Anda di halaman 1dari 4

TOKOH KEPERAWATAN DAN TEORINYA

adalah seorang profesor di University of Connecticut, School of Nursing. Gelar Sarjana Science
dalam Keperawatan adalah dari Western Connecticut State University. Dia menerima gelar Master-nya
dalam merawat ibu-bayi yang baru lahir dari Yale University. Cheryl adalah bersertifikat perawat-bidan.
Dia menerima sertifikat nya di perawat-bidan juga dari Yale University. Dokter nya of Science
Keperawatan adalah dari Boston University.
Cheryl adalah rekan dalam American Academy of Nursing. Dia telah menerima berbagai penghargaan
seperti Keperawatan Timur Research Society Distinguished Penghargaan Peneliti, Distinguished Award
dari Alumna Yale University dan Perawat Connecticut 'Association Diamond Jubilee Award untuk
kontribusinya terhadap penelitian keperawatan. Saat ini ia menjabat sebagai dewan redaksi Kemajuan
Ilmu Keperawatan, Journal of Pendidikan Keperawatan, dan Jurnal Pengukuran Keperawatan. Ia telah
menjadi anggota Dewan Pembina Depresi Setelah Pengiriman-Nasional dan Dewan Eksekutif Marce
Internasional Society. Dia telah ditunjuk untuk Presiden Dewan Pertimbangan Postpartum Dukungan
Internasional.
Selama 20 tahun terakhir Cheryl telah memfokuskan upaya penelitiannya pada pengembangan
program penelitian pada suasana hati dan kecemasan gangguan postpartum. Dia telah banyak diteliti
gangguan ini menghancurkan yang mengganggu ibu baru menggunakan kedua metode penelitian
kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan temuan dari seri-nya studi kualitatif, Cheryl telah mengembangkan
Postpartum Depression Screening Scale (PDSS) yang diterbitkan oleh Layanan Psikologi Barat.
Saat ini upaya penelitian Cheryl difokuskan pada (1) dampak trauma kelahiran pada ASI, (2) pengaruh
DHA pada depresi postpartum, dan (3) menilai psikometri dari Screening administrasi Skala-telepon
Postpartum Depression.

