Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PERCOBAAN 5

ESTERIFIKASI FENOL : Sintesis Aspirin

Disusun oleh

Nama : Ade Ridwan Septiawan


NPM : 10060317071
Shift/Kelompok : C/4
Nama Asisten : Nety Kurniaty, S.Si., M.Sc
Tanggal Praktikum : Selasa, 07 Mei 2019
Tanggal Laporan : Selasa, 14 Mei 2019

LABORATORIUM TERPADU UNIT A


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
1440 H/2019 M
PERCOBAAN 5

ESTERIFIKASI FENOL : Sintesis Aspirin

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Melakukan sintesis aspirin dari asam salisilat dan asetat anhidrat

dengan cara esterifikasi

2. Memurnikan hasil sintesis aspirin dengan cara rekristalisasi

3. Menentukan adanya asam salisilat dalam sampel dengan uji

pengompleksan FeCl3.

4. Identifikasi asam salisilat dan aspirin dengan uji titik leleh dan uji

KLT

5. Penentuan kadar tablet aspirin dengan cara titrasi asam basa.

II. PRINSIP PERCOBAAN


1. Reaksi Esterifikasi berdasarkan reaksi antara asam karboksilat

dengan alkohol yang ditambahkan katalis asam pekat hingga

terbentuk ester.

2. Rekristalisasi berdasarkan perbedaan kelarutan antara zat yang akan

dimurnikan dengan pengotor

3. Uji reaksi kompleks FeCl3 berdasarkan pada perubahan warna

menjadi ungu.

4. Uji titik leleh berdasarkan perubahan fase dari padat ke cair pada

saat titik lelehnya.


5. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan yang direaksikan

dengan zat yang telah diketahui konsentrasinya dan ditambahkan

reagen feloftalein.

III. TEORI
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan

alkohol membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester

asam karboksilat. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang

mengandung gugus -CO2 R dengan R dapat berupa alkil maupun aril.

Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik. Laju esterifikaasi

asam karboksilat tergantung pada halangan sterik dalam alkohol dan

asam karboksilat. Kekuatan asam dari asam karboksilat hanya

mempunyai pengaruh yang kecil dalam laju pembentukan ester.

(Fessenden, 1981).

Pemanasan yang dilakukan tehadap senyawa organik akan

menyebabkan terjadinya perubahan. Zat padat sebagai hasil reaksi

biasanya bercampur dengan zat padat lain. Oleh karena itu, untuk

mendapatkan zat-zat padat yang kita inginkan, perlu dimurnikan terlebih

dahulu. Prinsip proses ini adalah perbedaan kelarutan zat pengotornya.

Rekristalisai dapat dilakukan dengan cara melarutkan cuplikan kedalam

pelarut yang sesuai (Underwood, 2002)

Aspirin atau asam asetil salisilat adalah sejenis obat turunan dari

salisilat. Aspirin dibuat dengan reaksi asetilasi. Reaksi asetilasi

merupakan suatu reaksi memasukkan gugus asetil kedalam suatu


substrat yang sesuai. Gugus acetyl adalah R-COO- (dimana R

merupakan alkil atau aril). Aspirin disebut juga asam asetil salisilat

atau acetylsalicylic acid, dapat dibuat dengan cara asetilasi

senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan anhidrida

asetat dengan bantuan sedikit katalis yaitu Asam Sulfat pekat. Pada

pembuatan Aspirin, asam salisilat (o-hydroxiy benzoic acid) berfungsi

sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Aspirin

dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam

asetat dengan menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat

penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung

dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat

mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Anhidrida asam karboksilat

dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam karboksilat.

Campuran (mixture) adalah materi yang terdiri atas dua macam zat

atau lebih dan memiliki sifat sifat zat asalnya. Campuran terbagi atas

dua macam, yaitu campuran heterogen dan campuran homogen.

