RAS
RAS
Disusun oleh:
Della Lailasari
160110130005
Pembimbing:
drg. Tommy Frahdian
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNPAD
BANDUNG
2018
DAFTAR ISI
ii
2.3.4 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 17
2.3.5 Diagnosis .............................................................................................. 17
2.2.6 Rencana Perawatan ............................................................................... 17
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 19
3.1 Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) ........................................................... 19
3.1.1 Definisi .................................................................................................. 19
3.1.2 Etiologi .................................................................................................. 20
3.1.3 Manifestasi Klinis ................................................................................. 27
3.1.4 Klasifikasi .............................................................................................. 28
3.1.5 Patofisiologi ........................................................................................... 30
3.1.6 Diagnosis ............................................................................................... 31
3.1.7 Diagnosis Banding ................................................................................. 32
1. Ulser Traumatik ..................................................................................... 32
2. Infeksi Primer Virus Herpes Simpleks .................................................. 33
3.1.8 Perawatan ............................................................................................... 34
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 43
BAB V SIMPULAN ............................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50
iii
DAFTAR GAMBAR
2.2 Fissured tongue di median dan lapisan plak putih pada 1/3 dorsal 8
posterior lidah ................................................................................
2.5 Ulser pada mukosa bukal di regio gigi 16 dan teraan gigit di gigi 9
44-47...............................................................................................
2.7 Kontrol I ulser pada lidah di regio gigi 36 masih ada ............................. 13
2.8 Kontrol I coated tongue sudah hilang dan fissured tongue masih ada .... 14
2.9 Kontrol I ulser pada mukosa bukal di regio gigi 45 sudah hilang ........... 14
2.10 Kontrol I ulser pada gingiva di regio gigi 35 sudah hilang ..................... 14
2.11 Kontrol I ulser pada mukosa bukal di regio gigi 16 sudah hilang dan 14
teraan gigit di gigi 44-47 .........................................................................
2.12 Kontrol I teraan gigit pada mukosa bukal gigi 34-37 .............................. 15
2.13 Kontrol II ulser pada lidah di regio gigi 36 sudah hilang ........................ 18
iv
3.4 Ulser traumatik pada bibir bawah .................................................. 32
v
2
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan penyebab umum ulkus jinak dan tidak menular yang menyerang sekitar
20% populasi umum. RAS ditandai dengan munculnya makula eritema yang terasa
sakit, bentuk bulat atau oval, ditutupi dengan membran fibrin kuning-keabuan, batas
RAS sering terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Etiologi RAS
masih belum diketahui, hal ini menyebabkan masalah bagi pasien maupun dokter
bagi para dokter untuk mengidentifikasi faktor penyebab spesifik. Berbagai faktor
penyebab dan pemicu untuk RAS meliputi faktor genetik, imunologis, agen
Stomatitis (RAS) pada seorang pasien perempuan usia 22 tahun yang datang ke
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
BAB II
LAPORAN KASUS
Umur : 22 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
2.1.2 Anamnesa
di sebelah kiri belakang lidah yang mengganggu dan terasa perih saat makan. Pasien
menderita sariawan tersebut sejak 6 hari yang lalu. Sebelumnya pasien setiap bulan
sering mengalami sariawan tetapi sering terjadi hanya di bagian mukosa pipi dan
bibir. Pasien merasakan sakit ketika makan dan lebih nyaman ketika banyak minum.
Pasien sering mengoleskan salep kenalog di sariawannya, tetapi pada sariawan kali
ini tidak karena obatnya habis. Keluarga pasien tidak ada yang sering mengalami
sariawan. Pasien terbiasa menyikat gigi 2 kali sehari, pada 2 minggu terakhir kurang
4
minum air putih dan kurang mengkonsumsi buah dan sayuran. Pasien ingin
keluhannya dirawat.
Hipertensi : TIDAK
Asma/Alergi : TIDAK
Hamil : TIDAK
Kontrasepsi : TIDAK
Lain-lain : TIDAK
Disangkal
Kelenjar Limfe
menutup mulut
Wajah : Simetri
Lain-lain : TAK
16.
44-47
- Lingualis : normal
36.
UE UE
7
Radiologi : TDL
Darah : TDL
Mikrobiologi : TDL
2.1.10 Diagnosis
1. D/ Recurrent Aphtous Stomatitis tipe minor a/r mukosa bukal kanan a/r 16
3. D/ Fissured tongue
4. D/ Cheek biting
1) Penatalaksanaan OHI
Farmakologis :
Pro resep
S. 1 DD 1. po. pc
Gambar 2.2 Fissured tongue di median dan lapisan plak putih pada 1/3 dorsal posterior
lidah
9
Gambar 2.5 Ulser pada mukosa bukal di regio gigi 16 dan teraan gigit di gigi 44-47
10
2.2. 1 Anamnesis
mengaku sariawan di sebelah belakang kiri lidah sudah mengecil dan tidak terasa
sakit. Pasien rutin berkumur menggunakan minosep 3 kali sehari dan minum
Kelenjar Limfe
Wajah : Simetri
TMJ : kliking (-), deviasi (-), tidak sakit saat membuka menutup
mulut
Lain-lain : TAK
44-47
- Lingualis : normal
3 cm.
Radiologi : TDL
Darah : TDL
Mikrobiologi : TDL
13
2.2.5 Diagnosis
1. D/ Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) tipe minr pada lateral lidah a/r gigi 36
2. D/ Fissured tongue
3. D/ Cheek biting
Farmakologis :
S 1 dd 2
S. 1 DD 1. po. pc
Gambar 2.7 Kontrol I ulser pada lidah di regio gigi 36 masih ada
14
Gambar 2.8 Kontrol I coated tongue sudah hilang dan fissured tongue masih ada
Gambar 2.9 Kontrol I ulser pada mukosa bukal di regio gigi 45 sudah hilang
Gambar 2.10 Kontrol I ulser pada gingiva di regio gigi 35 sudah hilang
Gambar 2.11 Kontrol I ulser pada mukosa bukal di regio gigi 16 sudah hilang dan
teraan gigit di gigi 44-47
15
Gambar 2.12 Kontrol I teraan gigit pada mukosa bukal gigi 34-37
2.3.1 Anamnesis
Pasien mengaku sariawan di sebelah belakang kiri lidah sudah sembuh dan tidak
terasa sakit. Pasien rutin berkumur menggunakan minosep 3 kali sehari dan minum
vitamin B12 dan surbex Z 1 kali sehari. Pasien mengatakan sekarang sudah
Kelenjar Limfe
Wajah : Simetri
Lain-lain : TAK
Gingiva : TAK
Mukosa Bukal : Terapat teraan gigitan di regio gigi 34-37 dan 44-47
- Lingualis : normal
3 cm
17
Radiologi : TDL
Darah : TDL
Mikrobiologi : TDL
2.3.5 Diagnosis
1. D/ Fissured tongue
2. D/ Cheek biting
Non Farmakologis:
1) Penatalaksanaan OHI
Gambar 2.13 Kontrol II ulser pada lidah di regio gigi 36 sudah hilang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Definisi
RAS adalah kelainan yang ditandai dengan adanya ulkus berulang pada
mukosa mulut pasien tanpa disertai penyakit lainnya (Greenberg, et al, 2008). RAS
mengenai mukosa oral tidak berkeratin dan dapat sembuh dengan sendirinya. RAS
dikarakteristikkan dengan bentuk lesi ulser bulat atau oval, berdiameter kurang dari
1 sentimeter, dengan tepi eritem dan jaringan nekrotik di tengahnya. Ulser ini sering
diikuti rasa sakit yang memberikan dampak negatif terhadap kualitas hidup pasien
Menurut Koybasi et al, (2006) dan Gallo et al, (2009) Recurrent apthous
stomatitis (RAS) adalah salah satu penyakit mulut paling umum terjadi di seluruh
dunia. Prevalensi berkisar dari 2% sampai 66% di populasi yang berbeda. RAS
terjadi pada usia di bawah 30 tahun, di mulai pada usia 5 tahun dan terus berlanjut
hingga mencapai puncaknya pada usia 10-19 tahun. Apabila RAS terjadi pada usia
di bawah 5 tahun atau di atas 30 tahun, maka hal ini menjadi patut diwaspadai RAS
menjadi suatu bagian dari kelainan yang lebih kompleks seperti Behcet’s Syndrome
3.1.2 Etiologi
RAS yaitu genetik, alergi makanan, trauma lokal, gangguan hormonal, stres dan
1. Genetik
keluarga dan bayi kembar dengan RAS, riwayat keluarga positif dilaporkan
sebanyak 24-46% kasus. Penyakit pada orang tua secara signifikan mempengaruhi
risiko RAS dan jalannya kondisi pada anak-anak, pasien dengan riwayat keluarga
positif RAS mengalami rekurensi lebih sering dan lebih parah dibandingkan dengan
dengan riwayat keluarga RAS negatif. Selain itu, RAS dan Behçet syndrome
terutama yang terkait dengan perubahan dalam metabolisme interleukin (IL-1β, IL-
2, IL-4, IL-5, IL -6, IL-10, IL-12), interferon (IFN) -γ dan tumor necrosis factor
(TNF) -α. Selain itu, peran polimorfisme DNA terdapat dalam gen transporter
serotonin, gen endotelial nitrit oksida sintase dan gen sel adhesi molekul sel. Peneliti
lain melaporkan korelasi antara alel HLA tertentu dengan peningkatan risiko RAS
21
dan Behçet syndrome. Pada pasien dengan RAS, insidensi lebih tinggi terdapat pada
dan insidensi lebih rendah pada HLA-B5 dan HLA-DR4 ketika dibandingkan
Antigen HLA klas I dan II terlihat pada epithelium basal dan pada sel perilesi
pada semua lapisan epithelium pada fase awal ulserasi yang rupanya di mediasi oleh
interferon gamma (IFN-ã) yang dilepaskan oleh sel T. Antigen ini menyerang sel-
dengan apoptosis prickle sel yeng kemudian di fagosit oleh neutrofil (Ship, 1965).
hubungan antara L-forms yang dicurigai dari streptococci, adenovirus, virus herpes
penyebab virus pada RAS. Virus herpes dapat berfungsi sebagai sebuah "pemicu"
manfaat dari antivirus dan profilaksis yang tepat, ditambah dengan perawatan yang
ditujukan khusus untuk mengurangi keparahan dan frekuensi episode RAS dengan
22
memodulasi respon imun. Hubungan kausatif antara RAS dan HSV pada sebagian
besar pasien memiliki dugaan tidak terbukti daripada fakta yang terbukti (Swain, et
al., 2012).
3. Alergi Makanan
Makanan seperti coklat, kopi, kacang, sereal, almond, strawberi, keju, tomat,
timbulnya RAS. Setelah berkontak dengan beberapa bahan yang sensitif, mukosa
akan meradang dan edematous, disertai rasa panas, kadang-kadang timbul gatal-
gatal, dapat juga berbentuk vesikel kecil. Vesikel ini bersifat sementara dan akan
pecah membentuk daerah erosi kecil dan ulser yang kemudian berkembang menjadi
4. Trauma Lokal
Trauma merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan ulser pada
pasien dengan RAS (Scully, et al.,2003). Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat
berbicara, kebiasaan buruk, atau saat mengunyah, akibat perawatan gigi, makanan
atau minuman terlalu panas, dan sikat gigi (Delong dan Burkhart, 2013; Rajendran,
2009).
5. Gangguan Hormonal
Jones dan Mason (1980), terdapat hubungan antara RAS dengan siklus menstruasi
dan terjadi 2 kali lebih banyak pada wanita dibandingkan pria. Hal ini umumnya
terjadi 7 hari setelah periode ovulasi berhubungan dengan penurunan estrogen dan
menyekresi sejumlah besar progesterone dan estrogen. Hormon ini memberi umpan
balik negatif terhadap kelenjar hipopisis anterior dan hypothalamus kira- kira 3-4
hari sebelum menstruasi sehingga menekan produksi hormon pada kelenjar tersebut
rongga mulut. Dimana kemampuan sintesis protein sel akan menurun sehingga
metabolisme sel-sel juga akan menurun. Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi
reaksi yang berlebihan terhadap jaringan lunak mulut sehingga rentan terhadap
iritasi lokal sehingga mudah terjadi RAS. Beberapa ahli berpendapat bahwa
bahwa progesteron yang kadarnya lebih rendah dari normal memiliki risiko lebih
mengubah sintesis protein kolagen dan nonkolagen serta metabolism fibroblas, dan
dapat menyebabkan lesi RAS yang muncul secara periodik sesuai siklus menstruasi
Stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari
tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan,
& Folkman,1986 dalam Nasution, 2011). Setiap orang memiliki caranya masing-
keseimbangan (homeostatis). Salah satu teori tentang stres dan dampaknya terhadap
2011).
Pada tahap pertama GAS, setiap trauma fisik atau mental yang terjadi akan
memicu sistem imun untuk segera bereaksi dalam menghambat stres. Akibat dari
sistem imun tubuh yang pada awalnya tertekan, tingkat normal daya tahan tubuh
akan menurun sehingga tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. Jika stres
yang dihadapi ringan dan tidak berlangsung lama, tubuh akan kembali normal dan
Pada tahap kedua GAS, terjadi resistensi atau adaptasi tubuh akibat dari
stresor yang tidak dapat diatasi. Akhirnya, tubuh beradaptasi terhadap stres dan
Pada tahap ketiga GAS, terjadinya kelelahan yaitu tubuh telah kehabisan
energi dan daya tahan tubuh. Tubuh mengalami kelelahan adrenal yang hebat dari
segi mental, fisik dan emosi. Apabila adrenal semakin berkurang, terjadinya
kelelahan mental dan fisik yang terus berkembang maka tubuh tidak berdaya, dan
7. Merokok
Pasien yang menderita RAS biasanya adalah bukan perokok. Prevalensi dan
keparahan RAS lebih rendah pada kelompok perokok berat dibandingkan dengan
yang bukan perokok. Merokok memiliki efek bertolak belakang dengan kejadian
RAS karena zat nikotin dapat meningatkan sitokin antiinflamasi Beberapa pasien
dimana ditemukan insiden RAS yang rendah pada semua partisipan yang merokok.
Penelitian pada 34 pasien RAS tipe minor dan major di Turki ditemukan penurunan
jumlah insiden RAS pada individu yang merokok dibandingkan dengan yang tidak
merokok (kelompok kontrol) yaitu ± 8,8% vs 25,2%. Pada penelitian lain dengan
sampel tim baseball ditemukan bahwa dari 17 orang pemain yang merokok
meningkatnya mekanisme keratinisasi mukosa mulut akibat rokok. Selain itu orang
8. Gangguan Imunologi
Ulser aftosa yang besar sering kali ditemukan pada pasien HIV+ dengan
CD4 limfosit T di bawah 100 sel/ml serta ditemukan pula pada pasien non HIV akan
jinak, dan bentuk neutropenia lainnya seperti neutropenia siklikal (Scully, et al.,
2003).
9. Defisiensi Nutrisi
RAS dapat terjadi karena defisiensi nutrisi yaitu defisiensi hematinik. Lebih
dari 20% pasien ditemukan kekurangan zat besi, asam folat, atau vitamin B.
Defisiensi zat besi mengacu pada pendarahan kronis. Asam folat dapat ditemukan
terutama pada sayuran hijau; defisiensi dapat dari diet makanan, atau berhubungan
dan obat sitotksik). Vitamin B12 dapat ditemukan terutama pada daging. Pada
penelitian, pasien RAS yang diterapi dengan sediaan zat besi, vitamin B12, dan
asam folat menunjukkan adanya perbaikan. Faktor nutrisi lain yang penting adalah
vitamin B1, B2, dan B6, Defisiensi vitamin B1, B2, dan B6 telah ditemukan pada
28% pasien yang menderita RAS akan tetapi alasan mengapa defisiensi vitamin
tersebut menyebabkan RAS masih belum diketahui pasti. Namun diduga defisiensi
bakteri mudah melekat pada mukosa, dan menurunnya sintesis protein sehingga
bulan memberikan hasil yang cukup baik, yaitu ulserasi sembuh dan rekuren
harus dipertimbangkan adanya penyakit sistemik yang diderita dan perlu dilakukan
evaluasi serta pengujian oleh dokter. Beberapa kondisi medis yang dikaitkan dengan
11. Obat-obatan
RAS berbentuk bulat atau oval, dengan dasar kuning keabuan, berbentuk
kawah dikelilingi halo eritematus dari mukosa yang terinflamasi. Selama 24 sampai
48 jam sebelum terjadi ulser, kebanyakan pasien merasakan sensasi terbakar pada
28
daerah yang terkena. Ulser biasanya terjadi pada mukosa oral tidak berkeratin,
diantaranya bibir, mukosa bukal, dasar mulut, palatum lunak dan permukaan ventral
lidah (Swain et al, 2012). Pada kasus RAS ringan, lesi berukuran 0,3 sampai 1 cm
dan mulai sembuh dalam waktu satu minggu. Penyembuhan tanpa jaringan parut
3.1.4 Klasifikasi
RAS memiliki tiga bentuk yaitu minor (>70% kasus), mayor (10%), dan
bentuk ras memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup dan
1. RAS minor
RAS minor dapat melibatkan seluruh mokusa non-keratin pada rongga mulut
(Vivek and Bindu, 2011). RAS minor biasanya terjadi pada pasien yang berusia 10-
40 tahun. Predileksi gender pada kasus RAS minor adalah sama antara laki-laki dan
perempuan. Morfologi berupa lesi bulat atau oval dilapisi pseudomembran putih-
keabuan dikelilingi halo-eritema. Distribusi lesi tersebar pada bibir, mukosa bukal,
lidah, dan dasar mulut, dan jarang terjadi pada mukosa berkeratin seperti gingiva,
palatum, dan dorsal lidah. Jumlah ulser berkisar 1-10 buah. Ukuran ulser 2-4mm.
Ulser sembuh dalam 7-10 hari tanpa meninggalkan jaringan parut (Edgar, et. al.,
2. RAS Mayor
Predileksi gender pada kasus RAS mayor adalah sama antara laki-laki dan
perempuan. Morfologi berupa lesi bulat atau oval dilapisi pseudomembran putih-
keabuan dikelilingi halo-eritema. Distribusi lesi tersebar pada bibir, palatum lunak
dan faring. Jumlah ulser berkisar 1-5 buah. Ukuran ulser >10mm. Ulser bertahan
lebih dari 6 minggu dan beresiko tinggi meninggalkan jaringan parut (Edgar, et. al.,
2017).
3. RAS Herpetiform
Predileksi gender pada kasus RAS mayor adalah lebih banyak terjadi pada
perempuan dan ditemukan lebih banyak pada kelompok lanjut usia dibandingkan
30
bentuk RAS lainnya. Morfologi berupa ulser kecil dan dalam yang sering menyatu
menjadi ulkus besar dengan kontur tidak beraturan. umumnya menyatu dengan .
Distribusi lesi tersebar pada bibir, mukosa bukal, lidah, dasar mulut dan gingiva.
Jumlah ulser berkisar 10-100 buah. Ukuran ulser 2-3 mm. Ulser sembuh dalam
waktu <30 hari dan jarang meninggalkan jaringan parut (Edgar, et al, 2017; Scully
3.1.5 Patofisiologi
adalah:
1. Tahap prodromal
Tahap ini merupakan suatu tahap yang jarang terjadi pada semua pasien.
