ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi penerimaan retribusi pasar, kontribusi retribusi pasar
terhadap pendapatan asli daerah dan efektifitas pemungutan retribusi pasar (Studi pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Solok) periode tahun anggaran 2011-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi penerimaan
retribusi pasar pada tahun 2011 sebesar Rp.13.780.000, tahun 2012 sebesar Rp.15.808.000, tahun 2013 sebesar
Rp.48.828.000 tahun 2014 sebesar Rp.78.468.000. Nilai kontribusi penerimaan retribusi pasar terhadap
Pendapatan Asli Daerah selama periode tahun 2011-2014 menunjukkan adanya kecenderungan berfluktuasi dari
tahun 2011 sebesar 0,03 persen, tahun 2012 sebesar 0,04 persen, Pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan sebesar 0,07 persen dari tahun sebelumnya yaitu 0,04 persen menjadi 0,11 persen dan pada
tahun 2014 kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah mengalami penurunan sebesar 0,01 persen.
Kontribusi retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten Solok tiap tahunnya dikategorikan
sangat kurang atau rendah tiap tahunnya. Rata-rata efektifitas pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Solok
dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 sebesar 212,04 persen. Jika dilihat pertahunnya, pada tahun 2011 dan
2012 yang realisasi penerimaan retribusi pasar mencapai 94,17 % dan 96,67 %, masuk dalam kategori efektif.
Pada tahun 2013 dan 2014 realisasi penerimaan retribusi pasar mencapai 298,33 % dan 359 % dikategorikan
sangat efektif.
Kata kunci : Retribusi Pasar, Pendapatan Asli Daerah, Potensi Penerimaan, Kontribusi, dan Efektifitas
Pemungutan
1. PENDAHULUAN
Sesuai dengan sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang
Dasar 1945, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengatur sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi daerah harus lebih ditekankan pada
prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan keadilan, serta memperhatikan sumber
daya dan keanekaragaman daerah. Dalam otonomi daerah, pemberian kewenangan yang luas kepada
daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan kepada masyarakat. Misi utama dari kedua undang-undang tersebut bukan hanya pada
keinginan untuk melimpahkan kewenangan dan pembiayaan dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah, tetapi yang lebih penting adalah keinginan untuk meningkatkan kontribusi, efisiensi, dan
efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan
pelayanan kepada masyarakat.
Sejalan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, pada hakekatnya adalah memberikan hak pada daerah untuk melakukan otonomi
daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah
untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Untuk itu, daerah dituntut agar bersikap proaktif dalam
287
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
meningkatkan penerimaan daerah dengan menggali potensi sumber daya yang ada pada daerahnya,
agar otonomi daerah dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam mendukung pembiayaan
dan penyelenggaraan pemerintah serta pembiayaan pembangunan, setiap daerah harus mampu
menggali dan mendayagunakan sumber-sumber keuangan asli daerah yang berasal dari pendapatan
asli daerah (PAD). (Rusdana, 2014).
Sebagai daerah otonom, Kabupaten Solok dituntut untuk dapat memiliki kemandirian terutama dalam
hal penggalian dan pengelolaan sumber-sumber keuangan daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah
Kabupaten Solok diharuskan menggali potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah yang
dimilikinya terutama dari pajak daerah dan retribusi daerah. Akan tetapi, Pemerintah Daerah
Kabupaten Solok belum memaksimalkan dalam menggali potensi sumber-sumber pendapatan asli
daerah yang menyebabkan hasil penerimaan daerah Kabupaten Solok yang berasal dari pendapatan
asli daerah, sehingga kontribusinya yang berasal dari sektor pajak daerah dan retribusi daerah diakui
sampai sekarang ini belum memadai atau relatif kecil dibandingkan jumlah pendapatan dalam
APBD Kabupaten Solok, dan ketergantungan pada pemerintah pusat masih sangat tinggi. Dan juga,
sebagian besar pengeluaran APBD masih dibiayai dari dana perimbangan yang terdiri dari Dana
Bagi Hasil Pajak / bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus. (Rahim, 2012).
