Anda di halaman 1dari 17

Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal.

287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854


Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR DAN


KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
(STUDI PADA PEMERINTAH KABUPATEN SOLOK)

Indri Fitria Sari


Universitas Andalas, Indonesia
Email :Indri07589@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi penerimaan retribusi pasar, kontribusi retribusi pasar
terhadap pendapatan asli daerah dan efektifitas pemungutan retribusi pasar (Studi pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Solok) periode tahun anggaran 2011-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi penerimaan
retribusi pasar pada tahun 2011 sebesar Rp.13.780.000, tahun 2012 sebesar Rp.15.808.000, tahun 2013 sebesar
Rp.48.828.000 tahun 2014 sebesar Rp.78.468.000. Nilai kontribusi penerimaan retribusi pasar terhadap
Pendapatan Asli Daerah selama periode tahun 2011-2014 menunjukkan adanya kecenderungan berfluktuasi dari
tahun 2011 sebesar 0,03 persen, tahun 2012 sebesar 0,04 persen, Pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan sebesar 0,07 persen dari tahun sebelumnya yaitu 0,04 persen menjadi 0,11 persen dan pada
tahun 2014 kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah mengalami penurunan sebesar 0,01 persen.
Kontribusi retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten Solok tiap tahunnya dikategorikan
sangat kurang atau rendah tiap tahunnya. Rata-rata efektifitas pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Solok
dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 sebesar 212,04 persen. Jika dilihat pertahunnya, pada tahun 2011 dan
2012 yang realisasi penerimaan retribusi pasar mencapai 94,17 % dan 96,67 %, masuk dalam kategori efektif.
Pada tahun 2013 dan 2014 realisasi penerimaan retribusi pasar mencapai 298,33 % dan 359 % dikategorikan
sangat efektif.

Kata kunci : Retribusi Pasar, Pendapatan Asli Daerah, Potensi Penerimaan, Kontribusi, dan Efektifitas
Pemungutan

1. PENDAHULUAN
Sesuai dengan sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang
Dasar 1945, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengatur sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi daerah harus lebih ditekankan pada
prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan keadilan, serta memperhatikan sumber
daya dan keanekaragaman daerah. Dalam otonomi daerah, pemberian kewenangan yang luas kepada
daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan kepada masyarakat. Misi utama dari kedua undang-undang tersebut bukan hanya pada
keinginan untuk melimpahkan kewenangan dan pembiayaan dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah, tetapi yang lebih penting adalah keinginan untuk meningkatkan kontribusi, efisiensi, dan
efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan
pelayanan kepada masyarakat.
Sejalan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, pada hakekatnya adalah memberikan hak pada daerah untuk melakukan otonomi
daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah
untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Untuk itu, daerah dituntut agar bersikap proaktif dalam
287
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

meningkatkan penerimaan daerah dengan menggali potensi sumber daya yang ada pada daerahnya,
agar otonomi daerah dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam mendukung pembiayaan
dan penyelenggaraan pemerintah serta pembiayaan pembangunan, setiap daerah harus mampu
menggali dan mendayagunakan sumber-sumber keuangan asli daerah yang berasal dari pendapatan
asli daerah (PAD). (Rusdana, 2014).

Sebagai daerah otonom, Kabupaten Solok dituntut untuk dapat memiliki kemandirian terutama dalam
hal penggalian dan pengelolaan sumber-sumber keuangan daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah
Kabupaten Solok diharuskan menggali potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah yang
dimilikinya terutama dari pajak daerah dan retribusi daerah. Akan tetapi, Pemerintah Daerah
Kabupaten Solok belum memaksimalkan dalam menggali potensi sumber-sumber pendapatan asli
daerah yang menyebabkan hasil penerimaan daerah Kabupaten Solok yang berasal dari pendapatan
asli daerah, sehingga kontribusinya yang berasal dari sektor pajak daerah dan retribusi daerah diakui
sampai sekarang ini belum memadai atau relatif kecil dibandingkan jumlah pendapatan dalam
APBD Kabupaten Solok, dan ketergantungan pada pemerintah pusat masih sangat tinggi. Dan juga,
sebagian besar pengeluaran APBD masih dibiayai dari dana perimbangan yang terdiri dari Dana
Bagi Hasil Pajak / bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus. (Rahim, 2012).

Perkembangan pendapatan asli daerah Kabupaten Solok selama 4 tahun terakhir ini dapat dilihat dari
tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1 : Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kab. Solok,
Tahun 2011-2014

Naik/
Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah PAD
No Turun
1 2011 5.374.296.600 4.993.536.908 30.631.854.541 -
2 2012 6.236.594.682 5.911.340.291 26.621.088.379 (13,09%)
3 2013 6.929.890.010 9.442.006.826 31.499.259.662 18,32 %
4 2014 10.313.711.698 15.296.573.230 44.006.239.181 39,70 %
Sumber : Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Solok, Laporan
realisasi PAD, Beberapa terbitan (data diolah)

Tabel 1.2 : Dana Perimbangan yang Diterima Kabupaten Solok,Tahun 2011-2014

Naik
DBH Pajak Dana Alokasi Dana Alokasi Dana
No Tahun Dana
/Bukan Pajak Umum Khusus Perimbangan
Tranfer
1 2011 22.643.992.285 481.015.459.720 52.014.000.000 555.673.452.005 -

2 2012 23.058.500.022 521.759.479.000 54.762.570.000 599.580.549.022 7,9 %

3 2013 21.748.652.040 588.040.074.000 71.510.280.000 681.299.006.040 13,6 %

4 2014 20.572.172.017 651.730.691.000 90.839.880.000 763.142.743.017 12 %

Sumber : Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Solok, Laporan
realisasi PAD, Beberapa terbitan (data diolah)

Berdasarkan tabel 1.1 dan tabel 1.2 dapat dilihat perkembangan pendapatan asli daerah Kabupaten
Solok dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 menunjukkan kecendrungan berfluktuasi. Realisasi
pendapatan asli daerah pada tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun 2011 sebesar 13,09 % atau
sebesar Rp.4.010.766.162 dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 18,32
288
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

% atau sebesar Rp. 4.878.171.283 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup baik dari
tahun 2013 sebesar 39,70 % atau Rp. 12.506.979.419. Perkembangan dana perimbangan yang diterima
Kabupaten Solok mengalami peningkatan penerimaan rata-rata 11,2 % pertahun.

