Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Bahasa Iklan di Televisi Terhadap Perilaku

Remaja

Wildan Karuniatama
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
karuniawildan@gmail.com

Abstrak
Televisi bisa dikatakan sebagai media yang ampuh dalam proses
penawaran produk atau jasa dalam dunia bisnis periklanan. Iklan yang dibuat pun
tidak sepele, tentu sudah dirancang dengan kreatif, inovatif, dan unik atau tidak
biasa agar bisa menarik perhatian sehingga iklan tersebut dapat efektif.
Penggunaan diksi dan bahasa untuk membuat suatu iklan juga sangat
diperhatikan. Bahasa iklan merupakan bahasa yang bersifat persuasif atau
mengajak orang yang agar tertarik pada sesuatu yang ditawarkan. Iklan akan lebih
efektif jika dipublikasikan lewat televisi. Televisi dinilai oleh masyarakat sebagai
kotak ajaib yang mampu mempengaruhi sugesti dan alam pikiran masyarakat, hal
itu dikarenakan bahwa sebuah televisi selain memberikan informasi secara aktual
dan faktual, televisi juga menyajikan acara yang sifatnya menghibur. Penelitian
mengenai iklan sudah banyak dilakukan untuk menemukan cara pengemasan iklan
yang ideal. Namun, penelitian tersebut masih belum dapat menjelaskan bagaimana
iklan tersebut berpengaruh terhadap perilaku pembacanya terutama kaum remaja.
Iklan harus dikemas menggunakan bahasa yang baik dan kreatif agar bisa
mempengaruhi para audience untuk membeli produk dan jasanya dan disisi lain
bahasa iklan juga dapat memengaruhi perilaku remaja dalam kehidupan sehari-
hari.
Kata kunci: iklan, televisi, bahasa iklan, remaja

Pendahuluan

Di zaman modern ini, perkembangan teknologi sudah menghasilkan


berbagai macam media, baik cetak maupun digital untuk menyampaikan iklan.
Hal itu membuat iklan semakin mudah dilihat oleh masyarakat atau khalayak
umum, khusunya bagi remaja dengan bahasa yang persuasif. Bahasa persuafif
dalam iklan maksudnya bahasa itu mengandung ajakan atau bujukan kepada
pembaca dan pendengar dan dibuat semeraik mungkin dengan tujuan memperoleh
perhatian dari hati khalayak terutama remaja.
Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak
dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir

1
pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun (Putro, 2017). Masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja
belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Remaja
sangat mudah terpengaruh ke dalam hal-hal yang bersifat positif maupun negatif.
Cara berperilaku remaja dapat tercermin dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang
dilakukannya setiap hari.
Remaja belum mampu untuk menguasai dan menggunakan secara penuh
fungsi fisik maupun fungsi psikisnya. Fase remaja merupakan fase yang berada
pada titik potensial baik secara psikologis, emosi maupun fisik. Remaja sangat
sensitif terhadap segala sesuatu yang berada sekitarnya (Sufa, 2012). Mereka
harus siap menerima suatu perubahan, hal yang biasanya muncul ialah perasaan
tak berdaya karena teknologi semakin menguasai gaya hidup dan pola
berpikirnya. Mereka hanya cenderung mengikuti arus tanpa kepribadian yang kuat
sehingga hal seperti iklan di televisi yang mereka tonton juga dapat berpengaruh
pada sikap dan perilaku seorang remaja.
Remaja akan berinteraksi dengan menggunakan bahasa iklan yang
dianggap lucu, unik, atau khas. Dalam bahasa iklan biasanya mengandung
kalimat-kalimat kreatif atau jargon tertentu namun tidak jarang jargon atau
kalimat iklan sebuah produk menjadi hits dan kerap dipakai dalam obrolan sehari-
hari. Kata-kata dalam iklan akhirnya berdampak mempengaruhi target
audiencenya terutama remaja. Kata-kata tersebut awalnya tidak komersil, namun
akhirnya menjadi satu bagian dari komunikasi anak muda setelah beberapa
kalangan masyarakat mulai terpengaruh, lalu mereka pun menggunakan kata-kata
tersebut untuk berinteraksi dengan sesamanya. Istilah dari pernyataan tersebut
dikenal dengan istilah korban iklan.
Perbedaan umur, tingkat pendidikan, dan status sosial seseorang dapat
mempengaruhi pilihan bahasanya ketika berbicara dengan orang lain. Pengaruh
faktor-faktor sosial maupun situasi yang sesuai terhadap pilihan bahasa ini
menimbulkan adanya berbagai pilihan bahasa. Maraknya penggunaan bahasa
iklan sebagai bahasa sehari-hari dalam konteks komunikasi populer bisa dipahami
sebagai ekspresi kaum remaja yang digunakan untuk menciptakan situasi
pergaulan yang lebih akrab.