Campuran dapat dipisahkan dengan teknik pemisahan tertentu, antara

lain filtrasi, destilasi, sublimasi, dekantasi, kristalisasi, dan

rekristalisasi. (Chang, 2010)

Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari

campuran atau pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan

kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut (solven) yang

sesuai atau cocok. Ada beberapa syarat agar suatu pelarut dapat
digunakan dalam proses kristalisasi yaitu memberikan perbedaan daya

larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor,

tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal, dan mudah dipisahkan

dari kristalnya. Dalam kasus pemurnian garam NaCl dengan teknik

rekristalisasi pelarut (solven) yang digunakan adalah air. Prinsip dasar

dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan

dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan

yang terbentuk dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang

diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya (mencapai

kondisi supersaturasi atau larutan lewat jenuh). Secara toritis ada 4

metoda untuk menciptakan supersaturasi dengan mengubah temperatur,

menguapkan olvens, reaksi kimia, dan mengubah komposisi solven.

(Agustina, 2013)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal :

• Derajat lewat jenuh.

• Jumlah inti yang ada, atau luas permukaan total dari kristal yang ada.

• Pergerakan antara larutan dan kristal.

• Viskositas larutan.

• Jenis serta banyaknya pengotor. (Handojo, 1995)

Titik leleh suatu zat adalah temperature pada fase padat dan cair

ada dalam kesetimbangan. Jika kesetimbangan semacam ini diganggu

dengan menambahkan atau menarik energy panas, sistemakan berubah

bentuk lebih banyak zat cair atau lebih banyak zat padat. Namun
temperature akan tetap pada titik leleh selama fase itu masih ada

perubahan dari cair menjadi padat disebut pembekuan dan proses

kebalikannya disebut pelelehan atau peleburan. Titik leleh suatu padatan

sama dengan titik beku suatu cairan (Chang, 2004)

Asidimetri adalah yang diketahui konsentrasi asamnya,

sedangkan alkalimetri bila yang diketahui adalah konsentrasi basanya.

Titrasi asam basa ada lima. Empat diantaranya adalah:

1. Titrasi asam dengan basa kuat

Diakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan

basa kuat.

Misal:

HCl + NaOH→NaCl + H2O

2. Titrasi asam lemah dan basa kuat

Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan

basa kuat.

Misal : asam asetat dengan NaOH.

CH3COOH + NaOH→CH3COONa + H2O

3. Titrasi basa lemah dan asam kuat

Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa lemah

dan asam kuat. Misal : NH4Cl dan HCl

NH4OH + HCl→ NH4Cl + H2O

4. Titrasi asam lemah dan basa lemah


Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam

lemah dan basa lemah. Misal : asam asetat dan NH4OH

CH3COOH + NH4OH →CH3COONH4 + H2O

(Sukmariah, 1990).

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Melting Block,
batang pengaduk, buret, corong Buchner, corong kaca, Erlenmeyer,
gelas kimia, gelas ukur, labu takar, klem dan statif, neraca analitik,
penangas air, pemanas bunsen, pipa kapiler, pipet tetes, spatel, tabung
reaksi dan thermometer.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah asam salisilat,
asam salisilat anhidrat, asam sulfat, asam fosfat, aquadest, es batu,
etanol, tablet aspirin, FeCl3 10%, kertas perkamen, kertas saring,
indicator PP, dan NaOH.

