Oleh:
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
d. Suhu udara
Pertumbuhan dipengaruhi oleh kerja enzim dalam tumbuhan.
Sedangkan, kerja enzim dipengaruhi oleh suhu. Dengan demikian,
pertumbuhan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh suhu. Setiap spesies
atau varietas mempunyai suhu minimum, rentang suhu optimum,
dan suhu maksimum. Di bawah suhu minimum ini tumbuhan tidak
dapat tumbuh, pada rentang suhu optimum, laju tumbuhnya paling
tinggi, dan di atas suhu maksimum, tumbuhan tidak tumbuh atau
bahkan mati.
e. Kelembapan
Laju transpirasi dipengaruhi oleh kelembapan udara. Jika
kelembapan udara rendah, transpirasi akan meningkat. Hal ini
memacu akar untuk menyerap lebih banyak air dan mineral dari
dalam tanah. Meningkatnya penyerapan nutrien oleh akar akan
meningkatkan pertumbuhan tanaman.
2.6 Browning (Pencoklatan)
Pencoklatan adalah suatu keadaan munculnya warna coklat atau
hitam yang menyebabkan tidak terjadi pertumbuhan dan perkembangan
atau bahkan menyebabkan kematian pada eksplan. Pencoklatan
umumnya merupakan tanda adanya kemunduran fisiologis eksplan
biasanya eksplan akan mati.
Browning terjadi akibat pengaruh akumulasi senyawa fenolik
yang teroksidasi akibat stress mekanik atau pelukaan pada eksplan.
Senyawa fenol tersebut adalah enzim polifenol eksidase dan tirosinase.
Dalam kondisi oksidatif akibat pelukaan, enzim tersebut akan secara
alami disintesis oleh tanaman sebagai bentuk pertahanan diri. Menurut
Laukkanen et al. (1999) dalam Hutami (2008), ketika sel rusak, isi dari
sitoplasma dan vakuola menjadi tercampur, kemudian senyawa fenol
teroksidasi menghambat aktivitas enzim. Senyawa fenol yang
berlebihan akan bersifat racun yang merusak jaringan eksplan dan
akhirnya menyebabkan kematian eksplan. Penyebab lain dari browning
yakni penggunaan bahan sterilan.
2.7 Tanaman Kana (Canna sp.)
METODE PENELITIAN
- Bahan
a) Aluminium foil
b) Kertas label
c) Aquades
d) HCl 1 M
e) KOH 1 M
f) Stok hara medium MS (untuk 1 kelas dan sudah teracik
ke dalam 7 stok)
1. Stok A (NH3NO3 82,5 g/l)
2. Stok B (KNO3 95,0 g/l)
3. Stok C (CaCl2, 2H2O 88,0 g/l)
4. Stok D (KH2PO4 34,0 g/l)
5. Stok E (H3BO3 1,24 g/l)
NaMoO4, 2H2O 0,05 g/l)
CoCl26H2O 0,005 g/l)
KI 0,166 g/l)
6. Stok F (MnSO4 2H2O 0,05 g/l)
MgSO4 7H2O 74,0 g/l)
CuSO4 5H2O 0,005 g/l)
ZnSO4 7H2O 1,725 g/l)
7. Stok G (Na2EDTA 2H2O 1,865 g/l)
FeSO4 7H2O 1,390 g/l)
g) Zat organik (untuk 1 kelas)
1. Myo-inositol 100 mg/l
2. Thiamin HCl 0,1 mg/l
3. Asam nikotinat 0,5 mg/l
4. Piridoxin HCl 0,5 mg/l
5. Glisin 2,0 mg/l
6. Sukrosa g0 g/l
h) Agar bubuk 18 gram
i) Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Auksin, Sitokinin, Giberelin
(untuk 1 kelas)
Diamati
Anthersetiap
Bunga hari
Kana (Canna
- dipindahkan dalam sp.)
cawan petri
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil inokulasi Anther bunga Kana (Canna sp.) pada media
MS disajikan dalam tabel 1.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil dan analisis data di atas diketahui bahwa
metode yang digunakan pada praktikum ini adalah dengan metode
kultur jaringan secara in vitro. Pengambilan bunga kanna yang
masih kuncup sebagai eksplan dikarenakan dari umur fisiologi
bunga yang masih muda lebih baik dibanding jaringan tanaman yang
tua karena bagian-bagian tanaman yang masih muda (juvenil)
memiliki daya regenerasi yang lebih tinggi daripada tanaman
dewasa. Jaringan muda mempunyai kemampuan morfogenetik yang
lebih besar daripada jaringan yang tua. (Gunawan, 1995).