Perkembangan pendapatan asli daerah Kabupaten Solok selama 4 tahun terakhir ini dapat dilihat dari
tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1 : Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kab. Solok,
Tahun 2011-2014
Naik/
Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah PAD
No Turun
1 2011 5.374.296.600 4.993.536.908 30.631.854.541 -
2 2012 6.236.594.682 5.911.340.291 26.621.088.379 (13,09%)
3 2013 6.929.890.010 9.442.006.826 31.499.259.662 18,32 %
4 2014 10.313.711.698 15.296.573.230 44.006.239.181 39,70 %
Sumber : Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Solok, Laporan
realisasi PAD, Beberapa terbitan (data diolah)
Naik
DBH Pajak Dana Alokasi Dana Alokasi Dana
No Tahun Dana
/Bukan Pajak Umum Khusus Perimbangan
Tranfer
1 2011 22.643.992.285 481.015.459.720 52.014.000.000 555.673.452.005 -
Sumber : Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Solok, Laporan
realisasi PAD, Beberapa terbitan (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.1 dan tabel 1.2 dapat dilihat perkembangan pendapatan asli daerah Kabupaten
Solok dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 menunjukkan kecendrungan berfluktuasi. Realisasi
pendapatan asli daerah pada tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun 2011 sebesar 13,09 % atau
sebesar Rp.4.010.766.162 dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 18,32
288
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
% atau sebesar Rp. 4.878.171.283 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup baik dari
tahun 2013 sebesar 39,70 % atau Rp. 12.506.979.419. Perkembangan dana perimbangan yang diterima
Kabupaten Solok mengalami peningkatan penerimaan rata-rata 11,2 % pertahun.
Perkembangan penerimaan retribusi pasar Kabupaten Solok selama 4 tahun terakhir ini dapat dilihat
dari tabel 1.3 berikut ini:
Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat realisasi penerimaan retribusi pasar dalam kurun waktu 4 tahun
terakhir yaitu pada tahun 2012 menunjukkan peningkatan penerimaan dari tahun 2011 sebesar 2,65 %
atau Rp.300.000, pada tahun 2013 mengalami peningkatan penerimaan cukup tinggi dari tahun 2012
sebesar 208,6 % atau Rp.24.200.000 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan penerimaan dari
tahun 2013 sebesar 20,3% atau Rp.7.280.000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
penerimaan retribusi pasar dari tahun ke tahun, menjadikan retribusi pasar sebagai salah satu jenis
penerimaan daerah yang cukup berpotensi pada daerah Kabupatenb Solok dan memberi masukan
terhadap kas daerah pada sektor retribusi daerah yang meningkatkan pendapatan asli daerah.
Perkembangan perekonomian pada Kabupaten Solok didominasi oleh sektor perdagangan. Salah satu
kegiatan ekonomi yang menggerakkan perdagangan pada Kabupaten Solok adalah adanya pasar.
Dengan adanya pasar, maka akan tercipta siklus perputaran uang bagi peningkatan kehidupan
perekonomian masyarakat. Dengan adanya peningkatan perekonomian tersebut secara tidak langsung
berdampak bagi Pemerintah Daerah untuk senantiasa mengembangkan pasar yang difasilitasi oleh
pemerintah yang juga digunakan sebagai potensi penerimaan daerah. Oleh karena itu, semakin banyak
pasar yang difasilitasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Solok, maka akan berdampak pada
peningkatan penerimaan retribusi pasar. Berdasarkan data yang ada pada Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, ada dua tahun yang realisasi penerimaan retribusi pasar
melewati target yang telah ditetapkan, yaitu pada tahun 2013 dan tahun 2014, seperti yang dijelaskan
dalam tabel 1.4 berikut ini:
Tabel 1.4 : Target dan Realisasi Retribusi Pasar Kabupaten Solok, 2011-2014
289
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
Berdasarkan tabel 1.4 di atas dapat dilihat bahwa efektivitas pemungutan retribusi pasar tahun 2011
dan 2012 mencapai 94,17%, dan 96,67%, hal ini menunjukkan bahwa realisasi retribusi pasar tidak
memenuhi target yang telah ditetapkan, pada tahun 2013 dan 2014 efektivitas pemungutan mencapai
298,33 % dan 359 %, hal ini menunjukkan penerimaan retribusi pasar melebihi target yang ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas, kajian tentang retribusi pasar secara lebih mendalam merupakan hal yang
menarik, terutama dari sisi potensi retribusi pasar dan kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan
asli daerah, serta efektifitas pemungutan retribusi pasar Kab. Solok. Menariknya kajian ini dilandasi
berdasarkan data yang ada pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kab.
