Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PROBLEM SOLVING for BETTER HEALTH

PADA Ny. A DENGAN HIPERTENSI GESTASIONAL

Disusun Oleh :
Nama Mahasiswa
NPM: ……….….

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MITRA HUSADA MEDAN
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. SKENARIO DAN IDENTIFIKASI MASALAH
1. Kasus
Ny. X umur 25 tahun hamil pertama datang ke bidan pada tanggal 6 Maret 2015 pukul
10.00 WIB untuk memeriksakan kehamilannya. Ibu mengatakan HPMT pada tanggal
12 Desember 2014. Umur kehamihan Ny. X 12 minggu. Ibu mengeluh sering pusing,
pandangan kabur dan bisa hilang dengan istirahat. Setelah dilakukan pemeriksaan.
Hasil pemeriksaaan Ny. X : TD 140/90 mmHg, pernapasan 24x/menit, nadi 94x/menit,
suhu 37,5oC, BB 55 Kg, tinggi 158 cm, kesadaran composmentis , emosional stabil.

2. Identifikasi Masalah
a. Istilah Asing
Composmentis : kesadaran normal, sadar sepenuhnya
b. Data Dasar
Nama : Ny. X
Umur : 25 Th
Alamat : Tegalrejo, Bayat, Klaten
HPMT : 12 Desember 2014
Umur kehamilan sekarang : 12 minggu
G1 P0 A0 AH0
Data Subyektif
1) Ibu mengatakan pusing, pandangan kabur dan bisa hilang dengan
istirahat.
2) Ibu mengatakan tidak alergi obat.
3) Ibu mengatakaan belum ada gerakan janin.
4) Ibu mengatakann jarang melakukan olahraga.

Data Objektif

1) TD 140/90 mmHg
2) Pernapasan 24x/ menit
3) Nadi 94x/ menit
4) Suhu 37,5oC
5) BB 55 Kg
6) Tinggi badan 158 cm
7) Kesadaran normal
8) Emosional stabil
c. Tanda dan Gejala
1) Pandangan kabur
2) Pusing kepala
3) Nyeri di daerah lambung
4) Mual dan muntah
d. Diagnosa
Seorang Ibu Ny.A umur 25 tahun G1P0A0AH0 umur kehamilan 12 minggu,
dengan hipertensi gestasional.
e. Penatalaksanaan
1) Melakuka pemeriksaan
2) Memberitahukan ketidaknyamanan TM I
3) Memberitahukan cara mengatasi pusing yang dialami ibu
4) Memberitahukan gizi ibu hamil
5) Ibu dianjurkan olahraga
6) Diet
7) Relaksasi
8) Memberikan terapi medikamentosa
9) Memberikan obat antihipertensi
10) Melakukan rujukan
f. Penyebab
1) Iskemia pada plasenta
2) Maladaptasi imunologi
3) Gangguan genetik
4) Manifestasi reaksi keracunan
5) Stres
6) Defisiensi gizi
7) Inflamasi

g. Komplikasi
a) Komplikasi Maternal
1) Gagal Ginjal akibat akut tubuler nekrosis
2) Akute kortikal nekrosis
3) Gagal Jantung
4) Edema Paru
5) Trombositopenia, DIC
6) Cerebrovaskuler accident
b) Komplikasi janin
1) Persalinan prematur
2) Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), terjadi sekitar 30 – 40%
pada preeklamsia superimposed
3) Solusio plasenta, terjadi 4 – 8 kali lebih sering pada kehamilan
dengan hipertensi kronis.
4) perinatal asfiksia
5) Kematian perinatal mendekati 25% pada hipertensi kronis
yang berat.

