Anda di halaman 1dari 13

JURNAL MAHASISWA

Universitas Siliwangi, Februari 2019

KELAYAKAN USAHA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA


KERJA ANTARA USAHATANI KEDELAI
PANEN TUA DAN PANEN MUDA

DAUD HOERUDIN
Program Studi Ekonomi Pertanian (Agribisnis) Universitas Siliwangi
E-mail: penulis_pertama@address.com

ABSTRAK (12 pt, bold, italic)


(kosong satu spasi tunggal, 12 pt)

Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan jenis huruf
Times New Roman, ukuran 12 pt, italic, spasi tunggal. Abstrak bukanlah
penggabungan beberapa paragraf, tetapi merupakan ringkasan yang utuh dan
lengkap yang menggambarkan isi tulisan. Sebaiknya abstrak mencakup latar
belakang, tujuan, metode, hasil, serta kesimpulan dari penelitian. Abstrak tidak
berisi acuan atau tidak menampilkan persamaan matematika, dan singkatan yang
tidak umum. Abstrak terdiri dari satu paragraf dengan jumlah kata paling banyak
250 kata dalam bahasa Indonesia dan 150 kata dalam bahasa Inggris.
(kosong satu spasi tunggal 12 pt).

Kata kunci: 3 - 5 kata kunci (Times New Roman, 12 pt)


(kosong satu spasi tunggal 12 pt)

ABSTRACT (12 pt, bold, italic)


(kosong satu spasi 12 pt)

Abstract should be written in Indonesian and English using Times New Roman
font, size 12 pt, italic, single spasing. Abstract is not a merger of several
paragraphs, but it is a full and complete summary that describe content of the
paper It should contain background, objective, methods, results, and conclusion
from the research. It is should not contain any references nor display
mathematical equations. It consists of one paragraph and should be no more than
200 words in bahasa Indonesia and 150 words in English
(kosong satu spasi tunggal 12 pt)

Keywords: 3 - 5 keywords (Times New Roman, 12 pt)


1. PENDAHULUAN
Pada dasarnya setiap pembangunan yang semakin meningkat dan berkembang
membawa konsekuensi pada peningkatan kebutuhan akan sumberdaya alam
seperti air, tanah dan hutan. Untuk mencapai kondisi yang diharapkan,

