DAUD HOERUDIN
Program Studi Ekonomi Pertanian (Agribisnis) Universitas Siliwangi
E-mail: penulis_pertama@address.com
Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan jenis huruf
Times New Roman, ukuran 12 pt, italic, spasi tunggal. Abstrak bukanlah
penggabungan beberapa paragraf, tetapi merupakan ringkasan yang utuh dan
lengkap yang menggambarkan isi tulisan. Sebaiknya abstrak mencakup latar
belakang, tujuan, metode, hasil, serta kesimpulan dari penelitian. Abstrak tidak
berisi acuan atau tidak menampilkan persamaan matematika, dan singkatan yang
tidak umum. Abstrak terdiri dari satu paragraf dengan jumlah kata paling banyak
250 kata dalam bahasa Indonesia dan 150 kata dalam bahasa Inggris.
(kosong satu spasi tunggal 12 pt).
Abstract should be written in Indonesian and English using Times New Roman
font, size 12 pt, italic, single spasing. Abstract is not a merger of several
paragraphs, but it is a full and complete summary that describe content of the
paper It should contain background, objective, methods, results, and conclusion
from the research. It is should not contain any references nor display
mathematical equations. It consists of one paragraph and should be no more than
200 words in bahasa Indonesia and 150 words in English
(kosong satu spasi tunggal 12 pt)
(2010-2014) yaitu kisaran 2,3 juta ton untuk setiap tahunnya, sementara untuk
produksinya hanya berkisar 800 ribu ton per tahun (Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, 2013). Oleh karenanya pemerintah Indonesia mengambil sebuah
kebijakan untuk melakukan impor kedelai untuk memenuhi kesenjangan antara
produksi dan konsumsi dalam negeri.
Rendahnya kemampuan domestik dalam rangka penyediaan kedelai
memerlukan berbagai upaya, yaitu antara lain ekstensifikasi, intensifikasi, dan
diversifikasi. Strategi yang berpijak pada sumberdaya dalam pemanfaatan lahan,
yaitu modal, tenaga kerja, dan lainnya yang merupakan sebuah upaya dalam
meningkatkan efisiensi usahatani untuk mengurangi impor pada gilirannya yang
dapat menciptakan keunggulan daya saing. Hal ini dapat terwujud apabila
kebijakan yang sedang berlangsung dan yang akan datang mampu memberikan
dukungan untuk tumbuh dan berkembangnya usahatani kedelai (Gafar, Tahir
Abdul., D.H. Darwanto, J.H. Mulyo dan Jamhari, 2010). Selain kebijakan impor,
pemerintah juga mengeluarkan kebijakan peningkatan produktivitas dan produksi
kedelai nasional dengan pelaksanaan pembangunan jangka panjang, pemerintah
telah melakukan beberapa pendekatan yaitu diantaranya dengan bantuan
pelatihan-pelatihan, bantuan sarana produksi, kredit lunak serta program-program
seperti SLPHT dan SLPTT, serta yang sedang dijalankan mulai tahun 2014 yaitu
program PAJALE (Padi Jagung Kedelai).
Sejalan dengan itu usaha yang dapat dilakukan antara lain dengan
memperluas areal pertanaman pada lahan yang belum dimanfaatkan atau dengan
peningkatan produksi persatuan luas dan persatuan waktu dengan menanam jenis-
jenis tanaman dua atau tiga kali dalam satu tahun (Effendi, 1983). Program
peningkatan perluasan areal pertanaman dilakukan oleh Perum Perhutani dengan
membentuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Pendapat Awang (2008),
LMDH yaitu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat yang ada di sekitar hutan,
kinerjanya mendapat pengawasan ketat dari pihak perhutani. Anggota LMDH
terdiri dari penggarap yang tergabung dari KTH-KTH dan juga anggota
masyarakat lain yang peduli pada keberadaan serta kelestarian hutan.
Sejak tahun 2001 pemberdayaan masyarakat desa hutan oleh Perum
Perhutani dijadikan suatu sistem yaitu PHBM (Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Bersama Masyarakat) yang merupakan kerangka dari perhutanan sosial dengan
prinsip bersama, berdaya, berbagi dan transparant. Desa hutan yaitu desa-desa
yang berbatasan dengan hutan yang kehidupan masyarakatnya mempunyai
ketergantungan dengan hutan. Oleh karena itu, petani mandiri merupakan tujuan
pokok dari program pembangunan masyarakat desa sekitar hutan.