Perkembangan penerimaan retribusi pasar Kabupaten Solok selama 4 tahun terakhir ini dapat dilihat
dari tabel 1.3 berikut ini:

Tabel 1.3 : Realisasi Penerimaan Retribusi Pasar Kabupaten Solok, 2011-2014

No Realisasi Penerimaan Peningkatan


Tahun
Retribusi Pasar Retribusi Pasar
1 2011 11.300.000 -
2 2012 11.600.000 2,65%
3 2013 35.800.000 208,6%
4 2014 43.080.000 20,3%
Sumber : Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Solok, Laporan
realisasi PAD, Beberapa terbitan (data diolah)

Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat realisasi penerimaan retribusi pasar dalam kurun waktu 4 tahun
terakhir yaitu pada tahun 2012 menunjukkan peningkatan penerimaan dari tahun 2011 sebesar 2,65 %
atau Rp.300.000, pada tahun 2013 mengalami peningkatan penerimaan cukup tinggi dari tahun 2012
sebesar 208,6 % atau Rp.24.200.000 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan penerimaan dari
tahun 2013 sebesar 20,3% atau Rp.7.280.000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
penerimaan retribusi pasar dari tahun ke tahun, menjadikan retribusi pasar sebagai salah satu jenis
penerimaan daerah yang cukup berpotensi pada daerah Kabupatenb Solok dan memberi masukan
terhadap kas daerah pada sektor retribusi daerah yang meningkatkan pendapatan asli daerah.
Perkembangan perekonomian pada Kabupaten Solok didominasi oleh sektor perdagangan. Salah satu
kegiatan ekonomi yang menggerakkan perdagangan pada Kabupaten Solok adalah adanya pasar.
Dengan adanya pasar, maka akan tercipta siklus perputaran uang bagi peningkatan kehidupan
perekonomian masyarakat. Dengan adanya peningkatan perekonomian tersebut secara tidak langsung
berdampak bagi Pemerintah Daerah untuk senantiasa mengembangkan pasar yang difasilitasi oleh
pemerintah yang juga digunakan sebagai potensi penerimaan daerah. Oleh karena itu, semakin banyak
pasar yang difasilitasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Solok, maka akan berdampak pada
peningkatan penerimaan retribusi pasar. Berdasarkan data yang ada pada Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, ada dua tahun yang realisasi penerimaan retribusi pasar
melewati target yang telah ditetapkan, yaitu pada tahun 2013 dan tahun 2014, seperti yang dijelaskan
dalam tabel 1.4 berikut ini:

Tabel 1.4 : Target dan Realisasi Retribusi Pasar Kabupaten Solok, 2011-2014

No. Tahun Target Realisasi Retribusi Pasar Efektifitas (%)

289
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

1 2011 12.000.000,00 11.300.000,00 94,17


2 2012 12.000.000,00 11.600.000,00 96,67
3 2013 12.000.000,00 35.800.000,00 298,33
4 2014 12.000.000,00 43.080.000,00 359,00
Sumber : Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Solok, Laporan
realisasi PAD, Beberapa terbitan (data diolah)

Berdasarkan tabel 1.4 di atas dapat dilihat bahwa efektivitas pemungutan retribusi pasar tahun 2011
dan 2012 mencapai 94,17%, dan 96,67%, hal ini menunjukkan bahwa realisasi retribusi pasar tidak
memenuhi target yang telah ditetapkan, pada tahun 2013 dan 2014 efektivitas pemungutan mencapai
298,33 % dan 359 %, hal ini menunjukkan penerimaan retribusi pasar melebihi target yang ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas, kajian tentang retribusi pasar secara lebih mendalam merupakan hal yang
menarik, terutama dari sisi potensi retribusi pasar dan kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan
asli daerah, serta efektifitas pemungutan retribusi pasar Kab. Solok. Menariknya kajian ini dilandasi
berdasarkan data yang ada pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kab.
Solok, selama 4 tahun terakhir realisasi penerimaan retribusi pasar hampir semuanya melebihi dari
target yang telah ditetapkan. Hal ini, menunjukkan bahwa tingginya realisasi dibandingkan target
kemungkinan disebabkan penetapan target penerimaan yang terlalu rendah. Dengan demikian, masih
adanya peluang dan kesempatan untuk ditingkatkan realisasi penerimaan retribusi pasar berdasarkan
potensi yang ada di masa yang akan datang, Dengan penelitian ini diharapkan memiliki arti penting,
karena hasil penelitian akan menjadi masukan yang berharga bagi Pemerintah Daerah Kab. Solok
dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis potensi retribusi pasar
dan kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah, serta efektifitas pemungutan retribusi pasar
Kabupaten Solok.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Pendapatan Asli Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah pasal 1 ayat 18 disebutkan pendapatan asli daerah (PAD) adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan pendapatan asli daerah
(PAD) adalah penerimaan daerah yang masuk ke kas umum daerah yang bersumber dari hasil daerah
itu sendiri, yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
dan lain-lain PAD yang sah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, pasal 6 ayat 1 pendapatan asli daerah bersumber dari:
1. Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang bersifat memaksa, digunakan untuk
keperluan daerah bagi kemakmuran rakyat.
2. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan. Hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan merupakan suatu penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang meliputi:
Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas
penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMN dan bagian laba atas penyertaan
modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat

290
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah
yang berasal dari lain-lain milik perusahaan daerah, yang meliputi: Hasil penjualan kekayaan
daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan Jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih
nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

