Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

TEORI-TEORI ETIKA

PENDAHULUAN
Sebelum membahas berbagai teorietika yang ada, terlebih dahulu
perlu dipahami apa yang dimaksud dengan teori etika dan apa hubungan
teori dengan ilmu. Suatu pengetahuan tentang suatu objek baru bisa
dianggap sebagai disiplin ilmu bila pengetahuan tersebut telah dilengkapi
dengan seperangkat teori tentang objek yanng dikaji. Jadi, teori
merupakan tulang punggung suatu ilmu.
Ilmu pada dasarnya adalah kumpulan pengetahuan yang bersifat
menjelaskan berbagai gejala alam (dan soaial) yang memungkinkan
manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut
berdasarkan penjelasan yang ada, sedangakan teori adalah pengetahuan
ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari
sebuah disiplin keilmuan (Suriasumantri 2000). Fungsi teori dan ilmu
pengetahuan adalah untuk mejelaskan,meramalkan, dan mengontrol.
Misalnya, dalam ilmu Fisika dikenal teori gravitasi. Teori ini menjelaskan
mengapa setiap benda kalau dilemparkan ke atas pada akhirnya akan jatuh
kembali ke bumi. Teori ini juga mampu menjelaskan pergerakan planet-
planet di alam semesta yang di sebabkan oleh gaya gravitasi. Contoh lain,
dalam ilmu ekonomi dikenal teori harga. teori ini menjelaskan proses
terbentuknya harga barang dan jasa di pasar dalam sistem ekonomi pasar,
yaitu melalui proses pertemuan kekuatan hukum permintaan(demand) dan
hukum penawaran(supply). Melalui pemahaman tentang teori harga dan
sistem ekonomi pasar, pemerintah dapat memamfaatkan pengetahuan ini
untuk menjelaskan mengapa terjadi kenaikan harga barang, atau
meramalkanapakah akan terjadi kenaikan atau penurunan jenis harga
barang tertentu, atau pemerintah dapat membuat kebijakan/tindakan untuk
mengendalikan/mengontrol harga barang.

1
Banyaknya teori etika yang berkembang tampak cukup
membingungkan. Padahal,sifat teori yang makin sederhama dan makin
mengerucut menuju suatu teori tunggal yang mampu menjelaskan suatu
gejala secara komperhensif, justru makin menunjukkan kemapanan
disiplin ilmu yang bersangkuta. Untuk memperoleh pemahaman tentang
berbagai teori etika yang berkembang.

 Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yanng berhubungan
dengan egoisme yaitu ; egoisme psikologis, dan egoisme etis. Kedua
konsep ini tampak mirip karena kedua konsep ini menggunakan istilah
egoisme, namun keduanya mempunyai pengertian yang berbeda.
Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa
semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkkutat diri
(selfish). Menurut teori ini, orang boleh saja yakin bahwa ada tindakan
mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua tindakan
yang terkesan luhur atau tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah
ilusi. Pada kenyataannya setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri.
Jadi, menurut teori ini, tidak ada tindakan yang sesungguhnya yang
bersifat altruisme. Altruisme adalah suatu tindakan yang pedulli pada
orang lain atau mengutamakan kepentingan orang laindengan
mengorbankan ke[entingan dirinya.
Rachels sendiri juga menjelaskan paham egoisme etis yang
penngertiannya sering dikacaukan dengan paham egoisme psikologis.
Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi kepentingan diri sendiri (self-
interest). Bila saya belajar sampai larut malam agar bisa lulus ujian, atau
saya bekerja keras agar memperoleh penghasilan yang lebih besar, atau
saya mandi agar badan saya bersih, maka se3muma tindakan ini dapat
dikatakan dilandasi oleh oleh kepentingan diri, namun tidak dapat
dianggap sebagai tindakan berkutat diri. Jadi, yang membedakan tindakan
berkutat diri (egoiosme psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri
(egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain

2
Pokok-pokok pandangan egoisme etis :
a. Egoisme etis tidak mengatakn bahwa orang harus membela
kepentingannya sendiri maupun kepentingan orang lain.
b. Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah
membela kepentingan diri.
c. Meski egoiosme etis hanya berkeyakinan bahwa hanya satu-
satunya tugas adalah membela kepentingan dir, tetapai egoisme
etis juga tidak mengatakan bahwa anda harus menghindari
tindakanmenolong orang lain.
d. Tindakan menolong orang lain dianggap tindakan untuk menolong
diri sendiri karena mungkin saja kepentingan oranng lain tersebut
bertautan dengan kepentingan diri sehingga dalam menolong orang
lain sebenarnya juga dalam rangka memenuhi kepentingan diri.
e. Inti dari paham egoisme etis adalah bahwa kalau ada tindakan yang
menguntungkan orang lain, maka keuntungan bagi orang lain ini
bukanlah alasan yang membuat tindakan itu benar. Yang
membuat tindakan itu benar adalah kenyataan bahwa tindakan itu
menguntungkan diri sendiri.
Alasan yang mendukung teori egoisme etis, antara lain :
a. Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri
sendiri.
b. Pandangan tentang kepentingan diri adalah pandangan yanng
paling sesuai dengan moralitas akal sehat.
Alasan yang menentang teori egoisme etis antara lain :
a. Egoisme etis tidak mampu memecahkan konflik-konflik
kepentingan.
b. Egoisme etis bersifat sewenwng-wenang.

3
TEORI-TEORI ETIKA

 Utilitarianisme
Utilitarianisme sebagai teori etika dipelopori oleh David Hume
(1711-1776), kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Jeremy Bentham
(1748-1832) dan john Stuart Mill (1806-1873). Betham sebagai
pendukung utama paham ini mengatakan bahwa moralitas tidak lain
adalah suatu upaya untuk sedapat mungkin memperoleh kebahagiaan
didunia ini. Ia menolak paham bahwa moralitas berhubungan dengan
tindakan untuk menyenangkan Tuhan, atau kesetiaan pada aturan-aturan
abstrak.
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utillis, kemudian menjadi
kata Inggris utility yang berarti bermamfaat (Bertens 2000). Menurut teori
ini, suatu tindakan dapat dikatakan baik jika membawa mamfaat bagi
sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat
terkenal: “the greatest happiness of the greatest numbers”.
Dari uraian sebelumnya, paham utilitarianisme dapat diringkas
sebagai berikut:
a. Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari
konsekuensinya.
b. Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya
parameter yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau
jumlah ketidakbahagiaan.

 Deontologi
Istilah deontologi berasal dari bahasa yunani deon yang berarti
kewajiban (Berthen 2000). Paradigma teori deontologi sangat berbeda
dengan paham egooisme dan utilitarianisme yang sudah dibahas. Sangat
berbeda dengan paham teologi yang menilai etis atau tidaknya suatu

4
tindakan berdasarkan hasil, tujuan, atau konsekuensi dari tindakan
tersebut, paham deontologi justru mengatakan bahwa etis tidaknya suatu
tindakan tidak ada kaitannya sma sekali dengan tujuan, konsekuensi atau
akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatui tindakan tidak boleh
menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu tindakan.
Suatu tindakan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik. Hasil baik
tidak pernah menjadi alasan untuk membenarkan suatu tindakan,
melainkan hanya karena kkita wajib melaksanakan tindakan tersebut demi
kewajiban itu sendiri.
Untuk memahami lebih lanjut tentang paham deontologi ini,
sebaiknya diahami lebih dahulu 2 konsep yang dikemukakan oleh Kant,
yaitu konsep imperative hypothesis dan inperative catagories. Imperative
hypothesis adalah perintah-perintah khusus (ought) yang harus diikuti jika
seseorang mempunyai keinginan yang relevan. Perhatikan contoh berikut:
a. Kalau anda ingin menjadi sarjana akuntasi, anda harus mamasuki
fakultas Ekonomi jurusan Akkuntansi.
b. Kalau anda ingin jadi pemain bola yang berhasil. Anda harus rajin
berlatih sepak bola.
Imperative catagories adalah kewajiban moral yang mewajibkan
kita begitu saja tanpa syarat apapun. Dalam hal ini, kewajiban moral
bersifat mutlak tanpa ada pengecualian apapun dan tanpa dikaitkan dengan
keinginan atau tujuan apapun. Peschke S. V. D (2003) merumuskan etika
Kant sebagai “bertindaklah sedemikian rupa sehingga prinsip kehendakmu
sekaligus dapat menjadi prinsip pemberian hukum umum” ini berarti
bahwa perilaku yang mengatur perilaku moral manusia harus dapat
menjadi hukum universal dan bahwa manusia hendaknya berperilaku
sebagai mana menginginkan orang lain juga berperiku sama.
Kant berpandangan bahwa kewajiban moral harus dilaksanakan
demi kewajiban itu bukan karena keinginam untuk memperoleh tujuan
kebahagiaan moral itu diperintahkan oleh Tuhan (Allah). Morallitas
hendaknya bersifat otonom dan harus berpusat pada pengertian manusia
berdasarkan akal sehat yang dimiliki manusia itu sendiri.

