Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN KONSTRUKTIVISME

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat


generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme
sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita
selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini
menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
1. Konstruksi berarti membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah
suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
2. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang tebatas.
3. Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang
ingin belajar dan mencari kebutuhnnya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan dan
kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain.
Jadi kesimpulannya adalah Teoti Konstruktivisme adalah teori yang
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya
sendiri.

Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:


1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.

2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.

3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling
mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.

4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif
dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.

5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini


berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai
dengan pengetahuan ilmiah.

6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar
untuk menarik minat pelajar.
CIRI-CIRI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme,
yaitu:
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar

2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa

3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai

4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil

5. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan

6. Mengharagai peranan pengalaman kritis dalam belajar

7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa

8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa

9. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif

10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti
prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis

11. Menekankan bagaimana siswa belajar

12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan
guru

13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif

14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata

15. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar

16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar

17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman
baru yang didasarkan pada pengalaman nyata

TOKOH – TOKOH TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME


1. TEORI JEAN PIAGET
Teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget dikenal dengan
nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism). Teorinya berisi konsep-konsep
utama di bidang psikologi perkembangan dan berkenaan dengan pertumbuhan intelegensi,
yang untuk Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih akurat merepresentasikan dunia,
dan dan mengerjakan operasi-operasi logis dari representasi-representasi konsep realitas
dunia. Teori ini memiliki fokus perhatian pada bangkitnya dan dimilikinya schemata—skema
bagaimana seseorang mengenal dunia—dalam saat "tingkatan-tingkatan perkembangan",
ketika anak-anak menerima cara baru bagaimana secara mental merepresentasikan informasi.
Teori ini dianggap "konstruktivis", yang berarti bahwa, tidak seperti teorinativis
(yang berpendapat bahwa perkembangan kognitif sebagai perkembangan dari pengetahuan
dan kemampuan bawaan) ataupun teori empiris (yang berpendapat bahwa perkembangan
kognitif sebagai perolehan gradual dari pengetahuan melalui pengalaman), teori ini
berpendapat baha kita mengkonstruksi kemampuan kognitif kita melalui kegiatan motivasi-
diri dalam dunia nyata.
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif
oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Dari pandangan Piaget tentang tahap
perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun
kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual
anak. Pada teori ini konsekuensinya dalah siswa harus memiliki ketrampilan unutk
menyesuaikan diri atau adaptasi secara tepat. Ada empat konsep dasar yang diperkenalkan
oleh Piaget, yaitu:
1. Schemata adalah kumpulan konsep atau kategori yang digunakan individu ketika
beradaptasi dengan lingkungan baru, konsep ini sendiri terbentuk dalam struktur pekiran
(Intellectual Scheme) sehingga dengan intelektualnya itu manusia dapat menata lingkungan
barunya. jadi shemata adalah suatu struktur kognitif yang slalu berkembang dan berubah,
karena proses asimiliasi dan proses akomodasi aktif serta dinamis.
2. Asimilasi adalah proses penyesuian informasi yang akan diterima sehingga menjadi sesuatu
yang dikenal oleh siswa, proses penyesuian yang dilakukan dalam asimilasi adalah mengolah
informasi yanga kan diterima, sehingga memilki kesamaan dengan apa yang sudah ada
dalam skema.
3. Akomodasi adalah penempatan informasi yang sudah di ubah dalam schemata ynag sudah
ada, untuk penempatan tersebut scema perlu menyesuiakan diri.
4. Equilibrium (keseimbangan) adalah sebuah proses adaptasi oleh individu terhadap
lingkungan individu, agar berusaha untuk mencapai struktural mental atau svhemata yang
stabil atau seimbang antara asimilasi dan akomodasi.
2. TEORI VIGOSKY
Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan pembelajaran. Siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial disekitarnya.
Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui proses
interaksi. konsep penting dalam teori Vygosky yaitu Zone Of Proximal Development (ZPD)
dan Scaffolding. Zone Of Proximal Development adalah jarak antara perkembangan
sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial dimana siswa mampu
mengkonstruksikan pengetahuan dibawah bimbingan orang dewasa.
Sedangkan Scaffolding merupakan pemberian kepada peserta didik selama tahap-tahap awal
pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan mmemberikan kesempatan untuk
mengambil alih tanggung jawb yang makin besar setelah dapat melakukannya sendiri.
Kostrukstivisme sosial Vygosky meyakini bahwa interaksi sosial, unsur budaya,
dan aktivitas yang membentuk pengembangan dan pembelajaran individu. Vygosky
menekankan bahwa semua mental tingkat tinggi seperti berpikir dan pemecahan masalah
dimediasi dengan alat-alat psikologis seperti bahasa, lambang dan simbol. Vigosky dalam
penelitiannya membedakan dua macam konsep yaitu konsep spontan dan konsep ilmiah.
Konsep spontan diperoleh dari pengetahuan sehari-hari, sedangkan konsep ilmiah diperoleh
dari pengetahuan dan pembelajaran yang diperoleh dari sekolah. konsep ini saling berhungan
antara satu dengan yang lain.
Menurut teori Vygosky untuk dapat menjelaskan bagaimana pengetahuan
dibentuk, maka dirangkum dalam dua penjelasan yang bertahap. Pertama, realitas dan
kebenaran dari dunia luar mengarahkan dan menentukan pengetahuan. Kedua, faktor
eksternal dan internal mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui
interaksi faktor-faktor esternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan sosial).
Dalam teori Vygosky dalam belajar berarti terjadi proses perkembangan internal
untuk membentuk pengetahuan barunya denngan bantuan orang lain yang kompeten , dan hal
itu terjadi ketika individu berinteraksi dengan lingkungan dengan lingkungan sosialnya. jadi
kesiapan individu untuk belajar sangat bergantung pada stimulus lingkungan yang sesuai
serta bentuk bimbingan dari orang lain yang berkompeten secara tepat, sehingga pembelajran
menjadi lebih bermakna dan terwujud perkembangan petensinya secara tepat.