B. PEMECAHAN MASALAH
1. Identifikasi Masalah
Hipertensi gestasional atau hipertensi transien. Wanita dengan peningkatan
tekanan darah yang dideteksi pertama kali setelah pertengahan kehamilan, tanpa
proteinuria, diklasifikasikan menjadi hipertensi gestasional.Jika preeklampsia tidak
terjadi selama kehamilan dan tekanan darah kembali normal setelah 12 minggu
postpartum, diagnosis transient hypertension dalam kehamilan dapat
ditegakkan.Namun, jika tekanan darah menetap setelah postpartum, wanita tersebut
didiagnosis menjadi hipertensi kronik (NHBPEP, 2000). Hipertensi gestasional dan
preeklampsia meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan seperti berat lahir bayi
yang rendah dan kelahiran prematur.
Hipertensi gestasional merupakan jenis hipertensi yang paling beresiko pada
kehamilan. Angka kejadian hipertensi gestasional pada wanita primigravida adalah 6-
17% sedangkan pada wanita multigravida angka kejadian hipertensi gestasional adalah
2- 4%. Hipertensi gestasional apabila tidak ditangani dengan baik dapat berkembang
menjadi preeklamsia yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan
janin (Sibai, 2010).
2. Mencari informasi / ide baru
Hipertensi gestasional adalah penyebab utama hipertensi dalam kehamilan
yang menyerang 6-7% ibu primigravida dan 2-4% ibu multigravida. Insiden ini
meningkat pada kehamilan ganda dan riwayat preeklampsia.
Diagnosa HG ditegakkan apabila tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau
tekanan darah diastolic ≥90 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu, dimana sebelum
kehamilan tekanan darah subyek tersebut normal dan tekanan darah kembali normal
pada 12 minggu setelah melahirkan.
Alogaritma dalam membedakan penyakit hipertensi dalam kehamilan
(Wagner, 2004).
Diagnosis Hipertensi Gestasiona l:
1) Didapatkan tekanan darah sistolik 140 atau diastolik 90 mm Hg untuk
pertama kalinya pada kehamilan di atas 20 minggu.
2) Tidak ada proteinuria
3) Tekanan darah kembali normal sebelum 12 minggu postpartum.
4) Diagnosis hanya dibuat pada postpartum
5) Mungkin memiliki tanda-tanda atau gejala preeklampsia, misalnya, tidak
nyaman atau trombositopenia epigastrika.
Pada waktu pertama kali diagnosis :
1) Pemeriksaan perkiraan pertumbuhan janin dan volume air ketubannya. Bila
hasil normal dilakukan pemeriksaan ulang, bila terjadi perubahan pada ibu.
2) NST harus dilakukan pada waktu diagnosis awal. Bila NST non reaktif dan
desakan darah tidak meningkat, maka NST ulang hanya dilakukan bila ada
perubahan pada ibu.
Klasifikasi Hipertensi Gestasional :
1) Hipertensi Gestasional Ringan: jika usia kehamilan setelah 37 minggu, hasil
kehamilan sama atau lebih baik dari pasien normotensif, namun peningkatan
kejadian induksi persalinan dan operasi caesar terjadi.
2) Hipertensi Gestasional Berat: pasien ini memiliki tingkat yang lebih tinggi
morbiditas ibu atau janin, lebih tinggi bahkan dibandingkan pasien
preeklampsia ringan, kasus ini termasuk plasenta dan kelahiran prematur
dengan kecil untuk usia gestasional normal.
Patogenesa hipertensi dalam kehamilan
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jeals.
Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan,
diantaranya yang banyak dianut adalah :
Teori kelainan vaskularisasi plasenta
1) Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
2) Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
3) Teori adaptasi kardiovaskularori genetic
4) Teori defisiensi gizi
5) Inflamasi

1) Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel


a. Iskemia plasenta, dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Plasenta yang mengalami iskemia akan menghasilkan radikal bebas/oksidan,
salah satu yang dihasilkan adalah radikal hidroksil, yang bersifat toksis terhadap
membran sel endotel dan dapat merubah lemak tak jenuh menjadi lemak peroksida
yang akan merusak membran sel, nukleus, dan protein sel endotel.
b. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Peroksida lemak sebagai bahan oksidan akan beredar dalam darah sebagai
bahan toksin, yang paling mudah terpengaruh oleh bahan ini adalah sel endotel,
karena sel endotel adalah yang paling dekat dengan aliran darah, dan mengandung
banyak asam lemak yang dengan mudah dapat diubah menjadi lemak peroksida
oleh oksidan hidroksil yang dihasilkan plasenta iskemik.
c. Disfungsi sel endotel
Endotel yang terpapar peroksida lemak akan mengalami kerusakan dan
gangguan fungsi endotel, yang mengakibatkan :
d. Gangguan metabolisme prostaglandin yang normalnya adalah vasodilator kuat.
e. Agregasi trombosit ke daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan, yang merupakan vasokonstriktor kuat.
f. Peningkatan permeabilitas kapiler
g. Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, misalnya endotelin.
h. Peningkatan faktor-faktor koagulasi