5
 Teori Hak
Menurut teori hak suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila
perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM).
Namun sebagai mana yang dikatakan oleh Bertens(2000), teori hak
merupakan suatu aspek dari teori deontologi (teori kewajiban) karena hak
tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban-bagaikan satu keping mata
logam yang sama dengan dua sisi.
Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas, yaitu
a. Hak hukum (legal right), adalah hak yang didasarkan atas
sistem/yurisdiksi hukum suatu negara, di mana sumber hukum
tertinggi suatu negara adalah Undang-Undang Dasar negara yang
bersangkutan.
b. Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right), dihubungkan
dengan pribadi manusia secara individu, atau dalam beberapa
kasus dihubungkan dengan kelompok bukan dengan masyarakat
dalam arti luas. Hak moral berkaitan dengan kepentingan individu
sepanjang kepentingan individu itu tidak melanggar hak-hak orang
lain.
c. Hak kontraktual (contractual right), mengikat individu-individu
yang membuat kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan
kewajiban masing-masing kontrak. Teori hak atau yang lebih
dikenal dengan prinsip-prinsip HAM mulai banyak
mendapatdukungan masyarakat dunia termasuk dari PBB. Piagam
PBB sendiri merupakan salah satu sumber hukum penting untuk
penegakan HAM. Dalam Piagam PBB disebutkan ketentuan umum
tentang hak dan kemerdekaan setiap orang. PBB telah
mendeklarasikan prinsip-prinsip HAM universal pada tahun 1948,
yang lebih dikenal dengan nama Universal Declaration of Human
Rights. (UdoHR).

6
 Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Teori keutamaan sebenarnya telah ada sejak zaman dahulu yang
didasarkan atas pemikiran Aristoteles (384-322 SM) yang sempat
tenggelam, tetapi sekarang kemballi mendapat momentumnya. Teori
keutamaan tidak mengatakan yang mana yanng etis dan yang mana yang
tidak etis. Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi
berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus
dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan
sifat-sifat yanng yang mencerminkan manusia hina.
Sebagaimana teori etika yang memperkenalkan konsep kewajiban
tak bersyarat diperlukan untuk mencapai tujuan tertinggi yang bersifat
mutlak. Kelemahan teori etika Kant teletak pada pengabaian adanya tujuan
mutlak, tujuan tertinggi yang harus dicapai umat manusia, walaupun ia
memperkenalkan etika kewajiban mutlak. Moralitas dikatakan bersifat
mutlakhanya bila moralitas itu dikatakan dengan tujuan tertinggi umat
manusia. Segala sesuatu yang bersifat mutlak tidak dapat diperdebatkan
dengan pendekatan rasional karena semua yang bersifat mutlak melampaui
tingkat kecerdasan rasional yang dimiliki manusia.

Tugas
Pilihan ganda
1. Apa fungsi teori dan ilmu pengetahuan ?
a. mejelaskan,meramalkan, dan mengontrol
b. menjelaskan dan mengontrol
c. mengontrol dan meramalkan
d. menjelaskan saja.
Jwb : a . mejelaskan,meramalkan, dan mengontrol

2. Ada dua konsep egoisme yaitu ...

7
a. Egoisme etis dan egoisme moral
b. Egoisme etis dan egoisme psikologis
c. Egoisme psikologis dan egoisme moral
d. Egoisme moral dan egoisme diri
Jwb : b. Egoisme etis dan egoisme psikologis

3. Yang bukan merupakan teori etika dibawah ini adalah ..


a. Deontologi c. Teori ilmu
b. Teori hak d. Teori keutamaan
Jwb : b . teori hak

Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu, bagaimana hubungan teori dengan ilmu,
dan mengapa teori dikatakan tulang punggung suatu ilmu ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan egoisme etis dan egoisme psikologis !
3. Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas, sebutkan
sumber-sumber otoritas tersebut !
4. Sebutkan 2 konsep yang dikemukakan oleh Kant !
5. Ceritakan sedikit tentang paham utilitarianisme !

Jawaban
1. Ilmu adalah Ilmu pada dasarnya adalah kumpulan pengetahuan yang
bersifat menjelaskan berbagai gejala alam (dan soaial) yang
memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk
menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada, sedangakan
teori adalah pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai
suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.
Suatu pengetahuan tentang suatu objek baru bisa dianggap sebagai
disiplin ilmu bila pengetahuan tersebut telah dilengkapi dengan
seperangkat teori tentang objek yanng dikaji. Jadi, teori merupakan tulang
punggung suatu ilmu.

8
2. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua
tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkkutat diri.
Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi kepentingan diri sendiri (self-
interest). Misal, Bila saya belajar sampai larut malam agar bisa lulus
ujian.

3. Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas, yaitu


a) Hak hukum (legal right), adalah hak yang didasarkan atas
sistem/yurisdiksi hukum suatu negara, di mana sumber hukum
tertinggi suatu negara adalah Undang-Undang Dasar negara yang
bersangkutan.
b) Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right), Hak moral
berkaitan dengan kepentingan individu sepanjang kepentingan individu
itu tidak melanggar hak-hak orang lain.
c) Hak kontraktual (contractual right), mengikat individu-individu yang
membuat kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan
kewajiban masing-masing kontrak.
4. 2 konsep yang dikemukakan oleh Kant, yaitu konsep imperative
hypothesis dan inperative catagories.

5. Utilitarianisme sebagai teori etika dipelopori oleh David Hume (1711-


1776), kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Jeremy Bentham (1748-
1832) dan john Stuart Mill (1806-1873). Utilitarianisme berasal dari kata
Latin utillis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang berarti
bermamfaat (Bertens 2000). Menurut teori ini, suatu tindakan dapat
dikatakan baik jika membawa mamfaat bagi sebanyak mungkin anggota
masyarakat, atau dengan istilah yang sangat terkenal: “the greatest
happiness of the greatest numbers”.

9
BAB 2

ETIKA DUNIA BISNIS

PENDAHULUAN
Etika dan integritas merupakan suatu keinginan yang murni dalam
membantu orang lain. Kejujuran yang ekstrim, kemampuan untuk mengenalisis
batas-batas kompetisi seseorang, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan
belajar dari kegagalan.
Kompetisi inilah yang harus memanas belakangan ini. Kata itu
mengisyaratkan sebuah konsep bahwa mereka yang berhasil adalah yang mahir
menghancurkan musuh-musuhnya. Banyak yang mengatakan kompetisi lambang
ketamakan. Padahal, perdagangan dunia yang lebih bebas dimasa mendatang
justru mempromosikan kompetisi yang juga lebih bebas.
Lewat ilmu kompetisi kita dapat merenungkan, membayangkan eksportir
kita yang ditantang untuk terjun ke arena baru yaitu pasar bebas dimasa
mendatang. Kemampuan berkompetisi seharusnya sama sekali tidak ditentukan
oleh ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan. Inilah yang sering dikonsepkan
berbeda oleh penguasa kita.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial,
mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan
konsep pembangunan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri,
menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang
berkelanjutan, menghindari sikap 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi,
Kolusi, dan Komisi) mampu mengatakan yang benar itu benar, dll.
Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesadaran semua
pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu dapat dikurangi, serta kita
optimis salah satu kendala dalam menghadapi era globalisasi pada tahun 2000 an
dapat diatasi.

