbentuk batu kristal di sepanjang saluran kemih sehingga menimbulkan rasa nyeri,
pendarahan dan infeksi.
Pembentukan batu disebabkan oleh peningkatan jumlah zat kalsium, oksalat dan asam
urat dalam tubuh atau menurunnya sitrat sebagai zat yang menghambat pembentukan batu.
Batu saluran kemih dikelompokkan berdasarkan lokasi terdapatnya batu dalam saluran kemih
antara lain batu ginjal, saluran ureter, kandung kemih, dan uretra.
Batu Saluran Kemih (BSK) Penyakit batu saluran kemih (BSK) adalah penyakit yang
dapat menimbulkan masalah kesehatan yang cukup signifikan dan termasuk dalam tiga
penyakit dominan di bidang urologi selain pembesaran prostat benigna dan infeksi saluran
kemih.
Insiden batu saluran kemih dipengaruhi oleh faktor ras/etnis, gaya hidup, keadaan
geografis tempat tinggal dan faktor lainnya sehingga hasil yang didapat berbeda-beda. Dari
jumlah ratarata penduduk dunia maka sebesar 12% mengalami masalah batu saluran kemih.
BSK dapat digolongkan berdasarkan pembagian lokasi terdapatnya batu di saluran kemih
antara lain batu ginjal, saluran ureter, kandung kemih, dan uretra.
Pembentukan batu terdiri dari serangkaian proses kompleks dimulai sejak filtrate
masuk glomerulus melewati nefron. Proses diawali dengan supersaturasi urin,
yang menyebabkan terbentuknya kristal nukleus. Setelah terbentuk, kristal ini
dapat ikut aliran dan keluar dari saluran kemih atau dapat juga menetap dan
menyebabkan agregasi, yang pada akhirnya menyebabkan menyebabkan
munculnya batu ginjal.
2. Etiologi
Secara pasti etiologi batu saluran kemih belum diketahui dan sampai sekarang
banyak teori dan faktor yang berpengaruh untuk terjadinya batu saluran kemih,
yaitu: 1. Teori Fisiko Kimiawi Prinsip teori ini yaitu terbentuknya batu saluran
kemih karena adanya proses kimia, fisiko maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari
hal tersebut diketahui terjadinya batu di dalam sistem pielokaliks ginjal sangat
dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu dalam tubulus renalis.
Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu sebagai
berikut:
a. Teori Supersaturasi
b. Teori matrik
d. Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain
yang berbeda sehingga cepat membesar dan menjadi batu campuran.
Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan yang paling sering yaitu kristal
kalsium oksalat menempel pada krital asam urat yang ada
Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk
di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran
kemih atau infeksi (Sja’bani, 2006). Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih).
Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis. Batu saluran kemih (urolithiasis),
sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada
kandung kemih mummi (Muslim, 2007).
Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem
kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan ureter. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal
kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih
bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat
atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang
terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan
bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling
sering terjadi (Brunner dan Suddarth, 2003).
1. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air kemih jenuh
dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih
kekurangan penghambat pembentuka batu yang normal (Sja’bani, 2006). Sekitar
80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk
asam urat, sistin dan mineral struvit (Sja’bani, 2006).
Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu
infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi
(Muslim, 2007). Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batuyang
besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis
renalis dan kalises renalis a. Faktor Endogen .
Brunner dan Sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan beberapa faktor
yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih, yaitu: Faktor genetik,
familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan hiperoksalouria. b. Faktor
Eksogen Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral
dalam air minum. Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi
pembentukan saluran kemih antara lain:
b. Stasis dan Obstruksi Urine Adanya obstruksi dan stasis urine pada sistem
perkemihan akan mempermudah Infeksi Saluran Kencing (ISK).
c. Jenis Kelamin Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan
perbandingan 3:1
d. Ras Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
f. Air Minum Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang
didapat dari minum air. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum
air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang
minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat.