2.2 Retribusi dan Retribusi Daerah


2.2.1 Pengertian Retribusi dan Retribusi Daerah
Menurut Undang-Undang 28 Tahun 2009, retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan yang menunjukkan adanya timbal balik langsung antara pemberi dan
penerima jasa. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 retribusi daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan pemerintah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.
Retribusi daerah menurut Pasal 108 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang retribusi daerah
dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:
1. Retribusi Jasa Umum, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan
atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati orang pribadi atau badan. Jenis–jenis retribusi jasa umum terdiri dari sebagai
berikut: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan,
Retribusi Pelayanan Pemakaman dan pengabuan Mayat, Retribusi Penggantian Biaya Cetak
Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil, Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan
Umum., Retribusi Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran, Retribusi Penggatian Biaya Cetak Peta, Retribusi
Penyedian dan/atau Penyedotan Kakus, Retribusi Pengolahan Limbah Cair, Retribusi
Pelayanan Tera/Tera Ulang, Retribusi Pelayanan Pendidikan dan Retribusi Pengendalian
Menara Telekomunikasi
2. Retribusi Jasa Usaha, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa usaha yang
disediakan Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat
pula disediakan sektor swasta. Jenis-jenis retribusi jasa usaha terdiri dari sebagai berikut:
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan, Retribusi
Tempat Pelelangan, Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir, Retribusi Tempat
Penginapan/Pesanggrahan/Villa, Retribusi Rumah Potong Hewan, Retribusi Pelayanan
Kepelabuhanan, Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, Retribusi Penyeberangan di Air. Dan
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
3. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemberian izin
tertentu yang khusus diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu terdiri dari sebagai berikut: Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan, Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol, Retribusi Izin
Gangguan, Retribusi Izin Trayek, dan Retribusi Izin Usaha Perikanan.
Yang merupakan subjek retribusi daerah dan objek retribusi daerah antara lain sebagai berikut:
1) Subjek Retribusi Daerah terbagi atas yaitu:
a. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
b. Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati
pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.
c. Subjek Retribusi Perizinan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu
dari Pemerintah Daerah.
2) Objek Retribusi Daerah terbagi atas yaitu:
Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan Pemerintah Daerah bertujuan
untuk kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati orang pribadi atau badan. Jasa
ini adalah pelayanan sampah, parkir di tepi jalan umum dan pelayanan pasar.

291
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

a. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan Pemerintah Daerah dengan
menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat disediakan sektor swasta. Jasa ini
antara lain retribusi terminal, retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi pasar grosir
dan/atau pertokoan, retribusi tempat parkir.
b. Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, dan fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Perizinan tertentu
antara lain retribusi izin mendirikan bangunan, izin tempat menjual minuman beralkohol,
izin gangguan, izin trayek.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Potensi dan Penerimaan Retribusi Daerah


Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi dan penerimaan retribusi daerah seperti yang dikemukakan
oleh R. Soedargo dalam Caroline (2005) adalah sebagai berikut :
a. Faktor jumlah subjek retribusi daerah. Sesuai dengan sifatnya, retribusi daerah hanya
dikenakan kepada mereka yang telah memanfaatkan jasa pelayanan Pemerintah Daerah.
Oleh karena itu, semakin banyak orang yang memanfaatkan jasa pelayanan Pemerintah
Daerah, maka penerimaan daerah dari retribusi semakin meningkat.
b. Faktor jenis dan jumlah objek retribusi daerah. Perkembangan ekonomi yang semakin baik dari
suatu daerah akan meningkatkan kemampuan pemerintah daerah untuk menyediakan jasa
pelayanan kepada warganya. Semakin banyak jasa pelayanan yang ditawarkan kepada
masyarakat akan semakin besar pula pungutan yang ditarik dari warga masyarakat.
c. Faktor tarif retribusi daerah. Besarnya tarif retribusi daerah yang diterapkan sangat berpengaruh
terhadap penerimaan retribusi daerah. Jika tarif retribusi daerah yang dikenakan kepada
masyarakat tinggi, maka penerimaan retribusi akan semakin meningkat.
d. Faktor efektivitas pungutan retribusi daerah. Dalam melaksanakan pungutan retribusi daerah,
tidak dapat dipisahkan dari kemampuan aparat pelaksana pungutan. Semakin tinggi
kemampuan pelaksana pungutan, maka semakin tinggi tingkat efektivitas pungutan yang pada
akhirnya akan menaikkan jumlah penerimaan daerah.

2.3 Retribusi Pasar


2.3.1 Pengertian Retribusi Pasar
Retribusi pasar menurut Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 4 Tahun 2014 Pasal 1 Butir 19,
adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pelayanan pasar yang disediakan oleh
Pemerintah. Los adalah bangunan tetap didalam lingkungan pasar berbentuk bangunan memanjang
tanpa dilengkapi dinding. Sedangkan kios adalah bangunan di pasar yang beratap dan dipisahkan satu
dengan yang lainnya dengan dinding pemisah mulai dari lantai sampai dengan langit–langit yang
dipergunakan untuk usaha berjualan. Pelayanan pasar adalah segala usaha dan tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pihak ketiga dan/atau kerjasama antara keduanya dalam
rangka peningkatan, pengembangan dan pengendalian aktifitas pasar, pemeliharaan dan
pengembangan fasilitas dan pendukung pasar.

2.3.2 Dasar Hukum Retribusi Pasar


Yang merupakan dasar hukum pemungutan retribusi pasar Kabupaten Solok adalah Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah No. 66
Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah dan Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 4 Tahun 2014
Tentang Retribusi Umum.

2.3.3 Subjek Retribusi Pasar dan Objek Retribusi Pasar


Subjek Retribusi Pelayanan Pasar adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan pasar.
Wajib retribusi pelayanan pasar adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan pasar

292
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

yang diwajibkan melakukan pembayaran retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Objek Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 2 ayat (1) huruf e adalah
penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang diberikan Pemerintah
Daerah, khusus disediakan untuk pedagang. Dikecualikan dari objek retribusi pelayanan pasar
sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN,
BUMD, dan pihak swasta.