2
Pernyataan tersebut membuktikan jika kasus seperti itu perlu dibahas agar
para produser iklan lebih memerhatikan lagi dalam membuat dan menayangkan
iklan di media digital. Kasus tersebut akan dibahas melalui sebuah penelitian agar
mengetahui pengaruh apa saja yang ditimbulkan bahasa iklan pada remaja.
Pengaruh itu bisa muncul dari segi positif maupun negatif.

Bahasa Iklan

Bahasa iklan merupakan susunan bahasa yang logis yang dapat menarik
perhatian dan bukan hanya semata-mata rangkaian kata atau slogan untuk
mengesankan konsumen (Bawanti dkk, 2015). Iklan dibuat bertujuan untuk
mempromosikan suatu produk, atau membangkitkan kesadaran akan merk suatu
produk, membujuk khalayak untuk membeli produk yang ditawarkan dan untuk
memberi informasi. Iklan dibuat agar konsumen kenal, ingat, dan percaya
terhadap suatu produk yang ditayangkan pada iklan. Dalam iklan terdapat bahasa-
bahasa yang terkadang dianggap lucu, unik, ataupun khas sehingga kerap
seringkali dibicarakan oleh remaja yang terpengaruh oleh bahasa iklan. Hingga
munculah keinginan untuk meniru apa yang ada didalam iklan dan bahasa iklan
yang diucapkan.
Bahasa iklan dituntut untuk mampu mengguggah, menarik,
mengidentifikasi, menggalang kebersamaan, dan mengomunikasikan pesan
dengan koperatif kepada khalayak. Dengan demikian, struktur kata dalam
penulisan iklan memuat bahasa yang menggugah, informatif, persuasive,
bertenaga gerak dan efektif. Iklan memiliki tujuan untuk memperkenalkan suatu
produk, atau membangkitkan kesadaran akan merek (brand awareness),
membujuk khalayak untuk membeli produk yang ditawarkan dan memberikan
informasi (Alfiana, 2013). Adapun prinsip-prinsip dalam bahasa iklan yang wajib
dipenuhi. Yaitu:

1. Iklan memiliki isi yang merupakan sebuah pernyataan yang jujur,


bertanggung jawab, serta tidak bertentangan dengan aturan atau hukum
yang berlaku di masyarakat tempat iklan tersebut akan disiarkan.

3
2. Iklan memiliki isi yang merupakan sebuah pernyataan yang disusun bukan
untuk menyinggung perasaan maupun merendahkan martabat sebuah
negara, susila, agama, adat dan budaya, suku, maupun golongan.
3. Iklan memiliki isi yang merupakan sebuah pernyataan yang disusun dengan
asas persaingan yang sehat.

Pengaruh Bahasa Iklan yang Tayang di Televisi bagi Remaja

Iklan merupakan kegiatan komunikasi antara produsen dan khalayak yang


bersifat umum (Suryanti, 2018). Iklan tersebut disebut efektif apabila ia
mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pengiklan. Iklan televisi
banyak dipilih oleh pengiklan dan biro iklan karena kekuatannya yang mampu
memberikan dan mempunyai pengaruh serta dampak komunikasi yang kuat
karena mengandalkan audio, visual, dan gerak. Bagi remaja, iklan televisi
mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi persepsi mereka.
Banyak pengiklan yang memandang TV sebagai media paling efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan komersialnya. Salah satu keunggulannya adalah
kemampuannya menjangkau sasaran yang sangat luas. Selain itu Televisi
sebagai media audiovisual dapat menimbulkan dampak yang kuat pada konsumen
terutama pada tekanan pada dua indera yang berpengaruh merangsang otak yaitu
indera penglihatan dan pendengaran.
Dalam iklan terdapat bahasa-bahasa yang terkadang dianggap lucu, unik,
ataupun khas sehingga kerap seringkali dibicarakan oleh remaja yang terpengaruh
oleh bahasa iklan. Hingga munculah keinginan untuk meniru apa yang ada
didalam iklan dan bahasa iklan yang diucapkan. Untuk menarik perhatian
penonton diperlukan ketepatan gaya bahasa yang digunakan. Gaya bahasa adalah
bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan
memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan
benda atau hal lain yang lebih umum (Suyanto, dkk 2017). Pendek kata
penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi
tertentu. Gaya bahasa pula dapat membuat seseorang dapat menghubungkan apa
yang ia pikirkan kepada lawan bicaranya, bahkan dapat pula mempengaruhi
pikiran dan perasaan lawan bicaranya.