PHBM yaitu suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan
bersama oleh Perum Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak yang
berkepentingan (stakeholder) dengan jiwa berbagi sehingga kepentingan bersama
untuk mencapai keberlanjutan manfaat dan fungsi sumberdaya hutan dapat
diwujudkan dengan optimal dan proporsional. Sistem PHBM ini bertujuan agar
desa maju, mandiri dan sejahtera serta eksistensi hutan terjaga sesuai dengan
kaidah silvikultur dan konservasi agar hutan tetap lestari.
panen tua sebanyak 35 orang dan usahatani kedelai panen muda sebanyak 65
orang untuk dijadikan responden.
3. Hasil dan Pembahasan
Benih yang digunakan pada usahatani baik kedelai panen tua dan panen muda
yaitu varietas Anjosmoro. Penggunan varietas tersebut yaitu atas arahan dari PPL.
Pengadaan benih varietas tersebut petani peroleh dari bantuan pemerintah dengan
harga Rp. 13.500 per kilogram. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk benih oleh petani
kedelai panen tua sebesar Rp. 174.921,43 sedangkan rata-rata biaya benih yang
dikeluarkan petani kedelai panen muda sebesar Rp. 177.161,54.
Pupuk yang digunakan oleh petani responden yaitu pupuk urea, pupuk organik
cair dan pupuk organik hayati. Harga untuk membeli pupuk urea, pupuk organik cair dan
pupuk urea sama, baik usahatani kedelai panen tua maupun panen muda sebesar Rp.
1.800,- per kilogram, Rp. 65.000,- dan Rp. 300.000,-.
Petani kedelai panen tua dan panen muda menggunakan rhizobium setiap kali
berusahatani kedelai. Hal ini dikarenakan lahan garapan petani responden di lahan
kering atau lahan darat yang memerlukan perlakuan intensif terhadap benih. Rata-rata
biaya yang dikeluarkan untuk rhizobium oleh petani kedelai panen tua sebesar Rp.
11.338,74 sedangkan rata-rata biaya benih yang dikeluarkan petani kedelai panen muda
sebesar Rp. 11.557,29.
Rata-rata biaya penyusutan peralatan usahatani kedelai panen tua sebesar Rp.
79.200,00 lebih tinggi dibandingkan kedelai panen muda sebesar Rp. 70.961,02. Hal ini
disebakan penggunaan peralatan pada usahatani kedelai panen tua lebih banyak dengan
adanya kegiatan pasca panen seperti pemisahan polong dengan kulit kacang, sortasi dan
grading.
Besaran upah tenaga kerja petani kedelai panen tua dan panen muda sebesar
Rp. 40.000 untuk pria dan Rp. 30.000 untuk wanita Biaya tenaga kerja terbesar baik pada
usahatani kedelai panen tua dan panen muda terletak pada kegiatan pembersihan lahan.
Pembersihan lahan tersebut membutuhkan jumlah tenaga kerja lebih banyak
dibandingkan jenis kegiatan usahatani kedelai lainnya serta membutuhkan waktu yang
lama hingga lahan siap digunakan dalam berusahatani.
Perhitungan penggunaan input dilakukan dalam satu hektar per satu kali proses
produksi pada bulan Januari-April untuk kedelai panen tua dan bulan Januari-Maret
untuk kedelai panen muda. Jadi waktu umur panen untuk usahatani kedelai panen tua
selama 90-100 hari, sehingga membutuhkan waktu sekitar 3 bulan sampai kegiatan
panen dilaksanakan. Untuk usahatani kedelai panen muda hanya membutuhkan waktu
umur panen selama 60-70 hari, sehingga dalam usahatani kedelai panen muda dapat
panen ketika tanaman kedelai berumur 2 bulan.
Produk yang dihasilkan dalam berusahatani akan baik apabila teknik budidaya
yang dilakukan benar. Teknik budidaya yang dilakukan dalam usahatani kedelai panen
tua meliputi pembersihan lahan, pemupukan, penanaman, pengendalian gulma,
pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pasca panen (pengeringan, sortasi,
grading, pengemasan dan pengangkutan). Sedangkan budidaya kedelai panen muda
tidak melakukan kegiatan pasca panen. Teknik budidatya kedelai yang petani responden
lakukan kurang maksimal seperti kegiatan pemupukan dan pengendalian hama penyakit
yang kurang intensif sehingga produk yang dihasilkan belum optimal.