2.3.4 Dasar Penetapan Tarif Retribusi Pasar


Dalam penetapan besarnya tarif dari pada retribusi pasar itu sendiri, masing-masing sudah ditetapkan
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 4 tahun 2014 Retribusi Pasar pada Bab VI, Pasal 26
ayat 4 mengenai struktur dan besarnya tarif retribusi. Dasar penetapan tarif retribusi pasar berdasarkan
lokasi, jenis dan luas bangunan serta lamanya pemanfaatan fasilitas pasar. Dengan besarnya tarif
retribusi sebagai berikut di bawah ini:

Tabel 2.1 : Jenis dan Besarnya Tarif Retribusi Pelayanan Pasar

Lokasi Pasar Jenis Bangunan Luas Tarif Per hari Pasar


Pasar Kelas I Los Permanen 2 x 2 M2 3.000/ hari pasar
Kios Permanen 2 x 3,5 M2 20.000/ hari pasar

2.4 Kontribusi
Menurut Halim (2004) kontribusi retribusi adalah seberapa besar pengaruh atau peran serta serta
penerimaan retribusi terhadap pendapatan asli daerah, dapat dikatakan juga kontribusi retribusi daerah
adalah seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan retribusi daerah terhadap
besarnya pendapatan asli daerah.

2.5 Efektivitas
Menurut Halim (2004) efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam
merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang telah
ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah. Kemampuan daerah dalam melaksanakan tugas
dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal 1 atau 100%, sehingga apabila rasio
efektivitasnya semakin tinggi, menggambarkan kemampuan daerah semakin baik. Menurut
Mardiasmo (2009) efektivitas menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang
ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan antara outcome (hasil) dengan
output (target).

3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif .Pendekatan kuantitatif merupakan
penelitian dengan cara menguraikan dan memperhatikan hasil data yang diperoleh untuk dijabarkan
berdasarkan ketergantungan yang didukung teori retribusi.

3.2 Objek Penelitian


Objek kajian penelitian ini adalah retribusi pasar Pemerintah Daerah Kabupaten Solok. Lokasi
penelitian pada pasar-pasar di Kabupaten Solok yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Solok.

293
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

3.3 Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Penentuan Sampel


3.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2011) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pengertian diatas, populasi dalam penelitian ini
adalah sebanyak 44 pasar yang ada di Kabupaten Solok

3.3.2 Sampel Penelitian


Menurut Sugiyono (2011) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sehingga sampel merupakan bagian dari populasi yang ada, sehingga untuk
pengambilan sampel harus menggunakan cara tertentu yang didasarkan oleh pertimbangan yang ada.
Dari populasi penelitian ini sebesar 44 pasar yang diambil beberapa sampel yang mampu mewakili
populasi adalah sebanyak 14 pasar yang hanya difasilitasi Pemerintah Kab.Solok.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Menurut
Margono (2004), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri
tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah
diketahui sebelumnya. Dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-
kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria-kriteria penentuan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasar-pasar yang ada di Kabupaten Solok yang difasilitasi
Pemerintah Kabupaten Solok.

3.4 Jenis dan Sumber Data


Menurut sumber datanya dalam penelitian ini, jenis data dibedakan menjadi dua macam yakni:
a) Data primer
Data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung ke pihak Dinas Koperasi
Perindustrian Perdagangan dan UMKM Kabupaten Solok. Dan juga wawancara dilakukan
secara langsung dengan pihak yang terkait dalam pengelolaan pasar yaitu: kepala pasar, dan
petugas pemungut retribusi pasar di Kabupaten Solok.
b) Data sekunder
Sumber data sekunder berupa data kuantitatif yang meliputi data keuangan berupa laporan
realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kab. Solok, realisasi penerimaan pendapatan
asli daerah, retribusi daerah dari tahun 2011 sampai tahun 2014, Target dan realisasi
penerimaan retribusi pasar tahun 2011-2014 dan nama pasar, jmlah kios dan los tahun 2011-
2014 pada masing-masing pasar yang difasilitasi Pemerintah Daerah Kabupaten Solok.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Metode yang dipergunakan untuk memperoleh data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut (Sekaran, 2006):
a) Metode Survei
Dalam penelitian ini dilakukan metode survei dengan teknik wawancara (interview) tatap
muka secara langsung (terbuka) untuk memperoleh informasi mengenai kendala pemungutan
retribusi pasar. Adanya wawancara langsung kepihak Dinas Koperindag dan UMKM Kab.
Solok dan dengan pihak yang terkait dalam pengelolaan pasar yaitu: kepala pasar, dan petugas
pemungut retribusi pasar pada Kab. Solok.
b) Metode Dokumentasi
Metode ini dilaksanakan dengan pengumpulan data sekunder dari Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kab. Solok, Dinas Koperindag dan UMKM Kab. Solok, dan Badan Pusat
Statistik Kab. Solok.
c) Metode Studi Pustaka

294
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

Metode ini dilaksanakan dengan melakukan studi kepustakaan melalui literatur, jurnal, dan
informasi online.

3.6 Metode Analisa Data


Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang mengambarkan
mengenai situasi yang terjadi berdasarkan data-data yang ada dengan teori dan perhitungan. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif antara lain sebagai berikut:
Analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis dengan tehnis statistik sederhana:
1. Pengukuran Potensi Penerimaan Retribusi Pasar
Analisis Potensi Penerimaan Retribusi Pasar
Dalam menghitung potensi penerimaan retribusi pasar perlu mengetahui komponen yang berbentuk
potensi dari pada pasar itu sendiri. Komponen potensi pasar yaitu luas kios dan luas los, tarif yang
dipungut, dan periode pemungutan. Untuk periode pemumgutan retribusi pasar berdasarkan aktifitas
pasar dalam seminggu. Karena Pasar-pasar yang ada di Kabupaten Solok hari pasarnya adalah satu
kali dalam seminggu. Jadi, periode pemungutan retribusi pasar dalam setahun adalah sebanyak 52 kali
pemungutan tiap pasar. Dalam perhitungan potensi ini didasarkan pada asumsi bahwa pasar
dimaksimalkan penggunaannya tiap luas kios dan luas los atau dengan kata lain bahwa seluruh luas
kios dan luas los dimanfaatkan oleh jumlah pedagang yang ada. Potensi penerimaan retribusi pasar
dapat dihitung berdasarkan rumus sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 4 Tahun
2014 (Dinas Koperindag, 2015):