3. TEORI JHON DEWEY DAN VON GRASELFELD


Selain Piaget dan Vygosky tokoh lain teori belajar kontruktivisme adalah Jhon
Dewey dan Von Graselfeld. Dalam hal ini seperti dikemukakan oleh Robert B. Innes
(2004:1) bahwa “Constructivist views of learning include a range of theories that share the
general perspective that knowledge is constructed by learners rather than transmitted to
learners. Most of these theories trace their philosophical roots to John Dewey”. Maksudnya
adalah bahwa pandangan penganut konstruktivisme mengenai, belajar meliputi serangkaian
teori yang membagi perspektif umum bahwa pengetahuan dikonstruksi oleh pembelajar
bukan ditransfer ke pembelajar. Kebanyakan dari teori seperti ini berakar dari filsafat Jhon
Dewey.Dewey menjelaskan bahwa manusia tidak selayaknya dibagi ke dalam dua bagian,
satunya emotional dan yang lainnya intelektual—yang satunya materi nyata, lainnya
imajinatif.

Pandangan Tentang Teori Belajar Konstruktivisme


1. Ruseffendi (1998: 132)
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar
konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget yang merupakan bagian dari teori
kognitif juga.Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang
dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.

2. Dahar (1989: 159)


Menegaskan bahwa penekanan teori konstruktivisme pada proses untuk menemukan teori
atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran
menurut teori ini adalah sebagai fasilitator atau moderator.

4. Susan, Marilyn, dan Tony (1995: 222)


Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut
konstruktivisme, Bell danDriver mengajukan karakteristik sebagai berikut:
a. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif, melainkan memiliki tujuan.
b. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.
c. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara optimal.
d. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi
kelas.
e. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkar pembelajaran, materi, dan
sumber.
5. Poedjiadi (1999: 62)
Konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah belajar bagi anak
dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan
ataudiscovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang.

6. Tasker (1992: 30)


Mengemukakan ada tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut:
a. Peran aktif siswa dalam menkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
b. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna.
c. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

7. Wheatley (1991: 12)


Wheatley mendukung pendapat Tasker dengan mengajukan dua prinsip utama dalam
pempelajaran dengan teori belajar konstruktivisme.
a. Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif
siswa.
b. Fungsi kognitif adaptip dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang
dimiliki anak.

8. Hudoyo (1990: 4)
Secara spesifik Hudoyo mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu
bila belajar itu didasari pada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk
mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan
mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.

9. Hanbury (1996: 3)
Mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran yaitu:
a. Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
b. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
c. Strategi siswa lebih bernilai.
d. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu
pengetahuan dengan temannya.
PRINSIP-PRINSIP KONSTRUKTIVISME
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar
adalah:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan
lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7. Mencari dan menilai pendapat siswa.
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua prinsip diatas ada satu prinsip yang paling penting adalah guru
tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses
ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat
relevan bagi siswa, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.