10
MORAL DAN EKTIKA DALAM DUNIA BISNIS
 Moral Dalam Dunia Bisnis
Sejalan dengan berakhirnya pertemuan para pemimpin APEC di Osaka
Jepang dan dengan diperjelasnya istilah untuk menjadikan Asia Pasifik ditahun
2000 menjadi daerah perdagangan yang bebas sehingga baik kita batas dunia akan
semakin "kabur" (borderless) world. Hal ini jelas membuat semua kegiatan saling
berpacu satu sama lain untuk mendapatkan kesempatan (opportunity) dan
keuntungan (profit). Kadang kala untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan
tadi, memaksa orang untuk menghalalkan segala cara mengindahkan ada pihak
yang dirugikan atau tidak.

Dengan kondisi seperti ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin berpacu
dengan waktu serta negara-negara lainnya agar terwujud suatu tatanan
perekonomian yang saling menguntungkan. Namun perlu kita pertanyakan apakah
yang diharapkan oleh pemimpin APEC tersebut dapat terwujud manakala masih
ada bisnis kita khususnya dan internasional umumnya dihinggapi kehendak saling
"menindas" agar memperoleh tingkat keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang
merupakan tantangan bagi etika bisnis kita.
Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama
dan budaya, artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi
oleh ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap
agama mengajarkan pada umatnya untuk memiliki moral yang terpuji, apakah itu
dalam kegiatan mendapatkan keuntungan dalam ber-"bisnis". Jadi, moral sudah
jelas merupakan suatu yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi
kedua belah pihak. Umpamanya, dalam melakukan transaksi, jika dilakukan
dengan jujur dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa puas dan
memperoleh kepercayaan satu sama lain, yang pada akhirnya akan terjalin kerja
sama yang erat saling menguntungkan.
Moral dan bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang benar-
benar menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen.
Kenapa hal perlu ini dibicarakan?

11
Isu yang mencuat adalah semakin pesatnya perkembangan informasi tanpa
diimbangi dengan dunia bisnis yang ber "moral", dunia ini akan menjadi suatu
rimba modern yang di kuat menindas yang lemah sehingga apa yang diamanatkan
UUD 1945, Pasal 33 dan GBHN untuk menciptakan keadilan dan pemerataan
tidak akan pernah terwujud.
Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran agama dan
budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan
orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada
agama akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis.

 Etika Dalam Dunia Bisnis


Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk
melakukan kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan
kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang
bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang
menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat
membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji
(good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis
sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis
serta kelompok yang terkait lainnya. Mengapa ?

Dunia bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara pengusaha


dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional.
Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan
yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat
maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika
sementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau
ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan
etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa
diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang
menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu

12
pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak
merugikan siapapun dalam perekonomian.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain ialah
 Pengendalian diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu
mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari
siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak
mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan
menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan menakan pihak lain dan
menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu merupakan hak bagi
pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi
masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang "etis".

 Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)


Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat,
bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan,
melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki
oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu
terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku
bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang
berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu
mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap
masyarakat sekitarnya.

 Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-


ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi,
tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan
kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki
akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.

13
 Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan
kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya,
harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan
menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu
memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam
menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia
bisnis tersebut.

 Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"


Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat
sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang.
Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan
dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan
lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan
kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.

 Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi


dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin
tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala
bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang
mencemarkan nama bangsa dan negara.

 Mampu menyatakan yang benar itu benar


Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima
kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan
menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong"
dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi"
serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait.

14
 Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat
dan golongan pengusaha kebawah
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling
percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha
lemah agar pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha
lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada
antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan
kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam
dunia bisnis.

 Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati


bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat
terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika
tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara
ada "oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk
melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika
bisnis itu akan "gugur" satu semi satu.

 Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa


yang telah disepakati
Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan
suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.

 Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu


hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan
Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti
"proteksi" terhadap pengusaha lemah.

15
DUNIA BISNIS
Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis
agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus
ditempuh? Didalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan
segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi
pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi
pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi.
Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak
menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat.
Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat,
tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap
merupakan segelintir contoh pengabdian para pengusaha terhadap etika bisnis.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main
yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek
bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang
dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari
elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan
dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur,
pemakai dan lain-lain.
Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma
yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa
dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik
etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat
dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat
bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang
bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi
berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang
nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu
menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang

16
melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta
perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak
lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat,
ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan
main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang.
Salah satu contoh yang selanjutnya menjadi masalah bagi pemerintah dan dunia
usaha adalah masih adanya pelanggaran terhadap upah buruh. Hal lni
menyebabkan beberapa produk nasional terkena batasan di pasar internasional.
Contoh lain adalah produk-produk hasil hutan yang mendapat protes keras karena
pengusaha Indonesia dinilai tidak memperhatikan kelangsungan sumber alam
yang sangat berharga.

Pelanggaran etika bisnis itu dapat melemahkan daya saing hasil industri
dipasar internasional. Ini bisa terjadi sikap para pengusaha kita. Lebih parah lagi
bila pengusaha Indonesia menganggap remeh etika bisnis yang berlaku secara
umum dan tidak pengikat itu. Kecenderungan makin banyaknya pelanggaran etika
bisnis membuat keprihatinan banyak pihak. Pengabaian etika bisnis dirasakan
akan membawa kerugian tidak saja buat masyarakat, tetapi juga bagi tatanan
ekonomi nasional. Disadari atau tidak, para pengusaha yang tidak memperhatikan
etika bisnis akan menghancurkan nama mereka sendiri dan negara.

Pilihan Ganda
1. Hal dibawah ini adalah yang perlu diperhatikan dalam menciptakan etika
bisnis, kecuali ....
a. Menciptakan persaingan yang sehat
b. Menghindari 5 K
c. Mempertahankan harga diri
d. Mampu mengatakan yang benar itu benar
Jwb : c. Mempertahankan harga diri

2. Menciptakan keadilan dan pemerataan adalah UUD 1945 pasal ....

17
a. 30 dan GBHN c. 31
b. 27 d. 33 dan GBHN
Jwb : d. 33 dan GBHN

3. Apa kepanjangan dari 5K ?


a. Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi
b. Katabelece, Kongsi, Koneksi, Kolusi dan Komisi
c. Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Korupsi dan Kondisi
d. Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Korupsi dan Komisi
Jwb : a. Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi

Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan moral !
2. Sebutkan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam menciptakan
etika bisnis !
3. Ceritakan secara singkat bagaimana etika dalam dunia bisnis !
4. Jelaskan bagaimana hubungan moral dengan agama dalam menjalan kan
bisnis !
5. Apa yang dimaksud dengan pengendalian diri !

Jawaban
1. Moral adalah perbuatan atau tingkah laku seseorang yang sesuai menurut
agama dan adat-istiadat serta diterima oleh masyarakat.
2. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial,
mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat,
menerapkan konsep pembangunan tanggung jawab sosial,
mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat,
menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, menghindari sikap
5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi) mampu
mengatakan yang benar itu benar.

18
3. Etika dan integritas merupakan suatu keinginan yang murni dalam
membantu orang lain. Kejujuran yang ekstrim, kemampuan untuk
mengenalisis batas-batas kompetisi seseorang, kemampuan untuk
mengakui kesalahan dan belajar dari kegagalan. Dunia bisnis, yang tidak
ada menyangkut hubungan antara pengusaha dengan pengusaha, tetapi
mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional. Tentu dalam hal
ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang
transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat
maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan
etika sementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan.
Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui
adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan
bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk
menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang menjamin adanya
kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang
bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan
siapapun dalam perekonomian.
4. Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama
dan budaya, artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat
dipengaruhi oleh ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku
bisnis sendiri. Setiap agama mengajarkan pada umatnya untuk memiliki
moral yang terpuji, apakah itu dalam kegiatan mendapatkan keuntungan
dalam ber-"bisnis". Jadi, moral sudah jelas merupakan suatu yang terpuji
dan pasti memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak.
5. pengendalian diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu
mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh
apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.