4
Perkembangan kreativitas dalam iklan yang sangat pesat menyebabkan
munculnya banyak persaingan untuk membuat iklan yang lebih kreatif dan efektif
yang bisa diterima dan dipahami oleh khalayak, termasuk iklan televisi. Iklan
televisi dalam perkembangannya senantiasa berisi kalimat-kalimat kreatif atau
jargon tertentu namun tak jarang jargon atau kalimat iklan sebuah produk menjadi
tren dan kerap dipakai dalam percakapan sehari-hari. Kata-kata dalam iklan
akhirnya berdampak mempengaruhi target audiencenya. Kata-kata tersebut
awalnya tidak komersil, namun akhirnya menjadi satu bagian dari komunikasi
anak muda setelah beberapa oknum masyarakat mulai terpengaruh, lalu mereka
pun menggunakan kata-kata tersebut untuk berinteraksi dengan sesamanya.
Perbedaan usia, tingkat pendidikan, dan status sosial seseorang dapat
memengaruhi pilihan bahasanya ketika berbicara dengan orang lain. Demikian
pula situasi yang melatarbelakangi sebuah pembicaraan dapat mempengaruhi
bagaimana sebuah bahasa akan dipergunakan. Pengaruh faktor-faktor sosial
maupun sesuai dengan keadaan terhadap pilihan bahasa ini menimbulkan adanya
variasi-variasi pilihan bahasa.
Penggunaan bahasa dalam komunikasi bersifat berubah-ubah, tidak tetap,
dan sesuai trend (Sufa, 2012). Maraknya penggunaan bahasa iklan sebagai bahasa
sehari-hari dalam konteks komunikasi populer bisa dipahami sebagai ekspresi
kaum remaja yang bersifat pragmatis untuk menciptakan situasi pergaulan yang
lebih cair dan akrab. Banyak sekali kalimat iklan yang menjadi populer dan sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, terkadang para remaja salah
memosisikan dirinya saat berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain.
Remaja menggunakan kata-kata iklan yang tidak sopan kepada orang yang lebih
tua, misalnya iklan kartu IM3 yang memuat kata-kata tidak sopan yaitu “Lo Gue
End”. Iklan tersebut sering digunakan para remaja kepada orang tua tentu karena
remaja sering melihat dan mendengar iklan tersebut dan menjadikan sebuah
kebiasaan hingga lupa memosisikan dirinya dengan siapa dia berkomunikasi.
Kemudian ada satu iklan yang menayangkan bahasa singkatan yang tidak jelas
yaitu iklan axis, contohnya “Ha El BB Bkn Nh, Ha el LYT MBB Q G P, Ha El LG
PRG SM MBB QG” singkatan-singkatan tersebut menjadikan remaja meniru
ketika membuat pesan atau sms yang akibatnya bisa salah diartikan oleh

5
penerimanya.
Bahasa yang digunakan dalam iklan dapat menghipnotis para audiencenya,
khususnya remaja (Bawanti dkk, 2015). Mereka akan membeli barang yang
terlihat menarik yang tayang dalam televisi, walaupun sebenarnya mereka hanya
menuruti keinginan bukan karena kebutuhan. Misalnya seperti iklan bukalapak
‘emang cincai’ yang diolah dengan bahasa dan acting yang baik dan menarik
sehingga menjadikan para remaja memiliki perilaku konsumtif dan ingin
berbelanja karena mudahnya transaksi dan banyaknya penawaran. Tidak hanya
bukalapak, iklan lain yang diolah dengan bahasa yang baik juga berakibat sama
seperti itu. Di sisi lain, bahasa iklan yang lucu dan unik juga digunakan para
remaja sebagai komunikasi untuk menciptakan suasana yang hangat bahkan
sebagian dari remaja tersebut mengaku menggunakan kata-kata dalam iklan itu
untuk menghibur teman seperti, iklan djarum 76 yang khas dengan slogannya
‘Yang penting Hepi’ karena kata-kata tersebut dianggap lucu dan memberikan
semangat dan juga agar mereka dianggap keren oleh teman–temannya karena
mengikuti ulasan ter-update.

