Anda di halaman 1dari 4

Surat Perjanjian Supir Dengan Perusahaan Jasa Pengangkutan

Pada hari Selasa, 25 Februari 2020 (dua puluh lima februari tahun dua
ribu dua puluh), bertempat di Area Kota Palembang, Provinsi Sumatera
Selatan (SUMSEL), masing-masing pihak (yang selanjutnya disebut
dengan para pihak) telah sepakat untuk membuat surat perjanjian
menjadi supir perusahaan dengan memakai sistem pola kemitraan
antara:

Dalam hal ini bertindak diwakili oleh N Hasudungan Silaen, SH., jabatan
selaku kepala HRD & GA Manager PT Metro Trans Globalindo., yang
selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA (PIHAK-I);

Nama: Andreas Yulianto Hutajulu., Laki-laki, Kewarganegaraan Indonesia,


Lahir di Simalungun, 29 Agustus 1986 (Umur 30 Tahun), Pekerjaan
Wiraswasta, bertempat tinggal dan beralamat di Huta Bagasan VII,
Kecamatan Bandar Simalungun, Kabupaten Simalungun, Nomor KTP
12082129088670002.

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama pribadi, yang untuk
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA (PIHAK-II);

Kedua belah pihak, berdasarkan adanya itikad baik dan tanpa adanya
unsur paksaan dari pihak manapun, telah sepakat untuk mengikatkan diri
dalam sebuah perikatan dengan memakai sistem pola kemitraaan sebagai
supir, dengan syarat-syarat dan ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1
Sistem pola perjanjian adalah memakai istilah perjanjian kemitraan.
Perseroan Terbatas (PT) Metro Trans Globalindo adalah merupakan
perusahaan jasa pengangkutan yang juga merupakan pemilik mobil atau
kendaraan dan bertindak sebagai pemberi order atau pemberi kerja.
Pihak Kedua yang selanjutnya disebut sebagai pengemudi adalah
penerima order atau penerima kerja yang diberikan oleh Pihak Pertama.
Jenis order adalah mengangkut produk/barang dalam peti kemas atau
cargo umum lainnya dengan menggunakan alat angkutan berupa truck,
prime mover trailer dan chassis.

Pasal 2
Pihak Pertama menerima Pihak Kedua sebagai pengemudi dengan
menggunakan sistem dan syarat yang ditetapkan oleh Pihak Pertama.

Pasal 3
Pihak Kedua setuju dan patuh untuk mengikuti sistem, prosedur dan
segala peraturan yang ditetapkan oleh Pihak Pertama.

Pasal 4
Pihak Kedua menyetujui untuk tunduk mengikuti sistem pola pekerjaan
borongan berdasarkan tujuan, trayek, borongan mengangkut
produk/barang, dan komisi rit yang sudah ditetapkan oleh Pihak Pertama.

Pasal 5
Pihak Kedua tidak dapat meminta dan atau menuntut fasilitas atau
benefit apapun itu, kecuali yang sudah ditetapkan oleh Pihak Pertama
sebelumnya.

Pasal 6
Apabila saat mengerjakan order mendapat kecelakaan, maka kondisi
tersebut akan dievalusi secara bersama-sama dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) apabila kecelakaan yang terjadi adalah murni diakibatkan adanya
kelalaian Pihak Kedua, maka semua biaya yang timbul menjadi beban
bersama antara para pihak, dimana masing-masing dikenakan biaya
sebesar 50% dari total kerugian yang dialami.
b) kecelakaan yang terjadi bukan akibat dari adanya kelalaian Pihak
Kedua, seperti ditabrak oleh kendaraan lain, terjadinya bencana alam,
dan lain sebagainya, maka kerugian yang timbul akan ditanggung oleh
asuransi.

Pasal 7
Apabila terjadinya kecelakaan akibat menabrak, ditabrak, terperosok slip
dan atau bentuk kecelakaan lainnya mengakibatkan adanya kerusakan
kendaraan truck, trailer, prime mover ataupun perlengkapan lainnya,
maka harus dilengkapi dengan adanya berita acara dari kepolisian
setempat atau dari pihak aparat pemerintahan setempat, dan apabila
tidak ada berita acara maka kerugian tersebut adalah menjadi tanggung
jawab sepenuhnya Pihak Kedua.

Pasal 8
Pihak Kedua bertanggung jawab penuh atas seluruh keselamatan
dokumen dan atau surat-surat berharga yang melekat pada kendaraan
yang dikendarai, antara lain: Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK),
Buku KIR, Kartu Izin Usaha, Surat Jalan.

Pasal 9
Pihak Kedua bertanggung jawab penuh untuk memonitoring kondisi laik
kendaraan, termasuk perawatan kendaraan secara berkala, seperti: ganti
oli/gardan/persneling, kontrol air accu, tembak minyak gemuk,
mengganti atau mengisi minyak rem, mengganti atau mengisi minyak
hidrolik, mengganti atau mengisi air radiator, serta kerusakan-kerusakan
kendaraan lainnya.

