Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN PASTURA

SISTEM PASTURA

Nama kelompok 5
1. Alvia angguni (1810622040)
2. Hifzil sidiq (1810
3. Bayu syurahmad (1810
4. Risky rahmanda (
5. Aulia Rahim (
6. Fauzan akbar (

Dosen :
1. Suyitman MS.Dr.Ir
2. Yolani utami . . S.pt, M.si

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS


KAMPUS PAYAKUMBUH
2020
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Sistem Pastura” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan yang gelap menuju jalan yang
terang benderang .

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
dan aspek lain. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya pintu
bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penulis sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalah lain yang berkaitan pada makalah selanjutnya.

Payakumbuh, 18 Februari 2020


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia akan berhasil dengan baik jika
ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat dipenuhi secara kualitas dan kuantitas dan
tersedia secara kontinyu. Hijauan makanan ternak bersumber dari padang rumput alam atau dengan
melakukan penanaman hijauan makanan ternak. Jenis dan kualitas hijauan dipengaruhi oleh kondisi
ekologi dan iklim di dalam suatu wilayah. Ketersediaan hijauan pakan ternak di Indonesia tidak tersedia
sepanjang tahun, dan hal ini merupakan suatu kendala yang perlu dipecahkan. Dimana ternak
ruminansia sebagai penghasil daging dan susu dengan pakan utamanya hijauan memiliki kendala dalam
penyediaannya yang disebabkan oleh semakin berkurangnya lahan/padang penggem balaan dan
ketersediaan pakan hijauan sangat dipengaruhi oleh musim. Berkurangnya lahan atau padang
pengembalaan dikarenakan daya produksi lahan yang berkurang sehingga dibutuhkan penyediaan
ladang pengembalaan yang menampung hijauan dengan kualitas tinggi, kuantitas yang cukup serta
ketersediaannya dapat berkelanjutan. Penyediaan pada padang pengembalaan dapat dijadikan sebagai
tempat penggembalaan ternak. Untuk menjaga agar ketersediaan akan hijauan sebagai pakan ternak
tidak sampai kekurangan maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan
hijauan yang tumbuh secara alami sebagai padang pengembalaan dan integrasi ternak terhadap. Salah
satunya ladang pengembalaatn pastura, yang dimana pastura merupakan suatu sumber hijauan.Oleh
karena itu dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai pemahaman dalam memenuhi kebutuhan
hijauan (rerumputan) yang dimana ketersedian pakan hijauan tersebut sebagai pakan musiman dan
dijadikan sebagai nailai persayaratan pakan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 jelaskan beberapa macam sistem pastura?

1.2.2 jelaskan 5 cara pengembalaan ternak?

1.3 tujuan

1.3.1 mengetahui beberapa macam sistem pastura

1.3.2 mengetahui cara-cara pengembalaan ternak


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Macam-Macam Sistem Pastura

Dalam tatalaksana pengembalaan ternak di pastura dikenal beberapa macam sistem,


diantaranya adalah sebagai berikut :

A. Penggembalaan Kontinyu

Cara penggembalaan kontinyu adalah menempatkan ternak dalam pastura yang sama untuk
dalam jangka waktu yang lama. Cara ini biasanya dikatagorikan sebagai ekstensip total yang umumnya
dilakukan pada pastura alam. Jumlah ternak yang digembalakan relatif rendah, hal ini disebabkan
karena sumbangan nutrisi dari rumput alam kurang memadai apabila dilakukan penggembalaan berat.
Pada musim penghujan sistem penggembalaan semacam ini akan menampilkan produksi ternak yang
lebih baik diband ingkan dengan sistem penggembalaan bergilir. Sebaliknya, pada musim kemarau
terjadi ketidakseimbangan antara ternak yang digembalakan dengan ketersediaan hijauan. Tingkat
produktivitas ternak biasanya nampak bervariasi pada masing - masing ternak dibandingkan dengan
sistem penggembalaan yang lain. Hal ini disebabkan karena adanya tingkat selektivitas ternak yang
tinggi dan kompetisi antar ternak untuk memenuhi kebutuhannya. Adanya kompetisi yang ketat
menyebabkan ternak yang besar cenderung dominan dibandingk an yang kecil atau masih muda, selain
itu dengan tidak adanya pengelompokkan berdasarkan umur, maka ternak-ternak muda akan mudah
terserang ekto maupun endo parasit. Pada sistem penggembalaan ini terlihat jarak jangkau ternak untuk
mendapatkan hijauan sangat jauh lebih-lebih pada saat kemarau. Namun untuk pastura yang tersedia
tempat air minum, maka ternak terlihat berkumpul disekitar air minum dan akibatnya vegetasi disekitar
air tersebut tidak ada karena cekamannya terlalu berat dan sebagai akibatnya kon disi ternak kurus.

B. Penggembalaan bergilir.

Penggembalaan bergilir adalah cara penggembalaan ternak dengan cara membagi areal pastura
menjadi beberapa bagian ( paddock) kemudian ternak digembalakan secara bergantian dari satu bagian
ke bagian yang lain. Tujuan dari sistem ini adalah memberikan kesempatan pada ternak untuk
mendapatkan hijauan pada saat nilai nutrisi hijauan tinggi, serta memberikan waktu istirahat yang cukup
bagi tanaman untuk dapat tumbuh kembali. Dengan cara penggembalaan seperti ini ternak dibatasi
ruang geraknya sehingga pemanfaatan hijauan efisien dan ternak tidak mengeluarkan energi yang
banyak untuk mencari hijauan. Cara ini juga menekan seleksi ternak terha dap hijauan, sehingga
pemanfaatan hijauan dalam suatu areal merata. Penggembalaan bergilir juga juga dapat dijumpai pada
pastura alam, yaitu dengan cara memindahkan ternak dari suatu wilayah ke wilayah lain yang lebih
banyak hijauannya, hal ini sering ditemui di daerah Sulawesi Tenggara pada peternak yang memilki
sapi dalam jumlah besar. Namun karena produksi hijauan pada pastura alam rendah, maka mobilitas
peternak sangat tinggi dan hal ini akan berpengaruh pada biaya transportasi untuk pemindahan ternak.

