Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PEMBAHASAN

1. Anatomi Sistem Perkemihan


 Ginjal

Ginjal merupakan sepasang organ yang bentuknya menyerupai kacang dengan


ukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan. Ginjal terletak di bagian belakang
rongga perut atau area punggung bawah, satu di sebelah kanan tulang belakang
dan satu lainnya di sebelah kiri.

Fungsi ginjal tergolong sangat berat dan penting bagi tubuh manusia, antara lain
menyaring darah, membuang limbah metabolisme dalam bentuk urine,
mengendalikan keseimbangan cairan tubuh, serta mengatur keseimbangan garam
tubuh atau elektrolit.

Sama seperti organ tubuh lainnya, anatomi ginjal dapat menggambarkan kinerja
setiap bagian ginjal dalam menjalankan fungsinya. Anatomi Ginjal dan Cara
Kerjanya

Ginjal kanan dengan ginjal kiri tidak terletak pada ketinggian yang sama persis
karena rongga perut berbentuk asimetris. Di sebelah kanan perut terdapat organ
hati, sehingga posisi ginjal kanan lebih rendah dibandingkan ginjal kiri. Ukuran
ginjal kanan juga lebih kecil daripada ginjal kiri.

Ginjal pria dewasa berukuran lebih kurang 11 cm, sedangkan ginjal wanita
dewasa berukuran 10 cm. Meskipun berukuran kecil, ginjal terdiri dari banyak
bagian yang berperan besar dalam menjalankan fungsinya. Secara anatomis, ada
empat bagian utama yang mendukung fungsi ginjal, yaitu:

 Nefron

Nefron merupakan salah satu bagian penting dari ginjal yang bertugas menyaring
darah, kemudian mengambil nutrisinya dan membuang zat sisa hasil
metabolismenya.
Ada sekitar 1 juta nefron pada masing-masing ginjal. Setiap nefron terdiri dari
sebuah struktur yang berisi korpus renalis (badan malpigi) dan tubulus renalis.
Lebih rincinya lagi, nefron tersusun atas glomerulus, kapsula bowman, tubulus
kontortus proksimal, lengung henle dan tubulus kontortus distal.

Pada nefron, darah akan mengalir menuju ke korpus renalis. Setelah itu, protein di
dalam darah akan diserap oleh glomerulus, sedangkan cairan sisanya akan
dialirkan ke saluran pengumpul atau duktus kolektivus. Kemudian, sebagian akan
diserap kembali ke dalam darah, termasuk air, gula dan elektrolit.

 Korteks renalis atau korteks ginjal

Korteks renalis terletak di bagian luar ginjal. Bagian ini dikelilingi oleh lapisan
jaringan lemak yang dikenal sebagai kapsula renalis atau kapsul ginjal. Korteks
dan kapsula renalis berfungsi untuk melindungi struktur bagian dalam ginjal.

 Medulla renalis atau sumsum ginjal

Medulla renalis merupakan jaringan lembut yang terdapat di dalam ginjal. Di


dalamnya terdapat piramida ginjal (piramides renalis) dan duktus kolektivus,
merupakan jalan bagi cairan yang sudah disaring untuk keluar dari nefron menuju
struktur anatomis ginjal berikutnya, yaitu pelvis renalis.

 Pelvis renalis atau pelvis ginjal

Pelvis renalis merupakan bagian ginjal yang letaknya paling dalam. Renal pelvis
bentuknya menyerupai corong dan berperan sebagai saluran air dari ginjal menuju
ke kandung kemih. Tersusun atas kaliks-kaliks ginjal (kalises renalis), pelvis
renalis menjadi tempat penyimpanan urine sebelum dialirkan ke kandung kemih
melalui ureter. Mengingat fungsinya yang sangat penting bagi tubuh, sudah
sepatutnya Anda menjaga kesehatan ginjal. Cukupi kebutuhan air putih setiap
hari, konsumsi makanan sehat yang mencakup sayur-sayuran, buah-buahan, dan
biji-bijian, jaga berat badan ideal, serta hindari merokok dan konsumsi minuman
beralkohol.
 Ureter

Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder atau pipa yang menghubungkan
ginjal dengan kandung kemih. Ureter merupakan lanjutan dari pelvis renalis yang
berjalan dari hillus ginjal menuju distal dan kemudian bermuara pada kandung kemih.
Ureter terdiri dari 2 saluran pipa di sebelah kanan dan kiri yang menghubungkan ginjal
kanan dan kiri dengan kandung kemih. Ureter memiliki panjang sekitar 20 - 30 cm
dengan diameter rata - rata sekitar 0,5 cm dan diameter maksimal sekitar 1,7 cm yang
berada di dekat kandung kemih. Berdasarakan letak anatomisnya ureter ini dibagi
menjadi ureter pars abdominalis yang berada di dalam rongga abdomen dan ureter
pars pelvis yang berada di dalam rongga pelvis. Ureter memiliki tiga lapisan dinding yang
terdiri dari Jaringan ikat (jaringan fibrosa) pada lapisan luar, otot polos sirkuler dan
longitudinal pada lapisan tengah, sel - sel transisional pada lapisan mukosa sebelah
dalam.

Pada pria ureter terdapat di dalam visura seminalis atas yang disilangi oleh duktus
deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. kemudian ureter berjalan oblique
sepanjang 2 cm di dalam dinding kandung kemih pada sudut lateral dari trigonum vesika.
Pada wanita ureter terdapat di belakang fossa ovarika yang berjalan ke bagian medial dan
ke depan ke bagian lateral serviks uteri di bagian atas vagina untuk mencapai fundus
vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter ini didampingi oleh arteri uterina sepanjang
2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan
ligamentum.

Sistem perdarahan ureter bersifat segmental dan berasal dari pembuluh darah arteri
renalis, arteri spermatika interna, arteri hipogastrika, arteri vesikalis inferior
dengan hubungan kolateral yang kaya perdarahan, sehingga umumnya perdarahan pada
tindak bedah ureter tidak begitu mengancam. Persyarafan ureter bersifat otonom yaitu
oleh plexus hypogastricus inferior T11 - L2 melalui neuron simpatis.
Ureter memiliki fungsi yang penting yaitu menghantarkan urin dari ginjal menuju
kandung kemih. Lapisan dinding ureter yang terdiri dari otot - otot polos sirkuler dan
longitudinal menimbulkan gerakan - gerakan peristaltik (berkontraksi) setiap 5 menit
sekali guna mendorong air kemih kemudian disemprotkan dalam bentuk pancaran,
melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Sewaktu masuk kandung
kemih dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada saat kandung kemih
penuh akan terbentuk katup (valvula) yang mencegah kembalinya urin dari kandung
kemih.