[(LK x Tr) + (LL x Tr)] x [(Aktifitas Pasar Seminggu x 52 Minggu)]


Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 4 Tahun 2014 (Dinas Koperindag, 2015)
Keterangan:
1. LK=Luas Kios (m²)
2. LL = Luas Los (m²)
3. Tr = Tarif Retribusi (Rp)
4. Periode Pemungutan (Tahun) selama jumlah minggu dalam satu tahun yaitu 52 minggu

2. Kontribusi Retribusi Pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah


Besaran ini digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil penerimaan retribusi pasar dengan total
penerimaan pendapatan asli daerah (PAD).
Formulasinya adalah sebagai berikut:
Realisasi retribusi pasar
Kontribusi Retribusi Pasar terhadap PAD = x 100 %
Pendapatan asli daerah

Kontribusi retribusi daerah terhadap PAD, selanjutnya dinilai berdasarkan kriteria yang telah disusun
oleh Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM tahun 1991 yang disusun dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1 : Interpretasi Nilai Kontribusi Retribusi Pasar terhadap PAD

Persentase Kriteria
Rasio 0,00 -10,00% Sangat Kurang
Rasio 10,10 – 20,00% Kurang
Rasio 20,10 – 30,00% Sedang
Rasio 30,10 – 40,00% Cukup
Rasio 40,10 – 50,00% Baik
Rasio diatas 50,00% Sangat Baik
Sumber : Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327

295
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

3. Efektivitas Pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten Solok


Efektifitas (hasil guna) digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam pencapaian target
yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan adalah Change Performance Index (CPI), yaitu
perbandingan antara realisasi penerimaan retribusi pasar dengan sasaran atau target penerimaan
retribusi yang telah direncanakan dengan anggapan bahwa semua kewajiban dan tunggakan retribusi
pasar terbayar.
Formulasinya adalah sebagai berikut:
Penerimaan pungutan RP tahun ke-n
Efektivitas =  x 100%
Target Penerimaan Retribusi Pasar tahun ke-n
Dalam perhitungan efektivitas, apabila hasilnya menunjukkan persentase yang semakin besar dapat
dikatakan bahwa pengelolaan retribusi pasar semakin efektif, demikian pula sebaliknya semakin kecil
persentase hasilnya menunjukkan pengelolaan retribusi pasar semakin tidak efektif. Selanjutnya
Departemen Dalam Negeri menetapkan standarisasi untuk mengukur efektivitas adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2 : Interpretasi Nilai Efektivitas

Persentase Kriteria
>100% Sangat efektif
90-100% Efektif
80-90% Cukup
60-80% Kurang efektif
<60% Tidak efektif
Sumber :Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 Tahun 1996. Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Potensi Penerimaan Retribusi Pasar Kabupaten Solok
Hasil perhitungan potensi retribusi pasar di Kabupaten Solok dari tahun 2011 sampai tahun 2014 dapat
dirangkum dalam tabel 4.1:

Tabel 4.1: Realisasi, Target dan Potensi Penerimaan Retribusi Pasar Kab. Solok Tahun 2011-2014

No Tahun Realisasi Target Potensi Selisih Nilai


Retribusi Retribusi Retribusi
Pasar Pasar Pasar Potensi Potensi Potensi Potensi
dan dan dan dan
Realisasi Target Realisasi Target
1 2011 11.300.000 12.000.000 13.780.000 2.480.000 1.780.000 Negatif Negatif

2 2012 11.600.000 12.000.000 15.808.000 4.208.000 3.808.000 Negatif Negatif

3 2013 35.800.000 12.000.000 48.828.000 13.028.000 36.828.000 Negatif Negatif

4 2014 43.080.000 12.000.000 78.468.000 35.388.000 66.468.000 Negatif Negatif


Sumber: Data diolah tahun 2015. Target dan realisasi retribusi pasar bersumber :Laporan PAD Kabupaten
Solok tahun 2011-2014

296
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

Realisasi Retribusi Pasar


Target Retribusi Pasar
Potensi Retribusi Pasar

Sumber: Data diolah tahun 2015


Grafik 1: Realisasi, Target dan Potensi Penerimaan Retribusi Pasar Kabupaten Solok
Tahun 2011-2014

Selisih Potensi
Penerimaan Retribusi
Pasar dan Target
Penerimaan Retribusi
Pasar
Selisih Potensi
Penerimaan Retribusi
Pasar dan Realisasi
Penerimaan Retribusi
Pasar

Sumber: Data diolah tahun 2015


Grafik 2 : Selisih Potensi dan Realisasi Retribusi Pasar, Selisih Potensi dan
Target Retribusi Pasar Kabupaten Solok Tahun 2011-2014

Dari tabel 4.1 dan grafik 1 dapat dilihat bahwa potensi retribusi pasar pada tahun 2011 sebesar
Rp.13.780.000, tahun 2012 sebesar Rp. 15.808.000, tahun 2013 sebesar Rp.48.828.000, tahun 2014
sebesar Rp.78.468.000. Hal ini menunjukkan bahwa potensi retribusi pasar dari tahun 2011 sampai
tahun 2014 mengalami peningkatan. Peningkatan potensi retribusi pasar dari tahun 2011 sampai tahun
2014 dikarenakan adanya penambahan jumlah pasar yang difasilitasi Pemerintah Daerah Kab. Solok
berupa penambahan fasilitas berupa los, dan kios tiap tahunnya. Dan jika dibandingkan antara potensi
retribusi pasar dengan target yang telah ditetapkan yaitu pada tahun 2011 potensi retribusi pasar
sebesar Rp.13.780.000 dengan target retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000. Pada tahun 2012 potensi
pretribusi pasar sebesar Rp.15.808.000 dengan target retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000. Pada
tahun 2013 potensi retribusi pasar sebesar Rp.48.828.000 dengan target retribusi pasar sebesar
Rp.12.000.000. Pada tahun 2014 potensi retribusi pasar sebesar Rp.78.468.000 dengan target retribusi
pasar sebesar Rp.12.000.000. Dari data di atas menunjukkan bahwa dari tahun 2011 sampai tahun
297
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