19
BAB 3
ETIKA BISNIS BERDASARKAN AJARAN AGAMA

PENDAHULUAN
Islam telah mensyariatkan etika yang rapi dan apiks dalam aktivitas
bisnis. Etika bisnis akan membuat masing-masing pihak merasa nyaman dan
tenang, bukan saling mencurigai. Etika bisnis dalam Islam telah dituangkan
dalam hukum bisnis Islam yang biasa disebut dengan muamalah. Aktivitas
ekonomi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
mempunyai aturan-aturan tertentu, sebut saja aturan dalam hal jual beli
(ba’iy), pinjam meminjam (ariyah), utang mengutang, berinvestasi
(mudharabah), kerjasama bisnis (musyarakah), menggunakan jaminan (rahn),
pengalihan utang (hiwalah) dan masih banyak jenis transaksi lainnya.
Demikian juga perbuatan yang dilarangan dalam bisnis seperti praktik
riba dengan segala macam bentuknya, penipuan, ketidakjelasan (gharar),
gambling (maysir) dan juga monopoli (ihtikar). Dalam hal tawar menawar jual
beli, betapa indahnya jika dibungkus dengan etika bisnis. Jika seorang
pedagang menjelaskan harga pokok sebuah sepatu dengan harga tertentu dan
mengambil keuntungan dengan bilangan tertentu dengan mempertimbangkan
biaya transportasi, sewa tempat dan seterusnya, maka tidaklah mungkin
pembeli merasa keberatan dengan harga yang ditawarkan.

PRINSIP DASAR ETIKA DALAM ISLAM


1. Kesatuan(Unity)
Adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang
memadukan keseluruhan aspek aspek kehidupan muslim baik dalam
bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta
mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama,ekonomi,dan
sosial demi membentuk kesatuan.Atas dasar pandangan ini pula maka
etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horisontal,membentuk
suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam.

20
2. Keseimbangan(Equilibrium)
Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis,Islam mengharuskan
untuk berbuat adil,tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai.Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Maidah : 8 yang artinya : “Hai
orang-orang beriman,hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah SWT,menjadi saksi dengan
adil.Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah karena adil
lebih dekat dengan takwa”.
3. Kehendak Bebas (FreeWill)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis
islam,tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan
kolektif.Kepentingan individu dibuka lebar.Tidak adanya batasan
pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan
bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya..
4. Tanggungjawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan
oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan
akuntabiliats.untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan,manusia
perlu mempertnaggungjawabkan tindakanya.secara logis prinsip ini
berhubungan erat dengan kehendak bebas.Ia menetapkan batasan
mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan
bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.
5. Kebenaran: kebajikan dan kejujuran
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran
lawan dari kesalahan,mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan
kejujuran.Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat,sikap
dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari
atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya
meraih atau menetapkan keuntungan.

21
SISTEM ETIKA DALAM ISLAM
Berbagai tindakan ataupun keputusan disebut etis bergantung pada
niat individu yang melakukannya. Allah Maha Kuasa dan mengetahahui
apapun niat kita sepenuhnya dan secara sempurna. Niat baik yang di ikuti
tindakan yang baik akan dihitung sebagai ibadah. Niat yang halal tidak
dapat mengubah tindakan yang haram menjadi halal.
Islam memberikan kebebasan kepada individu untuk percaya dan
bertindak berdasarkan apa pun keinginannya , namun tidak dalam
tanggungjawab dan keadilan. Percaya kepada Allah SWT memberi
individu kebebasan sepenuhnya dari hal apa pun atau siapa pun kecuali
Allah. Keputusan yang mengutungkan kelompok mayoritas ataupun
kelompok minoritas tidak secara lansung berarti bersifat etis dalam
dirinya. Etika bukanlah permainan mengenai jumlah. Islam
mempergunakan pendekatan terbuka terhadap etika, bukan sebagai system
yang tertutup, dan berorientasi diri sendiri. Egoisme tidak mendapat
tempat dalam Islam. Keputusan etis harus didasarkan pada pembacaan
secara bersama – sama antara Qur’an. Islam mendorong untuk berprilaku
etis ditengah godaan dunia.

KONSEP-KONSEP FILSAFAT ETIKA ISLAM


1. Keesaan
Konsep keesan menggabungkan ke dalam sifat homogen semua aspek
yang berbeda – beda dalam kehidupan seorang muslim. Konsep keesaan
memiliki pengaruh yang paling mendalam terhadap diri seorang muslim
: ( setelah disarikan )

a. Apapun yang ada di dunia milik Allah , dan memiliki pemikiran dan
prilaku yang tak dapat dibiaskan oleh siapapun.
b. Allah Maha yang Kuasa dan Maha Esa, dimana Allah dapat memberi
dan dengan mudah mengambil yang diberikan.
c. Allah yang memiliki kekuasan untuk mengambil nyawa seseorang
sesuai dengan waktu yang di gariskan- Nya.

22
d. Allah mengetahui segala yang terlihat ataupun yang tersembunyi.

Penerapan Konsep Keesaan dalam Etika Bisnis

 Tidak akan berbuat diskriminatif terhadap pekerja, pemasok,


pembeli atau siapapun pemegang saham perusahaan atas ras ,
warna kulit, jenis kelamin, ataupun agama.
 Tidak dapat dipaksa untuk tidak berbuat etis, karena dia
hanya takut kepada Allah.
 Tidak akan menimbun kekayan dengan keserakahan, karena
dia sadar harta didunia bersifat sementara, dan tidak mencari
kekayaan denga cara apapun.
2. Keseimbangan
Keseimbangan atau adil menggambarkan dimensi horizontal ajaran
islam, dan berhubungan dengan harmoni segala sesuatu di alam semesta
dan keseimbangan untuk menjaga yang berpunya dengan yang tidak
berpunya . Allah menekankan arti penting sikap saling memberi dan
mengutuk tindakan mengkonsumsi yang berlebihan.

Penerapan Konsep Kesimbangan dalam Etika

Prinsip keseimbangan atau kesetaran berlaku baik secar harfiah maupun


kias dalam dunia bisnis . Allah memperingatkan pengusaha muslim
untuk “ sempurnakanlah takaranmu apabila kamu menakar dan
timbanglah dengan neraca yang benar : itulah yang lebih utama dan
lebih baik akibatnya “

3. Kehendak Bebas
Manusia diberikan kehendak bebas untuk mengendalikan
kehidupan sendiri manakala Allah menurunkannya kebumi, dituntun
dengan hukum yang diciptakan Allah, ia diberi kemampuan untuk
berfikir dan membuat keputusan, untuk memilih apapun jalan hidup
yang ia inginkan , dan yang paling penting , untuk bertindak berdasarkan
yang ia pilih. “ katakanlah kebenaran adalah dari tuhanmu, maka

23
barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang
siapa yang ingin kafir , biarkanlah ia kafir “

Penerpan Konsep kehendak Bebas dalam Etika

Bisnis berdasarkan konsep kehendak bebas , manusia memiliki


kebebasan untuk membuat kontrak dan menepatinya ataupun
mengikarinya.

4. Tanggungjawab
Manusia harus bertanggung jawab atas segala tindakannya.
Seseorang tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya jika :

a. Belum mencapai usia dewasa.


b. Ia sakit jiwa.
c. Berbuat sesuatu ketika sedang tidur.

Penerapan Konsep Tanggungjawab dalam Etika Bisnis

Sekali seorang muslim mengucapkan janjinya atau terlibat dalam


sebuah perjanjian yang sah, maka ia harus menepatinya. Sebagai
rujukan “ Rasulallah saw, berkata : tanda – tanda orang munafik
ada tiga “

1. Apabila berkata, ia berdusta.


2. Apabila berjanji , tidak dipenuhi, dan
3. Apabila diberi diamanati, dia berkhianat.

5. Kebajikan
Kebajika ( ihsan ) atau kebaikan terhadap orang lain didefinisikan
sebagai “ tindakan yang menguntungkan orang lain lebih dibandingkan
orang yang melakukan tindakan tersebut dan dilakukan tanpa kewajiban
apa pun “

24
Penerapan Konsep Kebajikan dal Etika Bisnis

Menurut al Ghazali :

1. Jika seseorang membutuhkan sesuatu , maka orang lain harus


memberikannya, dengan mengambil keuntungan yang sedikit
mungkin. Jika sang pemberi melupakan keuntungannya, maka hal
tersebut akan lebih baik baginya.
2. Jika seseorang membeli sesuatu dari orang miskin , akan lebih baik
baginya untuk kehilangan sedikit uang dengan membayarnya lebih
dari harga yang sebenarnya. Tindakan seperti ini akan memnerikan
akibat yang mulia , dan tindakan yang sebaiknya cendrung akan
memberikan hasil yang juga berlawanan. Bukan suatu hal yang patut
dipuji untuk membayar orang kaya lebih dari apa yang sharusnya
diterima manakala ia dikenal sebagai orang yang suka mencari
keuntungan yang tinggi.