Solok, selama 4 tahun terakhir realisasi penerimaan retribusi pasar hampir semuanya melebihi dari
target yang telah ditetapkan. Hal ini, menunjukkan bahwa tingginya realisasi dibandingkan target
kemungkinan disebabkan penetapan target penerimaan yang terlalu rendah. Dengan demikian, masih
adanya peluang dan kesempatan untuk ditingkatkan realisasi penerimaan retribusi pasar berdasarkan
potensi yang ada di masa yang akan datang, Dengan penelitian ini diharapkan memiliki arti penting,
karena hasil penelitian akan menjadi masukan yang berharga bagi Pemerintah Daerah Kab. Solok
dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis potensi retribusi pasar
dan kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah, serta efektifitas pemungutan retribusi pasar
Kabupaten Solok.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Pendapatan Asli Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah pasal 1 ayat 18 disebutkan pendapatan asli daerah (PAD) adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan pendapatan asli daerah
(PAD) adalah penerimaan daerah yang masuk ke kas umum daerah yang bersumber dari hasil daerah
itu sendiri, yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
dan lain-lain PAD yang sah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, pasal 6 ayat 1 pendapatan asli daerah bersumber dari:
1. Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang bersifat memaksa, digunakan untuk
keperluan daerah bagi kemakmuran rakyat.
2. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan. Hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan merupakan suatu penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang meliputi:
Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas
penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMN dan bagian laba atas penyertaan
modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat
290
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah
yang berasal dari lain-lain milik perusahaan daerah, yang meliputi: Hasil penjualan kekayaan
daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan Jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih
nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
291
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
a. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan Pemerintah Daerah dengan
menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat disediakan sektor swasta. Jasa ini
antara lain retribusi terminal, retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi pasar grosir
dan/atau pertokoan, retribusi tempat parkir.
b. Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, dan fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Perizinan tertentu
antara lain retribusi izin mendirikan bangunan, izin tempat menjual minuman beralkohol,
izin gangguan, izin trayek.
292
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
yang diwajibkan melakukan pembayaran retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Objek Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 2 ayat (1) huruf e adalah
penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang diberikan Pemerintah
Daerah, khusus disediakan untuk pedagang. Dikecualikan dari objek retribusi pelayanan pasar
sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN,
BUMD, dan pihak swasta.
2.4 Kontribusi
Menurut Halim (2004) kontribusi retribusi adalah seberapa besar pengaruh atau peran serta serta
penerimaan retribusi terhadap pendapatan asli daerah, dapat dikatakan juga kontribusi retribusi daerah
adalah seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan retribusi daerah terhadap
besarnya pendapatan asli daerah.
2.5 Efektivitas
Menurut Halim (2004) efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam
merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang telah
ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah. Kemampuan daerah dalam melaksanakan tugas
dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal 1 atau 100%, sehingga apabila rasio
efektivitasnya semakin tinggi, menggambarkan kemampuan daerah semakin baik. Menurut
Mardiasmo (2009) efektivitas menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang
ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan antara outcome (hasil) dengan
output (target).
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif .Pendekatan kuantitatif merupakan
penelitian dengan cara menguraikan dan memperhatikan hasil data yang diperoleh untuk dijabarkan
berdasarkan ketergantungan yang didukung teori retribusi.
293
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
294
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
Metode ini dilaksanakan dengan melakukan studi kepustakaan melalui literatur, jurnal, dan
informasi online.