2. Patofisiologi
3. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu saluran kemih
adalah (American Urological Association, 2005) :
a. Urinalisa Warna kuning, coklat atau gelap. : warna : normal kekuning-
kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan
obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6
– 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali
(meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat),
Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing ,
BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan
ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara
kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh
diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik
(cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai
15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder
terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
b. Laboratorium
Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
4. Penatalaksanaan
a. Terapi konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5 mm. Batu
ureter yang besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan (Fillingham
dan Douglass, 2000). Untuk mengeluarkan batu kecil tersebut terdapat
pilihan terapi konservatif berupa (American Urological Association, 2005):
2. α - blocker
c. Ureterorenoskopic (URS)
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah secara
dramatis terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan pemecah batu
ultrasound, EHL, laser dan pneumatik telah sukses dalam memecah batu
ureter. Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu
ureter yang besar, sehingga diperlukan alat pemecah batu seperti yang
disebutkan di atas. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu
tertentu, tergantung pada pengalaman masing-masing operator dan
ketersediaan alat tersebut.
a. Protein
Kebutuhan protein untuk hidup normal per hari 600 mg/kg berat badan,
bila berlebihan maka resiko pembentukan batu saluran kemih akan naik.
Protein hewan akan menurunkan keasaman (pH) air. Akibatnya reabsorpsi
kalsium dalam tubulus berkurang sehingga kadar kalsium air kemih naik.
Keasaman (pH) air penting sekali karena batu kalsium oksalat yang
merupakan jenis batu terbanyak terbentuk pada pH air kemih 5,2 (Menon,
2002 dan Trinchieri, 2003). Protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
tidak menurunkan pH dan menaikkan kalsium air kemih (Menon, 2002
dan Parivar, 1996). Berdasarkan hal tersebut maka mengkonsumsi protein
hewani berlebihan tidak baik karena memudahkan timbul batu saluran
kemih.
b. Lemak
d. Buah Sebagian besar buah merupakan alkali ash food yang penting untuk
mencegah timbulnya batu saluran kemih. Banyak jenis buah yang
mengandung sitrat terutaman golongan jeruk yang penting sekali untuk
mencegah timbulnya batu saluran kemih karena sitrat merupakan inhibitor
yang paling kuat. Pada penelitian jeruk nipis lebih banyak kandungan
sitratnya dibandingkan dengan jeruk lemon. Oleh karena itu, konsumsi
buah akan memperkecil kemungkinan terjadinya batu saluran kemih
(Iguchi, 1990).
g. Ikan laut Ikan laut mengandung zat elcosa pentaenoic acid (EPA) yang
penting untuk mecegah sekresi kalsium ke adalam air kemih. Pada
penelitian lebih lanjut, minyak ikan yang memiliki kandungan EPA
tersebut terbukti mengurangi timbulnya batu saluran kemih. h. Jamu dan
obat herbal Jamu dan obat herbal merupakan obat tradisional yang
umumnya dipakai berdasarkan pengetahuan empirik. Bentuknya dapat
berupa bubuk atau rebusan tanaman dan dosisnya berdasarkan perkiraan.
Zat sisa dari bahan jamu dan obat herbal diperkirakan akan beresiko
meningkatkan pembentukan batu saluran kemih. Penelitian dan publikasi
mengenai hal ini masih jarang sekali.
c. Perubahan warna urine atau pola berkemih, Sebagai contoh, urine keruh
dan bau menyengat bila infeksi terjadi, dorongan berkemih dengan nyeri
dan penurunan haluaran urine bila masukan cairan tak adekuat atau bila
terdapat obstruksi saluran perkemihan dan hematuri bila terdapat
kerusakan jaringan ginjal
Selain kebutuhan gizi menurut umur, gender, aktivitas fisik dan kondisi khusus dalam
keadaan sakit, penetapan kebutuhan gizi harus memperhatikan perubahan kebutuhan karena
infeksi, gangguan metabolik, penyakit kronik serta kondisi abnormal lainnya. Dalam hal ini
perlu dilakukan perhitungan kebutuhan gizi secara khusus dan penerapannya dalam bentuk
modifikasi diet atau diet khusus terutama pada pasien penyakit ginjal dan saluran kemih
(Almatsier, 2008).
Oleh karena itu, perlu suatu metode yang dapat digunakan untuk membantu ahli nutrisi dalam
menentukan keutuhan gizi bagi pasiennya. Salah satu metode yang digunakan untuk
permasalahan optimasi adalah algoritma genetika. Algoritma genetika banyak digunakan
untuk menyelesaikan masalah penjadwalan pada beberapa bidang, diantaranya : manufaktur,
control proses, ekonomi dan beberapa bidang lainnya untuk mendapatkan solusi yang paling
optimal. Algoritma genetika mampu menghasilkan performance yang lebih optimal daripada
algoritma klasik. (Sadeghzadeh, 2009). Selain untuk masalah penjadwalan, algoritma
genetika juga dapat digunakan untuk memprediksi struktur potein (Unger, 2004).