Judul Jurnal 3 kata depan ... (Nama Mahasiswa) 1


JURNAL MAHASISWA
Universitas Siliwangi, Februari 2019

penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan pembangunan


harus dilakukan secara bijaksana ditunjang dengan perencanaan yang menyeluruh,
terarah, dan berkesinambungan sehingga berbagai kepentingan dapat berinteraksi
secara harmonis dan serasi (Atmaja dan Tedi Hartoyo, 2005).
Pembangunan pertanian di Indonesia masa sekarang tetap dianggap paling
penting dari semua sektor pembangunan ekonomi, hal tersebut semenjak sektor
pertanian menjadi salah satu penyelamat untuk perekonomian nasional. Sektor
pertanian terus meningkat dalam pertumbuhannya, sementara sektor lain
pertumbuhannya menurun. Terdapat 4 alasan yang mendasari dari pentingnya
sektor pertanian di Indonesia: 1) potensi dari sumberdayanya yang sangat besar
dan beragam; 2) devisa terhadap pendapatan nasional cukup besar; 3) banyaknya
penduduk menggantungkan hidupnya pada sektor ini, dan; 4) menjadi basis
pertumbuhan yang terdapat di perdesaan (Saragih, 2004).
Pertanian dibangun untuk mencapai ketahanan pangan, kebutuhan pangan
dalam negeri dapat tercukupi dari hasil produksi pertanian di dalam negeri dan
luar negeri. Peran pertanian yaitu sebagai tulang punggung perekonomian
nasional terbukti pada waktu krisis ekonomi, sektor pertanian berperan dalam
penyediaan pangan dan penciptaan dalam kesempatan kerja untuk karyawan
industri yang terkena pada pemutusan hubungan kerja. Pertanian yaitu usaha
mengembangkan (reproduksi) tumbuhan dan juga hewan yang bermaksud supaya
tumbuh lebih unggul serta baik dan dapat memenuhi kebutuhan untuk manusia,
contohnya beternak, bercocok tanam, dan melaut.
Salah satu komoditas pertanian yang menjadi perhatian pemerintah yaitu
komoditas kedelai. Kedelai sebagai komoditas pangan penting di Indonesia
setelah padi serta jagung yang mempunyai kandungan protein nabati yang tinggi.
Menurut Rahayu (2010) kedelai merupakan jenis kacang-kacangan yang banyak
mengandung protein nabati, vitamin, sumber lemak, dan mineral yang tedapat
pada kedelai, padi dan jagung secara berurutan yaitu 40,40 gram, 6,80 gram dan
juga 9,80 gram. Namun, untuk protein hewani yang sudah biasa dikonsumsi oleh
masyarakat yaitu ikan segar dan daging yang mempunyai kandungan protein
sebesar 17,00 gram dan 18,80 gram (Departemen Kesehatan, 2012).
Pemanfaatan kedelai disamping sebagai bahan pangan juga sebagai bahan
baku agroindustri seperti: industri tempe, tahu, kecap, tauco dan susu kedelai.
Kebutuhan kedelai meningkat untuk setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya
laju pertumbuhan penduduk Indonesia dan minat masyarakat untuk
mengkonsumsi protein nabati rendah lemak dan kebutuhan bahan baku untuk
industri yang terus meningkat. Hal tersebut berimbas semakin meningkatnya
kebutuhan kedelai di Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2010-
2014 yaitu sebesar 1,40 juta (Badan Pusat Statistik, 2010), Namun, sementara itu
untuk konsumsi kedelai per kapita pada tahun 2014 yaitu 7,62 kg/tahun (Sensus
Nasional). Hal ini diperkirakan jumlah penduduk semakin terus meningkat sampai
tahun 2019 yaitu sebesar 4,99 persen per tahun (Kementrian Pertanian, 2014).
Pertumbuhan produksi kedelai nasional sekarang tidak sejalan dengan
peningkatan pada kebutuhannya. Kebutuhan kedelai nasional selama 5 tahun