Selain fungsi ureter tersebut selama perjalanannya ureter memiliki beberapa tempat yang
ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada di banding tempat lainnya Tempat-
tempat penyempitan itu antara lain adalah :

1. Pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvico-uretero junction

2. Pada persilangan ureter dan arteri iliaka di rongga pelvis atau flexura marginalis

3. Pada saat ureter masuk ke dalam kandung kemih atau uretero-vesico junction

Pada ketiga tempat sempit inilah batu (batu ginjal) atau benda-benda lain yang berasal
dari ginjal seringkali tersangkut di dalam ureter.

 Kandung kemih

Kandung kemih adalah organ yang berbentuk seperti kantung dan terletak di
panggul, di belakang tulang kemaluan. Sebagai bagian sistem sekresi, fungsi
utamanya adalah menyimpan urin dari ginjal hingga siap untuk dikeluarkan. Organ
ini terdiri dari beberapa lapisan jaringan otot yang dapat menampung urin s ebanyak
600 mL.

Saat volume urin di kandung kemih sudah mencapai sekitar 400 mL, respon sistem
saraf pusat akan terpicu dan merasakan sensasi penuh. Saat itu terjadi, otot kandung
kemih perlahan berkontraksi dan katup sfingter internal terbuka. Lalu, urin akan
keluar melalui uretra.
 Uretra
Uretra adalah tabung berlubang yang diposisikan di antara kandung kemih dan meatus
urin yang mengeluarkan urin yang disimpan dalam kandung kemih dari tubuh. Panjang
uretra berbeda pada wanita dan pria. Pada pria, uretra memungkinkan pengeluaran urin
dan air mani. Otot sfingter uretra internal dan eksternal mengontrol miksi.

Pada wanita, fungsi uretra utama adalah transportasi urin ke luar tubuh, pencegahan
refluks urin, dan perlindungan terhadap bakteri patogen. Pada laki-laki, uretra memiliki
empat fungsi – pengusiran urin, pengusiran spe rma, pencegahan salah satu dari cairan ini
dari perjalanan kembali ke saluran kemih bagian bawah, dan perlindungan terhadap
bakteri yang masuk dari luar tubuh.

Lumen uretra kedua jenis kelamin dikelilingi oleh lapisan epitel kolumnar bertingkat.
Lapisan epitel ini dilindungi dari lingkungan keasaman tinggi dari uretra oleh lendir yang
juga membuat uretra lembab dan kenyal. Lapisan berikutnya yang membentuk dinding
uretra adalah submukosa yang mensekresi lendir atau mantel spons. Lapisan ini
dikelilingi oleh otot longitudinal dalam, yang dengan sendirinya dikelilingi oleh otot
melingkar luar. Kombinasi otot longitudinal dan sirkuler ini memberikan kekuatan
kontraksi yang lebih kuat.6

 Kelenjar prostat

Kelenjar prostat atau kelenjar eksokrin merupakan kelenjar ukurannya sebesar buah
kenari yang berada diantara tulang kemih dan penis, di depan rektum.

Organ ini memiliku fungsi untuk memproduksi dan menyimpan sejenis cairan yang
sebagaian besar air mani (semen). Cairan yang dikeluarkan prostat mengandung nutrisi
dan melindungi sperma.

Selama ejakulasi, prostat akan mengeluarkan cairan ini melewati uretra bersamaan
dengan sperma membentuk cairan mani (semen).
Fungsi penting kelenjar prostat adalah untuk mengeluarkan 30% – 35% atau sepertiga
cairan dari air mani. Cairan itu memiliki fungsi nutrisi dan melindungi dari sperma
supaya dapat bertahan dalam lingkungan vagina.

Prostat berisikan jaringan otot polos, menjadikan ikut membantu untuk memompa air
mani keluar lewat penis dengan kekuatan yang cukup untuk masuk ke dalam vagina
dalam membantu sperema membuahi ovum.

Dan juga, prosta yang menyelububgi bagian uretra dapat menjadi katup yang mencegah
urin keluar apabila ada rangsangan buah air kecil. Sistem saraf pada prostat juga akan
membantuk proses terjadinya ereksi penis.