Tujuan Mengetahui Bahasa Iklan

Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sangat penting dalam
kehiduan sehari-hari. Bahasa Indonesia merupakan media komunikasi utama
masyarakat Indonesia yang juga merupakan bahasa persatuan yang lahir karena
suatu keputusan dan perencanaan (Rahayu, 2015). Kesadaran dari masyarakat
sangat diperlukan, terutama masyarakat Indonesia sebagai pengguna bahasa
Indonesia. Masyarakat harus lebih bijak dalam memilah-milah bahasa baik dan
buruk yang mereka dengar di internet ataupun media lainnya, sehingga mereka
dapat membatasi penggunaan bahasa yang berlebihan yang kurang baik. Bahasa
Indonesia yang digunakan untuk ajang promosi atau dikenal dengan bahasa iklan
harus menggunakan bahasa yang jelas dan tidak mengandung makna ganda atau
makna yang sering disalah artikan. Tujuan penelitian ini yaitu mengenai
penggunaan dan pembelajaran bahasa iklan agar dapat memberikan dampak
positif bagi para penonton dan mengurangi dampak negatifnya, terutama bagi
kaum remaja. Berikut beberapa hal yang menjadi tujuan dari penelitian ini :

6
1. Menambah wawasan tentang Bahasa Iklan dan pengaruhnya bagi para
pembaca.
2. Memperkuat penggunaan Bahasa Indonesia, khususnya penggunaan diksi
atau pilihan kata dalam penayangan iklan agar tercipta Bahasa Iklan yang
baik.
3. Menyadarkan produser iklan agar dalam membuat iklan lebih
memperhatikan dampaknya terhadap audience, terutama para remaja.
4. Mempertegas peraturan-peraturan yang dibuat oleh Komisi Penyiaran
Indonesia agar tidak ada iklan kontroversial yang tayang di televisi.

Kesimpulan

Dalam iklan terdapat bahasa-bahasa yang terkadang dianggap lucu, unik,


ataupun khas sehingga kerap seringkali dibicarakan oleh remaja yang terpengaruh
oleh bahasa iklan. Hingga munculah keinginan untuk meniru apa yang ada
didalam iklan dan bahasa iklan yang diucapkan. Bahasa yang digunakan dalam
iklan dapat menghipnotis para audiencenya, khususnya remaja. Remaja mudah
terpengaruh oleh iklan hingga sering menggunakan kata-kata yang tidak sesuai
dengan kesopanan ketika berbicara kepada orang tua dan juga remaja atau bahkan
semua penonton akan menjadi memiliki sifat konsumtif karena terbujuk oleh
bahasa iklan yang efektif dan persuasif. Di sisi lain, bahasa-bahasa atau frasa
dalam iklan juga digunakan oleh para remaja untuk menghibur dan komunikasi
untuk menciptakan suasana yang hangat karena mengukuti trend bahasa yang ter-
update.
Tujuan pembelajaran bahasa iklan tentu agar para pembuat iklan lebih
memperhatikan pilihan kata yang tepat sesuai peraturan dari Komisi Penyiaran
Indonesia agar tidak terjadi hal yang kontroversial. Kemudian, bagi para pembaca
terutama para remaja agar dapat menambah wawasan mengenai bahasa iklan
sehingga dapat menelaah dan mencerna iklan yang tayang di televisi. Dengan
demikian, remaja mengetahui maksud dan tujuan suatu iklan serta tidak mudah
terpengaruh oleh dampak buruk iklan yang tayang di televisi.

7
Daftar Rujukan

Alfiana, Miftakhul Noor.2013. Hubungan Terpaan Iklan Provider di Televisi dan


Interaksi Teman sebaya dengan Perilaku Imitasi Bahasa Iklan oleh
Remaja.E-Journal Undip.2(2).1.

Bawanti, Luh Krisya. dkk.2015. Analisis Penggunaan Bahasa Dalam Iklan Rokok
Sampoerna A-Mild. Jurnal Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia
Undiksha. 3(1).

Putro, Khamim Zarkasih.2017. Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa


Remaja. Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama.17(1).25-27.

Rahayu, Arum Putri.2015. Menumbuhkan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
dalam Pendidikan dan Pengajaran. Jurnal Paradigma. 2(1).

Sufa, Faela.2012. Analisi Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, dan
Frekuensi Penayangan Iklan terhadap Efektifitas Iklan Televisi Mie
Sedap.E-Journal Undip.2(3).vi.

Suryanti.2018. Makna Konstektual Bahasa Iklan Rokok di Televisi. Jurnal


Unimed.7(1).49.

Suyanto, Edi. dkk.2017. Bahasa Iklan Layanan Masyarakat dan Implikasinya


Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Jurnal FKIP Unila.
5(2).

Anda mungkin juga menyukai