Pada praktikum ini, 3 botol belum terjadi pertumbuhan baik
tunas, kalus, maupun akar. Serta dari ke 3 botol yang ada semua
eksplan mengalami browning yang menandakan kemunduran
fisiologi eksplan sehingga eksplan mati dan tidak dapat tumbuh. Hal
ini diduga dapat disebabkan karena banyak faktor, seperti belum
optimalnya media kultur yang digunakan, umur fisiologi eksplan,
lingkungan kultur, maupun konsentrasi zat pengatur tumbuh yang
digunakan.
Praktikum kali ini eksplan mengalami browning setelah
beberapa hari inokulasi, hal ini menyebabkan pertumbuhan eksplan
terhambat dan jaringan pada eksplan tersebut mati. Penghambatan
pertumbuhan biasanya sangat kuat pada beberapa spesies yang
umumnya mengandung senyawa atau hidroksifenol dengan
konsentrasi tinggi (George, 1984). Perbedaan pemberian konsentrasi
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang berbeda dapat memberikan respon
yang berbeda terhadap induksi kalus. Ketidakberhasilan
menumbuhkan kalus ini dapat disebabkan karena rendahnya kadar
auksin dan sitokinin pada eksplan, sehingga kadar hormone endogen
dan eksogen yang terdapat pada eksplan tidak dapat merangsang
pertumbuhan kalus. Menurut Mustakim, et.al., (2015), pembentukan
kalus dapat dipacu oleh keberadaan auksin yaitu NAA dan 2,4 D
serta sitokinin yaitu BAP pada jaringan tanaman. Penambahan
auksin atau sitokinin ke dalam media kultur dapat meningkatkan
konsentrasi zat pengatur tumbuh endogen di dalam sel, sehingga
menjadi “faktor pemicu” dalam proses tumbuh dan perkembangan
jaringan. Sitokinin merupakan hormon yang berperan untuk
pembelahan sel, dominasi apikal dan diferensiasi tunas.
Perkembangan tunas dapat mengubah kadar hormon endogen dalam
tanaman pada organ yang dilukai biasanya akan terbentuk kalus
sebagai respon pertama untuk menutupi luka.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Ardiana, Dwi Wahyuni dan Ida Fitrianingsih. 2010. Teknik Kultur Jaringan
Tunas Pepaya dengan Menggunakan Beberapa Konsentrasi IBA.
Buletin Teknik Pertanian Vol 15 (2) : 52-55.
Drew, R.A. 1988. Rapid clonal propagation of papaya in vitro from mature
field grown trees. Hort. Sci. 23(3): 609-611.
Gaba, V.P. 2005. Plant Growth Regulator. In R.N. Trigiano and D.J. Gray
(eds.) Plant Tissue Culture and Development. CRC Press.
London. p. 87-100.
Hartmann, H.T., D.E. Kester, and F.T. Davies. 1990. Plant Propagation and
Principles Practices. New Jersey : Prentice-Hall Inc.
Hayati, Surya Kurnia, Yulita Nurchayati dan Nintya Setiari. 2010. Induksi
Kalus dari Hipokotil Alfalfa (medicago sativa l.) secara in vitro
dengan Penambahan Benzyl Amino Purine (BAP) dan α-
Naphtalene Acetic Acid (NAA). Jurnal BIOMA Vol 12 (1) : 6-12.
Smith, R.S. 1992. Plant Tissue Culture Techniques and Experiments. USA :
Academic Press.
Stone, L.J., M.C. Comb dan K. Seaton. 2002. Propagation of blue flowered
conospermum species. Dalam A. Taji dan R. Williams (Eds.). The
Importance of Plant Tissue Culture dan Biotechnology in Plant
Sciences. University of New England Unit, Australia. 351-353.
Wareing, P.F. and I.D.J. Phillips. 1976. The Control of Growth and
Differentiation in Plants. New York-Sidney-Paris-Frankfurt :
Pergamon Press.