Judul Jurnal 3 kata depan ... (Nama Mahasiswa) 2


JURNAL MAHASISWA
Universitas Siliwangi, Februari 2019

(2010-2014) yaitu kisaran 2,3 juta ton untuk setiap tahunnya, sementara untuk
produksinya hanya berkisar 800 ribu ton per tahun (Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, 2013). Oleh karenanya pemerintah Indonesia mengambil sebuah
kebijakan untuk melakukan impor kedelai untuk memenuhi kesenjangan antara
produksi dan konsumsi dalam negeri.
Rendahnya kemampuan domestik dalam rangka penyediaan kedelai
memerlukan berbagai upaya, yaitu antara lain ekstensifikasi, intensifikasi, dan
diversifikasi. Strategi yang berpijak pada sumberdaya dalam pemanfaatan lahan,
yaitu modal, tenaga kerja, dan lainnya yang merupakan sebuah upaya dalam
meningkatkan efisiensi usahatani untuk mengurangi impor pada gilirannya yang
dapat menciptakan keunggulan daya saing. Hal ini dapat terwujud apabila
kebijakan yang sedang berlangsung dan yang akan datang mampu memberikan
dukungan untuk tumbuh dan berkembangnya usahatani kedelai (Gafar, Tahir
Abdul., D.H. Darwanto, J.H. Mulyo dan Jamhari, 2010). Selain kebijakan impor,
pemerintah juga mengeluarkan kebijakan peningkatan produktivitas dan produksi
kedelai nasional dengan pelaksanaan pembangunan jangka panjang, pemerintah
telah melakukan beberapa pendekatan yaitu diantaranya dengan bantuan
pelatihan-pelatihan, bantuan sarana produksi, kredit lunak serta program-program
seperti SLPHT dan SLPTT, serta yang sedang dijalankan mulai tahun 2014 yaitu
program PAJALE (Padi Jagung Kedelai).
Sejalan dengan itu usaha yang dapat dilakukan antara lain dengan
memperluas areal pertanaman pada lahan yang belum dimanfaatkan atau dengan
peningkatan produksi persatuan luas dan persatuan waktu dengan menanam jenis-
jenis tanaman dua atau tiga kali dalam satu tahun (Effendi, 1983). Program
peningkatan perluasan areal pertanaman dilakukan oleh Perum Perhutani dengan
membentuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Pendapat Awang (2008),
LMDH yaitu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat yang ada di sekitar hutan,
kinerjanya mendapat pengawasan ketat dari pihak perhutani. Anggota LMDH
terdiri dari penggarap yang tergabung dari KTH-KTH dan juga anggota
masyarakat lain yang peduli pada keberadaan serta kelestarian hutan.
Sejak tahun 2001 pemberdayaan masyarakat desa hutan oleh Perum
Perhutani dijadikan suatu sistem yaitu PHBM (Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Bersama Masyarakat) yang merupakan kerangka dari perhutanan sosial dengan
prinsip bersama, berdaya, berbagi dan transparant. Desa hutan yaitu desa-desa
yang berbatasan dengan hutan yang kehidupan masyarakatnya mempunyai
ketergantungan dengan hutan. Oleh karena itu, petani mandiri merupakan tujuan
pokok dari program pembangunan masyarakat desa sekitar hutan.
PHBM yaitu suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan
bersama oleh Perum Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak yang
berkepentingan (stakeholder) dengan jiwa berbagi sehingga kepentingan bersama
untuk mencapai keberlanjutan manfaat dan fungsi sumberdaya hutan dapat
diwujudkan dengan optimal dan proporsional. Sistem PHBM ini bertujuan agar
desa maju, mandiri dan sejahtera serta eksistensi hutan terjaga sesuai dengan
kaidah silvikultur dan konservasi agar hutan tetap lestari.