2. Pengkajian Keperawatan Sistem Perkemihan


1. Anamnesis
Keluhan utama pada gangguan system perkemihan meliputi keluhan sistemik. Salah
satunya adalah gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan sesak napas, edema,
malaise, pucat dan uremia. Selain itu, keluhan lainnya adalah demam disertai
menggigil akibat infeksi atau urosepsis dan keluhan local pada saluran system
perkemihan, antara lain nyeri akibat kelainan pada saluran system perkemihan,
keluhan miksi (keluhan iritasi dan keluhan obstruksi), hematuria, inkontenensia,
disfungsi seksual, atau infertilitas.
Nyeri
Nyeri pada system perkemihan tidak selalu menandakan adanya penyakit ginjal
meskipun umumnya ditemukan pada keadaan yang lebih akut. Rasa nyeri akibat
penyakit ginjal biasanya disebabkan oleh obstruksi dan distensi mendadak kapsula
renal yang terjadi kemudian.
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenetalia dirasakan
sebagai nyeri local, yaitu nyeri yang dirasakan disekitar organ itu sendiri, atau berupa
revered paint, yaitu nyeri yang dirasakan jauh dari tempat organ yang sakit. Sebagai
contoh, nyeri local pada kelainan ginjal dapat dirasakan di daerah sudut kostofertebra,
sedangkan nyeri akibat koli ureter dapat dirasakan hingga kedaerah inguinal, testis,
bahkan sampai ketungkai bawah. Inflamasi akut pada organ padat traktus
urogenetalia sering kali dirasakan sangat nyeri, hal ini disebabkan karena peregangan
pada kapsul yang melingkupi organ tersebut. Oleh sebab itu, pyelonefritis, prostatitis,
maupun epididimitis akut akan dirasakan sangat nyeri.
Nyeri ginjal
Nyeri ginjal adalah nyeri akibat regangan kapsul ginjal. Regangan kapsul ini dapat
terjadi karena pielonefritis akut yang menimbulakan edema, obstruksi saluran
kandung kemih yang mengakibatkan hidronefritis , atau tumor ginjal.
Nyeri kolik
Nyeri kolik terjadi akibat spasme otot polos ureter karena gerakan peristaltiknya
terhambat oleh batu , bekuan darah, atau benda asing lainnya,. Nyeri ini dirasakan
sangat sakit hilang timbul disesuaikan dengan gerakan peristaltic ureter. Pertama
tama dirasakan didaerah sudut kostovertebrata, kemudian menjalar ke dingding depan
abdomen, ke region inguinal, hingga kedaerah kemaluan. Tidak jarang nyeri kolik
diikuti dengan keluhan pada organ pencernaan, se[erti mual dan muntah.
Nyeri kandung kemih dan uretra
Nyeri vesika dirasakan didaerah suprasimfisis. Nyeri ini terjadi akibat overdistensi
kandung kemih yang mengalami retensi urin atau terdapat inflamasi pada buli-bull
(sistitis intersitisialis), tuberculosis, atau sistosimiasis)inflamasi kandung kemih
dirasakan sebagai perasaan kurang nyaman didaerah suprapubik (suprapubik
discomfort). Nyeri dirasakan apabila kandung kemih terisi penuh dan nyeri
berkurang pada saat selesai miksi.
Tidak jarang pasien sistitis merasakan nyeri yang sangat hebat seperti ditusuk-tusuk
pada akhir miksi dan kadang kala disertai dengan hematuria. Keadaan ini disebut
sebagai stranguria.
Nyeri testis dan prostat
Nyeri yang dirasakan pada daerah kantong sekrotum bisa berasal dari kelainan organ
di kantong skrotum atau nyeri alih yang berasal dari kelainan organ diluar kantong
skrotum. Nyeri akut yang disebabkan oleh torsio testis atau torsio apendiks testis atau
epididimis menyebabkan peregangan pada kapsulnya sehingga dirasakan sebagai
nyeri hebat.
Nyeri prostat pada umumnya disebabkan karena inflamansi yang mengakibatkan
adanya edema kelenjar prostat dan distensi kapsul prostat. Lokasi nyeri akibat
inflamasi ini sulit untuk ditentukan tetapi pada umumnya dapat dirasakan pada
abdomen bawah, inguinal, perineal, lumbosakral, atau nyeri rectum. Sering kali nyeri
prostat diikuti dengan keluhan miksi berupa frekuensi,disuria, bahkan retensi urine
(purnomo, 2015).

Keluhan miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi keluhan akibat suatu
tanda adanya iritasi, ostruksi, inkontinensia, dan enuresia. Keluhan akibat iritasi
meliputi polakisuria, urgensi, nokturia, dan disuria, sedangkan keluhan obstruksi
meliputi hesitansis harus mengejan saat miksi, pancaran urin melemah, intermitensi,
serta urin menetes dan masih terasa ada sisa urin sehabis miksi.

Gejala iritasi
Polakisuria adalah frekuensi berkemih yang lebih dari normal, keadaan ini
merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien yang mengalami gangguan
system perkemihan. Polakisuria dapat disebabkan oleh produksi urin yang berlebihan
(poliuria) seperti pada penyakit-penyakit diabetes militus, diabetes insipidus, atau
asupan cairan yang berlebihan. Sedangkan menurutnya kapasitas kandung kemih
dapat disebakan karena adanya obstruksi intravesika, menurunnya compliance
kandung kemih, dan kandung kemih yang mengalami inflamasi akibat benda asing
didalamnya.
Urgensi merupakan suatu keadaan dimana merasa sangat ingin kencing, sehingga
terasa sakit. Kedaan ini akibat hiperiritabilitas dan hiperaktivitas kandung kemih
karena inflamasi.
Nokturia adalah polakisuria yang terjadi pada malam hari. Nokturia disebabkan
karena meningkatnya produksi urine.
Disuria adalah nyeri pada saat miksi, terutama disebabkan karena inflamasi pada
kandung kemih atau uretra. Disuria yang terjadi pada awal miksi biasanya berasal
dari kelainan pada uretra, sedangkan jika terjadi pda akhir miksi adalah kelainan
pada kandung kemih.
Gejala Obstruksi
Hesistensi adalah awal keluarnya urine menjadi lebih lama dan sering kali pasien
harus mengejan untuk memulai miksi.
Intermitensi merupakan keluhan miksi dimana pada pertengahan miksi seringkali
miksi berhenti, kemudian memancar lagi, dan keadaan ini terjadi berulang-ulang.

Hematuria
Hematuria merupakan suatu keadaan didapatkannya sel darah merah didalam urine.
Perawat perlu mengkaji mendalam keluhan jematuri, terutama pada pasien hematuri
tanpa adanya riwayat trauma pada saluran kencing, khususnya keluhan hematuria
disertai nyeri yang kemungkinan menunjukkan adanya keganasan disaluran kemih.

Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan seseorang utnuk menahan urine yang
keluar dari kandung kemih, baik disadari ataupun tidak disadari.

Keluhan Disfungsi Seksual


Disfungsi seksual pada pria meliputi penurunan libido, menurunnya kekuatan ereksi,
disfungsi ereksi, ejakulasi retrograded (air mani tidak keluar saat ejakulasi), tidak
pernah merasakan orgasme, atau ejakulasi dini.

Riwayat Kesehatan Sebelumnya


Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami sebelumnya,
terutama yang mendukung atau yang memperberat kondisi gangguan system
perkemihan pada saat ini. Contohnya adalah : pernahkah pasien menderita penyakit
kencing manis, riwayat kaki bengkak (edema), hipertensi, penyakit kencing batu,
kencing berdarah, dll. Tanyakan pada pasien : apakah sebelumnya pernah dirawat,
dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, dan sebagainya.
Perawat perlu mengklarifikasi pengobatan masla lalu dengan riwayat alergi. Catat
adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu, dan penting bagi perawat untuk
mengetahui bahawa pasien mengacaukan sesuatu alergi dengan efek samping obat.
2. Pengkajian Psikososiospiritual
Pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan
perilaku pasien. Adanya nyeri dari gangguan saluran kemih akan memeberikan
stimulus pada kecemasan dan ketakutan pada setiap pasien.
Resiko pendapatan ekonomi yang rendah berpengaruh terhadap kemampuan penderta
dalam memenuhi tingkat kesehatannya. Status pendidikan yang rendah akan
mempengaruhi persepsi pasien dalam menanggulangi keadaan sakit.