V. PROSEDUR
5.1 Sintesis Aspirin
Sebanyak 1,4 g asam salisilat dimasukan kedalam erlenmeyer 125
ml. Lalu ditambahkan 10 ml asetat anhidrida sambil dibilas.
Ditambahkan juga H2SO4 pekat sebanyak 5 tetes, setelah itu
dipanaskan. Setelah 5 menit diangkat dan ditambahkan 2 ml Aqua DM.
Ditunggu selama 3 menit, setelah itu ditambah lagi 20 ml Aqua DM.
Dibiarkan hingga mengkristal, bila tidak mengkristal dapat dilakukan
penggoresan dinding dengan batang pengaduk. Ditambahkan 50 ml
Aqua DM dingin. Ditunggu hingga terbentuk kristal bila sudah
terbentuk dimasukkan ke corong buchner lalu dipisahkan
.
5.2 Rekristalisasi Aspirin
Hasil sintesis kemudian dilakukan rekristalisasi, ditambah 5 ml
etanol dan 20 ml air hangat. Dipanaskan dan ditunggu hingga semua
larut lalu disaring dengan Corong Buchner. Setelah didapat kristal lalu
ditimbang dan dihitung rendemennya.

5.3 Uji Pengkompleksan


Disiapkan 3 buah tabung reaksi dan diberi label masing masing :
“asam salisilat”, “my aspirin” (hasil sintesis yang dilakukan), “aspirin
komersil”. Ditempatkan masing masing sejumlah sampel dalam tiap
tabung reaksi sesuai dengan labelnya. Ditambahkan 20 tetes Aqua DM
kedalam tiap tabung dan goyangkan untuk melarutkan sampel.
Ditambahkan 10 tetes FeCl3 kedalam tiap tabung. Diamati perubahan
yang terjadi dan dicatat hasilnya. Warna ungu menunjukan adanya asam
salisilat dalam sampel.

5.4 Uji Titik Leleh Asam Salisilat dan Asam Asetil Salisilat
Disiapkan 2 buah tabung kapiler, satu tabung kapiler diisi dengan
sampel asam salisilat dan tabung kapiler yang lain diisi dengan asam
asetil salisilat hasil sintesis.Dipasang salah satu tabung kapiler pada
lubang melting block, kemudian panaskan secara perlahan alat melting
block diatas pemanas bunsen. Dipasangkan juga termometer pada
lubang melting block. Diamati perubahan suhu dan dicatat suhu awal
ketika padatan kristal didalam tabung kapiler mulai meleleh. Dicatat
pula suhu pada saat semua padatan telah berubah seluruhnya menjadi
cair. Titik Leleh asam asetil salisilat 1360C.

5.5 Penetapan Kadar Aspirin didalam Tablet Aspirin


Ditempatkan 2 tablet aspirin dalam labu erlenmeyer 125 mL.
Dihancurkan tablet aspirin dengan batang pengaduk kaca. Dilarutkan
serbuk aspirin didalam 10 mL etanol dan ditambahkan 3 tetes
fenoftalein da Aqua DM secukupnya hingga volume total larutan
menjadi 50 mL. Dilakukan Titrasi menggunakan larutan baku NaOH 0,1
M sampai tercapai titik akhir titrasi (TAT), yaitu ketika terjadi
perubahan warna indikator dalam larutan. Dicatat volume NaOH yang
digunakan. Dihitung massa aspirin per tablet.

VI. HASIL PENGAMATAN


5.1 Pembuatan aspirin
Bobot Kristal+kertas saring = 1,51 gram
Bobot kertas saring = 0,52 gram
Bobot Kristal = 1,51-0,52 = 0,99 gram
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙
%𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥100%
1,8
0,99
%𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥100% = 55%
1,8

5.2 Uji FeCl3


Terbentuk warna ungu dalam sampel aspirin yang berarti positif terdapat
asam salisilat dalam sampel

5.3 Uji titik leleh


Titik leleh sampel aspirin = 120oC-130oC
Titik leleh sampel asam salisilat = 118oC-130oC

5.4 Analisis kandungan aspirin dalam tablet


Volume aspirin = 50 mL
NaOH = 0,1 M
Sampel 1 2 3
Vol. awal 0 11,9 0
Vol. akhir 11,9 23,1 12,5
Selisih 11,9 11,2 12,5
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉 𝐴𝑠𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛 𝑥 𝑁 𝐴𝑠𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑁 𝐴𝑠𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛 =
𝑉 𝐴𝑠𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛

 Sampel 1
11,9 𝑥 0,1
𝑁 𝐴𝑠𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛 = = 0,024 𝑁
50
 Sampel 2
11,2 𝑥 0,1
𝑁 𝐴𝑠𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛 = = 0,022 𝑁
50
 Sampel 3
12,5 𝑥 0,1
𝑁 𝐴𝑠𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛 = = 0,025 𝑁
50

 Rata-rata
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 3
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
0,024 𝑁 + 0,22 𝑁 + 0,025 𝑁
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 0,024 𝑁
3
 Gram kadar aspirin dalam tablet
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑁= 𝑥
𝑀𝑟 𝑉
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,024 = 𝑥
180 50
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 20
0,024 =
180
0,024 𝑥 180
𝑔𝑟𝑎𝑚 = = 0,216 𝑔𝑟𝑎𝑚
20
0,216 𝑔𝑟𝑎𝑚
Untuk 1 tablet = = 0,108 gram
2
VII. PEMBAHASAN
7.1 Pembuatan Aspirin

Pada percobaan kali ini adalah melakukan sintesis aspirin dari


asam salisilat dan anhidra asetat dengan katalis asam menggunakan
reaksi esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi Antara asam
karboksilat dengan suatu alkohol dengan bantuan asam kuat sebagai
katalis membentuk ester. (Fessenden & Fessenden, 1986, hal 82).
Pembuatan aspirin ini adalah dengan cara memasukan asam salisilat
kedalam labu Erlenmeyer, kemudian ditambahkan anhidra asetat
berlebih agar asam salisilat yang berada dalam Erlenmeyer dapat
bereaksi seluruhnya dengan anhidra asetat. Anhidrida asetat akan
menyerang gugus Fenol dari asam salsilat sehingga H+ akan terlepas
dari OH dan berikatan dengan atom O pada anhidrida asetat. Anhidrida
asetat terputus menjadi aspirin/asam asetil salsilat dan asam asetat. Lalu
ditambahkan katalis H2SO4, dimana katalis asam dalam reaksi
esterifikasi bertugas sebagai pendonor proton pada pelarut organic.
Kemudian Erlenmeyer dipanaskan dalam air mendidih didalam gelas
kimia dengan pemanas hot plate. Sehingga kelarutan dari senyawa yang
bereaksi akan semakin cepat karena pemanasan akan mempercepat laju
reaksi yang disebabkan oleh energi kinetika yang terbentuk. Setelah
dipanaskan kemudian ditambahkan aquadest berharap agar suhu
menjadi turun, kemudian simpan dalam ice bath agar dapat
mempercepat pembentukan Kristal. Kristal yang telah terbentuk
kemudian disaring dengan menggunakan corong Buchner untuk
memisahkan Kristal yang terbentuk dan pelarutnya. Kristal yang
terbentuk kemudian ditimbang.

7.2 Uji FeCl3


Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kemurnian dari
sampel aspirin yang telah dibuat. Percobaan ini dilakukan
pengkompleksan asam salisilat, my aspirin dan tablet aspirin. Diperoleh
hasil, reaksi antara asam salisilat dengan FeCl3 menghasilkan larutan
warna ungu. Warna yang dihasilkan oleh asam salisilat terjadi karena
asam salisilat mengandung Fenol. Fenol dalam asam salisilat akan
bereaksi dengan FeCl3 membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.
Dapat dilihat gari strukturnya asam salisilat mengandung Fenol.
(Svehla, 1979)

Pada reaksi antara tablet aspirin dengan FeCl3 menghasilkan


larutan berwarna kuning tua dan terdapat endapan putih. Hal ini
menunjukan bahwa tablet aspirin sudah tidak mengandung asam
salisilat lagi atau gugus Fenol
Pada reaksi antara my aspirin dengan FeCl3 menghasilkan
larutan berwarna ungu. Hal ini berarti sampel aspirin yang diperoleh
belum murni karena perubahan warna ungu menunjukan positif
mengandung asam salilisat dalam sampel. Maka supaya sampel aspirin
yang diperoleh murni tidak mengandung lagi asam salisilat, harus
dilakukan rekristalisasi pada kristal sampel aspirin yang telah terbentuk.