2014 nilai potensi retribusi pasar lebih besar dari target yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Solok. Sehingga dapat disimpulkan dari tahun 2011 sampai tahun 2014 Pemerintah Daerah
Kab. Solok dalam menetapkan target tidak berdasarkan potensi yang ada.
Pada tabel 4.1 dan grafik 2 dapat dilihat selisih potensi retribusi pasar dengan target retribusi pasar
dari tahun 2011 sampai tahun 2014 mengalami kenaikan mengalami kenaikan. Pada tahun 2011
potensi retribusi pasar sebesar Rp.13.780.000 dengan target retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000
sehingga selisihnya adalah sebesar Rp.1.780.000. Pada tahun 2012 potensi retribusi pasar sebesar
Rp.15.808.000 dengan target retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000, sehingga selisihnya adalah
sebesar Rp.3.808.000. Pada tahun 2013 potensi retribusi pasar sebesar Rp.48.828.000 dengan target
retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000 sehingga selisihnya adalah sebesar Rp.36.828.000. Pada tahun
2014 potensi retribusi pasar sebesar Rp.78.468.000 dengan target retribusi pasar sebesar
Rp.12.000.000 sehingga selisihnya adalah sebesar Rp.66.468.000. Dan dapat dilihat juga selisih
potensi retribusi pasar dengan realisasi penerimaan retribusi pasar dari tahun 2011 sampai tahun 2014
mengalami kenaikan mengalami kenaikan. Pada tahun 2011 potensi retribusi pasar sebesar
Rp.13.780.000 dengan realisasi penerimaan retribusi pasar sebesar Rp.11.300.000 sehingga selisihnya
adalah sebesar Rp.2.480.000 Pada tahun 2012 potensi retribusi pasar sebesar Rp. 15.808.000 dengan
realisasi penerimaan retribusi pasar sebesar Rp.11.600.000 sehingga selisihnya adalah sebesar
Rp.4.208.000. Pada tahun 2013 potensi retribusi pasar sebesar Rp.48.828.000 dengan realisasi
penerimaan retribusi pasar sebesar Rp.35.800.000 sehingga selisihnya adalah sebesar Rp. 13.028.000.
Pada tahun 2014 potensi retribusi pasar sebesar Rp. 78.468.000 dengan realisasi penerimaan retribusi
pasar sebesar Rp.43.080.000 sehingga selisihnya adalah sebesar Rp. 35.388.000.

4.2 Kontribusi Retribusi Pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah


Retribusi pasar merupakan bagian dari pendapatan asli daerah secara keseluruhan. Dan untuk
mengetahui besar kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah dapat dilakukan dengan
membandingkan antara realisasi penerimaan retribusi pasar dengan jumlah pendapatan asli daerah
(PAD) secara keseluruhan.
Perkembangan Kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah selama periode tahun 2011-
2014 menunjukkan adanya kecenderungan berfluktuasi dari tahun ke tahun yaitu dari tahun 2011
sebesar 0,03 persen, tahun 2012 sebesar 0,04 persen, kontribusinya mengalami peningkatan sebesar
0,01, hal ini disebabkan oleh penurunan realisasi pendapatan asli daerah (PAD) pada tahun 2012. Pada
tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 0,07 persen dari tahun sebelumnya
yaitu 0,03 persen menjadi 0,11 persen. Dapat dilihat bahwa dari tahun 2012 sampai tahun 2013 adanya
penambahan penerimaan retribusi pasar dikarenakan oleh adanya penambahan jumlah pasar yang
difasiltasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Solok dan pada tahun 2014 kotribusi retribusi pasar
terhadap pendapatan asli daerah mengalami penurunan sebesar 0,01 persen, hal ini disebabkan oleh
peningkatan realisasi pendapatan asli daerah lebih besar dari peningkatan realisasi penerimaan
retribusi pasar. Kontribusi penerimaan retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah pada Kabupaten
Solok secara rata-rata selama 4 tahun maupun tiap tahunnya dikategorikan sangat kurang atau rendah.
Hal ini memperlihatkan bahwa kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Solok dalam pemungutan
retribusi pasar tiap tahunnya masih belum optimal. Hal ini, merupakan penjelasan dari tabel 4.2 dan
grafik 3 bawah ini:

Tabel 4.2 : Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kab. Solok,
Tahun 2011-2014

Realisasi Realisasi
No. Tahun Nilai Kontribusi Kategori
Retribusi Pasar PAD
1 2011 11.300.000 30.631.854.541 0,03 Sangat Kurang
2 2012 11.600.000 26.621.088.379 0,04 Sangat Kurang
3 2013 35.800.000 31.499.259.662 0,11 Sangat Kurang
4 2014 43.080.000 44.006.239.181 0,09 Sangat Kurang
298
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

Rata2 0,07 Sangat Kurang


Sumber : Data diolah tahun 2015. Realisasi retribusi pasar dan realisasi PAD bersumber :Laporan PAD
Kabupaten Solok tahun 2011-2014

Kontribusi (%)

Rata-Rata dalam 4
tahun
Kategori Sangat Kurang

Sumber: Data diolah tahun 2015


Grafik 3: Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap PAD Tahun 2011-2014