Kontribusi retribusi daerah terhadap PAD, selanjutnya dinilai berdasarkan kriteria yang telah disusun
oleh Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM tahun 1991 yang disusun dalam tabel berikut ini:
Persentase Kriteria
Rasio 0,00 -10,00% Sangat Kurang
Rasio 10,10 – 20,00% Kurang
Rasio 20,10 – 30,00% Sedang
Rasio 30,10 – 40,00% Cukup
Rasio 40,10 – 50,00% Baik
Rasio diatas 50,00% Sangat Baik
Sumber : Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327
295
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
Persentase Kriteria
>100% Sangat efektif
90-100% Efektif
80-90% Cukup
60-80% Kurang efektif
<60% Tidak efektif
Sumber :Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 Tahun 1996. Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan
Tabel 4.1: Realisasi, Target dan Potensi Penerimaan Retribusi Pasar Kab. Solok Tahun 2011-2014
296
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
Selisih Potensi
Penerimaan Retribusi
Pasar dan Target
Penerimaan Retribusi
Pasar
Selisih Potensi
Penerimaan Retribusi
Pasar dan Realisasi
Penerimaan Retribusi
Pasar
Dari tabel 4.1 dan grafik 1 dapat dilihat bahwa potensi retribusi pasar pada tahun 2011 sebesar
Rp.13.780.000, tahun 2012 sebesar Rp. 15.808.000, tahun 2013 sebesar Rp.48.828.000, tahun 2014
sebesar Rp.78.468.000. Hal ini menunjukkan bahwa potensi retribusi pasar dari tahun 2011 sampai
tahun 2014 mengalami peningkatan. Peningkatan potensi retribusi pasar dari tahun 2011 sampai tahun
2014 dikarenakan adanya penambahan jumlah pasar yang difasilitasi Pemerintah Daerah Kab. Solok
berupa penambahan fasilitas berupa los, dan kios tiap tahunnya. Dan jika dibandingkan antara potensi
retribusi pasar dengan target yang telah ditetapkan yaitu pada tahun 2011 potensi retribusi pasar
sebesar Rp.13.780.000 dengan target retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000. Pada tahun 2012 potensi
pretribusi pasar sebesar Rp.15.808.000 dengan target retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000. Pada
tahun 2013 potensi retribusi pasar sebesar Rp.48.828.000 dengan target retribusi pasar sebesar
Rp.12.000.000. Pada tahun 2014 potensi retribusi pasar sebesar Rp.78.468.000 dengan target retribusi
pasar sebesar Rp.12.000.000. Dari data di atas menunjukkan bahwa dari tahun 2011 sampai tahun
297
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
2014 nilai potensi retribusi pasar lebih besar dari target yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Solok. Sehingga dapat disimpulkan dari tahun 2011 sampai tahun 2014 Pemerintah Daerah
Kab. Solok dalam menetapkan target tidak berdasarkan potensi yang ada.
Pada tabel 4.1 dan grafik 2 dapat dilihat selisih potensi retribusi pasar dengan target retribusi pasar
dari tahun 2011 sampai tahun 2014 mengalami kenaikan mengalami kenaikan. Pada tahun 2011
potensi retribusi pasar sebesar Rp.13.780.000 dengan target retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000
sehingga selisihnya adalah sebesar Rp.1.780.000. Pada tahun 2012 potensi retribusi pasar sebesar
Rp.15.808.000 dengan target retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000, sehingga selisihnya adalah
sebesar Rp.3.808.000. Pada tahun 2013 potensi retribusi pasar sebesar Rp.48.828.000 dengan target
retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000 sehingga selisihnya adalah sebesar Rp.36.828.000. Pada tahun
2014 potensi retribusi pasar sebesar Rp.78.468.000 dengan target retribusi pasar sebesar
Rp.12.000.000 sehingga selisihnya adalah sebesar Rp.66.468.000. Dan dapat dilihat juga selisih
potensi retribusi pasar dengan realisasi penerimaan retribusi pasar dari tahun 2011 sampai tahun 2014
mengalami kenaikan mengalami kenaikan. Pada tahun 2011 potensi retribusi pasar sebesar
Rp.13.780.000 dengan realisasi penerimaan retribusi pasar sebesar Rp.11.300.000 sehingga selisihnya
adalah sebesar Rp.2.480.000 Pada tahun 2012 potensi retribusi pasar sebesar Rp. 15.808.000 dengan
realisasi penerimaan retribusi pasar sebesar Rp.11.600.000 sehingga selisihnya adalah sebesar
Rp.4.208.000. Pada tahun 2013 potensi retribusi pasar sebesar Rp.48.828.000 dengan realisasi
penerimaan retribusi pasar sebesar Rp.35.800.000 sehingga selisihnya adalah sebesar Rp. 13.028.000.