7.3 Rekristalisasi
Karena pada saat pengujian kemurnian menggunakan FeCl3 positif
masih mengandung asam salisilat maka harus dilakukan rekristalisasi
yang diharapkan Kristal yang terbentuk menjadi murni bebas dari
pengotor yang lain. Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat
padat dari campuran atau pengotornya yang dilakukan dengan cara
mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
(solven) yang sesuai atau cocok. Pada tahap rekristalisasi, Kristal yang
telah terbentuk kemudian dilarutkan dalam etanol kemudian
ditambahkan air hangat dan dipanaskan. Pemanasan ini bertujuan untuk
mempercepat kelarutan dari Kristal agar Kristal dapat terlarut secara
sempurna. Setelah larut kemudian didinginkan dalam ice bag agar
Kristal dapat cepat terbentuk. Kristal disaring dengan menggunakan
corong Buchner untuk memisahkan Kristal dengan pelarutnya. Lalu
Kristal ditimbang dan hasil %rendemen yang didapatkan adalah sebesar
55%.

7.4 Uji Titik Leleh


Kristal yang telah terbentuk di uji kemurniannya juga dengan uji
titik leleh yang dibandingkan dengan sampel asam salisilat. Titik leleh
merupakan suhu dimana suatu senyawa mulai beralih fasa dari padatan
menjadi cairan sampai kesemuanya menjadi cair sempurna. Titik leleh
normal suatu padatan ialah suhu pada saat padatan dan cairan
berada dalam kesetimbangan di bawah tekanan 1 atmosfer. Kristal
dimasukan kedalam pipa kapiler kemudian diletakan dalam lubang
melting block yang sudah disiapkan dan dipasangka thermometer.
Kemudian dipanaskan dengan menggunakan api Bunsen. Trayek titik
leleh dihitung ketika Kristal mulai meleleh sampai meleleh seluruhnya.
Pada sampel asam salisilat, didapatkan titik lelehnya sebesar 118oC-
130oC. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
titik leleh asam salisilat yaitu 158,50C – 1610C (Farmakope Indonesia
edisi III, 1979, hal 56). Titik leleh yang di peroleh lebih kecil atau
hampir mendekati dari titik leleh asam salisilat sebenarnya. Hal ini dapat
terjadi karena adanya zat pengotor sehingga menyebabkan titik leleh nya
tidak sesuai dengan literature.
Sedangkan pada sampel aspirin hasil sintesis didapatkan titik
lelehnya sebesar 1200C-1300C. Hasil ini juga tidak sesuai dengan
literature yang menyatakan bahwa titik leleh aspirin yaitu 141- 144oC.
(Farmakope Indonesia edisi III, 1979, hal 43). Titik leleh yang di
peroleh lebih kecil atau hampir mendekati dari titik leleh asam salisilat
sebenarnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya zat pengotor sehingga
menyebabkan titik leleh nya tidak sesuai dengan literature.

7.5 Uji KLT


Uji kemurnian aspirin juga dilakukan dengan cara uji menggunakan
metode KLT. Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode
pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan
lapisan bahan adsorben inert . Pada uji KLT ini adalah dengan
membandingkan aspirin yang dihasilkan dengan aspirin yang telah ada
menggunakan eluen etil asetat:methanol 3:1. Eluen dijenuhkan terlebih
dahulu, kemudian setelah eluen jenuh dimasukan plat KLT kedalam nya
dan tunggu sampai terjadi elusi hingga tanda batas. Pada plat KLT
ditotolkan sampel aspirin yang telah didapatkan praktikan dan dengan
pembanding yaitu aspirin yang sudah ada. Setelah elusi selesai dan
kemudian dilihat pada sinar UV. Didapatkan hasil bahwa hasil yang
aspirin yang didapatlkan tidak sama dengan aspirin pembanding. Hal ini
berarti bahwa aspirin yang didapatkan masih terdapat pengotor
didalamnya sehingga hasilnya tidak sama dengan aspirin pembanding.