Judul Jurnal 3 kata depan ... (Nama Mahasiswa) 3


JURNAL MAHASISWA
Universitas Siliwangi, Februari 2019

Penetapan Kecamatan Banjaranyar sebagai pusat pengembangan kedelai


oleh pemerintah daerah tentunya diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
kedelai. Dengan dibentuknya LMDH Kertanangga yang bekerja sama dengan
Perum Perhutani di Kecamatan Banjaranyar ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan kedelai. Program yang dijalankan oleh LMDH Kertanangga ini yaitu
program PHBM yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat. Menurut
Sutaryono (2008), pemberdayaan masyarakat yaitu upaya untuk meningkatkan
kondisi perekonomian masyarakat yang bermula dari tidak mampu dan
selanjutnya menjadi mampu serta melepaskan diri dari perangkap kemiskinan.
Bidang usaha yang dijalankan oleh LMDH Kertanangga yaitu pengelolaan lahan
hutan atau pemanfaatan lahan bawah tegakan dengan pola tumpangsari
(ektensifikasi) antara tanaman pokok hutan seperti jati, kesambi dan mahoni yang
berumur antara nol – tiga tahun dengan tanaman kedelai varietas anjosmoro.
Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dengan dihasilkannya kedelai dalam bentuk
biji kering. Namun pada kenyataannya para penggaran di LMDH Kertanangga di
Kecamatan Banjaranyar menghasilkan dua jenis panen yaitu kedelai panen tua
dan kedelai panen muda. Kedelai panen muda digunakan petani sebagai bahan
bajigur, makanan olahan seperti gorengan dan konsumsi. Perbedaan kedua jenis
panen tersebut terletak pada umur panen, dan hasil produksi. Kedelai panen tua
yaitu kedelai yang dipanen pada umur 90-100 hari dan dijual dalam bentuk biji
kering. Sementara kedelai panen muda yaitu kedelai yang dipanen pada umur 60-
70 hari dan dijual dalam bentuk biji basah.
Sebagian besar petani mengusahakan kedelai panen muda karena waktu
tanam yang lebih singkat, kebutuhan dana cepat, tidak adanya biaya pasca panen,
serta penanggungan resiko lebih rendah terkait budidaya dan iklim. Dengan
demikian dapat disimpulkan, bahwa penggunaan sarana produksi dan tenaga kerja
akan berbeda antara usahatani kedelai panen tua dan panen muda sehingga output
dan produktivitas tenaga kerja yang diperolehpun akan berbeda. Biaya yang
dikeluarkan untuk kedelai panen tua akan berbeda dikarenakan ada kegiatan pasca
panen sehingga berpengaruh pada penerimaan petani. Penentuan harga kedelai
panen muda dan panen tua berbeda. Biaya, produktivitas tenaga kerja dan
penerimaan akan berpengaruh terhadap pendapatan dan kelayakan usahatani
kedelai. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian
berjudul: “Kelayakan Usaha dan Produktivitas Tenaga Kerja Antara Usahatani
Kedelai Panen Tua dan Panen Muda”.
2. Pendekatan Studi
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus,
dengan penetapan lokasi secara sengaja (purposive) di Lembaga Masyarakat Desa
Hutan (LMDH) Kertanangga Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis. Alasan
pemilihan lembaga tersebut karena hasil produksinya terbesar, serta menghasilkan
dua jenis bentuk kedelai yakni kedelai panen tua atau dalam bentuk biji kering dan
kedelai panen muda atau dalam bentuk biji basah.
Teknik penentuan responden dilakukan secara sensus terhadap seluruh
anggota LMDH dengan jumlah anggota sebanyak 100 orang. Usahatani kedelai

Judul Jurnal 3 kata depan ... (Nama Mahasiswa) 4


JURNAL MAHASISWA
Universitas Siliwangi, Februari 2019

panen tua sebanyak 35 orang dan usahatani kedelai panen muda sebanyak 65
orang untuk dijadikan responden.
3. Hasil dan Pembahasan
Benih yang digunakan pada usahatani baik kedelai panen tua dan panen muda
yaitu varietas Anjosmoro. Penggunan varietas tersebut yaitu atas arahan dari PPL.
Pengadaan benih varietas tersebut petani peroleh dari bantuan pemerintah dengan
harga Rp. 13.500 per kilogram. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk benih oleh petani
kedelai panen tua sebesar Rp. 174.921,43 sedangkan rata-rata biaya benih yang
dikeluarkan petani kedelai panen muda sebesar Rp. 177.161,54.

Pupuk yang digunakan oleh petani responden yaitu pupuk urea, pupuk organik
cair dan pupuk organik hayati. Harga untuk membeli pupuk urea, pupuk organik cair dan
pupuk urea sama, baik usahatani kedelai panen tua maupun panen muda sebesar Rp.
1.800,- per kilogram, Rp. 65.000,- dan Rp. 300.000,-.

Jenis pestisida yang digunakan oleh petani responden yaitu insektisida.


Penggunaan insektisida oleh petani responden sering digunakan karena untuk
mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman kedelai. Rata-rata biaya
insektisida yang dikeluarkan oleh petani kedelai panen tua sebesar Rp. 82.321,43
sedangkan petani kedelai panen muda mengeluarkan rata-rata biaya insektisida sebesar
Rp. 80.576,92.

Petani kedelai panen tua dan panen muda menggunakan rhizobium setiap kali
berusahatani kedelai. Hal ini dikarenakan lahan garapan petani responden di lahan
kering atau lahan darat yang memerlukan perlakuan intensif terhadap benih. Rata-rata
biaya yang dikeluarkan untuk rhizobium oleh petani kedelai panen tua sebesar Rp.
11.338,74 sedangkan rata-rata biaya benih yang dikeluarkan petani kedelai panen muda
sebesar Rp. 11.557,29.