Pasal 10
Pihak Kedua menyetujui tidak akan menerima uang komisi atau bentuk
apapun yang diperhitungkan atas dasar trayek/rit/borongan, apabila
Pihak Kedua tidak mendapatkan orderan angkutan produk/barang atau
Pihak Kedua masih berada pada posisi menunggu antrian.

Pasal 11
Pihak Kedua menyetujui bahwa Pihak Pertama mempunyai hak dan
kewenangan penuh untuk mengakhiri perjanjian sistem pola kemitraan
dengan Pihak Kedua secara sepihak, apabila Pihak Kedua melakukan hal-
hal sebagai berikut:
a) meminum-minuman keras dan atau kedapatan sedang mabuk
ditempat kerja dan atau pada saat bertugas atau melakukan pekerjaan.
b) kedapatan membawa, mengedarkan dan atau menggunakan narkotika
dan atau obat-obatan terlarang jenis lainnya.
c) kedapatan bermain judi diareal perusahaan.
d) membuat keonaran atau berkelahi ditempat kerja atau ditempat tugas.
e) kedapatan melakukan tindak pidana pencurian, penggelapan,
penipuan, pemalsuan dan atau melakukan kejahatan-kejahatan lain yang
bertentangan dengan hukum dan perundang-undangan berlaku.
f) menukar atau mengambil onderdil atau komponen kendaraan milik
perusahaan yang dikemudikannya ataupun milik rekan sekerja tanpa
sepengetahuan atau izin Pihak Pertama.
g) menganiaya, menghina secara kasar, melakukan fitnah atau ancaman
yang membahayakan pimpinan, anggota keluarga pimpinan, maupun
rekan sejawat atau teman sekerja lainnya.
h) membujuk atau mencoba membujuk pimpinan, anggota keluarga
pimpinan, maupun rekan sejawat atau teman sekerja lainnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan peraturan,
undang-undang ataupun tata susila.
i) merusak dengan sengaja barang milik perusahaan.
j) menolak perintah yang diberikan oleh atasan langsung untuk dan atas
nama pimpinan perusahaan.
k) memberikan keterangan palsu.
l) melakukan perbuatan yang merugikan Pihak Pertama demi untuk
mendapatkan keuntungan pribadi dan atau golongan/keluarganya.
m) kedapatan menerima order tanpa sepengetahuan Pihak Pertama.
n) membawa teman atau memperbolehkan orang lain untuk menumpang
pada kendaraan.
o) tidak masuk berturut-turut selama 5 (lima) hari tanpa ada
pemberitahuan yang jelas dinyatakan telah mengakhiri perjanjian
kemitraaan secara sepihak.
p) menolak order yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
q) mengoperasikan kendaraan diluar prosedur yang telah ditetapkan oleh
Pihak Pertama.
r) menyerahkan kendaraan yang biasa dikemudikannya kepada orang lain
yang tidak ditunjuk langsung oleh Pihak Pertama.
s) terbukti melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan yang berlaku
ditempat pemuatan dan atau pembongkaran barang/produk.
t) melakukan perbuatan tindak pidana yang memiliki ancaman hukuman
diatas 5 (lima) tahun.
Pasal 12
Perjanjian pola sistem kemitraan ini akan batal demi hukum, apabila
ternyata Pihak Kedua juga terikat hubungan kerja dengan Pihak Ketiga
(Pihak III) atau pihak lainnya dengan segala akibat hukumnya adalah
menjadi tanggung jawab penuh Pihak Kedua.

Pasal 13
Perjanjian kemitraan ini akan berakhir dan batal karena hukum
disebabkan Pihak Kedua melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 dan Pasal 12 pada perjanjian ini, ataupun disebabkan
Pihak Kedua meninggal dunia dan Pihak Kedua tidak berhak atas uang
pesangon dan atau uang perhargaan.

Pasal 14
Hal-hal lain yang belum diatur dalam isi perjanjian ini dapat diatur secara
tersendiri, sejauh tidak bertentangan dengan undang-undang
dan ketentuan peraturan hukum yang berlaku, dengan terlebih dahulu
dimusyawarahkan oleh para pihak.

Demikan surat perjanjian sistem pola kemitraan supir perusahaan


pengangkutan ini dibuat dengan sebenarnya disertai adanya itikad baik
dari para pihak. Surat perjanjian ini dibuat tanpa adanya paksaan dari
pihak manapun dengan terlebih dahulu setuju dengan cara kedua belah
pihak menandatanganinya sebagai bukti kesediaan dan kesanggupan
masing-masing untuk tunduk dan patuh dalam memenuhi pelaksanaan isi
perjanjian ini.

Anda mungkin juga menyukai