PengertianDepresi Postpartum dan Factor-faktorPenyebabnya


Menurut Beck (2002) dalam Records, Rice, Beck (2007), depresi postpartum adalah episode depresi
mayor yang bisa terjadi selama 12 bulan pertama setelah melahirkan. Menurut Beck, faktor-faktor yang
menyebabkan depresi postpartum ada 13, yaitu (Varney, et al., 2008) :
a. Depresi prenatal
Depresi prenatal (selama kehamilan) merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya depresi
postpartumyang paling kuat.Depresi prenatal bisa terjadi pada beberapaatau keseluruhan dari
trimester kehamilan (Beck, 2001).
b. Stress merawat anak
Hal-hal yang membuat stres yang berhubungan dengan perawatan anak meliputi faktor-faktor seperti
masalah kesehatan yang dialami bayi, dan kesulitan dalam perawatan bayi khususnya mengenai
masalah makanan dan tidur (Beck, 2001).
c. Stress dalam kehidupan
Stres dalam kehidupan merupakan penunjuk terjadinya stres selama kehamilan dan setelah kehamilan.
Stres yang terjadi dalam hidup seseorang, bisa karena hal yang positif maupun negatif, dan termasuk juga
sebuah pengalaman seperti, perubahan status perkawinan (contohnya, bercerai, menikah kembali),
perubahan pekerjaan, dan krisis yang terjadi (contohnya, kecelakaan, perampokan, krisis ekonomi, dan
penyakit kronis) (Beck, 2001)
d. Dukungan sosial
Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan psikologis dari
orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan
penurunan psikologis seperti mudah menangis, merasa bosan, capek, tidak bergairah, dan merasa
gagal yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi (Anonim).
e. Ansietas pranatal
Ansietas pada masa kehamilan bisa terjadi selama beberapa trimester dan kadang terjadi diseluruh
masa kehamilan. Ansietas ini merupakan suatu perasaan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi
mengenai sesuatu yang tidak jelas, ancaman yang belum jelas (Beck, 2001).
f. Kepuasan perkawinan
Derajat kepuasan dengan sebuah hubungan perkawinan ditandai dengan seberapa bahagia atau
puasnya seorang wanita pada hal-hal tertentu dari perkawinannya, seperti komunikasi, keterbukaan,
kesamaan dalam saling menghargai, saling membantu, menghargai terhadap suatu keputusan, dan
hal-hal yang baik secara global lainnya (Beck, 2001).
g. Riwayat depresi sebelumnya
Sarafino dalam Ryan (2009), menyatakan bahwa perempuan yang memiliki sejarah masalah
emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan
seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan munculnya gejala depresi
(Ryan, 2009).
h. Temperamen bayi
Temperamen bayi yang sulit digambarkan sebagai seorang bayi yang lekas marah, rewel, dan susah
dihibur (Beck, 2001). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Whiffen dan Gotlib
(1989) dalam Hagen (1999), yang menyimpulkan bahwa temperamen sebagai salah satu penyebab
terjadinya depresi postpartum.
i. Maternity blues
Maternity bluesadalah sebuah fenomena yang hanya sekilas dari perubahan suasana hati yang dimulai
pada beberapa hari pertama setelah melahirkan dan paling sedikit 1 sampai 10 hari atau
lebih.Keadaan tersebut ditandai dengan perasaan ingin menangis, cemas, kesulitas konsentrasi, lekas
marah, dan suasana hati yang labil (Beck, 1998a dalam Beck, 2001).
j. Harga diri
Harga diri ditunjukkan kepada perasaan seorang wanita secara umum dalam hal harga diri dan
penerimaan diri sendiri, artinya adalah kepercayaan diri dan kepuasan terhadap diri
sendiri.Rendahnya harga diri menggambarkan negatifnya evaluasi terhadap diri sendiri dan perasaan
terhadap diri seseorang atau kemampuan seseorang (Beck, 2001).

k. Status sosioekonomi
Segre, Lisa, Losch, O’Hara dalam Wikipedia (2010), mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi
berhubungan dengan kejadian depresi postpartum. Semakin rendah pendapatan keluarga, semakin
tinggi pula resiko terjadinya depresi postpartum.
l. Status perkawinan
Status demografi ini berfokus pada kedudukan seorang wanita dalam hal pernikahan.Tingkatannya
adalah tidak menikah, menikah/hidup bersama, bercerai, janda, berpisah, memiliki pasangan (Beck,
2001).
m. Kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan
Kehamilan yang tidak direncanakan, bisa disebabkan oleh perasaan ragu-ragu terhadap kehamilan
yang dialami.Jika kehamilan itu direncanakan, mungkin saja 40 minggu bukanlah waktu yang cukup
bagi pasangan untuk menyesuaikan diri terhadap perawatan bayi yang ada kalanya membutuhkan
usaha yang cukup keras (The American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), 2009).
Seorang bayi mungkin dilahirkan lebih awal dari perkiraan lahirnya, hal ini juga dapat menjadi faktor
pemicu terjadinya depresi postpartum, karena jika bayi lahir lebih awal dapat menyebabkan
perubahan secara tiba-tiba, baik di lingkungan rumah maupun perubahan terhadap rutinitas kerja
yang tidak diharapkan oleh orang tua (ACOG, 2009).