 Hakikat Etika
Etika berasal dari kata Yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti:
tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan,
sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat.
Dalam hal ini, kata etika sama pengertiannya dengan moral. Moral berasl dari
kata latin: mos (bentuk tunggal), taua mores (bentuk jamak) yang berarti adapt
istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup (Kanter, 2001).

Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai etika, dibawah ini


dikutip beberapa pengertian etika.

1. Ada dua pengertian etika; sebagai praksis dan sebagai refleksi. Sebagai
praksis, “ etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral baik yang
dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan “ walaupun seharusnya
dipraktikkan. Etika sebagai praksis sama artinya dengan moral atau
morallitas yaitu apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas

25
dilakukan dan sebagainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral
(Bertens, 2001).
2. Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan, atau ilmu tentang adapt kebiasaan yang berkenaan dengan hidup
yang baik dan yang buruk (Kanter,2001).
3. Istilah lain dari etika adalah susila. Su artinya baik, dan sila artinya kebiasaan
atau tingkah laku. Jadi, susila berarti kebiasaan atau tingkah laku perbuatan
manusia yang baik. Etika sebagai ilmu disebut tata susila, yang mempelajari
tata nilai, tentang baik dan burknya suatu perbuatan, apa yang harus
dikerjakan atau dihindari sehingga tercipta hubungan yang baik di antara
sesama manusia (suhardana, 2006).
4. Menurut Webster’s Collegiate Dictionary, sebagimana dikutip oleh Duska dan
Duska (2003), ada empat arti ethic sebagai berikut:
a. The discipline dealing with what is good and bad and with moral
duty and obligation
b. A set of moral principles or values
c. A theory or system of moral values
d. The principles of conduct governing an individual or group.

5. Menurut David P. Baron (2005), etika adalah suatu pendekatan sistematis atas
penilaian moral yang didasarkan atas penalaran, analisis, sintesis dan reflektif.

 Hakikat Nilai

Untuk memahami pengertian nilai secara lebih mendalam, dibawah ini dikutip
beberapa definisi tentang nilai.

1. Doni Koesoema A. (2007) mendefinisikan nilai sebagai kualitas suatu hal


yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna dan dihargai
sehingga dapat menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu.
2. Sorokin dan Capra (2002) mengungkapkan tiga system nilai dasar yang
melandasi semua manifestasi suatu kebudayaan, yaitu: nilai indriawi,
ideasional, dan idealistis. System nilai indriawi menekankan bahwa nilai-nilai

26
indriawi (materi) merupakan realities akhir dan bahwa fenomena spiritual
hanya suatu manifestasi dari materi. System ini berpandangan bahwa semua
nilai etika bersifat semua nilai etika bersifat relative dan bahwa persepsi
indreawi merupakan satu-satunya sumber pengetahuan dan kebenaran. Sistem
nilai ideasional berada pada ekstrem lain dimana realitas sejati berada diluar
materi dan bahwa pengetahuan sejati dapat diperoleh melalui pengalaman
batin. System ideasional percaya pada nilai-nilai etika absolute dan standar
keadilan, kebenaran serta keindahan yang supramanusiawi. Gambaran tentang
dunia ideasional yang meyakini realitas sejati adalah alam spiritual, yang
dibarat meliputi pemikiran Plato, dan Yahudi-Kristen (roh dan citar Tuhan).
Di timut misalnya kisah Mahabrata (Hindu) dan Buddha ( di India), Tao di
Cina dan Islam di Negara-nega Arab. Tarik menarik dan saling memngaruhi
antara kedua paham ini menghasilkan suatu tahap sintesis tingkat menengah,
yaitu system idealities yang merupakan perpaduan harmonis dan seimbang
antara kedua nilai ekstrem indriawi dan ideasional tersebut. Dengan
mempelajari sejarah peradaban umat manusia, Sorokin menyimpulkan bahwa
proses peradaban selalu mengikuti silkus perputaran dari ketiga system nilai
itu. Saat ini, dengan dipelopori budaya barat, telah terjadi proses penurunan
dan kehancuran tahapan ideasional dan idealities menuju kenaikan dan
dominasi yahapan indreawi.
3. Sebenarnya pembahasan sekitar persoalan tatanan nilai secara lebih
konseptual diungkapkan oleh filsuf cemerlang asal Jerman, Max Scheller
dalam bukunya setebal 590 halaman yang berjudul Der formalisme in der
ethic und die materiale wertethik (dalam Suseno, 2006). Esensi dari pendapat
Max Sheller sekita persoalan nilai dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Ia membantah anggapan Immanuel Kant bahwa hakikat moralitas
terdiri atas kehendak untuk memenuhui kewajiban. Kewajiban
bukanlah unsure primer, melainkan mengikuti apa yang bernilai.
b. Nilai-nilai itu bersifat material (berisi, lawan dari formal) dan
apriori.
c. Harus dibedakan dengan tajam antara nilai-nilai itu sendiri (werte,
values) dan apa yang bernilai/realities bernilai (gutter, goods).

27
Seperti warna merah yang muncul pada sebuah realitas warna; ada
dinding merah, bajui merah dan sebagainya.
d. Cara menangkap nilai bukan dengan pikiran, melaikna dengan
suatu perasaan intensional (tidak dibatasi dengan perasaan fisik
atau emosional, melainkan dengan keterukaan hati.
e. Ada empat gugus nilai yang mandiri dan jelas berbeda antara satu
dengan yang lainnya, yaitu 1. gugus nilai-nilai sekitar yang enak
dan yang tidak enak, 2. gugus nilai-nilai vital sekitar yang luhur
dan yang hina. 3. gugus nilai-nilai rohani dan 4. gugus nilai-nilai
tertinggi sekitar yang kudus dan yang profane yang dihayati
manusiadalam pengalaman religius. Keempat gugus nilai ini
membantuk suatu tatanan atau hierarki; ada yang lebih rendah dan
ada yang lebih tinggi.
f. Pada gugus ketiga (nilai-nilai rohani) dan gugus keempat (sekitar
nilai-nilai yang kudus), keduanya mempunyai cirri khas yang tidak
mempunyai acuan apa pun pada perasaan fisik di sekitar tubuh
kita. Ada tiga macam nilai rohani, yaitu 1. nilai estetik, 2. nilai-
nilai yang benar dan yang tidak benar, dan 3. nilai-nilai pengertian
kebenaran murni, yaitu bernilainya pengetahuan karena
pengetahuan itu sendiri dan bukan karena ada manfaatnya.

