Lallaa
Lallaa
Abstrak
Salah satu faktor yang dapat mempercepat penurunan fungsi paru adalah merokok. Penurunan fungsi paru ditandai dengan
penurunan nilai volume ekspirasi paksa satu detik (VEP1), penurunan kapasitas vital paksa (KVP) dan rasio VEP1/KVP.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh lama merokok dan jumlah konsumsi harian terhadap rasio VEP1/KVP
pada pegawai laki laki di Rektorat Universitas Lampung. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan
desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Rektorat Universitas Lampung pada bulan Desember 2014.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai laki-laki dengan rentang usia 25-50 tahun di Rektorat
Universitas lampung. Sampel penelitian berjumlah 68 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive
sampling. Adapun analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji chi-square. Berdasarkan hasil analisis
regresi logistik mulai dari pemilihan variabel ke analisis regresi logistik sampai model akhir, yang menjadi faktor dominan
terhadap rasio VEP1/KVP adalah jumlah konsumsi harian rokok 1-10 batang dengan p=0,005. Simpulan. lama merokok dan
jumlah konsumsi harian rokok berpengaruh terhadap rasio VEP1/KVP pegawai laki-laki usia 25-50 tahun di Rektorat
Universitas Lampung. [JuKe Unila 2015; 5(9):38-42]
Korespondensi: dr Khairun Nisa Berawi, M.Kes., AIFO, alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 081379020029 , e-mail
nisaberawi0226gmail.com,
otot ekspirasi yang bekerja. Ekspirasi hanya yang lebih besar dan lebih panjang berbanding
terjadi oleh daya lenting dinding dada dan rokok putih dan rokok kretek. Cerutu terdiri
jaringan paru semata-mata. Posisi rongga dada dari daun tembakau yang dikeringkan saja
dan paru pada akhir ekspirasi ini merupakan tanpa dirajang, digulung menjadi silinder besar
posisi istirahat. Bila dari posisi istirahat ini lalu diberikan lem. Gulungan tembakau yang
dilakukan gerak ekspirasi sekuat-kuatnya dikeringkan, dirajang, dan dibungkus dengan
sampai maksimal, udara cadangan ekspirasi kertas rokok dikenali sebagai rokok putih.
itulah yang keluar. Volume residu yaitu jumlah Apabila ditambah cengkeh atau bahan lainnya
udara yang masih ada di dalam paru sesudah dalam rokok putih ia dikenali sebagai rokok
melakukan ekspirasi maksimal atau ekspirasi kretek.2
yang paling kuat, volume tersebut ± 1.200 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
ml.2,4 melakukan penelitian tentang tembakau dan
Pada individu normal terjadi perubahan rokok, dan antara lain melontarkan enam hal
(nilai) fungsi paru secara fisiologis sesuai yaitu rokok adalah pintu pertama ke narkotika,
dengan perkembangan umur dan rokok merupakan pembunuh nomor tiga
pertumbuhan parunya (lung growth). Mulai setelah jantung dan kanker, satu batang rokok
pada fase anak sampai kira-kira umur 22-24 menyebabkan umur seseorang memendek 12
tahun terjadi pertumbuhan paru sehingga pada menit, di Indonesia, 57.000 orang pertahun
waktu itu nilai fungsi paru semakin besar mati karena merokok, kenaikan konsumsi
bersamaan dengan pertambahan umur. rokok di Indonesia rata-rata sebesar 44 persen
Beberapa waktu nilai fungsi paru menetap (tertinggi di dunia).3,7-10
(stasioner) kemudian menurun secara gradual Kebiasaan merokok akan mempercepat
(pelan-pelan), biasanya umur 30 tahun sudah penurunan faal paru. Pada orang dengan
mulai penurunan, berikutnya nilai fungsi paru fungsi paru normal dan tidak merokok
(KVP=Kapasitas Vital Paksa dan FEV1=Volume mengalami penurunan FEV1 20 ml pertahun,