Rata-rata biaya penyusutan peralatan usahatani kedelai panen tua sebesar Rp.
79.200,00 lebih tinggi dibandingkan kedelai panen muda sebesar Rp. 70.961,02. Hal ini
disebakan penggunaan peralatan pada usahatani kedelai panen tua lebih banyak dengan
adanya kegiatan pasca panen seperti pemisahan polong dengan kulit kacang, sortasi dan
grading.

Besaran upah tenaga kerja petani kedelai panen tua dan panen muda sebesar
Rp. 40.000 untuk pria dan Rp. 30.000 untuk wanita Biaya tenaga kerja terbesar baik pada
usahatani kedelai panen tua dan panen muda terletak pada kegiatan pembersihan lahan.
Pembersihan lahan tersebut membutuhkan jumlah tenaga kerja lebih banyak
dibandingkan jenis kegiatan usahatani kedelai lainnya serta membutuhkan waktu yang
lama hingga lahan siap digunakan dalam berusahatani.

Perhitungan penggunaan input dilakukan dalam satu hektar per satu kali proses
produksi pada bulan Januari-April untuk kedelai panen tua dan bulan Januari-Maret
untuk kedelai panen muda. Jadi waktu umur panen untuk usahatani kedelai panen tua
selama 90-100 hari, sehingga membutuhkan waktu sekitar 3 bulan sampai kegiatan
panen dilaksanakan. Untuk usahatani kedelai panen muda hanya membutuhkan waktu

Judul Jurnal 3 kata depan ... (Nama Mahasiswa) 5


JURNAL MAHASISWA
Universitas Siliwangi, Februari 2019

umur panen selama 60-70 hari, sehingga dalam usahatani kedelai panen muda dapat
panen ketika tanaman kedelai berumur 2 bulan.

Produk yang dihasilkan dalam berusahatani akan baik apabila teknik budidaya
yang dilakukan benar. Teknik budidaya yang dilakukan dalam usahatani kedelai panen
tua meliputi pembersihan lahan, pemupukan, penanaman, pengendalian gulma,
pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pasca panen (pengeringan, sortasi,
grading, pengemasan dan pengangkutan). Sedangkan budidaya kedelai panen muda
tidak melakukan kegiatan pasca panen. Teknik budidatya kedelai yang petani responden
lakukan kurang maksimal seperti kegiatan pemupukan dan pengendalian hama penyakit
yang kurang intensif sehingga produk yang dihasilkan belum optimal.

Hasil usahatani yang belum optimal tersebut disebabkan juga karena cuaca dan
iklim di Kecamatan Banjaranyar termasuk yang mempunyai iklim lembab dan cuarah
hujan yang tinggi sehingga pertumbuhan kedelai kurang maksimal. Hambatan lain juga
karena dari segi teknik budidaya yang petani responden lakukan tidak memakai mulsa
organik seperti mulsa jerami padi sehingga tanaman kedelai akan bersaing dengan gulma
yang ada disekitar tanaman kedelai untuk mendapatkan sinar matahari. Sinar matahari
yang ada disekitar lahan pun masih kurang terserap karena terhalang oleh tanaman
perkebunan yang lebih tinggi.