Tujuan diet penyakit ginjal dan saluran kemih sendiri adalah membantu pasien memperbaiki
kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik. Dari
uraian diatas, penulis merasa perlu untuk mengembangkan algoritma genetika sebagai
penuntun diet bagi penderita ginjal dan saluran kemih sehingga mampu mempermudah
kinerja komisi asuhan gizi rumah sakit.
1. ALGORITMA GENETIKA
Algoritma Genetika (Genetic Algorithm, GA) diusulkan pertama kali oleh John Holland
dan kolega-koleganya di Universitas Michigan untuk aplikasi cellular automata. Aplikasi GA
meliputi job shop scheduling, pembelajaran pengendali neurofuzzy, pemrosesan citra dan
optimasi kombinatorial. GA secara khusus dapat diterapkan untuk memecahkan masalah
optimasi yang kompleks. Karena itu GA baik untuk aplikasi yang memerlukan strategi
pemecahan masalah secara adaptif. (Gen dkk, 2000). Secara umum, algoritma genetika
memiliki 5 komponen dasar yang dikemukakan oleh Michalewicz (1996) :
(c) Evaluasi fungsi solusi dengan nilai fitness yang dimiliki masing-masing individu
(d) Beberapa operator genetika yang membagi beberapa anak selama proses
reproduksi
(e) Nilai untuk beberapa parameter dari algoritma genetika Algoritma genetika
merupakan salah satu model komputasi yang terinspirasi dari proses evolusi.
Algoritma genetika mampu diaplikasikan pada beberapa bidang yang kompleks seperti
pada bidang teknik desain dan sistem operasi modern yang diusulkan oleh Ferentinos dan
Tsiligiridis (2007). Selain itu, algoritma genetika merupakan teknik pencarian stokastik,
pencarian berdasarkan populasi dan algoritma optimasi yang mengadopsi paradigma dari
evolusi.
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari
sistem tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan
dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Penelitian di bidang nutrisi mempelajari
hubungan antara makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit, khususnya dalam
menentukan diet yang optimal. Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, jika
makan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial
tertentu (Almatsier, 2003).
Kebutuhan gizi dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh umur, gender, aktivitas fisik dan
kondisi khusus (ibu hamil dan menyusui). Ada beberapa cara menentukan Angka
Metabolisme Basal (AMB), salah satunya adalah rumus Harris Benedict (1919) yang akan
digunakan pada penelitian.
Laki-laki= 66+(13,7xBB)+(5xTB)-(6,8xU)
Perempuan= 655+(9,6xBB)+(1,8xTB)–(4,7xU)
Keterangan :
1. tidak ada stress, pasien dalam keadaan gizi baik nilai faktornya 1,3;
2. stress ringan : peradangan saluran cerna, kanker, bedah elektif, trauma kerangka
moderat nilai faktornya 1,4;
3. stress sedang : sepsis, bedah tulang, luka bakar, trauma kerangka mayor nilai
faktornya 1,5;
4. stress berat : trauma multiple, sepsis dan bedah multisystem nilai faktornya 1,6;
5. stress sangat berat : luka kepala berat, sindroma penyakit pernapasan akut, luka bakar
dan sepsis nilain faktornya 1,7 serta
Fungsi utama ginjal adalah memelihara keseimbangan homeostatik cairan, elektrolit dan
bahan-bahan organik dalam tubuh. Diet khusus diperlukan jika fungsi ginjal terganggu, yaitu
pada penyakit-penyakit :
1. sindroma nefrotik
3. penyakit ginjal kronik dengan penurunan fungsi ginjal ringan sampai dengan berat;
5. batu ginjal.