Tugas
Pilihan ganda
1. Dibawah ini adalah bukan merupakan prinsip dasar etika islam kecuali ...
a. Kesatuan c. keamanan
b. Persatuan d. Kesejahteraan
Jwb : b. persatuan
2. Etika dalam bahasa Yunani berarti ...
a. Tempat tinggal c. Cara hidup
b. Akhlak d. Sikap

28
Jwb : a. Tempat tinggal
3. Ada 3 macam nilai rohani , yaitu...
a. nilai estetik, nilai-nilai yang benar dan yang tidak benar, dan nilai-
nilai pengertian kebenaran murni
b. nilai yang tidak benar, nilai estetik, nilai etika
c. nilai moral, nilai yang baik, dan nilai estetik
d. nilai kebenaran murni, nilai moral, dan nilai etika.
Jwb : a. nilai estetik, nilai-nilai yang benar dan yang tidak benar, dan
nilai-nilai pengertian kebenaran murni

Latihan
1. Tulis dan jelaskan konsep-konsep filsafat bisnis dalam islam .
2. Tuliskan definisi nilai menurut para ahli.
3. Tuliskan surat apa, ayat berapa beserta arti dari ayat tersebut yang
mengatakan bahwa dalam beraktifitas di dunia kerja kita harus bersikap
adil !
4. Tulis dan jelaskan 3 system nilai dasar yang dikemukakan oleh Sorokin
dan Capra.
5. Tulis penangertian etika secara etimologis.
Jawaban

1. Konsep filsafat etika bisnis islam adalah


a) Keesaan
Konsep keesan menggabungkan ke dalam sifat homogen semua aspek
yang berbeda – beda dalam kehidupan seorang muslim. Konsep keesaan
memiliki pengaruh yang paling mendalam terhadap diri seorang muslim.
b) Keseimbangan
Keseimbangan atau adil menggambarkan dimensi horizontal ajaran islam,
dan berhubungan dengan harmoni segala sesuatu di alam semesta dan
keseimbangan untuk menjaga yang berpunya dengan yang tidak berpunya

29
c) Kehendak Bebas
Manusia diberikan kehendak bebas untuk mengendalikan kehidupan
sendiri manakala Allah menurunkannya kebumi, dituntun dengan hukum
yang diciptakan Allah, ia diberi kemampuan untuk berfikir dan membuat
keputusan, untuk memilih apapun jalan hidup yang ia inginkan , dan yang
paling penting , untuk bertindak berdasarkan yang ia pilih.
d) Tanggungjawab
Manusia harus bertanggung jawab atas segala tindakannya. Seseorang
tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya jika :

1. Belum mencapai usia dewasa.


2. Ia sakit jiwa.
3. Berbuat sesuatu ketika sedang tidur.
e) Kebajikan
Kebajika ( ihsan ) atau kebaikan terhadap orang lain didefinisikan
sebagai “ tindakan yang menguntungkan orang lain lebih dibandingkan
orang yang melakukan tindakan tersebut dan dilakukan tanpa kewajiban
apa pun “

2. Pengertian nilai menurut para ahlli adalah ,


 Doni Koesoema A. (2007) mendefinisikan nilai sebagai kualitas suatu hal
yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna dan dihargai
sehingga dapat menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu.
 Sorokin dan Capra (2002) mengungkapkan tiga system nilai dasar yang
melandasi semua manifestasi suatu kebudayaan, yaitu: nilai indriawi,
ideasional, dan idealistis. System nilai indriawi menekankan bahwa nilai-
nilai indriawi (materi) merupakan realities akhir dan bahwa fenomena
spiritual hanya suatu manifestasi dari materi. System ini berpandangan
bahwa semua nilai etika bersifat semua nilai etika bersifat relative dan
bahwa persepsi indreawi merupakan satu-satunya sumber pengetahuan dan
kebenaran. Sistem nilai ideasional berada pada ekstrem lain dimana
realitas sejati berada diluar materi dan bahwa pengetahuan sejati dapat
diperoleh melalui pengalaman batin. System ideasional percaya pada nilai-

30
nilai etika absolute dan standar keadilan, kebenaran serta keindahan yang
supramanusiawi. Gambaran tentang dunia ideasional yang meyakini
realitas sejati adalah alam spiritual, yang dibarat meliputi pemikiran Plato,
dan Yahudi-Kristen (roh dan citar Tuhan). Di timut misalnya kisah
Mahabrata (Hindu) dan Buddha ( di India), Tao di Cina dan Islam di
Negara-nega Arab.

3. Surat Al-Maidah : 8 yang artinya : “Hai orang-orang beriman,hendaklah


kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah
SWT,menjadi saksi dengan adil.Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu
terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku
adillah karena adil lebih dekat dengan takwa”.
4. tiga system nilai dasar yang melandasi semua manifestasi suatu
kebudayaan, yaitu: nilai indriawi, ideasional, dan idealistis.
 Nilai indriawi menekankan bahwa nilai-nilai indriawi (materi) merupakan
realities akhir dan bahwa fenomena spiritual hanya suatu manifestasi dari
materi. System ini berpandangan bahwa semua nilai etika bersifat semua
nilai etika bersifat relative dan bahwa persepsi indreawi merupakan satu-
satunya sumber pengetahuan dan kebenaran.
 Sistem nilai ideasional berada pada ekstrem lain dimana realitas sejati
berada diluar materi dan bahwa pengetahuan sejati dapat diperoleh melalui
pengalaman batin. System ideasional percaya pada nilai-nilai etika
absolute dan standar keadilan, kebenaran serta keindahan yang
supramanusiawi.
 system idealities yang merupakan perpaduan harmonis dan seimbang
antara kedua nilai ekstrem indriawi dan ideasional tersebut.
5. Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang
biasa dilakukan, atau ilmu tentang adapt kebiasaan yang berkenaan dengan
hidup yang baik dan yang buruk

31
BAB 4

BERBISNIS DENGAN ETIKA

PENDAHULUAN

Menurut Kamus Inggris Indonesia Oleh Echols and Shadily (1992: 219),
Moral = moral, akhlak, susila (su=baik, sila=dasar, susila=dasar-dasar kebaikan);
Moralitas = kesusilaan; Sedangkan Etik (Ethics) = etika, tata susila. Sedangkan
secara etika (ethical) diartikan pantas, layak, beradab, susila. Jadi kata moral dan
etika penggunaannya sering dipertukarkan dan disinonimkan, yang sebenarnya
memiliki makna dan arti berbeda. Moral dilandasi oleh etika, sehingga orang yang
memiliki moral pasti dilandasi oleh etika. Demikian pula perusahaan yang
memiliki etika bisnis pasti manajernya dan segenap karyawan memiliki moral
yang baik.
Uno (2004) membedakan pengertian etika dengan etiket. Etiket (sopan
santun) berasal dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang
baik antara sesama menusia. Sementara itu etika, berasal dari bahasa Latin, berarti
falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya,
susila, dan agama.
Jika kata etika dikaitkan dengan kata bisnis akan menjadi Etika Bisnis
(business ethics). Steade et al (1984: 701) dalam bukunya ”Business, Its Natura
and Environment An Introduction” memberi batasan yakni, ”business ethics is
ethical standards that concern both the ends and means of business decision
making”.

Etika Bisnis: Suatu Kerangka Global

Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori


yaitu: Suap (Bribery), Paksaan (Coercion), Penipuan (Deception), Pencurian
(Theft), Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), yang masing-masing
dapat dijelaskan sebagai berikut:

32
1. Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi,
menerima, atau meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan
mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban
publik. Suap dimaksudkan untu memanipulasi seseorang dengan membeli
pengaruh. 'Pembelian' itu dapat dilakukan baik dengan membayarkan
sejumlah uang atau barang, maupun 'pembayaran kembali' setelah
transaksi terlaksana.
2. Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa
atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa
ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan
industri terhadap seorang individu.
3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang
disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.
4. Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang
bukan hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa
persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa property fisik atau
konseptual.
5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak
adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh
ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk
memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang
beralasan antara mereka yang 'disukai' dan tidak.

Perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang


dalam sebuah bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua
perspektif, baik lingkup makro maupun mikro, yang akan dijelaskan sebagai
berikut:

1. Perspektif Makro.
Pertumbuhan suatu negara tergantung pada market system yang berperan
lebih efektif dan efisien daripada command system dalam mengalokasikan barang
dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan market system untuk dapat efektif,

33
yaitu: (a) Hak memiliki dan mengelola properti swasta; (b) Kebebasan memilih
dalam perdagangan barang dan jasa; dan (c) Ketersediaan informasi yang akurat
berkaitan dengan barang dan jasa. Jika salah satu subsistem dalam market system
melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal ini akan mempengaruhi
keseimbangan sistem dan menghambat pertumbuhan sistem secara makro.
Pengaruh dari perilaku tidak etik pada perspektif bisnis makro :
a. Penyogokan atau suap. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kebebasan
memilih dengan cara mempengaruhi pengambil keputusan.
b. Coercive act. Mengurangi kompetisi yang efektif antara pelaku bisnis dengan
ancaman atau memaksa untuk tidak berhubungan dengan pihak lain dalam bisnis.
c. Deceptive information
d. Pecurian dan penggelapan
e. Unfair discrimination.