Pada tahun 2014 potensi retribusi pasar sebesar Rp. 78.468.000 dengan realisasi penerimaan retribusi
pasar sebesar Rp.43.080.000 sehingga selisihnya adalah sebesar Rp. 35.388.000.
Tabel 4.2 : Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kab. Solok,
Tahun 2011-2014
Realisasi Realisasi
No. Tahun Nilai Kontribusi Kategori
Retribusi Pasar PAD
1 2011 11.300.000 30.631.854.541 0,03 Sangat Kurang
2 2012 11.600.000 26.621.088.379 0,04 Sangat Kurang
3 2013 35.800.000 31.499.259.662 0,11 Sangat Kurang
4 2014 43.080.000 44.006.239.181 0,09 Sangat Kurang
298
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
Kontribusi (%)
Rata-Rata dalam 4
tahun
Kategori Sangat Kurang
Target
Tahun Realisasi Kategori
No Retribusi Nilai Efektifitas
Anggaran Retribusi Pasar
Pasar
1 2011 12.000.000 11.300.000 94,17 Efektif
2 2012 12.000.000 11.600.000 96,67 Efektif
3 2013 12.000.000 35.800.000 298,33 Sangat Efektif
4 2014 12.000.000 43.080.000 359,00 Sangat Efektif
Rata-Rata 212,04 Sangat Efektif
Sumber : Data diolah tahun 2015. Target dan realisasi retribusi pasar bersumber :Laporan PAD Kabupaten
Solok tahun 2011-2014
299
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
Berdasarkan data yang ditampilkan dalam Tabel 4.3 dan grafik 4 dapat dilihat secara rata-rata
efektifitas penerimaan retribusi pasar di Kabupaten Solok dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014
sebesar 212,04 persen. Berdasarkan matriks kinerja keuangan, maka efektifitas pemungutan retribusi
pasar di Kabupaten Solok masuk dalam kategori sangat efektif. Jika dilihat pertahunnya, pada tahun
2011 target penerimaan retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000 dan realisasinya sebesar Rp. 11.300.000
mencapai 94,17 %. Pada tahun 2012 target penerimaan retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000 dan
realisasinya sebesar Rp.11.600.000 mencapai 96,67 % masuk dalam kategori efektif. Akan tetapi,
realisasi penerimaan retribusi pasar tidak mencapai target, hal ini mengidentifikasikan terdapat
permasalahan di dalam kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Solok yang kurang optimal dalam
pemungutan retribusi pasar. Pada tahun 2013 target penerimaan retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000
dan realisasinya sebesar Rp.35.800.000 mencapai 298,33 %. Pada tahun 2014 target penerimaan
retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000 dan realisasinya sebesar Rp.43.080.000 mencapai 359 % masuk
dalam kategori sangat efektif, hal ini menunjukkan realisasi penerimaan retribusi pasar melebihi target
yang telah ditetapkan dan kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Solok dalam pemungutan retribusi
pasar cukup optimal. Akan tetapi, tingkat efektivitas pemungutan retribusi pasar yang tinggi,
berkemungkinan dikarenakan oleh target penerimaan retribusi pasar yang terlalu rendah, dibawah
potensi yang sebenarnya.