2) Intoleransi Imunologis Ibu-Janin


a. Pada kehamilan normal, tubuh ibu menerima hasil konsepsi, yang adalah benda
asing, dengan baik. Disebabkan oleh adanya HLA-G, yang memodulasi sistem
imun, sehingga tidak bereaksi terhadap hasil konsepsi.
b. Pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G.
Berkurangnya HLA-G di sel desidua di daerah plasenta, menghambat invasi
tropoblas dalam desidua, yang penting dalam memudahkan vasodilatasi
pembuluh darah dan matriks di sekitarnya.

3) Teori Genetik
Terdapat penelitian bahwa resiko hipertensi dalam kehamilan diturunkan dalam
gen tunggal pada ibu.

4) Adaptasi Kardiovaskuler
a. Pada kehamilan normal, pembuluh darah tidak peka terhadap bahan-bahan
vasopressor, akibat adanya perlindungan dari sintesis prostaglandin oleh sel
endotel.
b. Pada hipertensi dalam kehamilan, endotel kehilangan daya refrakternya terhadap
bahan vasopressor, sehingga terjadi peningkatan kepekaan terhadap rangsangan
dari bahan-bahan tersebut, hingga dalam tahap pembuluh darah menjadi sangat
peka terhadap rangsangan bahan vasopressor.

5) Defisiensi Gizi
a. Penelitian lama menyebutkan bahwa terdapat hubungan adanya defisiensi gizi
terhadap terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
b. Penelitian terbaru menyebutkan konsumsi minyak ikan dapat menurunkan
resiko. Penelitian lainnya juga menyebutkan, wanita yang mengkonsumsi
kalsium selama kehamilan, memiliki resiko lebih rendah mengalami HDK, dan
angka kejadian preeklamsia lebih rendah pada wanita hamil yang diberi
suplemen kalsium daripada hanya glukosa

6) Inflamasi
a. Teori ini didasarkan pada fakta bahwa lepasnya debris fibroblas akan
merangsang terjadinya inflamasi.
b. Pada kehamilan normal, hal ini juga terjadi, namun dalam batas wajar, sehingga
proses inflamasi yang terjadi tidak menimbulkan masalah.
c. Disfungsi endotel mengakibatkan aktivasi leukosit yang sangat tinggi pada
aliran darah ibu sehingga inflamasi yang terjadi bersifat sistemik.

3. Memilih Tindakan
1) Melakukan rujukan
2) Melakukan terapi medikamentosa
3) Melakukan terapi dengan obat antihipertensi

4. Implementasi pada kasus


Ibu memilih melakukan terapi dengan obat antihipertensi karena dengan
melakukan terapi obat antihipertensi pada kasus hipertensi gestasional bertujuan untuk
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu, menurunkan angka prematuritas,
serta menjaga tekanan darah sistolik kurang dari 150 mmHg dan tekanan darah
diastolik 80-100 mmHg (Barry et al., 2010). Berdasarkan tatalaksana terapinya
hipertensi gestasional dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu hipertensi ringan,
hipertensi sedang, dan hipertensi berat. Hipertensi ringan dalam tatalaksana terapinya
tidak memerlukan terapi antihipertensi sedangkan untuk hipertensi sedang dan berat
dalam tatalaksana terapinya memerlukan terapi antihipertensi lini pertama yaitu
labetalol. Alternatif pengobatan yang dapat diberikan adalah metildopa atau nifedipin
(Barry et al., 2010).

5. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi pada kasus kehamilan dengan hipertensi
gestasional, hasil dari pelaksaan tindakan ibu dapat ditangani dengan baik seingga
hipertensi gestasional tidak berkembang menjadi pre-eklamsi yang dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin. Sehingga dapat
menggurangi angka kematian ibu dan janin.

C. IDENTIFIKASI JURNAL

Telah dilakukan penelitian kajian penggunaan obat antihipertensi pada pasien


hipertensi gestasional di RSUP Sanglah Denpasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui jenis obat, profil terapi, dan luaran terapi antihipertensi pada pasien hipertensi
gestasional rawat inap di RSUP Sanglah Denpasar.
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif retrospektif. Data
diperoleh dari rekam medik pasien hipertensi gestasional yang menjalani rawat inap selama
periode Januari 2009 sampai Desember 2011. Subjek penelitian adalah 75 pasien hipertensi
gestasional yang memenuhi kriteria inklusi. Data rekam medik yang diperoleh, dianalisis untuk
mengetahui profil dan luaran terapi antihipertensi. Luaran terapi pasien meliputi, rata-rata
tekanan darah sistolik, rata-rata tekanan darah diastolik, dan rata-rata tekanan darah keluar
rumah sakit.
Hasil penelitian menunjukkan terapi obat pada pasien hipertensi gestasional sebelum
melahirkan selain metildopa atau nifedipin adalah oksitosisn, sintosinon, atau misoprostol, dan
MgSO4. Sedangkan, terapi obat pada pasien hipertensi gestasional setelah melahirkan selain
metildopa atau nifedipin adalah antibiotika, metilergometrin, asam mefenamat, dan sulfas
ferosus. Sebanyak 6 orang pasien dengan kategori hipertensi sedang, diberikan terapi
antihipertensi yaitu metildopa (16,67%) dan nifedipin (83,33%) dengan dosis masing-masing
yaitu 3 x 250 mg per hari dan 3 x 10 mg per hari. Lama terapi pasien hipertensi gestasional
selama perawatan berkisar antara 1 sampai dengan 2 hari. Terapi antihipertensi pada pasien
hipertensi gestasional berhasil mencapai target terapi yaitu <150/80-100 mmHg. Rata-rata
tekanan darah postpartum pasien dengan terapi antihipertensi adalah 125/85 mmHg, sedangkan
tanpa terapi antihipertensi adalah 129,09/81,81 mmHg. Pasien dengan terapi antihipertensi
mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik dari 150/100 mmHg menjadi
118,33/75,00 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah pasien tanpa terapi antihipertensi
adalah 118,33/74,54 mmHg.
D. KESIMPULAN AKHIR

Ny. X umur 25 tahun hamil pertama. Umur kehamihan Ny. X 12 minggu. Ibu
mengeluh sering pusing, pandangan kabur dan bisa hilang dengan istirahat. Setelah dilakukan
pemeriksaan. Hasil pemeriksaaan Ny. X : TD 140/90 mmHg, pernapasan 24x/menit, nadi
94x/menit, suhu 37,5oC, BB 55 Kg, tinggi 158 cm, kesadaran composmentis , emosional
stabil.
Dengan diagnosa ibu mengalami hipertensi gestasional yang bisa disebabkan karena
iskemia pada plasenta, stres, gangguan genetik, inflamasi, defisiensi gizi.Dilakukan
perencanaan dengan menganjurkan ibu untuk olahraga dan diet, memberikan terapi
medikamentosa, terapi obat anti hipertensi dan melakukan rujukan.
Implementasinya ibu memilih untuk melakukan terapi obat antihipertensi dan
olahraga. Ibu memilih melakukan terapi dengan obat antihipertensi karena dengan melakukan
terapi obat antihipertensi pada kasus hipertensi gestasional bertujuan untuk menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas ibu, menurunkan angka prematuritas, serta menjaga tekanan darah
sistolik kurang dari 150 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-100 mmHg (Barry et al., 2010).
Berdasarkan tatalaksana terapinya hipertensi gestasional dikelompokkan menjadi 3 kategori
yaitu hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat. Hipertensi ringan dalam
tatalaksana terapinya tidak memerlukan terapi antihipertensi sedangkan untuk hipertensi
sedang dan berat dalam tatalaksana terapinya memerlukan terapi antihipertensi lini pertama
yaitu labetalol. Alternatif pengobatan yang dapat diberikan adalah metildopa atau nifedipin
(Barry et al., 2010).
Evaluasinya setelah dilakukan implementasi pada kasus kehamilan dengan hipertensi
gestasional, hasil dari pelaksaan tindakan ibu dapat ditangani dengan baik seingga hipertensi
gestasional tidak berkembang menjadi pre-eklamsi yang dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas pada ibu dan janin. Sehingga dapat menggurangi angka kematian ibu dan janin.

Anda mungkin juga menyukai