3. Pemeriksaan Ginjal
Inspeksi
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas harus
diperhatikan pada saat melakukan inspeksi pada daerah ini. Pembesaran itu mungkin
disebabkan oleh hidronefrosis atau tumor pada daerah retroperitoneum.
Palpasi
Palpasi ini bertujuan untuk memeriksa adanya massa pada ginjal. Secara petologis,
ginjal yang membesar biasanya menonjol kedepan, sedangkan abses perinefrik atau
pengumpulan cairan cenderung menonjol kebelakang.
Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan “ketuk ginjal” dilakukan dengan memberikan ketukan pada
sudut kostovetebra. Perkusi pada pasien pielonefritis, batu ginjal pada pelfis, dan
batu ureter akan memberikan stimulus nyeri.
Auskultasi
Tanda yang penting adalah adanya bruit ginjal. Bruit ginjal paling jelas terdengar
jelas diatas umbilicus, kira-kira 2 cm dari sisi kiri atau sisi kanan garis tengah.
Adanya bruit sistolik dan diastolic merupakan tanda yang paling penting. Komponen
diastolic menyebabkan bruit tersebut lebih mungkin bermakna secara hemodinamis.
Adanya bruit tersebut menunjukan kemungkinan stenosis arteri renalis yang
disebabkan oleh renomuskular atau arterosklerosis.
4. Pemeriksaan kandung kemih
Pemeriksaan kandung kemih, perhatikan adanya benjolan atau massa atau jaringan
parut bekas pembedahan bisuprasimpisis . massa di daerah suprasimpisis mungkin
merupakan tumor ganas kandung kemih atau karena kandung kemih yang terisi
penuh dari retensi urin. Palpasi dan perkusi kandung kemih untuk menentukan batas
kandung kemih dan adanya nyeri tekan pada area supra simpisis.

5. Pemeriksaan genetalia eksterna


Menurut Purnomo (2003), pada inspeksi genetalia eksternal di perhatikan
kemungkinan adanya kemungkinan kelainan penis dan uretra.

6. Pemeriksaan eliminasi urine


Ketidakmampuan eliminasi terjadi pada pasien yang mengalami obstruksi pada
saluran kemih, kelainan neurologis atau pascatrauma pada saluran kemih. Apabila
pasien terpasanga kateter maka periksa drainase dan keluaran urine.

7. Pemeriksaan diagnostic
Analisis urine
Pengkajian urine bisa dilakukan secara makroskopik dengan menilai warna dan bau
urine. Pemeriksaan kimiawi meliputi pemeriksaan Ph protein, gula dalam urine.

Darah rutin
Pemeriksaan darah putih meliputi hemoglobin, leukosit, dan laju endap darah. Untuk
menilai respon sistemik terhadap adanya gangguan pada system perkemihan.

Fungsi ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar kreatinin,
kadar ureum atau Blood Urea Nitrogen (BUN), dan bersihan kreatinin mematikan
secara halus (creatini clearance). Pemeriksaan BUN, Ureum, atau kreatinin didalam
serum merupakan uji faal ginjal yang sering dipakai dalam klinik.
Elektrolit
Kadar batrium sering diperiksa pada pasien yang akan menjalani tindakan reseksi
prostat transuretra. Selama prosedur TURP banyak cairan (H2O) yang masuk
kesirkulasi sistemik, sehingga terjadi hiponatremia relative. Pemeriksaan elekrtolit
lain berguna untuk mengetahui faktro predisposisi pembentukan batu saluran kemih,
antara lain : kalsium, fosfat, magnesium.

Fungsi Hati Dan Pembekuan Darah


Pemeriksaan faal hepar yang meliputi SGOT atau SGPT ditujukan untuk melihat
dampak gangguan system perkemihan pada system hati. Selain itu juga untuk menilai
pengaruh obat-obatan dan pemeriksaan rutin pada setiap pembedahan pada pasien
usia diatas 40 tahun. Pemeriksaan faal hemoestatis berupa BT, CT, PTT dan aPTT
sangat pentingguna mempersiapkan pasien dalam menjelang operasi besar yang
diperkirakan beresiko mengalami perdarahan.

Analisis Batu
Batu yang telah dikeluarkan dari saluran kemih akan dianalisis. Kegunaan analisis
batu adalah untuk mengetahui jenis batu guna mencegah terjadinya kekambuhan
dikemudian hari. Pencegahan itu dapat berupa pengaturan diet dan pemberian obat-
obatan.

Pemeriksaan Radiologi

Sejumlah tindakan radiologi dapat dipakai untuk mengevaluasi saluran kemih. Foto
polos abdomen merupakan pemeriksaan yang dilakukan pertama kali. Pielogram
intravena merupakan pemeriksaan radiologik ginjal yang paling penting dan paling
sering dilakukan, dan biasanya dilakukan pertama kali. Pemeriksaan lainnya anatara
lain : ultrasonografi, pencitraan radionuklir, CT-Scan, MRI, dan angiografi ginjal.

3. Proses Keperawatan Praoperatif Bedah TURP


1. Pengkajian Fokus Prabedah
Pengkajian difokuskan pada optimalisasi pembedaan TURP. Pasien yang mempunyai
riwayat peningkatan kadar glukosa darah dan hipertensi perlu dikoreksi sebelum
pembedahan krna untuk menghindari komplikasi pada intraoperatif dan
pascaoperatif.

Kaji adanya riwayat alergi obat-obatan. Kaji berapa lama keluhan hesistansi, keluhan
intermitensi, pancaran miksi melemah, keluhan tidak puas miksi, keluhan miksi
menetes, keluhan peninhkatan frekuensi miksi, keluhan miksi sering terjadi pada
malam hari, keluhansangat ingin miksi dan keluhan rasa sakit sewaktu miksi mulai
dirasakan.