5.1 Kesimpulan
Berkenaan hasil penelitian dari yang telah dilakukan pada daerah maka kesimpulan penelitin ini
adalah:
a. Potensi penerimaan retribusi pasar pada tahun 2011 sebesar Rp.13.780.000, tahun 2012 sebesar
Rp.15.808.000, tahun 2013 sebesar Rp.48.828.000, tahun 2014 sebesar Rp.78.468.000. Hal ini
menunjukkan bahwa potensi penerimaan retribusi pasar dari tahun 2011 sampai tahun 2014
mengalami peningkatan.
b. Nilai kontribusi penerimaan retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah selama periode
tahun 2011-2014 menunjukkan adanya kecenderungan berfluktuasi dari tahun 2011 sebesar
0,03 persen, tahun 2012 sebesar 0,04 persen, Pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan sebesar 0,07 persen dari tahun sebelumnya yaitu 0,03 persen menjadi 0,11
persen dan pada tahun 2014 kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah
mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Kontribusi retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) pada Kabupaten Solok tiap tahunnya dikategorikan sangat kurang atau rendah
300
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
tiap tahunnya. Hal ini memperlihatkan bahwa kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Solok
dalam pemungutan retribusi pasar tiap tahunnya masih belum optimal.
c. Rata-rata efektifitas pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Solok dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2014 sebesar 212,04 persen. Jika dilihat pertahunnya, pada tahun 2011 dan 2012
yang realisasi penerimaan retribusi pasar mencapai 94,17 % dan 96,67 %, masuk dalam
kategori efektif, akan tetapi, realisasi penerimaan retribusi pasar belum mencapai target yang
telah ditetapkan. Pada tahun 2013 dan 2014 realisasi penerimaan retribusi pasar mencapai
298,33 % dan 359 % dikategorikan sangat efektif dikarenakan realisasi penerimaan retribusi
pasar melebihi target yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah
Daerah Kabupaten Solok dalam pemungutan retribusi pasar cukup optimal. Akan tetapi, tingkat
efektivitas pemungutan retribusi pasar yang tinggi, berkemungkinan dikarenakan oleh target
penerimaan retribusi pasar yang terlalu rendah, dibawah potensi yang sebenarnya
5.2 Saran
1. Untuk Pengelola Pasar
a) Melakukan peningkatan pelayanan terhadap pedagang dengan cara perbaikan prasarana pasar,
kebersihan lingkungan pasar, menjaga keamanan pasar dan menata kembali tempat berjualan
bagi para pedagang khususnya yang berada di pelataran. Hal ini dilakukan untuk memberikan
kepuasan kepada pedagang, sehingga akan meningkatkan kesadaran mereka bahwa
pemungutan retribusi dilakukan dengan tujuan akhir memperbaiki fasilitas bagi pedagang.
b) Pengelola pasar melakukan pendataan subjek dan objek retribusi pasar yang sudah ada
sehingga dapat diketahui potensi yang sebenarnya. Mendata secara langsung pedagang tetap
dan pedagang tidak tetap dan juga perlu ditingkatkan kegiatan pemeriksaan dan pengawasan di
lapangan terhadap pelaksanaan pemungutan retribusi pasar sehingga dapat menghindari dan
mencegah terjadinya kebocoran dalam pemungutan retribusi pasar.
c) Pengelola pasar menjaring para wajib retribusi baru yang belum dikenai pungutan retribusi
sebelumnya dengan meningkatkan kegiatan pemeriksaan dan pengawasan di lapangan. Dan
juga melakukan penagihan kepada wajib retribusi yang menunggak pembayaran retribusi pasar.
d) Pengelola pasar hendaknya melakukan pengawasan dan pengendalian untuk mengantisipasi
penyimpangan dalam pemungutan retribusi pasar. Dan pengelola pasar hendaknya
melaksanakan pemungutan retribusi pasar Kabupaten Solok secara optimal berdasarkan
peraturan yang berlaku
e) Pengelola pasar hendaknya mengadakan pendekatan persuasif kepada wajib retribusi agar
memenuhi kewajibannya melalui kegiatan penyuluhan.