2. Perspektif Bisnis Mikro


Dalam Iingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan atau trust.
Dalam Iingkup mikro terdapat rantai relasi di mana supplier, perusahaan,
konsumen, karyawan saling berhubungan kegiatan bisnis yang akan berpengaruh
pada Iingkup makro. Tiap mata rantai penting dampaknya untuk selalu menjaga
etika, sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis dapat terjaga
dengan baik. Standar moral merupakan tolok ukur etika bisnis. Dimensi etik
merupakandasar kajian dalam pengambilan keputusan. Etika bisnis cenderung
berfokus pada etika terapan daripada etika normatif. Dua prinsip yang dapat
digunakan sebagai acuan dimensi etik dalam pengambilan keputusan, yaitu: (1)
Prinsip konsekuensi (Principle of Consequentialist) adalah konsep etika yang
berfokus pada konsekuensi pengambilan keputusan. Artinya keputusan dinilai etik
atau tidak berdasarkan konsekuensi (dampak) keputusan tersebut; (2) Prinsip tidak
konsekuensi (Principle of Nonconsequentialist) adalah terdiri dari rangkaian
peraturan yang digunakan sebagai petunjuk/panduan pengambilan keputusan etik
dan berdasarkan alasan bukan akibat, antara lain: (a) Prinsip Hak, yaitu
menjamin hak asasi manusia yang berhubungan dengan kewajiban untuk tidak

34
saling melanggar hak orang lain; (b) Prinsip Keadilan, yaitu keadilan yang
biasanya terkait dengan isu hak, kejujuran, dan kesamaan.
Prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: (1) Keadilan
distributive, yaitu keadilan yang sifatnya menyeimbangkan alokasi benefit dan
beban antar anggota kelompok sesuai dengan kontribusi tenaga dan pikirannya
terhadap benefit. Benefit terdiri dari pendapatan, pekerjaan, kesejahteraan,
pendidikan dan waktu luang. Beban terdiri dari tugas kerja, pajak dan kewajiban
social; (2) Keadilan retributive, yaitu keadilan yang terkait dengan retribution
(ganti rugi) dan hukuman atas kesalahan tindakan. Seseorang bertanggungjawab
atas konsekuensi negatif atas tindakan yang dilakukan kecuali tindakan tersebut
dilakukan atas paksaan pihak lain; dan (3) Keadilan kompensatoris, yaitu
keadilan
yang terkait dengan kompensasi bagi pihak yang dirugikan. Kompensasi yang
diterima dapat berupa perlakuan medis, pelayanan dan barang penebus kerugian.
Masalah terjadi apabila kompensasi tidak dapat menebus kerugian, misalnya
kehilangan nyawa manusia

Tugas
Pilihan ganda
1. Masalah etika dalam bisnis diklasifikasikan ke daalm 5 katagori yaitu...
a. Suap, paksaan, pencurian, penipuan dan diskriminasi tidak jelas
b. Suap, kriminal, pencurian, pemaksaan, dan diskriminasi
c. Penipuan, pemaksaan, pencurian, dan kriminalitas
d. Penipuan, paksaan,pencurian, suap dan pemaksaan
Jwb : a. Suap, paksaan, pencurian, penipuan dan diskriminasi tidak jelas

2. Dibawah ini adalah prinsip keadilan kecuali...


a. Keadilan retributive
b. Keadilan moral
c. Keadilan distributive

35
d. Keadilan konpensatoris
Jwb : b. Keadilan moral

3. Dimensi etik merupakan dasar kajian dalam pengambilan...


a. Keputusan c. Kemakmuran
b. Keadilan d. Semua salah
Jwb : a. keputusan

Latihan
1. Ceritakan secara singkat apa itu perspektif makro !
2. Tulis dan jelaskan prinsip-prinsip keadilan !
3. Apa yang dimaksud dengan diskriminasi tidak jelas !
4. Apa itu prinsip Hak ?
5. Tuliskan kondisi apa yang harus dimiliki market system supaya lebih
efektif.
Jawaban
1. Pertumbuhan suatu negara tergantung pada market system yang berperan
lebih efektif dan efisien daripada command system dalam mengalokasikan
barang dan jasa. ada beberapa kondisi yang harus dimiliki market system
agar efektif, jika salah satu subsistem dalam market system melakukan
perilaku yang tidak etis, maka hal ini akan mempengaruhi keseimbangan
sistem dan menghambat pertumbuhan sistem secara makro.

2. Prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:


(1) Keadilan distributive,
yaitu keadilan yang sifatnya menyeimbangkan alokasi benefit dan beban antar
anggota kelompok sesuai dengan kontribusi tenaga dan pikirannya terhadap
benefit. Benefit terdiri dari pendapatan, pekerjaan, kesejahteraan, pendidikan
dan waktu luang. Beban terdiri dari tugas kerja, pajak dan kewajiban social;
(2) Keadilan retributive,
yaitu keadilan yang terkait dengan retribution (ganti rugi) dan hukuman atas
kesalahan tindakan. Seseorang bertanggungjawab atas konsekuensi negatif

36
atas tindakan yang dilakukan kecuali tindakan tersebut dilakukan atas paksaan
pihak lain; dan
(3) Keadilan kompensatoris,
yaitu keadilan yang terkait dengan kompensasi bagi pihak yang dirugikan.
Kompensasi yang diterima dapat berupa perlakuan medis, pelayanan dan
barang penebus kerugian. Masalah terjadi apabila kompensasi tidak dapat
menebus kerugian, misalnya kehilangan nyawa manusia.

3. Diskriminasi tidak jelas adalah perlakuan tidak adil atau penolakan


terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin,
kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk memperlakukan
semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara
mereka yang 'disukai' dan tidak.
4. Prinsip Hak, yaitu menjamin hak asasi manusia yang berhubungan dengan
kewajiban untuk tidak saling melanggar hak orang lain.

5. Kondisi yang harus dimiliki market sistem adalah


(a) Hak memiliki dan mengelola properti swasta; (b) Kebebasan memilih
dalam perdagangan barang dan jasa; dan (c) Ketersediaan informasi yang
akurat berkaitan dengan barang dan jasa.

37
RANGKUMAN
o Teori Etika
Ada dua konsep yanng berhubungan dengan egoisme yaitu ; egoisme
psikologis, dan egoisme etis. Kedua konsep ini tampak mirip karena kedua
konsep ini menggunakan istilah egoisme, namun keduanya mempunyai pengertian
yang berbeda.
Terdapat empat teori etika yaitu :
1. Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utillis, kemudian menjadi kata
Inggris utility yang berarti bermamfaat (Bertens 2000). Menurut teori ini, suatu
tindakan dapat dikatakan baik jika membawa mamfaat bagi sebanyak mungkin
anggota masyarakat.
2. Deontologi
Paham deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak
ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan
tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan untuk
menilai etis atau tidaknya suatu tindakan.
3. Teori Hak
Menurut teori hak suatu tiondakan atau perbuatan dianggap baik bila
perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM).
4. Teori Keutamaan
Teori keutamaan tidak mengatakan yang mana yanng etis dan yang mana
yang tidak etis. Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi
berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki
oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat-sifat yanng
yang mencerminkan manusia hina.

o Etika Dunia Bisnis


Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama
dan budaya, artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi
oleh ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap
agama mengajarkan pada umatnya untuk memiliki moral yang terpuji, apakah itu

38
dalam kegiatan mendapatkan keuntungan dalam ber-"bisnis". Jadi, moral sudah
jelas merupakan suatu yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi
kedua belah pihak. Umpamanya, dalam melakukan transaksi, jika dilakukan
dengan jujur dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa puas dan
memperoleh kepercayaan satu sama lain, yang pada akhirnya akan terjalin kerja
sama yang erat saling menguntungkan.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yaitu :
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing
oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan
Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat
dan golongan pengusaha kebawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati
bersama
10. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat
dan golongan pengusaha kebawah

o Etika Bisnis Islam


prinsip etika bisnis islam adalah :
1. Kesatuan
2. Keseimbangan
3. Kehendak bebas
4. Tanggung jawab
5. Kebenaran

39
o Berbisnis dengan Etika
1. Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan
(rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam
pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat
dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat sebagai ”baik (good”
atau buruk (bad)”. Sedangkan Penentuan baik dan buruk adalah suatu
masalah selalu berubah.
2. Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau
acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan
mengoperasikan bisnis yang etik.
3. Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang berbeda sudah saatnya
dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis atau mensinergikan
antara etika
dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan
yang
baik yang dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah competitive
advantage
yang sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik penting diperlukan untuk
mencapai
sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.