Ekspirasi Paksa Satu Detik Pertama) mengalami sedangkan pada orang yang merokok (perokok)
penurunan rerata sekitar 20 ml tiap akan mengalami penurunan FEV1 lebih dari 50
pertambahan satu tahun umur individu.5,6 ml pertahunnya. Pemeriksaan fungsi paru
Gangguan fungsi ventilasi paru dilakukan dengan alat yang bernama
merupakan jumlah udara yang masuk ke dalam spirometri.3,4,7
paru akan berkurang dari normal. Gangguan
fungsi ventilasi paru yang utama adalah 1) Metode
restriktif (sindrom pembatasan) yaitu Pemeriksaan kapasitas paru dengan
gangguan pengembangan paru. Parameter menggunakan Portable Spyrometer sebagai
yang dilihat adalah Kapasitas Vital (VC) dan alat pemeriksaan untuk mengukur volume paru
Kapasitas Vital Paksa (FVC). Biasanya dikatakan statik dan dinamik. Keuntungan penggunaan
restriktif jika FVC<80% nilai prediksi. 2) alat ini adalah mudah pengoperasiannya
obstruktif (sindrom penyumbatan) adalah sehingga dapat diterapkan secara luas oleh
setiap keadaan hambatan aliran udara karena tenaga kesehatan yang ada di lapangan, ringan
adanya sumbatan atau penyempitan saluran sehingga mudah di bawa ke mana-mana,
napas. Sindrom penyumbatan ini terjadi hasilnya cepat diketahui dan, biaya
apabila kapasitas ventilasi menurun akibat operasionalnya murah. Dengan menggunakan
menyempitnya saluran udara pernafasan. spirometer akan diketahui beberapa
Biasanya ditandai dengan terjadi penurunan parameter faal paru orang yang diperiksa.
FEV1 yang lebih besar dibandingkan dengan Kapasitas vital adalah jumlah udara yang dapat
FVC sehingga rasio FEV1/FVC kurang dari dikeluarkan maksimal setelah inspirasi
80%.3,4,7 maksimal yaitu gabungan dari volume
Rokok adalah gulungan tembakau yang cadangan inspirasi, volume tidal, dan volume
dibalut dengan kertas atau daun nipah. Rokok cadangan ekspirasi. Force Vital Capacity adalah
umumnya terbagi menjadi tiga kelompok yaitu sama dengan VC tetapi dilakukan secara cepat
rokok putih, rokok kretek dan cerutu. Bahan dan paksa. Force Expiration Volume 1 second
baku rokok adalah daun tembakau yang atau volume ekspirasi paksa detik pertama
dirajang dan dikeringkan. Cerutu biasanya adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan
berbentuk seperti kapal selam dengan ukuran sebanyak-banyaknya dalam 1 detik pertama
saluran nafas ukuran sedang dan besar sebagai dari penelitian ini, faktor yang berpengaruh
akibat dari lama. dalam pengukuran nilai rasio VEP1/KVP adalah
Hasil penelitian ini serupa dengan usia, kebiasaan olahraga, jenis rokok yang di
penelitian Ukoli et al. (2002)14, menyatakan konsumsi sampel, dan Indeks massa tubuh
bahwa semakin lama merokok maka akan sampel.
terjadi penurunan fungsi paru yang semakin
besar. Simpulan
Abdulrahman (2002)2 menyebutkan Lama merokok berpengaruh terhadap
bahwa setelah 2 tahun merokok maka baru rasio volume ekspirasi paksa satu detik dan
akan mulai terjadi perubahan histopatologi kapasitas vital paksa di Rektorat Universitas
pada saluran napas kecil, dan seiring semakin Lampung.
lamanya merokok maka akan terjadi Jumlah konsumsi harian rokok
perubahan yang lebih jauh, termasuk berpengaruh terhadap rasio volume ekspirasi
terjadinya perubahan pada fisiologi paru. paksa satu detik dan kapasitas vital paksa di
Penelitian Mengkidi (2006)10, pada Rektorat Universitas Lampung. Jumlah
pekerja pembuatan semen di pangkep sulawesi konsumsi harian rokok 1-10 batang menjadi
selatan yang menyatakan bahwa kebiasaan faktor dominan terhadap penurunan rasio
merokok merupakan faktor pendukung untuk VEP1/KVP.