Kaji pengaruh gangguan miksi pada respon psikologis dan perencanaan pembedahan.
Pada pengkajian sering didapat adanya kecemasan, gangguan konsep gambaran diri
yang merupakan respons dari adanya penyakit dan rencana untuk dilakukan
pembedahan.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemerisaan TTV dilakukan terutama pada pasien praoperatif. Pada pemeriksaan,


pengaruh penyempitan lumen uretra dimanifestasikan dengan tanda-tanda obstruksi
dan iritasi saluran kemih. Tanda obstruksi yang didapatkan meliputi : hesistansi,
melemahnya pancaran miksi, intermitensi, dan urin menetes setelah miksi.
Sedangkan tanda iritasi meliputi : adanya peningkatan frekuensi, urgensi, nokturia,
dan disuria.

Saat pemeriksaan palpasi terasa adanya balotemen dan pasien akan merasa ingin
miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya residu urin.

3. Pengkajian diagnostik

 Data laboratorium fokus untuk rencana bedah histerektomi, meliputi: Hb,


leukosis, LED, kalium, natrium, albumin, bilirubin, dan hitung darah lengkap.

 Urinalisis untuk melihat adanya tanda infeksi pada saluran kemih

 Fungsi ginjal untuk menilai adanya gangguan fungsi ginjal


 Pemeriksaan uroflowmetri

 Foto polos abdomen, untuk melihat adanya batu saluran kemih

 PIV, untuk melihat adanya kompliokasi pada ureter dan ginjal, seperti hidroureter
dan hidronefrosis.

 Pemeriksaan EKG dan foto toraks pada pasien usia lebih dari 40 tahun untuk
menyingkirkan adanya gangguan jantung dan tuberkolusis paru.

4. Diagnosis keperawatan praoperatif

 Nyeri berhubungan dengan peregangan dari terminal saraf, disuria, reistensi otot
prostat, efek mengejan saat miksi sekunder dari pembesaran prostat, dan obstruksi
uretra.

 Gangguan pemenuhan eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine,


obstruksi uretra sekunder dari pembesaran prostat.

 Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, rencana pembedahan.

 Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur penatalaksanaan/tindakan


histerektomi, rencana pembedahan.

5. Rencana intervensi keperawatan praoperatif

Rencana intervensi difokuskan pada kelancaran persiapan pembedahan, dukungan


prabedah, dan pemenuhan informasi. Persiapan pembedahan dilakukan secara umum
seperti pembedahan lainnya dengan penggunaan anestesi umum. Pasien perlu
dianjurkan puasa 6 jam sebelum pembedahan dan mencukur area pubis. Kelengkapan
informed consent perlu diperhatikan perawat. Fokus pada rencana intervensi meliputi
menejemen nyeri keperawatan, dukungan psikologis dan penurunan respon
kecemasan, serta pemenuhan pengetahuan praoperatif.

Penurunan respon nyeri dengan menejemen nyeri keperawatan meliputi: pengaturan


posisi fisiologis, mengistirahatkan pasien, pengaturan lingkungan relaksasi nafsa
dalam, metode distraksi, dan menejemen sentuhan. Kolaborasi pemberian analgesik
secara intravena dilakukan untuk nyeri sedang dan berat.

6. Evaluasi praoperatif

Kriteria evaluasi yang diharapkan pada pembedahan TURP meliputi: kelancaran


persiapan pembedahan optim dilaksanakan, terdapat penurunan tingkat kecemasan,
terpenuhinya dukungan prabedah dan pemenuhan informasi.

7. Di ruang prabedah

Diruang prabedah (ruang sementara), perawat melakukan pengkajian ringkas


mengenai kondisi fisik pasien dan kelengkapan yang berhugungan dengan
pembedahan.

Pengkajian ringkas tersebut adalah sebagai berikut.

 Falidasi : perawat melakukan konfirmasi kebenaran identitas pasien sebagai data


dasar pesien untuk mencocokkan prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan.

 Kelengkapan administrasi : status rekamedik, data-data penunjang, dan


kelengkapan informed consent.

 Kelengkapan alat dan sarana : saran pembedahan seperti benang, cairan intravena
, dan obat antibiotik profilaksis sesuai dengan kebijakan institusi.

 Pemeriksaaan fisik : terutama TTV dan neurofaskuler, serta pencukuran rambut


pada bagian kepala.

 Tingkat kecemasan dan pengetahuan pembedahan.

Diagnosis keperawatan diruang sementara yang lazim diguanakan adalah kecemasan


dan pemenuhan informasi.

Rencana intervensi yang lazim dilakukan adalah sebagai berikut :


 Observasi TTV dan berkolaborasi dengan tim medis apabila ditemukan
ketidaknormalan dari hasil pemeriksaan TTV. Observasi TTV merupakan data daras
yang penting sebagai bahan evaluasi pascabedah diruang pemulihan.

 Pengaturan posisi fisiologis untuk menurunkan respon nyeri.

 Komunikasi teraupetik dan dukungan psikologis untuk menurunkan tingkat


kecemasan

 Penjelasan singkat tentang prosedur yang akan dilakukan perawat dan dokter
selama pasien masih sadar

 Pemasangan kateter IV dengan jarum berdiameter besar

Evaluasi yang diharapkan pada pasien diruang sementara adalah sebagai berikut

 TTV dalam batas normal

 Respon nyeri tidak meningikat dan perdarahan dapat terkontrol

 Tingkat kecemasan pasien menurun

4. Proses Keperawatan Intraoperatif Bedah TURP


1. Dikamar operasi

Pengkajian intraoperatif secara ringkas dilakukan berhubungan dengan pembedahan.


Pengkajian kelengkapan pembedahan sangan penting perawat perhatikan. Periksa
TTV disesuaikan pada pasien fase praoperatif dan nanti akan di sesuaikan pada
pascaoperatif di ruang pulih sadar. Pemeriksaan status respirasi, kardiovaskuler, dan
perdarahan perlu diperhatikan dan segera di kolaborasikan apabila terdapat
perubahan yang mencolok. Selama melakukan pengkajian, perlu diperhatikan tingkat
kecemasan pasien, persepsi dan kemampuan untuk memahami diagnosis, operasi
yang direncanakan, dan prognosis, perubahan citra tubuh, tingkat koping dan teknik
menurunkan kecemasan. Kaji pasien terhadap tanda tanda gejala cemas. Kaji
pemahaman pasien tentang intervensi bedah yang direncanakan, takut dan kesalah
pengertian mengenai prognosis, pengalaman sebelumnya.
Diagnosis keperawatan intraoperatif bedah TURP :

 Resiko cedera berhubungan dengan pengaturan posisi bedah dan trauma prosedur
pembedahan.

 Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entree luka pembedahan dan
penurunan imunitas sekunder efek anestesi.
2. Rencana intervensi

Intervensi Rasional
Kaji ulang identitas pasien Perawat ruang operasi memeriksa kembali
identitas. Lihat kembali lembar persetujuan
tindakan, riwayat kesehatan, hasil
pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil,
pemeriksaan diagnostik.
Cek awal endourologi Perawat melakukan cek awal fungsi dari alat
endourologi agar intervensi dapat berjalan
secara efisien dan efektif
Siapkan obat dan pemberian anestesi regional Perawat anestesi bertanggung jawab terhadap
keseluruhan kelengkapan pada pelaksanaan
anestesi spinal
Siapkan obat dan peralatan emergensi Selain pemantau, peralatan darurat dasar,
obat-obatan, dan protokol pengobatan juga
harus tersedia. Peraltan jalan napas juga
diperlukan termasuk laringoskop, selang
endrotrakeal, jalan napas oral dan nasal
faringeal.selain itu masker dan kantong
resusistasi
Beri dukungan praanestesi Hubungan emosional yang baik antara penata
anestesi dan pasien akan memengaruhi
penerimaan anestesi
Atur posisi untukanestesi spinal Pengaturan posisi anestesi regional
disesuaikan dengan permintaan ahli anestesi
Bantu ahli anestesi dalam melakukan Pemberian anestesi spinal dilakukan dengan
desifeksi area fungsi teknik steril
Beri dukungan psikologis pada saat ahli Peawat perioperatif perlu memerikan
anestesi melakukan fungsi penjelasan bahwa pungsi tidak memberikan
rasa sakit dan dianjurkan pasien kooperatif
sewaktu pungsi dilakukan
Lakukan pemberian oksigen via nasal Pemenuhan oksigenasasi yang diperlukan
pasien setelah dilakukan anestesi spinal
Lakukan persiapan meja bedah urologi dan Perawat melakukan pengujian fungsi dari
sarana pendukung kemampuan meja bedah dan mempersiapkan
kelengkapan pendukungan seperti sabuk dan
penahan lengan dari meja bedah dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pengauran posisi
Lakukan pengaturan posisi litotomi Posisi litotomi merupakan posisi yang sering
dilakukan pada pembedahan urogenital
Pengaturan lengan Lengan pasien diputar ke papan lengan
berbantalan , gerakkan berdasarkan room
Kaji kondisiorgan pada area yang rentan Posisi litotomi akan terjadi penimbunan
mengalami cedera posisi bedah sebelum sirkulasi didaerah lumbal.tekanan paha pada
dilakukan pengaturan posisi bedah abdomen dan tekanan visera abdomen pada
diagfragma dapat sangat membatasi gerak an
diagfragma. Posisi litotomi resikomengalami
trombosis vena profunda(tvp).
Lakukan manajemen asepsis intraoperasi Menejemen sepsis dilakukan untuk
menghindari kontak dengan zona steril
meliputi pemakaian baju bedah, pemakaian
sarung tangan, persiapan kulit, pemasangan
duk, penyerahan alat yang dilakukan perawat
instrumen dengan perawat sirkulasi
Menejemen sepsis intraoperasi merupakan
tnggung jawab perawat instrumen dengan
mempertahankan integritas lapangan steril
selama pembedahan dan bertanggung jawab
unuk mengomunikasikan kepada tim bedah
setiap teknik septik atau kontaminasi yang
terjadi selama pembedahan.
Bantu ahli bedah dalam melakukan scrub Pelaksanaan endurologi dilakukan oleh ahli
bedah urologi dalam kondisi scrub. Peran
perawat sangat penting untuk menurunkan
resiko infeksi intraoperasi dengan menjaga
kesterilan perlengkapa scrub.
Bandingkan status neurovaskuler sebelum Mendeteksi kapan terjadinya penyebab
dan setelah operasi cedera
Bantu ahli bedah pada saat melakukan cek Dengan melakukan cek kondisi alat
kondisi alat endourologi endourologi dapat membantu menurunkan
resiko cedera pada saat intraoperasi akibat
alat yang tidak berfungsi optimal.
Lakukan peran asistensi, anestesi, dan Pada saat intervensi endourologi
sirkulasi pada saat ahli bedah melakukan dilaksanakan, perawat asisten instrumen
intervensi membantu kelengkapan yang diperlukan ahli
bedah, perawat anestesi memonitor dan
memberikan dukungan intrsoperasi pada
pasien yang dalam kondisi sadar.
Ikuti protokol institusi untuk pengawetan dan Pengiriman sampel pascabedah TURP
pengiriman spesimen dilakukan sebagai bahan penegak diagnosis.
Rapikan alat endourologi setelah selesai Perawat merapikan, membersihkan, dan
intervensi melakukan menejemenalat agar dapat dengan
mudah digunakan kembali.
Rapikan pasien dan lakukan dukomentasi Sebelum pasien dipindahkan keruang pulih
intraoperasi sadar perawat kamar operasi merapikan dan
membersihkan kondisi pasien. Pencatatan
dokumen intraoperasi dilakukan perawat
sirkulasi tentang proses yang terjadi selama
pembedahan.

5. Proses keperawatan Pascaoperatif Bedah TURP

Asuhan keperawatan pascaperatif bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisiologis


secara optimal dimana terdiri dari asuhan diruang pulih sadar dan diruang rawat inap.

Diruang Pulih Sadar

Asuhan keperawatan pascabedah TURP diruang pulih sadar secara umum sama
dengan asuhan keperawatan paska bedah dengan anestesia spinal lainnya.

Evaluasi keperawatan [ascaoperatif

Evaluasi yang diharapkan pada pasien pascaoperatif adalah sebagai berikut :

 Kembalinya fungsi fisiologis pada seluruh sistem secara normal

 Tidak terjadi komplikasi pascaoperatif

 Dapat beristirahat dan memperoleh rasa nyaman

 Tidak terjadi luka operasi

 Hilangnya rasa cemas

 Meningkatnya konsep diri pasien

6. Proses Keperawatan Praoperatif Bedah Batu Ginjal


1. Pengkajian Fokus Prabedah

Pengkajian difokuskan pada optimalisasi pembedaan TURP. Pasien yang mempunyai


riwayat peningkatan kadar glukosa darah dan hipertensi perlu dikoreksi sebelum
pembedahan krna untuk menghindari komplikasi pada intraoperatif dan
pascaoperatif. Kaji adanya riwayat alergi obat-obatan.