40
DAFTAR PUSTAKA
Baswir, Revrisond. 2004. Etika Bisnis. Dalam Kompas Senin, 08 Maret 2004.
Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Buchholtz, R.A and S. B. Rosenthal. 1998. Business Ethics. Upper Saddle River,
N.J.: Prentice Hall.
Dalimunthe, Rita F. 2004. Etika Bisnis. Dalam Website Google: Etika Bisnis dan
Pengembangan Iptek.
DeGeorge, R. 2002. Business Ethics. Upper Saddle River, N.J.: Prentice-Hall, 5 th
Ed.
Dunia Bisnis, Warta Ekonomi, No. 29, Desember 1994
Echols, John M and Shadily, Hasan. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Penerbit PT
Gramedia, Jakarta.
Hatta, Mohammad. 1960. Pengantar ke Djalan Ilmu dan Pengetahuan. PT.
Pembangunan Djakarta. 31 Hal.
It Pin. 2006. Etika dan Bisnis. Dalam Kompas, Jumat 30 Juni 2006.
Mulkhan, Abdul Munir. 2005. Etika Welas Asih dan Reformasi Sosial
Budaya Kiai Ahmad Dahlan. Dalam Kompas 1 Oktober 2005. Penerbit PT
Gramedia, Jakarta.
N.Nuryesrnan M, Moral dan Etika Dalam Dunia Bisnis, Bank dan Manajemen,
Mei/Juni 1996.
Nofie, lman, Nofie ?, Pengantar Etika Bisnis. Dalam Website Google: EtikA
Bisnis dan Pengembangan Iptek.
Nofie, Iman. 2006. Etika Bisnis dan Bisnis Beretika. Dalam Website Google:
Etika Bisnis dan Pengembangan Iptek.
Purba Victor, Hukum Bisnis Dalam Kegiatan Bisnis Para Manajer, Manajemen,
1993.
Rukmana. 2004. Etika Bisnis dalam Prinsip Ekonomi Syariah. Makalah Disajikan
pada Seminar “Etika Bisnis Dalam Pandangan Islam” yang
Diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang
Bandung, sabtu 6 Maret 2004.

41
SOAL PILIHAN GANDA

1. Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yanng berhubungan dengan


egoisme yaitu..
a. egoisme psikologis, dan egoisme sikap
b. egoisme pikiran, dan egoisme etis
c. egoisme psikologis, dan egoisme etis
d. egoisme perilaku, dan egoisme sikap
jawaban : c. egoisme psikologis, dan egoisme etis

2. Utilitarianisme sebagai teori etika dipelopori oleh…


a. David Hume
b. Rachels
c. Bertens
d. Peschke S. V. D
Jawaban : a. David Hume

3. 2 konsep yang dikemukakan oleh Kant pada deontologi, yaitu konsep…


a. imperative hak dan inperative catagories
b. imperative hypothesis dan inperative hukum
c. imperative perilaku dan inperative catagories
d. imperative hypothesis dan inperative catagories
jawaban : d. imperative hypothesis dan inperative catagories

4. dibawah ini yang termasuk teori etika adalah…


a. Utilitarianisme
b. Deontologi
c. Teori Hak
d. Semua benar
Jawaban : d. semua benar
5. Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas, yaitu
a. Hak pribadi, Hak perilaku dan Hak kontraktual
b. Hak perilaku, Hak moral dan Hak asasi
c. Hak hukum, Hak moral dan Hak kontraktual
d. Hak hidup, Hak pekerjaan dan Hak berbicara
Jawaban : c. Hak hukum, Hak moral dan Hak kontraktual

42
6. Dalam Piagam PBB disebutkan ketentuan umum tentang hak dan
kemerdekaan setiap orang. PBB telah mendeklarasikan prinsip-prinsip
HAM universal pada tahun..
a. 1955
b. 1948
c. 1942
d. 1950
Jawaban : b. 1948
7. Sebagaimana teori etika yang memperkenalkan konsep kewajiban tak
bersyarat diperlukan untuk mencapai tujuan tertinggi yang bersifat..
a. Mutlak
b. Permanen
c. Sementara
d. Absolut
Jawaban : a. mutlak
8. Dibawah ini teori etika manakah yang didasarkan atas pemikiran
Aristoteles…
a. Deontologi
b. Teori hak
c. Teori keutamaan
d. Teori moralitas
Jawaban : c. teori keutamaan
9. Melalui pemahaman tentang teori harga dan sistem ekonomi pasar,
pemerintah dapat memamfaatkan pengetahuan ini untuk menjelaskan
mengapa terjadi…
a. Penurunan harga barang
b. Kenaikan harga barang
c. Penawaran harga barang
d. Kestabilan harga barang
Jawaban : b. kenaikan harga barang

43
10. Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas,kecuali
yaitu….
a. hak hukum
b. hak moral
c. hak kontraktual
d. hak hidup
jawaban : a. hak hidup

SOAL ESSAY

1. apakah yang dimaksud dengan Altruisme ?


jawabanan :
Altruisme adalah suatu tindakan yang pedulli pada orang lain atau
mengutamakan kepentingan orang laindengan mengorbankan ke[entingan
dirinya.
2. Jelaskan Pokok-pokok pandangan egoisme etis ?
Jawaban :
Pokok-pokok pandangan egoisme etis :
f. Egoisme etis tidak mengatakn bahwa orang harus membela
kepentingannya sendiri maupun kepentingan orang lain.
g. Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah
membela kepentingan diri.
h. Meski egoiosme etis hanya berkeyakinan bahwa hanya satu-
satunya tugas adalah membela kepentingan dir, tetapai egoisme
etis juga tidak mengatakan bahwa anda harus menghindari
tindakanmenolong orang lain.
i. Tindakan menolong orang lain dianggap tindakan untuk menolong
diri sendiri karena mungkin saja kepentingan oranng lain tersebut
bertautan dengan kepentingan diri sehingga dalam menolong orang
lain sebenarnya juga dalam rangka memenuhi kepentingan diri.
j. Inti dari paham egoisme etis adalah bahwa kalau ada tindakan yang
menguntungkan orang lain, maka keuntungan bagi orang lain ini
bukanlah alasan yang membuat tindakan itu benar. Yang

44
membuat tindakan itu benar adalah kenyataan bahwa tindakan itu
menguntungkan diri sendiri.
3. Jelaskan Alasan yang mendukung dan menentang teori egoisme etis ?
Jawaban :
Alasan yang mendukung teori egoisme etis, antara lain :
c. Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri
sendiri.
d. Pandangan tentang kepentingan diri adalah pandangan yanng
paling sesuai dengan moralitas akal sehat.
Alasan yang menentang teori egoisme etis antara lain :
c. Egoisme etis tidak mampu memecahkan konflik-konflik
kepentingan.
d. Egoisme etis bersifat sewenwng-wenang.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan imperative hypothesis dan inperative
catagories ?
Jawaban :
Imperative hypothesis adalah perintah-perintah khusus (ought) yang harus
diikuti jika seseorang mempunyai keinginan yang relevan.dan Imperative
catagories adalah kewajiban moral yang mewajibkan kita begitu saja tanpa
syarat apapun.
5. Sebutkan Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas ?
Jawaban :
Hak hukum, hak moral dan hak kontraktual
6. Mengapa dalam teori keutamaan tidak mengatakan yang mana yanng etis
dan yang mana yang tidak etis ?
Jawaban :
Karena pada teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi
berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus
dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan
sifat-sifat yanng yang mencerminkan manusia hina

45
46

Anda mungkin juga menyukai