Hasil produksi kedelai seluruhnya dijual kepada pedagang pengumpul dan


tengkulak. Pada kedelai panen tua dijual dalam bentuk kemasan dalam karung dengan
harga Rp. 8.000 per kilogram sedangkan kedelai panen muda dijual dalam bentuk ikat
dengan harga Rp. 1.500 per ikat. Apabila dikonversikan kedalam satuan kilogram maka 6
ikat kedelai panen muda setara dengan 1 kilogram panen tua, dengan harga Rp. 9.000
maka selisih harga Rp. 1.000 lebih tinggi dibanding panen tua.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan kelayakan usahatani dan
produktivitas tenaga kerja antara usahatani kedelai panen tua dan panen muda
pada Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kertanangga di Kecamaatan
Banjaranyar, maka simpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis deskriptif bahwa keragaan antara usahatani kedelai panen
tua dan panen muda menguntungkan, sehingga layak untuk diusahakan.
2. Biaya rata-rata usahatani kedelai panen tua lebih besar (Rp. 2.622.173,15)
dibandingkan usahatani kedelai panen muda (Rp. 2.660.705,61). Namun
usahatani kedelai panen muda memberikan nilai penerimaan lebih besar (Rp.
4.402.730,77) dibandingkan usahatani kedelai panen tua (Rp. 3.950.171,43)
sehingga usahatani kedelai panen muda memberikan pendapatan lebih besar
(Rp. 1.742.025,16) dibandingkan usahatani kedelai panen tua (Rp.
1.236.182,57).
3. Terdapat perbedaan yang nyata kelayakan usaha dan produktivitas tenaga
kerja usahatani antara usahatani kedelai panen tua dan panen muda karena
masing-masing usahatani kedelai dengan cara panen tua dan panen muda

Judul Jurnal 3 kata depan ... (Nama Mahasiswa) 6


JURNAL MAHASISWA
Universitas Siliwangi, Februari 2019

melakukan efisiensi penggunaan sarana produksi dan tenaga kerja yang


berbeda sehingga output yang diperoleh akan tetap berbeda.

Judul Jurnal 3 kata depan ... (Nama Mahasiswa) 7


DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Jakarta: Penebar Swadaya.

Atmaja, U., dan Tedi Hartoyo. 2005. Optimasi Alokasi Lahan pada Sistem
Pengelolaan Usaha Wanatani (Kasus Laboratorium Lapangan Wanatani
Universitas Siliwangi). Kerjasama Universitas Siliwangi Tasikmalaya dan
Balai Rehabilitasi lahan dan Konservasi Tanah Cimanuk-Citanduy Ditjen
RLPS Departemen Kehutanan RI. Tasikmalaya.

Awang, S. Afri. 2018. Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa


Hutan. Jakarta: Harapan Prima.

Badan Pusat Statistik. 2010. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.

Bank Indonesia. 2012. Profil Provinsi Jawa Barat. Info Bisnis Regional. Jakarta.
http: www. bi.go.id [diakses tanggal 15 Februari 2018].

BP3K Kecamatan Banjaranyar. 2016. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi


Kedelai di Kecamatan Banjaranyar Tahun 2015. Ciamis.

Buckman, H. O., dan N. C, Braddy. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman.


Jakarta: Bharata Karya.

Cahyaningsih, R. 2008. Analisis Pola Konsumsi Pangan di Provinsi Jawa Barat.


Skripsi Sarjana. Bogor. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Darsono. 2008. Metodologi Riset Agribisnis Buku II Metode Analisis Data.


Program Studi Magister Manajemen Agribisnis. Program Pascasarjana
UPN Veteran. Yogyakarta.

Departemen Kesehatan. 2012. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Kementrian


Kesehatan. Jakarta.

Deswika, F., dan Trisna Insan Noor. 2017. Analisis Pendapatan Usahatani
Kedelai Polong Tua dan Polong Muda Di Kecamatan Jatiwaras
Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo
Galuh, Volume 4 (2) : 282-290.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Ciamis. 2016. Data
Base Tanaman Pangan Holtikultura di Kabupaten Ciamis 2011-2016.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Ciamis.
Ciamis.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2013. Pedoman Teknis Pengelolaan


Kedelai. Kementrian Pertanian. Jakarta.

Dwiyanti. 2005. Respon Pengaturan Ketebalan Mulsa Jerami Padi dan Jumlah
Pemberian Air pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau.
Jurnal Agrivita. 25 (1): 22-30.