Keluhan yang didapat dari pasien tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu,
dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan utama adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini
mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik.

Nyeri kolik terjadi karena aktifitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter
yang meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Nyeri non
kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi
pada ginjal.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan TTV dilakukan terutama pada pasien praoperatif pada pemeriksaan


fisik didapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pada pola
eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuria, retensi, dan sering miksi.
Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien mual muntah.

3. Pemeriksaan diagnostik
 Data laboratorium fokus untuk rencana bedah histrektomi, meliputi hb, leukosit,
LED, kalium, natrium, albumin, bilirubin.
 Urinalisis untuk melihat adanya infeksi pada saluran kemih
 Pemeriksaan uroflowmetri
 Foto polos abdomen, untuk menilai adanya batu saluran kemih
 Pemeriksaan EKG dan foto thorak

4. Diagnosis keperawatan Praoperatif


 Nyeri kolik berhubungan dengan aktivitas peristaltik otok polos sistem kalises,
peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal, uretra,
 Perubahan pola miksi berhubungan dengan retensi urin, sering kencing,
hematuria, sekunder dari iritasi saluran kemih
 Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
sekunder dari nyeri kolik
 Kecemasan berhubungan dengan prognosis pembedahan, tindakan infasif
diagnostik
5. Rencana intervensi keperawatan praoperatif

Rencana intervensi difokuskan pada kelancaran persiapan pembedahan, dukungan


prabedah, dan pemenuhan informasi. Pasien perlu di anjurkan pausa 6 jam
sebelum pembedahan dan mencukur area pubis. Kelengjkapan informed consent
perlu diperhatikan perawat.

Fokus pada rencana intervensi meliputi menejemen nyeri keperawatan, dukungan


psikologis, dan penurunan respon kecemasan, serta pemenuhan pengetahuan
praoperatif.

Penurunan respon nyeri dengan menejemen nyeri keperawatan meliputi


pengaturan posisi fisiologis, mengistirahatkan pasien, mengatur lingkungan,
relaksasi nafas dalam, metode distraksi, dan menejemen sentuhan. Kolaborasi
pemberian analgetik secara IV dilakukan secara nyeri sedang dan berat.

6. Evaluasi praoperatif

Evaluasi yang diharapkan pada pembedahan TURP yaitu kelancaran persiapan


pembedahan optimal dilaksanakan, terdapat penurunan tingkat kecemasan,
terpenuhinya dukungan prabedah, dan pemenuhan informasi.

7. Proses keperawatan di ruang prabedah

Di ruang prabedah atau diruang sementara, perawat melakukan pengkajian


rinfkas, mengenai kondisi fisik pasien yang berhubungan dengan pembedahan.
Diagnosis keperawatan individu bergantung pada pengkajian keperawatan tinjau
reka medik untuk merencanakan kenbutuhan pasien yang berhubungan dengan
pendekatan bedah yang direncanakan posisi pasien, kebutuhan peralatan dan
perlengkapan kusus, tindakan pendahuluan (jalur kateter IV, cukur, dan lain-lain).
Pengkajian ringkas sebagai berikut :

Validasi : perawat melakukan kebenaran identitas untuk mencocokkan prosedur


jenis pembedahan yang akan dilakukan.

Kelengkapan administrasi : status reka medik, laboratorium, radiologi, hasil CT-


Scan.

Kelengkapan alat dan sarana : sarana pembedahan seperti benang, cairan


intravena, dan obat antibiotik.

Pemeriksaaan fosik : TTV dan neorofaskular

Tingkat kecemasan dan pengetahuan pembedahan

Diagnostik keperawatan diruang sementara yang lazim digunakan adalah


kecemasan dan pemenuhan informasi.

Rencana intervensi yang lazim dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Observasi ttv dan kolaborasi dengan tim medisapabila ditemukan perubahan


atau ketidaknormalan hasil pemeriksaan ttv. Observasi TTV merupakan data
dasar yang penting sebagi bahan evaluasi pasca bedah diruang pemulihan.
2. Pengaturan posisi fisiologis untuk menurunkan respon nyeri.
3. Komunikasi teraupetik dan dukungan psikologis untuk menurunkan tingkat
kecemasan.
4. Penjelasan singkat tentang prosedur yang akan dilakukan perawat dan dokter
selama pasien masih sadar.
5. Pemasangan kateter iv dengan jarum berdiameter besar

Evaluasi yang diharapkan :

 TTV dalam batas normal


 Respon nyeri tidak meningkat dan perdarahan dapat terkontrol
 Tingkat kecemasan pasien menurun
 Pasien mendapat dukungan psikologis dan secara singkat dapat menjelaskan
perihal prosedur pembedahan
 Pasien sudah terpasang kateter iv

7. Proses Keperawatan Intraoperatif Bedah Batu Ginjal


1. Patofisiologi ke masalah keperawatan
Pasien yang dilakukan pembedahan pada fase intraoperasi akan mengalami berbagai
prosedur. Prosedur pemberian anestesi, pengaturan posisi bedah, menejemen asepsis,
dan prosedur laminektomi serta pemasangan fiksasi interna akan memberikan
implikasi pada masalah keperawatan yang akan muncul