Pencegahan Depresi Postpartum


Pencegahan terjadinya depresi postpartum dapat dilakukan dengan melakukan kursus untuk
perawat maternitas dan profesi kesehatan lain. Hal ini disebabkan pada umumnya bantuan yang diberikan
pertama kali adalah dari tenaga kesehatan.Ibu biasanya gagal keluar dari kondisi yang sulit karena
perasaan yang kurang nyaman, sehingga sangat penting memberikan pelatihan atau kursus pada tenaga
kesehatan professional agar mampu menolong ibu secara professional.
Menyelenggarakan kelas antenatal bagi ibu hamil dan keluarga.Keluarga mendapatkan
pengetahuan tentang persalinan dan perawatan bayi, pengetahuan dan perhatian padaaspek emosional
serta bagaimana penyelesaian masalah emosional.Kenyataan menunjukkan bahwa pemberian informasi
tentang depresi postpartum dapat mengurangi kejadian depresi postpartum (Zahra, 2010).
Konseling perkawinan bagi pasangan yang akan menikah ataupun sudah menikah. Konseling
perkawinan bertujuan untuk membangun dan membina keluarga yang harmonis.Seorang konselor
menjelaskan tentang tujuan perkawinan, mempersiapkan perkawinan, membina perkawinan, membina
hubungan seksual dalam perkawinan, dan mengasuh serta membimbing anak dalam keluarga.Konselor
juga membantu untuk mengatasi masalah dalam kehidupan keluarga (Nurbaeti, 2002).

Penatalaksanaan Depresi Postpartum


Banyak perempuan tidak mau bercerita bahwa mereka menderita depresi postpartum, karena
merasa malu, takut dan merasa bersalah karena merasa depresi disaat seharusnya merasa bahagia, dan
takut dikatakan tidak layak untuk menjadi ibu. Tidak berarti bila menderita depresi postpartum tidak
pantas menjadi ibu, ada beberapa bantuan yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi tersebut antara
lain : 1) banyak istirahat sebisanya, tidurlah selama bayi tidur; 2) hentikan membebani diri sendiri untuk
melakukan semuanya sendiri. Kerjakan apa yang dapat dilakukan dan berhenti saat merasa lelah; 3)
mintalah bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan pemberian makan pada malam hari,
mintalah pada suami untuk mengangkat bayi untuk disusui saat malam hari sehingga ibu dapat menyusui
di tempat tidur tanpa harus banyak bergerak; 4) bicarakan dengan suami, keluarga, teman, mengenai
perasaan yang dimiliki; 5) jangan sendirian dalam jangka waktu lama, pergilah keluar rumah untuk
merubah suasana hati; 6) bicaralah dengan ibunda agar dapat saling bertukar pengalaman; 7) ikuti grup
supportuntuk perempuan dengan depresi melalui edukasi; 8)jangan membuat perubahan hidup yang
sangat drastis selama kehamilan seperti pindah pekerjaan, pindah rumah, memulai usaha baru,
merenovasi atau membangun rumah. Bila perubahan drastis tidak dapat dielakkan, buatlah perencanaan
yang matang dan bantuan ataupun support untuk persiapan kelahiran bayi (Schmitt, 2009).
Depression and Bipolar Support Alliance (DBSA) (2010), Jika mengalami depresi postpartumhal-
hal yang dapat dilakukan adalah: 1) bicaralah dengan ahli kesehatan tentang semua gejala-gejalanya,
riwayat kesehatan yang lalu; 2) bergabunglah dengan sebuah kelompok, dimana bisa berbagi perasaan dan
pikiran di dalamnya; 3) makan secara seimbang dan teratur; 4) lakukan olahraga ringan, seperti jalan kaki;
5) beri kesempatan kepada keluarga dan teman untuk menolong, seperti mengerjakan pekerjaan rumah
dan mengasuh anak.

Kesimpulan
Menurut Beck (2002) dalam Records, Rice, Beck (2007), depresi postpartum adalah episode
depresi mayor yang bisa terjadi selama 12 bulan pertama setelah melahirkan. Menurut Beck, faktor-faktor
yang menyebabkan depresi postpartum ada 13, yaitu (Varney, et al., 2008) :
a. Depresi prenatal
b. Stress merawat anak
c. Stress dalam kehidupan
d. Dukungan sosial
e. Ansietas pranatal
f. Kepuasan perkawinan
g. Riwayat depresi sebelumnya
h. Temperamen bayi
i. Maternity blues
j. Harga diri
k. Status sosioekonomi
l. Status perkawinan
m. Kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan

Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca.

Anda mungkin juga menyukai