Tahap ini berlangsung 2-48 jam. Pasien merasakan tidak enak di dalam mulut, dapat
2. Tahap pre-ulseratif
3. Tahap ulseratif
Pada tahap ini pasien biasanya merasakan adanya nyeri lokal pada mukosa
mulut. Terlihat pula adanya lesi cekung berbentuk bulat atau oval regular dengan
margin tajam dan jelas serta dikeliling daerah yang eritem dan odema. Tahap ini
4. Tahap penyembuhan
Pada tahap ini pasien merasakan nyerinya sudah berkurang, dan terlihat
adanya pseudomembran serta adanya gambaran granulasi. Tahap ini dapat terjadi
5. Tahap remisi
3.1.6 Diagnosis
(Scully dan Pedersen, 1998). Pada saat anamnesis operator harus menggali
informasi tentang ada atau tidaknya kalainan darah, kelainan sistemik, dan ada atau
tidak adanya lesi pada daerah lain, seperti kulit, mata, genital, atau rektal.
Pemeriksaan laboratorium diperlukan saat ulser bertambah parah atau terjadi setelah
umur 25 tahun. Biopsi hanya diindikasikan apabila dicurigai adanya penyakit lain
Pasien dengan minor aphtae yang parah atau major aphtae harus dicari tau
faktor yang dapat berkaitan dengan timbulnya RAS, seperti penyakit jaringan ikat,
kadar serum zat besi, folat, vitamin B12, dan ferritin yang abnormal. Pasien dengan
kelaianan seperti di atas harus dirujuk ke spesialis penyakit dalam untuk diberikan
32
penanganan lebih lanjut. Operator juga harus selalu waspada terhadap beberapa
bentuk penyakit yang berkaitan dengan timbulnya RAS seperti alergi makanan,
Diagnosis banding dari RAS adalah ulser traumatik, Infeksi Primer Virus
1. Ulser Traumatik
Ulser traumatik adalah lesi oral umum yang disebabkan oleh gigi yang patah
atau tajam, tambalan yang kurang baik, iritasi gigi tiruan, iritasi kawat ortho, benda
asing lain, atau disebabkan oleh diri sendiri (tergigit saat makan, kebiasaan buruk)
(Laskaris, 2006).
menimbulkan rasa sakit dengan permukaan merah halus atau kuning keputihan dan
halo eritematus yang tipis. Lesi sembuh tanpa menimbulkan jaringan parut selama
Infeksi primer HSV terjadi pada pasien yang tidak memiliki imun dari
kontak sebelumnya dengan virus ini. Infeksi HSV ini dapat menyebar secara
asimptomatik melalui sekresi saliva. Secara umum, infeksi HSV disebabkan oleh
HSV-1, tetapi infeksi primer HSV-2 dapat terjadi akibat kontak oral-genital
(Greenberg and Glick, 2003). HSV-1 dan HSV-2 bersifat neurotropik, menginfeksi
serabut saraf sensoris dan dapat bereproduksi dalam sel epitel. HSV-1 dan HSV-2
akan mati terhadap sel epitel manusia dan bersifat dorman (laten) dalam jaringan
saraf pada daerah trigeminal ganglion. Biasanya secara inisial, virus memasuki
berasal dari kontak mukokutaneus dengan sekresi yang terinfeksi dan udara. Ketika
reaktivasi, virus akan berjalan melalui akson saraf ke permukaan sel epitel dan
Setelah infeksi inisial, virus akan memasuki masa dorman sampai aktif
kembali. Virus aktif kembali disebabkan beberapa faktor diantaranya stres, trauma,
demam, paparan sinar matahari, kelelahan ekstrim, dan siklus menstruasi (Tillis and
Mcdowel, 2002). Vesikel kecil terlihat pada mukosa oral sekitar 1 atau 2 hari setelah
Vesikel dapat cepat ruptur, meninggalkan ulser bulat dangkal. Lesi terjadi pada
seluruh bagian mukosa. Penyakit ini meningkat dengan adanya beberapa lesi
bergabung, membentuk lesi ireguler yang lebih besar (Greenberg and Glick, 2003).
34
Diagnosis penting untuk penyakit ini yaitu adanya gingivitis marginalis akut,
dimana seluruh gingiva mengalami edematus dan inflamasi, yang kadang disertai
Gambar 3.6 Infeksi primer HSV dengan karakteristik gingivitis marginalis akut
(Greenberg and Glick, 2003).
3.1.8 Perawatan
klinis yang lebih detail disertai pemeriksaan lab (Guallar, et al., 2014).
Riwayat klinis lengkap dan rinci dibutuhkan seperti tes darah lengkap
termasuk jumlah sel darah merah, asam folat, feritin dan vitamin B12, yang
35
kasus orang dewasa yang menderita RAS, pada pasien dengan major aphtae, atau
Terdapat hubungan antara RAS dan defisiensi vitamin, peneliti Volkov et al.
melaporkan bahwa pengobatan dengan vitamin B12 sederhana, murah dan berisiko
rendah, dan terbukti efektif dalam pengobatan RAS. Peneliti Baccaglini et al.
melaporkan hasil yang serupa, yaitu perawatan dengan 2 g vitamin C per hari selama
tiga bulan terbukti efektif, seperti dalam studi yang diterbitkan oleh Yasui et al, yang
multivitamin harian tidak dapat mengurangi jumlah atau durasi RAS, oleh karena
itu dokter tidak boleh merekomendasikan suplemen secara rutin sebagai pengobatan
et al., 2014).
(1) Klorheksidine 0,2% gel atau kumur yang dipakai 3 kali sehari (tanpa
(2) Triclosan gel atau kumur dipakai 3 kali sehari (tanpa ditelan) selama lesi
analgesik.
sementara
ukuran lesi.
2) Antibiotik topikal
minocycline) dalam bentuk gel atau obat kumur dapat mengurangi rasa sakit
dosis tetap dalam bentuk gel mukoadhesif telah terbukti mengobati RAS.
Doxycycline dapat pula digunakan sebagai obat kumur selama 2-3 menit
37
air. Penggnaan topikal tetrasiklin dan retinoic acid memiliki efek anti-
inflamasi.
3) Kortikosteroid topikal
penyembuhan ulser. Bentuk sediaan berupa pomade orabase jika lesi bersifat
lokal, atau obat kumur jika lesi tersebar atau sangat banyak.
lesi erosif kecil dan ringan, diaplikasikan 3-10 kali/hari selama 3-5
menit.
(4) Dexamethasone
dan durasi ulser, intensitas rasa sakit, dan menyimpulkan bahwa pomade
4) Hyaluronic Acid
hyaluronic acid 0,2% dalam formulasi gel, diaplikasikan dua kali sehari
5) Anestesi Topikal
Anestesi toipkal yang dapat digunakan yaitu lidokain 2% (spray atau gel),
6) Laser Nd:YAG
7) Zat alami
harian.
(4) Obat kumur yang mengandung ekstrak mawar damask mawar, yang
agresif, major aphtae, sakit intense, dan saat pengobatan topikal tidak mampu
hari atau pentoxifylline 400 mg 3 kali sehari, meskipun perawatan yang paling
lengkap atau hampir lengkap dari outbreak, meskipun kemungkinan efek samping
harus diperhitungkan.
1) Antibiotik
2) Kortikosteroid
digunakan pada pasien acute severe RAS. Prednisone oral digunakan pada
dengan hilangnya rasa sakit dan reepitelisasi lesi pada bulan pertama terapi.
Efficacy obat ini lebih bagus dibanding obat lainnya, namun meiliki efek
3) Colchicine
maintenance dose 1,5 mg/hari secara efektif dan signifikan mengurangi lesi
5 mg/hari.
4) Dapsone
selama 3 hari, 75 mg/hari selama 3 hari, dan maintenence dose 100 mg/hari
5) Zinc
Zinc merupakan kofaktor esensial yang memiliki efek pada re-epitelisasi dan
6) Clofazimine
kusta dengan kombinasi dengan obat lainnya seperti rifampicin dan dapsone.
disebutkan.
7) Pentoxifylline
8) Modulator imun
Modulator imun berfungsi sebagai pengobatan lini kedua pada RAS dan oral
lichen planus. Modulator imun yang digunakan pada kasus ini yaitu
peningkatan nafsu makan, sakit kepala, mual dan nyeri lambung. Mimura, et
dan coclchicine.
lesi.
9) Lainnya
muriaticum, fosfor, asam sulfat, asam nitrat, album arsenikum, nux vomica
dan lycopodium. Zat ini, diencerkan dalam 100 ml air dan diberikan melalui
rute oral setiap 12 jam selama 6 hari mengurangi intensitas rasa sakit dan
ukuran ulser. Tak satu pun dari subyek harus menangguhkan perawatan
karena efek samping. Namun, masih belum cukup bukti untuk mendukung
PEMBAHASAN
di sebelah kiri belakang lidah yang mengganggu dan terasa perih saat makan. Pasien
menderita sariawan tersebut sejak 6 hari yang lalu. Sebelumnya pasien setiap bulan
sering mengalami sariawan tetapi sering terjadi hanya di bagian mukosa pipi dan
bibir. Pasien merasakan sakit ketika makan dan lebih nyaman ketika banyak
sariawan kali ini tidak karena obatnya habis. Keluarga pasien tidak ada yang sering
mengalami sariawan. Pasien terbiasa menyikat gigi 2 kali sehari, pada 2 minggu
terakhir kurang minum air putih dan kurang mengkonsumsi buah dan sayuran.