Effendi, S. 1983. Menuju Stabilitas Usahatani dengan Penerapan Pola Tanam.


Majalah Pertanian No. 1 Tahun ke XXIX.

FAOSTAT. 2013. Soybean Production. Food and Agriculure Organization.

Gafar, Tahir Abdul., D.H Darwanto, J.H Mulyo, dan Jamhari. 2010. Analisis
Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Kedelai di Sulawesi Selatan. Jurnal
Agro Ekonomi. 28 (2): 133-151.

Haris, A. 2000. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hill, D. E., L. Hankin, and G. R. Stephens. 1982. Mulches: Their Effect at Fruit
Set, Timing and Yield of vegetables. Com. Ag. Exp. Sta. Bulettin 805.

Iqbal, A. 2008. Potensi Kompos dan Pupuk Kandang Untuk Produksi Padi
Organik di Tanah Inceptisol. Jurnal Akta Agrosi Fakultas Pertanian
UNSOED 11 (1): 13-18.

Jo, I. S. 1990. Effect of Organic Fertilizer on Soil Physical Properties and Plant
Growth. Paper Presented at Seminar on The Use of Organic Fertilizer in
Crop Production, at Suweon, South Korea. 18-24 June.

Karama, A. S., A. R. Marzuki dan I Manwan. 1990. Penggunaan Pupuk Organik


pada Tanaman Pangan. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk.
Cisarua, 12-13 November 1990. Puslitbangtan. Bogor.

Kecamatan Banjaranyar. 2018. Keadaan Geografis Kecamatan Banjaranyar


Kabupaten Ciamis. Ciamis.

Kementrian Pertanian. 2013. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai


Tahun 2013. Kementrian Pertanian. Jakarta.

. 2014. Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun


2010-2014. Kementrian Pertanian. Jakarta.
. 2016. Outlook Kedelai: Komoditas Pertanian Sub sektor
Tanaman Pangan. Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian.
Kementrian Pertanian. Jakarta.

Kusriyanto, Bambang. 1986. Meningkatkan Produktivitas Karyawan. Jakarta: PT.


Pustaka Binaman Pressindo.

Las, I., P. Wahid, Y. S. Baharsyah dan Darwis S. N. 1993. Tinjauan Iklim Dataran
Tinggi Indonesia. Potensi Kendala dan Peluang Dalam Mendukung
Pembangunan Pertanian pada PJPT II. Seminar Sehari Tentang Iklim.
Padang .

Lipsey, R. G dan Steiner, P.O. Pengantar Ilmu Ekonomi. Alih Bahasa: Anas Sidik.
Jakarta: Bina Aksara.

Mantra. 2000. Demografi Umum. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Mas’ud, H. 2009. Komposisi dan Efisiensi Pengendalian Gulma pada


Pertanaman Kedelai dengan Penggunaan Bokashi. Jurnal Agroland. 16
(2): 118-123.

Moenandir, J. 2010. Ilmu Gulma. Universitas Brawijaya Press. Malang.

Mosher, A. T. 1983. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Jakarta: CV.


Yasaguna.

Mulyadi. 2007. Akuntansi Biaya. Edisi ke-5. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahayu. 2010. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada


Usahatani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo. Caraka Tani. 25 (I): 119-125.

Rahim, A. dan D. R. D. Hastuti. 2007. Ekonomi Pertanian. Pengantar Teori dan


Kasus. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rodjak, A. 2006. Manajemen Usahatani. Fakultas Pertanian. Universitas


Padjajaran. Bandung: Pustaka Giratuna Bandung.

Rukmana, Rahmat dan Yuyun Yuniarsih. 2006. Kedelai. Budidaya dan Pasca
Panen. Yogyakarta: Kanisius.