4.3 Efektifitas Pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten Solok


Berikut ini disajikan nilai efektifitaas pemungutan retribusi pasar Kab. Solok dalam tahun 2011-2014
pada tabel 4.3 dan grafik 4 berikut ini :
Tabel 4.3 : Efektifitas Pemungutan Retribusi Pasar Kabupaten Solok, Tahun 2011 – 2014

Target
Tahun Realisasi Kategori
No Retribusi Nilai Efektifitas
Anggaran Retribusi Pasar
Pasar
1 2011 12.000.000 11.300.000 94,17 Efektif
2 2012 12.000.000 11.600.000 96,67 Efektif
3 2013 12.000.000 35.800.000 298,33 Sangat Efektif
4 2014 12.000.000 43.080.000 359,00 Sangat Efektif
Rata-Rata 212,04 Sangat Efektif
Sumber : Data diolah tahun 2015. Target dan realisasi retribusi pasar bersumber :Laporan PAD Kabupaten
Solok tahun 2011-2014

299
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

Presentase Efektifitas (%)


Rata-Rata (2011-2014)

Sumber: Data diolah tahun 2015


Grafik 4 :Efektifitas Pemungutan Retribusi Pasar Kabupaten Solok , 2011 – 2014

Berdasarkan data yang ditampilkan dalam Tabel 4.3 dan grafik 4 dapat dilihat secara rata-rata
efektifitas penerimaan retribusi pasar di Kabupaten Solok dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014
sebesar 212,04 persen. Berdasarkan matriks kinerja keuangan, maka efektifitas pemungutan retribusi
pasar di Kabupaten Solok masuk dalam kategori sangat efektif. Jika dilihat pertahunnya, pada tahun
2011 target penerimaan retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000 dan realisasinya sebesar Rp. 11.300.000
mencapai 94,17 %. Pada tahun 2012 target penerimaan retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000 dan
realisasinya sebesar Rp.11.600.000 mencapai 96,67 % masuk dalam kategori efektif. Akan tetapi,
realisasi penerimaan retribusi pasar tidak mencapai target, hal ini mengidentifikasikan terdapat
permasalahan di dalam kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Solok yang kurang optimal dalam
pemungutan retribusi pasar. Pada tahun 2013 target penerimaan retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000
dan realisasinya sebesar Rp.35.800.000 mencapai 298,33 %. Pada tahun 2014 target penerimaan
retribusi pasar sebesar Rp.12.000.000 dan realisasinya sebesar Rp.43.080.000 mencapai 359 % masuk
dalam kategori sangat efektif, hal ini menunjukkan realisasi penerimaan retribusi pasar melebihi target
yang telah ditetapkan dan kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Solok dalam pemungutan retribusi
pasar cukup optimal. Akan tetapi, tingkat efektivitas pemungutan retribusi pasar yang tinggi,
berkemungkinan dikarenakan oleh target penerimaan retribusi pasar yang terlalu rendah, dibawah
potensi yang sebenarnya.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berkenaan hasil penelitian dari yang telah dilakukan pada daerah maka kesimpulan penelitin ini
adalah:
a. Potensi penerimaan retribusi pasar pada tahun 2011 sebesar Rp.13.780.000, tahun 2012 sebesar
Rp.15.808.000, tahun 2013 sebesar Rp.48.828.000, tahun 2014 sebesar Rp.78.468.000. Hal ini
menunjukkan bahwa potensi penerimaan retribusi pasar dari tahun 2011 sampai tahun 2014
mengalami peningkatan.
b. Nilai kontribusi penerimaan retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah selama periode
tahun 2011-2014 menunjukkan adanya kecenderungan berfluktuasi dari tahun 2011 sebesar
0,03 persen, tahun 2012 sebesar 0,04 persen, Pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan sebesar 0,07 persen dari tahun sebelumnya yaitu 0,03 persen menjadi 0,11
persen dan pada tahun 2014 kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah
mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Kontribusi retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) pada Kabupaten Solok tiap tahunnya dikategorikan sangat kurang atau rendah

300
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

tiap tahunnya. Hal ini memperlihatkan bahwa kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Solok
dalam pemungutan retribusi pasar tiap tahunnya masih belum optimal.
c. Rata-rata efektifitas pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Solok dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2014 sebesar 212,04 persen. Jika dilihat pertahunnya, pada tahun 2011 dan 2012
yang realisasi penerimaan retribusi pasar mencapai 94,17 % dan 96,67 %, masuk dalam
kategori efektif, akan tetapi, realisasi penerimaan retribusi pasar belum mencapai target yang
telah ditetapkan. Pada tahun 2013 dan 2014 realisasi penerimaan retribusi pasar mencapai
298,33 % dan 359 % dikategorikan sangat efektif dikarenakan realisasi penerimaan retribusi
pasar melebihi target yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah
Daerah Kabupaten Solok dalam pemungutan retribusi pasar cukup optimal. Akan tetapi, tingkat
efektivitas pemungutan retribusi pasar yang tinggi, berkemungkinan dikarenakan oleh target
penerimaan retribusi pasar yang terlalu rendah, dibawah potensi yang sebenarnya