pada lidah di regio gigi 36 berbentuk oval, ukuran diameter 3 mm, jumlah 1,
berwarna putih kekuningan dikelilingi haloeritem, margin irreguler, dasar datar dan
dangkal. Ulser kedua ditemukan pada gingiva di regio gigi 35 bukal berbentuk oval,
margin irreguler, dasar datar dan dangkal. Ulser ketiga dan keempat ditemukan
pada mukosa bukal di regio gigi 16 dan 45 berbentuk oval, ukuran diameter 2 mm,
43
44
Pasien mengeluhkan rasa sakit dan tidak nyaman pada saat awal sariawan
akan terjadi. Hal ini terjadi dikarenakan pasien melewati tahap prodormal ulserasi
yaitu pasien akan merasakan rasa tidak enak di dalam mulut dan terasa sakit atau
terasa seperti adanya benjolan kecil di mukosa pada 2-48 jam sebelum ulser
muncul. Selanjutnya pada daerah tersebut akan terbentuk kemerahan lokal pada
mukosa yang disebut dengan tahap pre-ulseratif. Tahap ulseratif kemudian terjadi
yaitu dengan adanya lesi cekung berbentuk bulat atau oval dengan tepi yang jelas
dan dikelilingi kemerahan seperti yang terlihat pada pasien dan biasanya tahap ini
berlangsung selama 3-4 hari. Pada saat pasien kontrol I, ulser pada lidah regio gigi
tahap penyembuhan ulser yang dapat terjadi 10-14 hari setelah pertama kali
muncul. Sedangkan ulser pada gingiva dan mukosa bukal saat kontrol I sudah
menghilang.
Hasil anamnesis dan pemeriksaan klinis disimpulkan bahwa lesi ulser pada
lidah, gingiva dan mukosa bukal tersebut didiagnosis sebagai RAS tipe minor. Hal
ini sesuai dengan yang disebutkan Scully, et al (2003) dan Edgar et al (2017) bahwa
lesi pada RAS berbatas jelas, dangkal, bulat atau oval, tertutup selaput
RAS pada pasien ini merupakan RAS tipe minor karena gambaran klinis ulser pada
pasien ini mirip dengan tipe minor, yaitu mempunyai gejala yang minim, jumlah
berbentuk ulser bulat atau oval, dangkal, berwarna kuning-kelabu, dengan diameter
sekitar 2-4 mm. Lesi dapat sembuh dalam 7-14 hari tanpa meninggalkan jaringan
parut.
45
faktor defisiensi nutrisi karena pasien mengaku dalam 2 minggu terakhir kurang
mengkonsumsi buah dan sayuran dan faktor pemicu pada pasien ini adalah adanya
trauma lokal yang disebabkan penggunaan alat ortodontik cekat. Faktor defisiensi
nutrisi merupakan faktor predisposisi penting munculnya RAS pada pasien ini yaitu
defisiensi hematinik. Pada penelitian sebelumnya ditemukan lebih dari 20% pasien
RAS mengalami kekurangan zat besi, asam folat, atau vitamin B (B1, B2, B, B12).
Pada penelitian, pasien RAS yang diterapi dengan sediaan zat besi, vitamin B12,
dan asam folat menunjukkan adanya perbaikan. Defisiensi dapat disebabkan dari
(alkohol, antikonvulsan, carbamazepine, dan obat sitotksik). Vitamin B12 dan zat
besi dapat membentuk sel darah merah yang meningkatkan jumlah hemoglobin.
luka dan melancarkan metabolisme serta asam folat akan membantu perbaikan sel
yang rusak (Nisa, 2011; Scully, 2008; Vivek and Bindu, 2011).
Pemicu lain terjadinya RAS pada pasien ini adalah trauma lokal yang
terjadinya ulser, oleh sebab itu pasien diinstruksikan untuk menggunakan ortho-
wax. Pemeriksaan penunjang pada kasus ini tidak dilakukan karena pasien tidak
sedang menderita penyakit, tidak ada gejala lain yang menyertai dan lesi pada
pasien ini tidak tergolong lesi yang parah dilihat dari ukuran serta jumlahnya.
rekurensi, lokasi ulser dan gambaran klinis. Jika dibandingkan dengan ulser
berbeda jika ulser traumatik disebabkan oleh trauma fisik, termal, atau kimia,
sedangkan RAS dapat diinisiasi oleh berbagai macam faktor predisposisi seperti
trauma lokal, defisiensi nutrisi, genetik, gangguan imunologi, stres, faktor merokok,
yang soliter dengan batas eritematus dan dasar yang ditutupi gumpalan fibrin
berwarna kuning, sering ditemukan pada mukosa mulut tak berkeratin seperti bukal,
labial, dan dasar mulut, sedangkan pada herpetik stomatitis ulser terbentuk ketika
kumpulan vesikel kecil pecah, umumnya lesi herpetik ditemukan pada mukosa
mulut berkeratin seperti gingival, palatum, dan alveolar ridge. Selain itu, ditemukan
pula krusta pada vermilion bibir. Tingkat sel pun RAS berbeda dengan herpetik
stomatitis, yaitu ditemukannya sel degeneratif yang membesar serta sel giant
multinukleat pada apusan lesi herpetik. Etiologi kedua penyakit ini pun berbeda
sehingga penanganan kedua kasus ini pun berbeda. Pada RAS penanganan hanya
disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 1, dapat diberikan antivirus yang efektif
dan efisien untuk infeksi herpes, seperti acyclovir, penciclovir dan turunannya
Perawatan yang diberikan kepada pasien dibagi menjadi 2, yaitu secara non
kebersihan mulut, memperbanyak minum air putih agar dapat menjaga kelembaban
mukosa oral, penggunaan ortho wax, mengkonsumsi makanan buah dan sayuran
yang mengandung vitamin B1, B2, B6, B12, zat besi, dan asam folat, serta pasien
panthotenate, vitamin B1, B2, B6, B12, asam folat dan Zinc.