8. Proses Keperawatan Pascaoperatif Bedah Batu Ginjal


Rencana Intervensi

Intervensi Rasional
Siapkan alat hemostasis dan alat cadangan Tindakan operai untuk mencegah
dalam kondisi siap pakai terjadinya perdarahan serius akibat
kerusakan pembuluh darah arteri.
Perawat memriksa kemampuan alat
tersebut siap pakai untuk menghindari
cedera akibat perdarahan intraoperasi
Siapkan obat-obatan untuk pemberian Obat-obatan anestesi yang dipersiapkan
anestesi umum meliputi obat pelemas otot dan obat
anestesi umum
Siapkan alat-alat intubasi endoktrakeal Penta anestesi memeriksa kondisi lampu
pada laringoskop. Kondisi selang
endotrakeal, dan jalan napas oral dan
nasal faringeal.
Siapkan obat dan peralatan emergency Peralatan jalan napas juga diperlukan
laringoskop selang endrokeal dan jalan
napas oral dan nasal paringeal
Lakukan persiapan meja bedah ginjal dan Perawat sirkulasi melakukan pengujian
sarana pendukung setiap fungsi dari kemampuan meja
bedah dan mempersiapkan kelengkapan
pendukung seperti sabuk.
Beri dukungan praanestesi Hugungan emosinal yang baik antara
penata anestesi dan pasien akan
mempengaruhi penerimaan anestesi
Lakukan pemberi induksi anestesi secara Pemberian induksi di lakukan sebagai
intravena suatu obat IV pertama dengan tujuan
untuk menghambat syaraf dan otot
pernapasan selama selang endotrakeal
terpasang
Lakukan pemasangan kateter urine Cegah terjadinya tekukan pada kateter
selama proses pemindahan tersebut.
Catat keluaran urine dan pengeluaran
kateter.
Bantu ahli anestesi dalam penasangan Penata anestesi akan membantu
endotrakeal penekanan tulang rawan dan menahan
konektor dan saat intubasi endotrakeal
dilakukan.
Atur posisi endotrakeal dengan fiksasi Untuk menjaga kepatenan jalan napas
yang optimal selama pengaturan posisi dan saat
intraoperasi.
Lakukan monitoring status pernapsan, Untuk menjaga kepatenan jalan napas
status hemodinamik dan perdarahan selama pengaturan posisi.
Lakukan pengaturan posisi lateral untuk Dilakukan sehingga terjadi perpuntiran
bedah ginjal atau gerakan abnormal dari bagian tubuh
tertentu.
Monitor intergritas jalan nafas andotrekeal Peran penata anastesi adalah memonitor
setelah pengaturan posisi, pastikan konsisi kondisi status respirasi dengan tetap
endotrakeal dan posisi leher terjaga menjaga kepatenan jalan napas
Pengaturan lengan Lengan pasien diputarkepapan lengan
berbantlan, gerakan berdasarkan room
normal mereka posisikan lengan kearah
keatas sisi kepala pasien kearah lengan
Kaji kondisi organ pada area yang Tempat yang rentan pada posisi lateral
rentanmengalami cedera posisi bedah adalah sisi pinggul yang sehat, yaitu
sebelum dilakukan pengaturan posisi bahu bagian bawah
bedah
Pasanga hasil radiologi pinggul pada layar Untuk memudahkan ahli bedah dalam
pembaca rontgen melakukan imejenasi tindakan pada
bempedahan yang akan dilaksankan
Lakukan persiapan alat bedah secara Persiapan alat setelah perawat
scrub mengalami scrub merupakan
pelaksanaan awal pembedahan sudah
bisa dimulai
Letakkan alat insisi pinggul dan alat Peletakan alat insisi Kn memudahkan
penghisap pada area bedah ahli bedah melakukan insisi
Lakukan menejemen aspesis intraoperasi Menejemen asepsis dilakukan untuk
menghindari kontak dengan zona steril.
Bantu ahli bedah dalam melakukan scrub Pelaksanaan endourologi dilakukan oleh
ahli bedah dalam kondisi scrub
Bantu ahli bedah saat dimulainya insisi Insisi bedah memerlukan scalpel (alat
penjepit) dan pisau bedah yang sesuai
dengan area yang akan di lakukan insisi
Bantu ahli bedah saat membuka jaringan Pada saat pembukaan jaringan, pasien
mempunyai resiko cidera.
Lakukan peran asistensi ,anestesi, dan Perawat asisten bedah membantu ahli
sirkulasi pada saat ahli bedah melakuka bedah dengan membuka jaringan dengan
intervensi refraktor dengan hati-hati sambil
mendengar arahan dari ahli bedah.
Perawat asisten instrumen membantu
kelengkapan yang dibutuhkan ahli bedah,
perawat anestesi memonitor dan
memberi dukungan intraoperasi pada
pasien dalam kondisi sadar. Perawat
sirkulasi berperan dalam kondisi area
nonscrub.
Bantu ahli bedahdalam memanipulasi Memanipulasi jaringan area bedah
jaringan dilakukan untuk mempermudah akses
untuk menuju organ ginjal
Ikuti protokol institusi untuk pengawetan Pengiriman sampe pascabedah
dan pengiriman spesimen histerektomi dilakukan sebagai bahan
penegak diagnosis. Perawat perioperatif
menyeka permukaan luar semua wadah
spesimen yang berasal dari lapangan
steril dengan desinfektan.
Bantu ahli bedah dalam penutupan Prosedur penutupan jaringan dilakukan
jaringan setelah tujuan pembedahan sudah selesai
dilaksanakan. Penutupan dilakukan lapis
demi lapis sesuai area atau jaringan yang
telah dilakukan pembedahan.
Rapikan seluruh alat endourologi setelah Perawat merapikan, membersihkan, dan
selesai intervensi melakukan menejemen alat agar dapat
dengan mudah digunakan kembali.
Rapikan pasien dan lakukan dokumentasi Sebelum pasien dipindahkan keruang
intraoperatif pulih sadar perawat kamar operasi
merapikan dan membersihkan kondisi
pasien. Pencatatan dokumentasi
intraoperasi dilakukan perawat sirkulasi
tentang proses yang terjadi selama
pembedahan.
Asuhan keperawatan postoperative bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisiologis
secara optimal dimana terdiri dari asuhan diruang pulih sadar dan diruang rawat inap.
Diruang pulih sadar, asuhan keperawatan pasca bedah batu ginjal diruang pulih sadar
secara umum sama dengan asuhan keperawatan pasca bedah dengan anastesi umum
lainnya. Evaluasi yang diharapkan pada pasien pascaoperatif, adalah sebagai berikut :
1. Kembalinya fungsi fisiologis pada seluruh system secara normal
2. Tidak terjadi komplikasi pascabedah
3. Dapat beristirahat dan memperoleh rasa nyaman
4. Tidak terjadi luka operasi
5. Hilang rasa cemasm
6. Meningkatnya konsep diri pasien
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Proses Keperawatan Perioperatif Bedah Urologi

Disusun oleh :

Kelompok 6

Adinda Ayu Kartika


Ema Erfiyanti
Feno Maelani
M. Ariel Novrizki
Renni Anggraeni

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


FAKULTAS KESEHATAN
S1 ILMU KEPERAWATAN
2019/2020

Anda mungkin juga menyukai