TUJUAN TEORI KONSTRUKTIVISME

a. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.

b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri


pertanyaannya.

c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara


lengkap.

d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

e. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

KELEMAHAN DAN KELEBIHAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME


KELEBIHAN
Teori belajar konstuktivisme memilikin kelebihan atau keunggulan yakni:
Dalam Aspek Berfikir yakni pada proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk
menyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat keputusan;
Dalam aspek kefahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan
baru, mereka akan lebih faham dan mampu mengapliksikannya dalam semua situasi;
Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan
mengingat lebih lama konsep. melalui pendekatan ini murid dapat meningkatkan kefahaman
mereka; Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
Dalam aspek Kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh apabila seorang murid
berinteraksi dengan teman, kelompok kerja maupun dengan guru dalam proses mendapatkan
ilmu pengetahuan maupun wawasan baru.
Seronok : Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi
dengan lihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.

KELEMAHAN
Teori belajar konstuktivisme memilikin kekurangan atau kelemahan yakni:
Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak
cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan
miskonsepsi;
Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti
membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda;
Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana
prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa;
Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses belajar, tetapi guru
disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus memiliki perilaku yang elegan dan arif
sebagai spirit bagi anak sehingga dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-
nilai kemanusiaan;
Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu
mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya;.
IMPLIKASI TEORI KONSTRUKTIVISME

Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini


dipaparka tentang penerapannya.

1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar


Dengan menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir
mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa
yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya
berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta
menjadi pemecah masalah (problem solver)
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu
kepada siswa untuk merespon
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan
dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon
atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam
melakukan penyelidikan
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa
untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang
sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep
melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan atau
pemikirannya
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat
membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika
mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan
mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun
pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika mereka
merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog yang sangat
bermakna akan terjadi di kelas
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa
menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan
konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
menguji hpotesis yang mereka buat, terutama melalu diskusi kelompok dan pengalaman
nyata
6. Guru memberikan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa
dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru
membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang
fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.
PERBEDAAN KARAKTERISTIK ANTARA PEMBELAJARAN TRADISIONAL
DAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

No. Pembelajaran tradisional Pembelajaran konstruktivistik

Kurikulum disajikan dari bagian- Kurikulum disajikan mulai dari


bagian menuju keseluruhan dengan keseluruhan menuju ke bagian-bagian,
1. menekankan pada keterampilan- dan lebih mendekatkan pada konsep-
keterampilan dasar. konsep yang lebih luas.

Pembelajaran lebih menghargai pada


2. Pembelajaran sangat taat pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide
kurikulum yang telah ditetapkan. siswa.

Kegiatan kurikuler lebih banyak Kegiatan kurikuler lebih banyak


3. mengandalkan pada buku teks dan mengandalkan pada sumber-sumber data
buku kerja. primer dan manipulasi bahan.

Siswa-siswa dipandang sebagai


“kertas kosong” yang dapat digoresi
informasi oleh guru, dan guru-guru
pada umumnya menggunakan cara Siswa dipandang sebagai pemikir-
4. didaktik dalam menyampaikan pemikir yang dapat memunculkan teori-
informasi kepada siswa teori tentang dirinya.

Pengukuran proses dan hasil belajar


Penilaian hasil belajar atau siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan
pengetahuan siswa dipandang pembelajaran, dengan cara guru
sebagai bagian dari pembelajaran mengamati hal-hal yang sedang
5. dan biasanya dilakukan pada akhir dilakukan siswa, serta melalui tugas-
pelajaran dengan cara testing. tugas pekerjaan.

Siswa-siswa biasanya bekerja


6. sendiri-sendiri, tanpa ada group Siswa-siswa banyak belajar dan bekerja
proses dalam belajar di dalam group proses.
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Ar –
Ruzz Media
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori – Teori Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara
Sujana, Nana. 1991. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta :Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta :
Rineka Cipta
http://wahyushine.blogspot.com/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://riantinas.blogspot.com/2012/06/teori-belajar-konstruktivisme.html
http://sajarwo87.wordpress.com/2012/02/27/teori-belajar-konstruktivistik-dan-penerapannya-
dalam-pembelajaran/
http://teoriku.blogspot.com/2013/02/pengertian-teori-pembelajaran-konstruktivisme.html
http://www.al-alauddin.com/2012/05/teori-belajar-konstruktivisme-dan.html
http://ilmuhamster.blogspot.com/2012/06/tokoh-prinsip-dasar-dan-implememtasi.html
Categories kuliah

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar teman , karena negara ini bebas berpendapat namun adakala peraturan
nya yaitu sopan dan tidak mengandung sara , terimakasih atas partisipasinya :)

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Anda mungkin juga menyukai