Saragih, Bungaran. 2004. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi


Berbasis Pertanian. Kumpulan Pemikiran. PT Surveyor Indonesia dan Pusat
Studi Pembangunan LP-IPB. Jakarta.
Schmidt, F. H dan Ferguson, J.H.A. 1951. Rainfall Types Based On Wet and Dry
Period Rations for Indonesia with Western New Guinea. Kementerian
Perhubungan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.

Siagian, Sondang. P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sinungan, Muchdarsyah. 2003. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. Jakarta: Bina


Aksara.

Soeharjo, A. dan Dahlan Patong, 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani.


Departemen Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta.

Subandi, A. Harsono, dan H. Kuntyastubi. 2007. Areal Pertanaman dan Sistem


Produksi Kedelai di Indonesia. Dalam Kedelai: Teknik Produksi dan
Pengembangan. Puslitbangtan. Bogor.

Sudjana. 1992. Metode Statistika. Edisi ke 5. Bandung: Tarsito.

Sudalmi, Endang Sri. 2010. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan.


INNOFARM. Jurnal Inovasi Pertanian. 9 (2): 15-28.

Sulistiawati, R. 2012. Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga


Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia. Jurnal
EKSOS. 8 (3): 195-211.

Sulistyo. 2013. Panduan Teknis Budidaya Kedelai di Berbagai Agroekosistem.


Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Puslitbangtan. Bogor.

Sumarno dan A. G. Manshuri. 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi


Kedelai di Indonesia dalam Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Puslitbangtan. Bogor.

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutaryono. 2008. Pemberdayaan Setengah Hati: Subordinasi Masyarakat Lokal


Dalam Pengelolaan Hutan. Yogyakarta: STPN dan Laporan Pustaka Utama.

Swastika dan Suketi. 2001. Proyeksi Penawaran Dan Permintaan Komoditas


Tanaman Pangan Tahun 2001. Pusat Penelitian Ekonomi Pertanian. Bogor.
Syam, M. 2009. Padi Organik dan Tuntutan Peningkatan Produksi Beras. Jurnal
IPTEK Tanaman Pangan. 3 (1): 1-8.

Winahyu, N., dan Rita Nurmalina. 2015. Pendapatan Ushatani Kedelai Di Desa
Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur. Jurnal Forum
Agribisnis. 5 (1): 67-88.
PENGAJUAN NASKAH

1. Redaksi Jurnal STIKOM DB Jambi menerima naskah ilmiah berupa hasil


penelitian atau hasil studi dalam bidang Sistem Informasi, bidang akademik
dan jurnal dalam bidang Processor. Naskah harus berisi informasi yang benar,
jelas dan memiliki kontribusi substantif terhadap bidang kajian.
2. Penulisan harus singkat dan jelas sesuai dengan format penulisan Jurnal
STIKOM DB JAMBI. Naskah belum pernah dimuat atau tidak sedang dalam
proses untuk dimuat di media lain, baik media cetak maupun elektronik.
3. Naskah ilmiah yang masuk akan diseleksi oleh Dewan Redaksi yang memiliki
wewenang penuh untuk mengkoreksi, mengembalikan untuk diperbaiki, atau
menolak tulisan yang masuk meja redaksi bila dirasa perlu. Penilaian secara
subtantif akan dilakukan oleh Mitra Bestari/Penyunting Ahli. Penilaian akan
dilakukan secara obyektif dan tertulis
4. Naskah ilmiah dikirim ke redaksi dalam bentuk softcopy atau hardcopy ke
alamat redaksi :
Jl. Jendral Sudirman Thehok - Jambi
E-mail: lppm@stikom-db.ac.id
Penulis diharapkan menyertakan nomor telepon yang bisa dihubungi.
5. Informasi mengenai penerbitan Jurnal STIKOM DB Jambi bisa diakses di
website http://lppm.stikom-db.ac.id/
Jambi, September 2013
Mengetahui,
Ketua LPPM STIKOM DB
JAMBI

Drs. Effiyaldi

Anda mungkin juga menyukai