Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) tahun 2011 memperkirakan di dunia ada


sekitar 1,6 milyar remaja berumur 15 tahun kelebihan berat badan dan sebanyak 400
juta orang gemuk (obesitas) dan di perkirakan lebih dari 700 juta orang dewasa akan
gemuk (obesitas) pada tahun 2015. Di Indonesia meskipun kemiskinan dan gizi buruk
merupakan permasalahan yang utama,namun angka individu obesitas juga menjadi
perhatian karena prevalensinya meningkat hampir disetiap kelompok populasi baik
pada masyarakat perkotaan maupun pedesaan (Roemling & Qaim, 2011).

Kementrian kesehatan (KEMENKES) memperkirakan Sejak tahun 2007, kasus


obesitas pada orang dewasa di Indonesia terus mengalami peningkatan. Data dari Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
menyebut prevalensi obesitas (indeks massa tubuh di atas 27) dewasa 10,5% pada
2007, 14,8% pada 2013, dan 21,8% pada 2018. Tak hanya obesitas, prevalensi
kegemukan (indeks massa tubuh 25 - 27) juga mengalami peningkatan. Tercatat
prevalensi kegemukan 8,6% pada 2007, 11,5% pada 2013, dan 13,6% pada 2018.
Kenaikan prevalensi obesitas sentral (lingkar perut lebih dari 80 cm pada perempuan
dan 90 cm pada lelaki) juga menjadi perhatian. Pada tahun 2007, prevalensi obesitas
central mencapai 18,8%, 2013 26,6%, dan 2018 31%.

Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Kelebihan gizi
yang menimbulkan obesitas dapat terjadi baik pada anak-anak hingga usia dewasa.
Penyebab obesitas sangat kompleks. Masalah obesitas diyakini penyebabnya
merupakan kebiasaan mengkonsumsi fast food, karena masalah obesitas meningkat
pada masyarakat yang keluarganya banyak keluar mencari makanan cepat saji dan
tidak mempunyai waktu lagi untuk menyiapkan makanan.
Pola makan yang berlebih dapat menjadi faktor terjadinya obesitas. Obesitas
terjadi jika seseorang mengonsumsi kalori melebihi jumlah kalori yang dibakar. Pada
hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan aktivitas
fisik, namun untuk menjaga berat badan perlu adanya keseimbangan antara energi yang
masuk dengan energi yang keluar. Keseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah
pada kelebihan berat badan dan obesitas. Pola makan anak sekarang khususnya
cenderung dipengaruhi iklan makanan di berbagai media. Terutama televisi swasta
yang pengaruhnya justru menggeser pola makan tradisional (Agus, dalam Ananda
2012). Konsumsi fast food yang saat ini cenderung meningkat di Pola makan yang
berlebih dapat menjadi faktor terjadinya obesitas. Obesitas terjadi jika seseorang
mengonsumsi kalori melebihi jumlah kalori yang dibakar. Pada hakikatnya, tubuh
memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan aktivitas fisik, namun untuk
menjaga berat badan perlu adanya keseimbangan antara energi yang masuk dengan
energi yang keluar. Keseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah pada kelebihan
berat badan dan obesitas. Pola makan anak sekarang khususnya cenderung dipengaruhi
iklan makanan di berbagai media. Terutama televisi swasta yang pengaruhnya justru
menggeser pola makan tradisional (Agus, dalam Ananda 2012).

Berdasarkan profil kesehatan 1 provinsi bali dengan indicator peresentase


obesitas Laki-laki 11,60 dan perempuan 13,71 dan L + P 12,81 %. Untuk daerah
kabupaten Tabanan dengan jumlah L + P yang melakukan pemeriksaan 51.684 dengan
presentase 15,17 %. Sementara untuk obesitas L + P dengan jumlah 3027 dan
mendapatkan presentase 5,86 % .

Masyarakat Dewasa Awal Puskesmas Kediri, Tabanan lebih mudah mengalami


masalah dengan berat badan karena pola makan yang tidak teratur dikarenakan
padatnya kegiatan sehari-hari yang banyak dan hal ini menyebabkan masyarakat
mengkonsumsi makanan cepat saji serta mengalami kenaikan berat badan dan akhirnya
menjadi obesitas. Berdasarkan hasil wawancara Kepada Petugas Puskesmas Kediri 1
mengatakan makan tidak teratur tapi sering, dan lebih menyukai makanan yang bersifat
manismanis, berlemak, berminyak dan mengandung bumbu penyedap rasa dan sering
mengkonsumsi makanan yang instant dan camilan- camilan seperti gorengan (tempe,
tahu, singkong, ubi jalar) dan snack serta tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya
karena semakin bertambahnya berat badan.

https://www.suara.com/health/2019/01/17/135709/sejak-2007-prevalensi-obesitas-
masyarakat-indonesia-terus-meningkat

Anda mungkin juga menyukai