terjadinya penurunan nilai kapasitas vital paru
sampai di bawah normal (p value=0,036). Hasil Daftar Pustaka
penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat 1. Khoirudin. Perbedaan kapasitas vital paru
hubungan yang bermakna antara jumlah dan tekanan darah antara perokok aktif
konsumsi harian dan nilai interpretasi rasio dengan perokok pasif pada siswa
VEP1/KVP dengan nilai p=0,003. madrasah hidayatul mubtadi’in Semarang
Hasil penelitian ini serupa dengan tahun ajaran 2005/2006 [skripsi].
penelitian lain, Gold et al. (2005)7, di Amerika Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan.
menunjukkan hasil adanya hubungan dose Universitas Negeri Semarang; 2006.
respon antara kebiasaan merokok dengan dan 2. Abdulrahman WF. Efect of smoking on
rendahnya level VEP1/KVP. Jumlah konsumsi peak expiratory flow rate in Tikrit
rokok sebanyak 10 batang perhari ditemukan University. Tikrit Medical Journal. 2002;
berhubungan dengan penurunan 25-75% 17(1):11-18.
dibanding orang yang tidak merokok. 3. Alamsyah RM. Faktor-faktor yang
Antarudin (2002)4 melaporkan dalam suatu mempengaruhi kebiasaan merokok dan
penelitian perbandingan paralel antara pekerja hubungannya dengan status penyakit
pabrik asbes yang tidak merokok, merokok ≤20 periordontal remaja di kota Medan tahun
pack-year (PC), merokok antara 20-40 PC dan 2007 [tesis]. Medan: Sekolah Pascasarjana
>40 PC, terdapat kelainan obstruksi. Ternyata Universitas Sumatera Utara; 2009.
mereka mendapatkan, pada kelompok makin 4. Antarudin. Pengaruh debu padi pada faal
banyak terpapar rokok maka makin berat paru pekerja kilang padi yang merokok
derajat obstruksinya. Semakin banyak jumlah dan tidak merokok [tesis]. Medan:
rokok yang dihisap maka faal parunya semakin Program Pendidikan Dokter Spesialis Paru,
buruk dan akan memperburuk prognosis. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik Utara; 2002.
mulai dari pemilihan variabel ke analisis regresi 5. Hakim MA. Bahaya narkoba alkohol.
logistik sampai model akhir, yang menjadi Bandung: Nuansa; 2004.
faktor dominan terhadap rasio VEP1/KVP 6. Bustan MN. Epidemiologi penyakit tidak
adalah jumlah konsumsi harian rokok 1–10 menular. Jakarta: Rineka Cipta; 2000.
batang dengan p value=0,005. 7. Gold D, Wypij XW. Effect of cigarette
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan smoking on lung function in adolescent
penelitian Supari (2008)15, yang menyatakan boys and girls. N Engl J Med. 2005;
bahwa jumlah konsumsi harian rokok dan lama 335(13):931-7.
kebiasaan merokok sama sama berpengaruh 8. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi
dalam penurunan fungsi paru. Dikarenakan kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.
beberapa faktor yang memepengaruhi hasil
9. Lorriane MW, Sylvia AP. Patofisiologi 13. Nadeem A, Rubeena B, Mahagaonkar AM,
konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi Latti RG. Study of lung function in smoker
ke-4. Jakarta: EGC; 1995. and non-smoker in rural India. Indian
10. Mengkidi D. Gangguan fungsi paru dan Journal Physiology and Pharmacology.
faktor-faktor yang mempengaruhinya 2011; 55(1):84-8.
pada PT Semen tonasa Pangkep Sulawesi 14. Ukoli CO, Joseph DE, Durosinmi MA. Peak
Selatan [resis]. Semarang: Universitas expiratory flow rate in cigarette smokers.
Diponegoro; 2006. Highland Medical Research Journal. 2002;
11. Boskabady MH, Dehghani H, Esmaeilzadeh 1(2):36-7
M. Pulmonary function tests and their 15. Supari SF. Pedoman pengendalian
reversibility in smokers. NRITLD. 2003; penyakit paru obstruktif kronik:
2(8):23-30 kepmenkes RI nomor
12. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk 1022/MENKES/SK/XI/2008. Jakarta:
paramedis. Jakarta: Gramedia; 1986. Kemenkes RI; 2008.