imunologi antara bakteri dan antigen epitel rongga mulut sehingga menghambat
jumlah ulser baru (Athani, et al, 2012). Obat kumur berperan untuk menjaga oral
hygiene pasien karena berperan penting dalam berbagai penyakit yang ada di
0,2% chlorhexidine gluconate obat kumur dan vitamin B-kompleks baik sendiri
ataupun kombinasi keduanya terbukti mengurangi durasi ulser, jumlah ulser baru,
pada lidah di regio gigi 36 ukurannya sudah mengecil dan pasien sudah tidak
merasakan sakit lagi, ulser ini sedang mengalami masa penyembuhan. Sedangkan
ulser pada gingiva dan mukosa bukal telah hilang dan tidak meninggalkan jaringan
parut. Pasien rutin menggunakan obat kumur chlorhexidine gluconate 0,2% dan
Surbex Z. Pada saat kontrol pertama ini pasien diresepkan kembali multivitamin
Surbex Z dan ditambah vitamin B12 50 mcg agar ulser pada lidah dapat sembuh.
Evaluasi perawatan pada kontrol 2, ulserasi pada lidah di regio gigi 36 telah
hilang dan tidak meninggalkan jaringan parut. Pasien selama perawatan rutin
chlorhexidine gluconate 0,2%, minum air putih 8 gelas per hari, memperbanyak
faktor pemicu munculnya RAS dan mengetahui penatalaksanaan RAS dan tetap
.
BAB V
SIMPULAN
menderita RAS. RAS yang dialami pasien berasal dari defisiensi nutrisi dan trauma
pasien diinstruksikan untuk selalu menjaga kebersihan rongga mulut, minum air
putih 8 gelas per hari, memperbanyak konsumsi buah dan sayuran, menggunakan
49
DAFTAR PUSTAKA
Croley, T.E. dan C. Miers. 1978. Ephitelial changes in the oral mucosa resulting
from a variation in hormone stimulus. J. Oral Med 33: 86-89.
Delong, L. dan N. Burkhart. 2013.General and Oral Pathology for The Dental
Hygienist 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Edgar NR., Saleh D., Miller RA. 2017. Recurrent Aphtous Stomatitis: A Review, J
Clin Aesthet Dermatol. 10(3): 26-36.
Greenberg MS, Glick M, Ship JA. 2008. Burket’s Oral Medicine. 7th ed. Hamilton:
BC Decker Inc.
Guallar IB, Soriano YZ, Lozano AC. 2014. Treatment of Recurrent Aphtous
Stomatitis: A Literature review. Journal of Clinical and Experimental
Dentistry. 6(2): e168-e174. DOI: 10.4317/jced.51401.
Hulling LB, Baccaglini L, Choquette L, Feinn RS, Lalla RV. 2012. Effect of
Stressful Life Events on The Onset and Duration of Recyrrent Aphthous
Stomatitis. Journal Oral Pathology and Medicine. 41(2): 149-152. DOI:
10.1111/j.1600-0714.2011.01102.
Jones, J.H., dan D.K. Mason. 1980. Oral manifestation of systemic disease. W.B.
Saunders , Co: Philadephia, London.
Koybasi, S., AH. Parlak, E. Serin, et al. 2006. Recurrent aphthous stomatitis:
investigation of possible etiologic factors. American Journal of
Otolaryngology-Head and Neck Medicine and Surgery. 27: 229-232 pp.
50
51
Nasution, H. 2011. Gambaran coping stress pada wanita madya dalam menghadapi
pramenopause. Skripsi pada fakultas psikologi, Universitas Sumatera Utara:
Medan.
Nisa, R. 2011. Stomatitis aftosa rekuren (sar) yang dipicu oleh stress pada
mahasiswa kedokteran gigi Universitas Sumatera Utara. Skripsi pada fakultas
kedokteran gigi, Universitas Sumatera Utara: Medan.
Scully, C., et al. 2003. The diagnosis and management of recurrent aphthous
stomatitis. A consensus approach. JADA, vol 134.
Scully, C and D. H. Felix. 2005. Oral Medicine – Update for the dental practitioner
aphthous and other common ulser. British Dental Journal. 199 (5): 259-262
pp.
Ship II. 1965. Inheritance of aphthous ulcers of the mouth. J Dent Res 44:837-844.
Soetiarto, F., et al. 2009. Hubungan antara recurrent aphthae stomatitis dan kadar
hormon reproduksi wanita. Bul. Penelit. Kesehat. Vol . 37, no. 2, 79-86.
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia.
51
52
52