f) Pengelola pasar menerapkan sanksi hukum kepada wajib retribusi khususnya para pemilik kios,
los atau pelataran yang tidak membayar retribusi yang telah ditetapkan dan memberikan
teguran lisan dan tertulis kepada pedagang yang melalaikan kewajibannya
2. Untuk Pemerintah Kabupaten Solok
a) Pemerintah daerah hendaknya dalam menetapkan target setiap tahunnya berdasarkan
perhitungan potensi yang sebenarnya.
b) Pemerintah daerah hendaknya meninjau kembali ketentuan tarif dan pengembangan sasaran
sesuai Peraturan Daerah serta mengkaji ulang Peraturan Daerah untuk diajukan perubahan.
Dalam pengenaan tarif retribusi pasar disesuaikan dengan tingkat layanan yang diberikan
kepada para wajib retribusi.
c) Pemerintah hendaknya berkomitmen untuk menerapkan sanksi hukum kepada pasar yang tidak
melakukan penyetoran dan memberikan teguran lisan dan tertulis kepada pengelola pasar yang
melalaikan kewajibannya
d) Pemerintah hendaknya meningkatkan sarana dan prasarana yang telah ada dan perbaikan atas
sarana dan prasarana tersebut untuk memberikan kenyamanan para pengguna pasar baik
pedagang maupun pembeli. Selain itu juga sebagai bentuk tanggung jawab pemeritah daerah
untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengguna pasar yang telah memberikan
sumbangan pemasukan kas daerah.
301
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
DAFTAR PUSTAKA
[1] Azwardi. 2006. Analisis Potensi Penerimaan Retribusi Pasar di Kota Palembang. Penelitian Ilmiah
Program Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya.
[2] Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
[3] Caroline. 2005. Analisis Kinerja Penerimaan Retribusi Pasar di Kota Salatiga. Tesis Universitas
Diponegoro.
[4] Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Solok. Target dan Realisasi APBD TA
2011-2014.
[5] Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan UMKM Kabupaten Solok. Realisasi Penerimaan
Retribusi Pasar TA 2011-2014 .
[6] Halim, Abdul. 2004. Manajemen keuangan Daerah. Edisi Revisi Tahun 2001. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
[7] Kustowo, Yuni. 2001. Potensi Efisiensi dan Efektivitas Pemungutan Retribusi Pasar Di Kabupaten
Cilacap. Tesis Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Program
Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.
[8] Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
[9] Mardiasmo. 2009. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi.
[10] Rahim, Syamsu. 2012. Seminar Internasional: “Local Government Finance and Budgeting, Local
Government Taxation”.
[11] Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 8 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
[12] Rossalinna, Lusi. 2012. Analisis Pengelolaan Retribusi Parkir di Kota Solok. Tesis Program Studi
Magister Akuntansi Program Pascasarjana, Universitas Andalas.
[13] Sekaran, Uma. 2006. Reseach Method For Business: Metedologi Penelitian untuk bisnis. Edisi 4 Buku 2.
Jakarta: Salemba Empat.
[14] Sudrajat .2008. Analisis Penerimaan Retribusi Pasar di Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur
Tahun 2000-2003.Thesis.Universitas Airlangga Surabaya.
[15] Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
[16] Supardi .2008. Kontribusi Pendapatan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
di
Kabupaten Bantul, AKMENIKA UPY, Volume 2, 2008.
[17] Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
[18] Wijaya, H.A.W. 2008. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia. Jakarta: Penerbit Rajawali Pers.
Peraturan Perundang-undangan
[1] Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor 690.900.327 Tahun 1996 Tentang Pedoman Penilaian Kinerja
Keuangan.
[2] Peraturan Bupati Kabupaten Solok Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pengelolaan Pasar dan
Juknis Pengelolaan Pasar dinyatakan tidak berlaku lagi.
[3] Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Retribusi Jasa Umum.
[4] Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
[5] Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
302
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
[6] Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
[7] Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
[8] Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
303