Hasil usahatani yang belum optimal tersebut disebabkan juga karena cuaca dan
iklim di Kecamatan Banjaranyar termasuk yang mempunyai iklim lembab dan cuarah
hujan yang tinggi sehingga pertumbuhan kedelai kurang maksimal. Hambatan lain juga
karena dari segi teknik budidaya yang petani responden lakukan tidak memakai mulsa
organik seperti mulsa jerami padi sehingga tanaman kedelai akan bersaing dengan gulma
yang ada disekitar tanaman kedelai untuk mendapatkan sinar matahari. Sinar matahari
yang ada disekitar lahan pun masih kurang terserap karena terhalang oleh tanaman
perkebunan yang lebih tinggi.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan kelayakan usahatani dan
produktivitas tenaga kerja antara usahatani kedelai panen tua dan panen muda
pada Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kertanangga di Kecamaatan
Banjaranyar, maka simpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis deskriptif bahwa keragaan antara usahatani kedelai panen
tua dan panen muda menguntungkan, sehingga layak untuk diusahakan.
2. Biaya rata-rata usahatani kedelai panen tua lebih besar (Rp. 2.622.173,15)
dibandingkan usahatani kedelai panen muda (Rp. 2.660.705,61). Namun
usahatani kedelai panen muda memberikan nilai penerimaan lebih besar (Rp.
4.402.730,77) dibandingkan usahatani kedelai panen tua (Rp. 3.950.171,43)
sehingga usahatani kedelai panen muda memberikan pendapatan lebih besar
(Rp. 1.742.025,16) dibandingkan usahatani kedelai panen tua (Rp.
1.236.182,57).
3. Terdapat perbedaan yang nyata kelayakan usaha dan produktivitas tenaga
kerja usahatani antara usahatani kedelai panen tua dan panen muda karena
masing-masing usahatani kedelai dengan cara panen tua dan panen muda
Atmaja, U., dan Tedi Hartoyo. 2005. Optimasi Alokasi Lahan pada Sistem
Pengelolaan Usaha Wanatani (Kasus Laboratorium Lapangan Wanatani
Universitas Siliwangi). Kerjasama Universitas Siliwangi Tasikmalaya dan
Balai Rehabilitasi lahan dan Konservasi Tanah Cimanuk-Citanduy Ditjen
RLPS Departemen Kehutanan RI. Tasikmalaya.
Badan Pusat Statistik. 2010. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
Bank Indonesia. 2012. Profil Provinsi Jawa Barat. Info Bisnis Regional. Jakarta.
http: www. bi.go.id [diakses tanggal 15 Februari 2018].
Deswika, F., dan Trisna Insan Noor. 2017. Analisis Pendapatan Usahatani
Kedelai Polong Tua dan Polong Muda Di Kecamatan Jatiwaras
Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo
Galuh, Volume 4 (2) : 282-290.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Ciamis. 2016. Data
Base Tanaman Pangan Holtikultura di Kabupaten Ciamis 2011-2016.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Ciamis.
Ciamis.
Dwiyanti. 2005. Respon Pengaturan Ketebalan Mulsa Jerami Padi dan Jumlah
Pemberian Air pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau.
Jurnal Agrivita. 25 (1): 22-30.
Gafar, Tahir Abdul., D.H Darwanto, J.H Mulyo, dan Jamhari. 2010. Analisis
Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Kedelai di Sulawesi Selatan. Jurnal
Agro Ekonomi. 28 (2): 133-151.
Hill, D. E., L. Hankin, and G. R. Stephens. 1982. Mulches: Their Effect at Fruit
Set, Timing and Yield of vegetables. Com. Ag. Exp. Sta. Bulettin 805.
Iqbal, A. 2008. Potensi Kompos dan Pupuk Kandang Untuk Produksi Padi
Organik di Tanah Inceptisol. Jurnal Akta Agrosi Fakultas Pertanian
UNSOED 11 (1): 13-18.
Jo, I. S. 1990. Effect of Organic Fertilizer on Soil Physical Properties and Plant
Growth. Paper Presented at Seminar on The Use of Organic Fertilizer in
Crop Production, at Suweon, South Korea. 18-24 June.
Las, I., P. Wahid, Y. S. Baharsyah dan Darwis S. N. 1993. Tinjauan Iklim Dataran
Tinggi Indonesia. Potensi Kendala dan Peluang Dalam Mendukung
Pembangunan Pertanian pada PJPT II. Seminar Sehari Tentang Iklim.
Padang .
Lipsey, R. G dan Steiner, P.O. Pengantar Ilmu Ekonomi. Alih Bahasa: Anas Sidik.
Jakarta: Bina Aksara.
Rukmana, Rahmat dan Yuyun Yuniarsih. 2006. Kedelai. Budidaya dan Pasca
Panen. Yogyakarta: Kanisius.
Winahyu, N., dan Rita Nurmalina. 2015. Pendapatan Ushatani Kedelai Di Desa
Sukasirna Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur. Jurnal Forum
Agribisnis. 5 (1): 67-88.
PENGAJUAN NASKAH
Drs. Effiyaldi