C. Penggembalaan Jalur

Penggembalaan jalur ini merupakan sistem penggembalaan bergilir yang intensif dengan
menggunakan pagar llistrik yang dapat dipindah-pindah melintasi petak penggembalaan. Dengan cara
ini jumlah hijauan yang tersedia bagi ternak terbatas, kesempatan seleksi ternak ditekan serendah
mungkin dan penggunaan padangan merata serta kerusakan karena injakan dan pencemaran oleh
kotoran ternak lebih terkendali/merata. Untuk mencegah agar ternak tidak merenggut tanaman yang
sedang tumbuh kembali, maka dipasang pagar kedua di belakang ternak. Pelaksanaan penggembalaan
jalur ini akan mendapatkan hasil yang baik apabila dilaksanakan pada pastura yang berproduksi tinggi
(kuantitas dan kualitasnya).

D. Penggembalaan berpantang

Penggembalaan berpantang adalah suatu cara untuk mengistirahatkan pastura sekaligus


merupakan suatu upaya untuk mempersiapkan persediaan pakan, artinya pada suatu saat pastura tidak
digembalai ternak, pada saat produksi sudah tinggi areal dipaksa dikeringkan sehingga tanaman kering.
Areal pastura ini nantinya digembalai ternak atau dipotong untuk disimpan dalam bentuk kering guna
mengantisipas i situasi kekurangan hijauan. Hijauan yang dipaksa kering di pastura ini disebut dengan
standing hay. Standing hay ini berbeda dengan rumput yang sudah mengering karena tua, karena
standing hay ini rumput dipaksa kering pada saat kualitasnya tinggi dengan cara menghentikan proses
biologis melalui pengeringan lahan. Dengan melakukan penggembalaan ber pantang ini diharapkan
tanaman menjadi tegar saat tumbuh kembali nantinya, karena perakaran berkembang bebas tanpa ada
injakan ternak, sehingga produktifitas t anaman berikutnya menjadi tinggi.

2.2 Cara-Cara Pengembalaan Ternak

Menurut Reksohadiprodjo (1985) menjelaskan bahwa dari cara konsumsi hijauan padangan, terdapat 5
(lima) cara penggembalaan ternak yaitu:

1. Penggembalaan Ekstensif

Pada penggembalaan ini, ternak digembalakan secara liar dan bebas memilih sendiri hijauan Pada
penggembalaan ini, ternak digembalakan secara liar dan bebas memilih sendiri hijauan

yang disukainya di padangan yang luas tanpa rotasi. yang disukainya di padangan yang luas tanpa rotasi.

2. Penggembalaan Semi-Ekstensif
Pada penggembalaan ini, ternak digembalakan secara bebas di daerah yang luas yang telah Pada
penggembalaan ini, ternak digembalakan secara bebas di daerah yang luas yang telah

dibagi-bagi menurut petak-petak luas, telah dilakukan rotasi tetapi pemilihan hijauan masih dibagi-bagi
menurut petak-petak luas, telah dilakukan rotasi tetapi pemilihan hijauan masih

bebas. bebas.

3. Penggembalaan Intensif

Pada penggembalaan ini, ternak digembalakan pada daerah terbatas yang dibagi menjadi petakPada
penggembalaan ini, ternak digembalakan pada daerah terbatas yang dibagi menjadi petak

petak terbatas. Pemilihan hijauan terbatas, rotasi diperketat, setiap hari beralih petak. petak terbatas.
Pemilihan hijauan terbatas, rotasi diperketat, setiap hari beralih petak.

4. Penggembalaan Strip Grazing

Pada penggembalaan ini, ternak dibatasi geraknya dalam merenggut tanaman. Dua kawat Pada
penggembalaan ini, ternak dibatasi geraknya dalam merenggut tanaman. Dua kawat

beraliran beraliran listrik listrik ditempatkan ditempatkan ddii muka muka dan dan ddii belakang
belakang ternak, ternak, serta serta pergeseran pergeseran kawat kawat dilakukan dilakukan

tiap hari. tiap hari.

5. Penggembalaan Soiling

Pada penggembalaan ini, hijauan padangan dipotong manusia dan diberikan pada ternak di Pada
penggembalaan ini, hijauan padangan dipotong manusia dan diberikan pada ternak dikandang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dari tinjauan pustaka dapat disimpulkan bahwa
Macam-macam sistem pastura : Penggembalaan Kontinyu, Penggembalaan bergilir. Penggembalaan
Jalur,Penggembalaan berpantang
Dan cara-cara pengembalaan : Penggembalaan Ekstensif, Penggembalaan Semi-Ekstensif.
Penggembalaan Intensif,.Penggembalaan Strip Grazing,Penggembalaan Soiling.
Daftar pustaka

Bell, A. 2006. Pasture Assessment and Livestock Production. NSW Department of Primary
Industries, New South Wales.
Casale, R. 2012. Pasture Management. Natural Resources Conservation Service (NRCS) Office,
Oregon.

Anda mungkin juga menyukai