Diet pada penyakit ginjal ditekankan pada pengontrolan asupan energi, protein, cairan,
elektrolit natrium, kalium, kalsium dan fosfor. Syarat diet untuk sindroma nefrotik dengan
edema ringan adalah sebagai berikut :
4. Natrium = 1 g sehari;
Diet untuk penyakit gagal ginjal akut dengan katabolik ringan dan tidak ada anuria adalah :
c. lemak yaitu 25% dari kebutuhan total energy. Diet untuk ginjal kronik dengan
hiperkalemia adalah :
Pembentukan BSK dipengaruhi oleh banyak faktor, secara garis besar BSK
dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang
berasal dari dalam individu sendiri antara lain umur, jenis kelamin dan keturunan. Faktor
ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar individu antara lain kondisi geografis, iklim,
kebiasaan makan, zat atau bahan kimia yang terkandung dalam air dan lain sebagaianya
(Purnomo, 2011).
Konsumsi protein yang berlebihan akan meningkatkan terbuangnya kalsium yang
kemudian menurunkan pH (tingkat keasaman ) urine sehingga terbentuklah batu saluran
kemih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Krisna, D.N.P (2011) bahwa ada
hubungan yang signifikan antara konsumsi sumber protein dengan kejadian batu ginjal
dengan pvalue 0,001 dan OR = 6,781.
Hubungan Antara Konsumsi Sumber Protein Dengan Kejadian Batu Saluran Kemih.
Konsumsi protein hewani dalam makanan akan meningkatkan kadar kalsium dalam air
kemih. Kadar kalsium merupakan kandungan mineral yang tidak dapat terlarut dengan
mudah oleh tubuh, sehingga membuat ginjal tidak dapat menyerap kembali, hal ini
mengakibatkan ginjal tidak berfungsi dengan baik karena ginjal harus bekerja lebih cepat
untuk filtrasi protein-protein yang dikonsumsi (Purnomo, 2011). Gangguan kesimbangan
kadar kalsium akan mengakibatkan penyerapan kalsium menjadi terhambat dan
menyebabkan kalsium menjadi tidak larut. Akibatnya, kalsium mengendap di ginjal dalam
bentuk kristal kompleks. Endapan kristal inilah yang lama-kelamaan membesar dan menjadi
batu ginja (Sulistiyowati, 2013).
Konsumsi sayuran hijau merupakan faktor pemicu terbentuknya BSK. Sayuran hijau
kaya akan vitamin dan serat ini juga mengandung oksalat dalam jumlah tinggi, jika
dikonsumsi terlalu banyak makanan tinggi oksalat akan meningkatkan jumlah oksalat dalam
urine, yang berikatan dengan kalsium dalam urine sehingga membentuk BSK kalsium
oksalat.konsumsi sayur tinggi mempunyai risiko kejadian batu saluran kemih dalam urin
2,125 kali lebih tinggi dibanding dengan penduduk dengan konsumsi sayur rendah dengan
pvalue = 0,020 (Sulistiyowati, Dkk 2013)
Al-Kohlany, KM., Shokeir,AA., Mosbah,A., Mohsen, T., Shoma,AM., Eraky,I, et al. (2005).
Treatment of complete staghorn stones : a prospective randomized comparison of open
surgery versus percutaneous nephrolithotomy. J Urol; 173: 469 – 73.
The Urologic Clinic of North America. Badlani , GH. (2002). Campbell’s urology. In : Walsh
PC.,eds. Saunders. Barclay L and Lie D. 2005. Obesity and weight gain may increase the risk
of kidney stone. 293: 455-462 .
JAMA Brunner & Sudarth. (2003). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC
Borghi L, Meschi T, Amato F, Briganti A, Novarini A & Giannini (1996): Urinary volume,
water and recurrences in idiopathic calcium nephrolithiasis: a 5-year randomized prospective
study. J. Urol. 155, 839– 843.
Fillingham and Douglas. 2000. Urological nursing. Tokyo: Bailliere Tindall Flagg, Laura.
2007. Dietary and Holistic Treatment of Recurrent Calcium Oxalate Kidney Stones: Review
of Literature toGuide Patient Education. Vol 7.(2).
Hesse, Alrecht, Goran, Tiselius. 2002. Urinary Stone Diagnosis, Treatment and Prevention of
Recurrence: 2nd edition.
Iguchi, M., Umekawa, T., Ishikawa . 1990. Dietary intake and Habits of Japanese Renal
Stone Patiens. J. Urol.; 1093-1095.
Elly Trisnawati, dan Jumenah. 2018. KONSUMSI MAKANAN YANG BERISIKO
TERHADAP KEJADIAN BATU SALURAN KEMIH. JURNAL VOKASI KESEHATAN.
Hlm. 46 - 50