5.2 Saran
1. Untuk Pengelola Pasar
a) Melakukan peningkatan pelayanan terhadap pedagang dengan cara perbaikan prasarana pasar,
kebersihan lingkungan pasar, menjaga keamanan pasar dan menata kembali tempat berjualan
bagi para pedagang khususnya yang berada di pelataran. Hal ini dilakukan untuk memberikan
kepuasan kepada pedagang, sehingga akan meningkatkan kesadaran mereka bahwa
pemungutan retribusi dilakukan dengan tujuan akhir memperbaiki fasilitas bagi pedagang.
b) Pengelola pasar melakukan pendataan subjek dan objek retribusi pasar yang sudah ada
sehingga dapat diketahui potensi yang sebenarnya. Mendata secara langsung pedagang tetap
dan pedagang tidak tetap dan juga perlu ditingkatkan kegiatan pemeriksaan dan pengawasan di
lapangan terhadap pelaksanaan pemungutan retribusi pasar sehingga dapat menghindari dan
mencegah terjadinya kebocoran dalam pemungutan retribusi pasar.
c) Pengelola pasar menjaring para wajib retribusi baru yang belum dikenai pungutan retribusi
sebelumnya dengan meningkatkan kegiatan pemeriksaan dan pengawasan di lapangan. Dan
juga melakukan penagihan kepada wajib retribusi yang menunggak pembayaran retribusi pasar.
d) Pengelola pasar hendaknya melakukan pengawasan dan pengendalian untuk mengantisipasi
penyimpangan dalam pemungutan retribusi pasar. Dan pengelola pasar hendaknya
melaksanakan pemungutan retribusi pasar Kabupaten Solok secara optimal berdasarkan
peraturan yang berlaku
e) Pengelola pasar hendaknya mengadakan pendekatan persuasif kepada wajib retribusi agar
memenuhi kewajibannya melalui kegiatan penyuluhan.
f) Pengelola pasar menerapkan sanksi hukum kepada wajib retribusi khususnya para pemilik kios,
los atau pelataran yang tidak membayar retribusi yang telah ditetapkan dan memberikan
teguran lisan dan tertulis kepada pedagang yang melalaikan kewajibannya
2. Untuk Pemerintah Kabupaten Solok
a) Pemerintah daerah hendaknya dalam menetapkan target setiap tahunnya berdasarkan
perhitungan potensi yang sebenarnya.
b) Pemerintah daerah hendaknya meninjau kembali ketentuan tarif dan pengembangan sasaran
sesuai Peraturan Daerah serta mengkaji ulang Peraturan Daerah untuk diajukan perubahan.
Dalam pengenaan tarif retribusi pasar disesuaikan dengan tingkat layanan yang diberikan
kepada para wajib retribusi.
c) Pemerintah hendaknya berkomitmen untuk menerapkan sanksi hukum kepada pasar yang tidak
melakukan penyetoran dan memberikan teguran lisan dan tertulis kepada pengelola pasar yang
melalaikan kewajibannya
d) Pemerintah hendaknya meningkatkan sarana dan prasarana yang telah ada dan perbaikan atas
sarana dan prasarana tersebut untuk memberikan kenyamanan para pengguna pasar baik
pedagang maupun pembeli. Selain itu juga sebagai bentuk tanggung jawab pemeritah daerah
untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengguna pasar yang telah memberikan
sumbangan pemasukan kas daerah.

301
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

e) Pemerintah hendaknya menempatkan petugas pemungut retribusi yang langsung ke lapangan


untuk melakukan pemungutan retribusi pasar. Kemudian melakukan pembinaan, pengawasan
terhadap petugas pemungut dalam pemungutan retribusi pasar.
f) Pemerintah Daerah Kabupaten Solok hendaknya memberikan penyuluhan secara intensif
kepada wajib retribusi tentang hak dan kewajiban serta manfaat dari retribusi yang dibayarkan
baik bagi wajib retribusi maupun bagi Pemerintah Daerah.
g) Pemerintah Daerah Kabupaten Solok lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
penerimaan retribusi pasar dalam rangka meningkatkan Pendapatan asli Daerah seperti subyek
(jumlah pedagang), obyek (luas kios, los, dan dasaran terbuka), jumlah petugas pemungut
retribusi serta kinerja pemungutan (efisiensi dan efektivitas pemungutan) retribusi pasar.
Sehingga penerimaan retribusi pasar dapat ditingkatkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Azwardi. 2006. Analisis Potensi Penerimaan Retribusi Pasar di Kota Palembang. Penelitian Ilmiah
Program Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya.
[2] Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
[3] Caroline. 2005. Analisis Kinerja Penerimaan Retribusi Pasar di Kota Salatiga. Tesis Universitas
Diponegoro.
[4] Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Solok. Target dan Realisasi APBD TA
2011-2014.
[5] Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan UMKM Kabupaten Solok. Realisasi Penerimaan
Retribusi Pasar TA 2011-2014 .
[6] Halim, Abdul. 2004. Manajemen keuangan Daerah. Edisi Revisi Tahun 2001. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
[7] Kustowo, Yuni. 2001. Potensi Efisiensi dan Efektivitas Pemungutan Retribusi Pasar Di Kabupaten
Cilacap. Tesis Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Program
Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.
[8] Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
[9] Mardiasmo. 2009. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi.
[10] Rahim, Syamsu. 2012. Seminar Internasional: “Local Government Finance and Budgeting, Local
Government Taxation”.
[11] Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 8 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
[12] Rossalinna, Lusi. 2012. Analisis Pengelolaan Retribusi Parkir di Kota Solok. Tesis Program Studi
Magister Akuntansi Program Pascasarjana, Universitas Andalas.
[13] Sekaran, Uma. 2006. Reseach Method For Business: Metedologi Penelitian untuk bisnis. Edisi 4 Buku 2.
Jakarta: Salemba Empat.
[14] Sudrajat .2008. Analisis Penerimaan Retribusi Pasar di Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur
Tahun 2000-2003.Thesis.Universitas Airlangga Surabaya.
[15] Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
[16] Supardi .2008. Kontribusi Pendapatan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
di
Kabupaten Bantul, AKMENIKA UPY, Volume 2, 2008.
[17] Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
[18] Wijaya, H.A.W. 2008. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia. Jakarta: Penerbit Rajawali Pers.

Peraturan Perundang-undangan
[1] Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor 690.900.327 Tahun 1996 Tentang Pedoman Penilaian Kinerja
Keuangan.
[2] Peraturan Bupati Kabupaten Solok Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pengelolaan Pasar dan
Juknis Pengelolaan Pasar dinyatakan tidak berlaku lagi.
[3] Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Retribusi Jasa Umum.
[4] Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
[5] Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
302
Majalah Ilmiah, Vol. 24, No. 2, Oktober 2017, Hal. 287-303 E-ISSN 2502-8774 P-ISSN 1412-5854
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang

[6] Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
[7] Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
[8] Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

303

Anda mungkin juga menyukai