7.6 Penetapan kadar aspirin dalam tablet


Pada percobaan ini digunakan aspirin yang bersifat asam, maka
penentuan kadar dalam tablet aspirin komersial dilakukan dengan titrasi
asam basa. Metode yang digunakan yaitu alkalimetri dimana
pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku NaOH
/ basa. (Underwood. 1996).
Untuk mengetahui kadar aspirin digunakan 2 tablet aspirin
komersil yang akan dititrasi. Tablet dengan berat 100mg kemudian di
gerus sampai homogen supaya dapat meningkatkan kelarutan dari tablet
komersil ini karena luas permukaannya menjadi lebih besar. Tablet yang
telah digerus dimasukan kedalam erlenmyer kemudian dilarutkan
dengan etanol. karena tablet aspirin memiliki kelarutan yang lebih
banyak pada pelarut non polar dibandingkan dengan pelarut polar
seperti air, serta etanol merupakan salah satu pelarut universal yang
sering digunakan. Kemudian ditambahkan indicator phenopthalein yang
bertujuan untuk memberikan tanda jika sampel telah berubah menjadi
suasana basa, karena reagen fenolftalein peka terhadap perubahan pH
dari suatu larutan dimana jika larutan tersebut bersifat basa maka larutan
akan berwarna ungu muda. Kemudian ditambahkan aquadest sehingga
volumenya menjadi 50 mL, lalu dititrasi menggunakan NaOH 0,1 M.
Titrasi ini menggunakan prinsip penetralan asam dengan basa yang
dimana ketika larutan kelebihan setetes pentiter maka akan mengalami
perubahan warna menjadi ungu muda. Pada proses titrasi yang dicari
adalah volume dari pentiter saat titrasi menyentuh titik akhir titrasi,
namun seharunya lebih baik jika mencapai titik ekuivalen. Titik akhir
titrasi tercapai ketika terjadi perubahan warna menjadi merah muda.
Volume dari pentiter yang digunakan akan diketahui normalitasnya
sehingga dapat diketahui gram aspirin yang terkandung dalam tablet
tersebut. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan hasil kadar dari
tablet aspirin adalah 0,108 gram. Hasil ini hampir sama dengan yang ada
pada tablet aspiri, dimana pada bungkus setiap tablet memiliki berat 100
mg.

VIII. KESIMPULAN
1. Aspirin dapat disintesis dari asam salisilat dan anhidra asetat dengan
katalis asam dengan jumlah rendemen 55%
2. FeCl3 dapat membentuk reaksi kompleks dengan asam salisilat yang
ditujunjukan dengan warna ungu
3. Titik leleh aspirin yang didapatkan yaitu 120oC-130oC dan titik
leleh asam salisilat yaitu 118oC-130oC
4. Hasil gram kadar aspirin pertablet yang diperoleh adalah 108 mg
IX. DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta:
Gramedia,
Austin, George T.. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries 5th ed. Mc Graw
Hill Book Co. : Singapore

Chang, Raymond. 2004. Fisika dasar. Jakarta: Erlangga


Fessenden, R.J., Fessenden, J.S. 1982. Kimia Organik Edisi III Jilid II. Jakarta:
Erlangga.
Handojo, Lienda, Dr. Ir, 1995. Teknologi Kimia. Jakarta: PT Pradya Paramita
Svehla G. 1989. Vogel I Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan
Semimikro Bagian I. Jakarta:PT Kalman Media Pusaka.

Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Binarupa Aksara

Undewood. 2002. Analisa Kualitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai